Selasa, 13 Desember 2022

MAKALAH THALASSEMIA

 

MAKALAH

THALASSEMIA

 

 

 

Description: C:\Users\user\Downloads\SSSS.png

 



Disusun oleh


 

 

 

 

 

SEKOLAH TINGGI ILMU KESHATAN AISYAH

PRINGSEWU LAMPUNG

S1 KEPERAWATAN KONVERSI SEMESTER 1

TAHUN 2021

 

 

 

 

 

KATA PENGANTAR

 

 

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul " THALASSEMIA" dengan tepat waktu.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

 

Pringsewu, Januari 2022

 

 

Penulis

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR ISI

 

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang.............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah......................................................................................... 2

C. Tujuan Penulisan........................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Thalasemia ...................................................................................... 3

B. Klasifikasi Thalasemia .................................................................................. 3

C. Etiologi.......................................................................................................... 5

D. Patofisiologi.................................................................................................. 6

E. Gejala ............................................................................................................ 7

F. Komplikasi..................................................................................................... 8

G. Pemeriksaan Penunjang................................................................................. 9

H. Penatalaksanaan ......................................................................................... 10

I. Konsep Asuhan Keperawatandari Thalasemia............................................. 12

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................................ 24

B. Saran .......................................................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA

 

 

 

 

 


BAB I

PENDAHULUAN

 

 

A.    Latar Belakang

Thalassemia adalah kelainan bawaan sintesis hemoglobin, dan salah satu penyakit mono- genetik paling banyak dijumpai. Di Indonesia diperkirakan akan lahir 2500 anak dengan thalassemia mayor setiap tahunnya. Berkat kemajuan penanganan medis, sebagian besar pasien akan mengalami pertumbuhan normal pada masa anak-anak namun selanjutnya akan terjadi gangguan pertumbuhan dan keterlambatan pubertas secara signifikan.

Tujuan. Mengetahui gambaran tinggi badan, kecepatan tumbuh, usia tulang, kadar hemoglobin pretranfusi, dan kadar feritin serum pasien thalassemia.

Metode. Laporan serial kasus pada anak yang menjalani rawat inap di Sub-bagian Hematologi Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNUD/RSUP Sanglah Denpasar dari bulan Desember 2010-Februari 2011. Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel.

Hasil. Limabelas subyek thalassemia mayor, berumur antara 1,9 tahun – 13,5 tahun, 7 laki-laki dan 8 perempuan. Dua anak berumur kurang dari 3 tahun dan 7 anak telah memasuki usia pubertas. Semua pasien telah menjalani terapi kelasi besi deferioksamin namun kualitasnya tidak memadai. Perawakan pendek ditemukan pada 4 anak (26%), semua subjek mempunyai kecepatan tumbuh <5 cm/tahun. Secara klinis satu orang dikategorikan sebagai pubertas terlambat. Kadar hemoglobin rata-rata pre-transfusi dapat dipertahankan 8 mg/dl (10), sisanya (5) memiliki hemoglobin rata-rata di bawah 8 mg/dl. Empat anak dengan feritin serum di atas 3000 ng/ml, dan semua subjek mempunyai perawakan pendek. Pada evaluasi radiologi manus sinistra 5 anak memiliki usia tulang terlambat.

Kesimpulan. Perawakan pendek didapatkan pada 26% kasus dan semua subjek telah memasuki usia pubertas. Semua subjek mempunyai perawakan pendek dan memiliki kadar feritin serum >3000 ng/ml.

Thalasemia merupakan penyakit yang diturunkan. Pada penderita thalasemia, hemoglobin mengalami penghancuran (hemolisis). Penghancuran terjadi karena adanya gangguan sintesis rantai hemoglobin atau rantai globin. Pada penderita thalasemia kelainan genetik terdapat pada pembentukan rantai globin yang salah sehingga eritrosit lebih cepat lisis. Upaya pengobatan Thalasemia bisa menggunakan donor susmsum tulang belakang dan transfusi darah yang rutin. Selain itu juga dibutuhkan agent pengikat besi (Iron Chelating Agent) yang harganya cukup mahal untuk membuang kelebihan besi dalam tubuh. Jika tindakan ini tidak dilakukan maka besi akan menumpuk pada berbagai jaringan dan organ vital seperti jantung, otak, hati dan ginjal yang merupakan komplikasi kematian dini.

Sementara itu di Indonesia jumlah penderita Thalasemia hingga tahun 2009 naik menjadi 8, 3 persen dari 3.653 penderita yang tercatat pada tahun 2006. Hampir 90% para penderita penyakit genetik sintesis Hemoglobin (Hb) ini berasal dari kalangan masyarakat miskin  Kejadian thalasemia sampai saat ini tidak bisa terkontrol terkait faktor genetik sebagai batu sandungan dan belum maksimalnya tindakan screening untuk thalasemia khususnya di Indonesia. (Modell b & Darlison m. 2008)

B.     Rumusan Masalah

Bagaimana konsep teori dan asuhan keperawatan dari kasus Thalasemia?

C.    Tujuan Penulisan

1.      Tujuan umum

Untuk mengetahui konsep teori dan asuhan keperawatan tentang thalasemia

2.      Tujuan khusus

Untuk mengetahui asuhan keperawatan tentang thalasemia

BAB II

PEMBAHASAN

 

A.    Definisi Thalasemia

Thalasemia adalah suatu penyakit keturunan yang diakibatkan oleh kegagalan pembentukan salah satu dari empat rantai asam amino yang membentuk hemoglobin, sehingga hemoglobin tidak terbentuk sempurna. Tubuh tidak dapat membentuk sel darah merah yang normal, sehingga sel darah merah mudah rusak atau berumur pendek kurang dari 120 hari dan terjadilah anemia (Suriadi dan Rita Yuliani, 2010 p 28).

Thalasemia adalah kelainan kongenital, anomali pada eritropoeisis yang diturunkan dimana hemoglobin dalam eritrosit sangat berkuarang, oleh karenanya akan terbentuk eritrosit yang relatif mempunyai fungsi yangsedikit berkurang (Hassan dan Alatas, 2002 p 79).

 

B.     Klasifikasi Thalasemia

Thalasemia diklasifikasikan berdasarkan molekuler menjadi dua yaitu thalasemia alfa dan thalasemia beta (Herdata, 2008 p 97).

1.      Thalasemia Alfa

Thalasemia ini disebabkan oleh mutasi salah satu atau seluruh globin rantai alfa yang ada. Thalasemia alfa terdiri dari :

a.       Silent Carrier State

Gangguan pada 1 rantai globin alfa. Keadaan ini tidak timbul gejala sama sekali atau sedikit kelainan berupa sel darah merah yang tampak lebih pucat.

b.      Alfa Thalasemia Trait

Gangguan pada 2 rantai globin alpha. Penderita mengalami anemia ringan dengan sel darah merah hipokrom dan mikrositer, dapat menjadi carrier.

 

 

c.       Hb H Disease

Gangguan pada 3 rantai globin alfa. Penderita dapat bervariasi mulai tidak ada gejala sama sekali, hingga anemia yang berat yang disertai dengan perbesaran limpa.

d.      Alfa Thalassemia Mayor

Gangguan pada 4 rantai globin alpha. Thalasemia tipe ini merupakan kondisi yang paling berbahaya pada thalassemia tipe alfa. Kondisi ini tidak terdapat rantai globin yang dibentuk sehingga tidak ada HbA atau HbF yang diproduksi. Janin yang menderita alpha thalasemia mayor pada awal kehamilan akan mengalami anemia, membengkak karena kelebihan cairan, perbesaran hati dan limpa. Janin ini biasanya mengalami keguguran atau meninggal tidak lama setelah dilahirkan.

2.      Thalasemia Beta

Thalasemia beta terjadi jika terdapat mutasi pada satu atau dua rantai globin beta yang ada. Thalasemia beta terdiri dari :

a.       Beta Thalasemia Trait

Thalasemia jenis ini memiliki satu gen normal dan satu gen yang bermutasi. Penderita mengalami anemia ringan yang ditandai dengan sel darah merah yang mengecil (mikrositer).

b.      Thalasemia Intermedia

Kondisi ini kedua gen mengalami mutasi tetapi masih bisa produksi sedikit rantai beta globin. Penderita mengalami anemia yang derajatnya tergantung dari derajat mutasi gen yang terjadi.

c.       Thalasemia Mayor

Kondisi ini kedua gen mengalami mutasi sehingga tidak dapat memproduksi rantai beta globin. Gejala muncul pada bayi ketika berumur 3 bulan berupa anemia yang berat. Penderita thalasemia mayor tidak dapat membentuk hemoglobin yang cukup sehingga hampir tidak ada oksigen yang dapat disalurkan ke seluruh tubuh, yang lama kelamaan akan menyebabkan kekurangan O2, gagal jantung kongestif, maupun kematian. Penderita thalasemia mayor memerlukan transfusi darah yang rutin dan perawatan medis demi kelangsungan hidupnya.

 

C.    Etiologi

Thalassemia bukan penyakit menular melainkan penyakit yang diturunkan secara genetik dan resesif. Penyakit ini diturunkan melalui gen yang disebut sebagai gen globin beta yang terletak pada kromosom 11. Pada manusia kromosom selalu ditemukan berpasangan. Gen globin beta ini yang mengatur pembentukan salah satu komponen pembentuk hemoglobin. Bila hanya sebelah gen globin beta yang mengalami kelainan disebut pembawa sifat thalassemia-beta. Seorang pembawa sifat thalassemia tampak normal/sehat, sebab masih mempunyai 1 belah gen dalam keadaan normal (dapat berfungsi dengan baik). Seorang pembawa sifat thalassemia jarang memerlukan pengobatan. Bila kelainan gen globin terjadi pada kedua kromosom, dinamakan penderita thalassemia (Homozigot/Mayor). Kedua belah gen yang sakit tersebut berasal dari kedua orang tua yang masing-masing membawa sifat thalassemia (Suriadi, 2001 p 110).

Description: Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Thalasemia
                              gambar 3.1  Skema Penurunan Gen Thalasemia Mendel

 

 

 

 

D.    Patofisiologi

Kelebihan pada rantai alpha ditemukan pada beta thalasemia dan kelebihan rantai beta dan gama ditemukan pada alpha thalasemia. Kelebihan rantai polipeptida ini mengalami presippitasi dalam sel eritrosit. Globin intra eritrosik yang mengalami presipitasi, yang terjadi sebagai rantai polipeptida alpa dan beta, atau terdiri dari hemoglobin tak stabil-badan Heinz, merusak sampul eritrosit dan menyebabkan hemolisis. Reduksi dalam hemoglobin menstimulasi bone marrow memproduksi RBC yang lebih. Dalam stimulasi yang konstan pada bone marrow, produksi RBC secara terus-menerus pada suatu dasar kronik, dan dengan cepatnya destruksi RBC, menimbulkan tidak adekuatnya sirkulasi hemoglobin. Kelebihan produksi dan destruksi RBC, menimbulkan tidak adekuatnya sirkulasi hemoglobin. Kelebihan produksi dan destruksi RBC menyebabkan bone marrow menjadi tipis dan mudah pecah atau rapuh (Suriadi dan Rita Yuliani, 2010 p 28).

Penyebab anemia pada talasemia bersifat primer dan sekunder. Penyebab primer adalah berkurangnya sintesis Hb A dan eritropoesis yang tidak efektif disertai penghancuran sel-sel eritrosit intrameduler. Penyebab sekunder adalah karena defisiensi asam folat,bertambahnya volume plasma intravaskuler yang mengakibatkan hemodilusi, dan destruksi eritrosit oleh system retikuloendotelial dalam limfa dan hati. Penelitian biomolekular menunjukkan adanya mutasi DNA pada gen sehingga produksi rantai alfa atau beta dari hemoglobin berkurang. Tejadinya hemosiderosis merupakan hasil kombinasi antara transfusi berulang,peningkatan absorpsi besi dalam usus karena eritropoesis yang tidak efektif, anemia kronis serta proses hemolisis (Herdata N.H, 2008 p 105).

Description: C:\Users\Compaq\Downloads\bu simul\LAPORAN PENDAHULUAN THALASEMIA_files\Laporan+Pendahuluan+Asuhan+Keperawatan+Thalasemia2.jpg

Gambar 4.1 pathway thalasemia

 

E.     Gejala

Penderita thalasemia memiliki gejala yang bervariasi tergantung jenis rantai asam amino yang hilang dan jumlah kehilangannya. Penderita sebagian besar mengalami anemia yang ringan khususnya anemia hemolitik.

Keadaan yang berat pada beta-thalasemia mayor akan mengalami anemia karena kegagalan pembentukan sel darah, penderita tampak pucat karena kekurangan hemoglobin. Perut terlihat buncit karena hepatomegali dan splenomegali sebagai akibat terjadinya penumpukan Fe, kulit kehitaman akibat dari meningkatnya produksi Fe, juga terjadi ikterus karena produksi bilirubin meningkat. Gagal jantung disebabkan penumpukan Fe di otot jantung, deformitas tulang muka, retrakdasi pertumbuhan, penuaan dini (Herdata.N.H, 2008 p 110).

Secara umum gejala thalasemia yaitu lethargi, pucat, kelemahan, anoreksia, sesak napas, tebalnya tulang kranial, pembesaran limpa, menipisnya tulang kartilago (Suriadi dan Rita Yuliani, 2010 p 29).

F.     Komplikasi

Akibat anemia yang berat dan lama, sering terjadi gagal jantung. Tranfusi darah yang berulang ulang dan proses hemolisis menyebabkan kadar besi dalam darah sangat tinggi, sehingga di timbun dalam berbagai jarigan tubuh seperti hepar, limpa, kulit, jantung dan lain lain. Hal ini menyebabkan gangguan fungsi alat tersebut (hemokromatosis). Limpa yang besar mudah ruptur akibat trauma ringan. Kadang kadang thalasemia disertai tanda hiperspleenisme seperti leukopenia dan trompositopenia. Kematian terutama disebabkan oleh infeksi dan gagal jantung (Suriadi dan Rita Yuliani, 2010 p 29).

Hepatitis pasca transfusi biasa dijumpai, apalagi bila darah transfusi telah diperiksa terlebih dahulu terhadap HBsAg. Hemosiderosis mengakibatkan sirosis hepatis, diabetes melitus dan jantung. Pigmentasi kulit meningkat apabila ada hemosiderosis, karena peningkatan deposisi melanin (Herdata, 2008 p 120).

 

 

 

 

 

G.    Pemeriksaan Penunjang

Diagnosis untuk Thalassemia terdapat dua yaitu secara screening test dan definitive test (Hassan dan Alatas , 2002 p 104).

1.      Screening test

Di daerah endemik, anemia hipokrom mikrositik perlu diragui sebagai gangguan Thalassemia.

a.       Interpretasi apusan darah

Dengan apusan darah anemia mikrositik sering dapat dideteksi pada kebanyakkan Thalassemia kecuali Thalassemia α silent carrier. Pemeriksaan apusan darah rutin dapat membawa kepada diagnosis Thalassemia tetapi kurang berguna untuk skrining.

b.      Pemeriksaan osmotic fragility (OF)

Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan fragiliti eritrosit. Secara dasarnya resistan eritrosit untuk lisis bila konsentrasi natrium klorida dikurangi. Studi OF berkaitan kegunaan sebagai alat diagnostik telah dilakukan dan berdasarkan satu penelitian di Thailand, sensitivitinya adalah 91.47%, spesifikasi 81.60, false positive rate 18.40% dan false negative rate 8.53% .

c.       Indeks eritrosit

Dengan bantuan alat indeks sel darah merah dapat mendeteksi mikrositik dan hipokrom serta kurang memberi nilai diagnostik.

d.      Model matematika

Membedakan anemia defisiensi besi dari Thalassemia β berdasarkan parameter jumlah eritrosit digunakan. Beberapa rumus telah dipropose seperti 0.01 x MCH x (MCV)², RDW x MCH x (MCV) ²/Hb x 100, MCV/RBC dan MCH/RBC tetapi kebanyakkannya digunakan untuk membedakan anemia defisiensi besi dengan Thalassemia β .

2.      Definitive test

a.       Elektroforesis hemoglobin

Pemeriksaan ini dapat menentukan berbagai jenis tipe hemoglobin di dalam darah. Pada dewasa konstitusi normal hemoglobin adalah Hb A1 95-98%, Hb A2 2-3%, Hb F 0.8-2% (anak di bawah 6 bulan kadar ini tinggi sedangkan neonatus bisa mencapai 80%). Nilai abnormal bisa digunakan untuk diagnosis Thalassemia seperti pada Thalassemia minor Hb A2 4-5.8% atau Hb F 2-5%, Thalassemia Hb H: Hb A2 <2% dan Thalassemia mayor Hb F 10-90%. Pada negara tropikal membangun, elektroporesis bisa juga mendeteksi Hb C, Hb S dan Hb J

 

b.      Kromatografi hemoglobin

Pada elektroforesis hemoglobin, HB A2 tidak terpisah baik dengan Hb Pemeriksaan menggunakan high performance liquid chromatography (HPLC) pula membolehkan penghitungan aktual Hb A2 meskipun terdapat kehadiran Hb C atau Hb E. Metode ini berguna untuk diagnosa Thalassemia β karena ia bisa mengidentifikasi hemoglobin dan variannya serta menghitung konsentrasi dengan tepat terutama Hb F dan Hb A2.

c.       Molecular diagnosis

Pemeriksaan ini adalah gold standard dalam mendiagnosis Thalassemia. Molecular diagnosis bukan saja dapat menentukan tipe Thalassemia malah dapat juga menentukan mutasi yang berlaku.

 

H.    Penatalaksanaan

1.      Penatalaksanaan Medis

Menurut (Ngastiyah, 2005 p 134) Penatalaksaan Medis Thalasemia antara lain :

a.       Pemberian transfusi hingga Hb mencapai 9-10g/dl. Komplikasi dari pemberian transfusi darah yang berlebihan akan menyebabkan terjadinya penumpukan zat besi yang disebut hemosiderosis. Hemosiderosis ini dapat dicegah dengan pemberian deferoxamine (Desferal), yang berfungsi untuk mengeluarkan besi dari dalam tubuh (iron chelating agent). Deferoxamine diberikan secar intravena, namun untuk mencegah hospitalisasi yang lama dapat juga diberikan secara  subkutan dalam waktu lebih dari 12 jam.

b.      Splenectomy : dilakukan untuk mengurangi penekanan pada abdomen dan meningkatkan rentang hidup sel darah merah yang berasal dari suplemen (transfusi).

c.       Pada thalasemia yang berat diperlukan transfusi darah rutin dan pemberian tambahan asam folat. Penderita yang menjalani transfusi, harus menghindari tambahan zat besi dan obat-obat yang bersifat oksidatif (misalnya sulfonamid), karena zat besi yang berlebihan bisa menyebabkan keracunan.         Pada bentuk yang sangat berat, mungkin diperlukan pencangkokan sumsum tulang. Terapi genetik masih dalam tahap penelitian.

d.      Transplantasi sumsum tulang telah memberi harapan baru bagi penderita thalasemia dengan lebih dari seribu penderita thalasemia mayor berhasil tersembuhkan dengan tanpa ditemukannya akumulasi besi dan hepatosplenomegali. Keberhasilannya lebih berarti pada anak usia dibawah 15 tahun. Seluruh anak anak yang memiliki HLA-spesifik dan cocok dengan saudara kandungnya di anjurkan untuk melakukan transplantasi ini.

2.      Penatalaksanaan Keperawatan

Pada dasarnya perawatan pasien thalasemia sama dengan pasien anemia lainnya, yaitu memerlukan perawatan tersendiri dan perhatian lebih. Masalah pasien yang perlu diperhatikan adalah kebutuhan nutrisi (pasien menderita anoreksia), resiko terjadi komplikasi akibat transfusi yang berlangsung berulang-ulang gangguan rasa aman, dan kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit (Ngastiyah, 2005 p 139).

 

 

 

 

 

I.       Konsep Asuhan Keperawatandari Thalasemia

1.      Pengkajian

a.       Asal keturunan/kewarganegaraan

Thalasemia banyak dijumpai pada bangsa disekitar laut tengah (mediterania). Seperti turki, yunani, Cyprus, dll. Di Indonesia sendiri, thalassemia cukup banyak dijumpai pada anak, bahkan merupakan penyakit darah yang paling banyak diderita.

b.      Umur

Pada thalasemia mayor yang gejala klinisnya jelas, gejala tersebut telah terlihat sejak anak berumur kurang dari 1 tahun. Sedangkan pada thalasemia minor yang gejalanya lebih ringan, biasanya anak baru datang berobat pada umur sekitar 4 – 6 tahun.

c.       Riwayat kesehatan anak

Anak cenderung mudah terkena infeksi saluran napas bagian atas infeksi lainnya. Hal ini mudah dimengerti karena rendahnya Hb yang berfungsi sebagai alat transport.

d.      Pertumbuhan dan perkembangan

Sering didapatkan data mengenai adanya kecenderungan gangguan terhadap tumbuh kembang sejak anak masih bayi, karena adanya pengaruh hipoksia jaringan yang bersifat kronik. Hal ini terjadi terutama untuk thalassemia mayor. Pertumbuhan fisik anak adalah kecil untuk umurnya dan ada keterlambatan dalam kematangan seksual, seperti tidak ada pertumbuhan rambut pubis dan ketiak. Kecerdasan anak juga dapat mengalami penurunan. Namun pada jenis thalasemia minor sering terlihat pertumbuhan dan perkembangan anak normal.

e.       Pola makan

Karena adanya anoreksia, anak sering mengalami susah makan, sehingga berat badan anak sangat rendah dan tidak sesuai dengan usianya.

 

f.       Pola aktivitas

Anak terlihat lemah dan tidak selincah anak usianya. Anak banyak tidur / istirahat, karena bila beraktivitas seperti anak normal mudah merasa lelah.

g.      Riwayat kesehatan keluarga

Karena merupakan penyakit keturunan, maka perlu dikaji apakah orang tua yang menderita thalassemia. Apabila kedua orang tua menderita thalassemia, maka anaknya berisiko menderita thalassemia mayor. Oleh karena itu, konseling pranikah sebenarnya perlu dilakukan karena berfungsi untuk mengetahui adanya penyakit yang mungkin disebabkan karena keturunan.

h.      Riwayat ibu saat hamil (Ante Natal Core – ANC)

Selama Masa Kehamilan, hendaknya perlu dikaji secara mendalam adanya faktor risiko thalassemia. Sering orang tua merasa bahwa dirinya sehat. Apabila diduga faktor resiko, maka ibu perlu diberitahukan mengenai risiko yang mungkin dialami oleh anaknya nanti setelah lahir. Untuk memestikan diagnosis, maka ibu segera dirujuk ke dokter.

i.        Data keadaan fisik anak thalassemia yang sering didapatkan diantaranya adalah:

1)      Keadaan umum

Anak biasanya terlihat lemah dan kurang bergairah serta tidak selincah aanak seusianya yang normal.

2)      Kepala dan bentuk muka

Anak yang belum/tidak mendapatkan pengobatan mempunyai bentuk khas, yaitu kepala membesar dan bentuk mukanya adalah mongoloid, yaitu hidung pesek tanpa pangkal hidung, jarak kedua mata lebar, dan tulang dahi terlihat lebar.

3)      Mata dan konjungtiva terlihat pucat kekuningan

4)      Mulut dan bibir terlihat pucat kehitaman

5)      Dada

Pada inspeksi terlihat bahwa dada sebelah kiri menonjol akibat adanya pembesaran jantung yang disebabkan oleh anemia kronik.

6)      Perut

Kelihatan membuncit dan pada perabaan terdapat pembesaran limpa dan hati ( hepatosplemagali).

7)      Pertumbuhan fisiknya terlalu kecil untuk umurnya dan BB nya kurang dari normal. Ukuran fisik anak terlihat lebih kecil bila dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya.

8)      Pertumbuhan organ seks sekunder untuk anak pada usia pubertas
Ada keterlambatan kematangan seksual, misalnya, tidak adanya pertumbuhan rambut pada ketiak, pubis, atau kumis. Bahkan mungkin anak tidak dapat mencapai tahap adolesense karena adanya anemia kronik.

9)      Kulit
Warna kulit pucat kekuning- kuningan. Jika anak telah sering mendapat transfusi darah, maka warna kulit menjadi kelabu seperti besi akibat adanya penimbunan zat besi dalam jaringan kulit (hemosiderosis).

2.      Diagnosa Keperawatan

a.       Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan berkurangnya komponen seluler yang menghantarkan oksigen/nutrisi

b.      Intoleransi aktifitas berhubungan dengan tidak seimbangnya kebutuhan dan suplai oksigen

c.       Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia

d.      Kecemasan (orang tua) berhubungan dengan kurang pengetahuan

 

 

 

 

 

3.      Rencana Keperawatan

 

No

DIAGNOSA

RENCANA KEPERAWATAN

TUJUAN

INTERVENSI

1.

Ketidakefektifan perfusi jaringan b.d berkurangnya komponen seluler yang menghantarkan oksigen/nutrisi

NOC

   Perfusi Jaringan : Perifer

   Status sirkulasi

Kriteria Hasil:

   Klien menunjukkan perfusi jaringan yang adekuat yang ditunjukkan dengan terabanya nadi perifer, kulit kering dan hangat, keluaran urin adekuat, dan tidak ada distres pernafasan.

NNIC

1.    Monitor Tanda Vital

Definisi: Mengumpulkan dan menganalisis sistem kardiovaskuler, pernafasan dan suhu untuk menentukan  dan mencegah komplikasi

Aktifitas:

1.      Monitor tekanan darah , nadi, suhu dan RR tiap 6 jam atau sesuai indikasi

2.      Monitor frekuensi dan irama pernapasan

3.      Monitor pola pernapasan abnormal

4.      Monitor suhu, warna dan kelembaban kulit

5.      Monitor sianosis perifer

2. Monitor status neurologi

DefinisiMengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk meminimalkan dan mencegah komplikasi neurologi

Aktifitas:

1.      Monitor ukuran, bentuk, simetrifitas, dan reaktifitas pupil

2.      Monitor tingkat kesadaran klien

3.      Monitor tingkat orientasi

4.      Monitor GCS

5.      Monitor respon pasien terhadap pengobatan

6.      Informasikan pada dokter tentang perubahan kondisi pasien

3. Manajemen cairan

Definisi:    Mempertahankan keseimbangan cairan dan mencegah komplikasi akibat kadar cairan yang abnormal.

Aktifitas:

1.      Mencatat intake dan output cairan

2.      Kaji adanya tanda-tanda dehidrasi (turgor kulit jelek, mata cekung, dll)

3.      Monitor status nutrisi

4.      Persiapkan pemberian   transfusi (seperti mengecek darah dengan identitas pasien, menyiapkan terpasangnya alat transfusi)

5.      Awasi pemberian komponen darah/transfusi

6.      Awasi respon klien selama pemberian komponen  darah

7.      Monitor hasil laboratorium (kadar Hb, Besi serum, angka trombosit)

2.

Intoleransi aktifitas b.d tidak seimbangnya kebutuhan dan suplai oksigen

NOC

         Konservasi Energi

         Perawatan Diri: ADL

Kriteria Hasil:

         Klien dapat melakukan aktifitas yang dianjurkan dengan tetap mempertahankan tekanan darah, nadi, dan frekuensi pernafasan dalam rentang normal

NNIC

1.    Manajemen energi

Definisi: Mengatur penggunaan energi untuk mencegah kelelahan dan mengoptimalkan fungsi

Aktifitas:

1.      Tentukan keterbatasan aktifitas fisik pasien

2.      Kaji persepsi pasien tentang penyebab kelelahan yang dialaminya

3.      Dorong pengungkapan peraaan klien tentang adanya kelemahan fisik

4.      Monitor intake nutrisi untuk meyakinkan sumber energi yang cukup

5.      Konsultasi dengan ahli gizi tentang cara peningkatan energi melalui makanan

6.      Monitor respon kardiopulmonari terhadap aktifitas (seperti takikardi, dispnea, disritmia, diaporesis, frekuensi pernafasan, warna kulit, tekanan darah)

7.      Monitor pola dan kuantitas tidur

8.      Bantu pasien menjadwalkan istirahat dan aktifitas

9.      Monitor respon oksigenasi pasien selama aktifitas

10.  Ajari pasien untuk mengenali  tanda dan gejala kelelahan sehingga dapat mengurangi aktifitasnya.

2. Terapi Oksigen

Definisi: Mengelola pemberian oksigen dan memonitor keefektifannya

Aktifitas:

1.      Bersihkan mulut, hidung, trakea bila ada secret

2.      Pertahankan kepatenan jalan nafas

3.      Atur alat oksigenasi termasuk humidifier

4.      Monitor aliran oksigen sesuai program

5.      Secara periodik, monitor ketepatan pemasangan alat

3.

Ketidakseimbangan nitrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia

 

NOC

         Status Nutrisi

         Status Nutrisi: Energi

         Kontrol Berat Badan

Kriteria Hasil : Klien menunjukkan

         Pencapaian berat badan normal yang diharapkan

         Berat badan sesuai dengan umur dan tinggi badan

         Bebas dari tanda malnutrisi

NNIC

1.    Manajemen Nutrisi

Definisi: Membantu dan atau menyediakan asupan makanan dan cairan yang seimbang

Aktifitas:

1.   Tanyakan pada pasien tentang alergi terhadap makanan

2.   Tanyakan makanan kesukaan pasien

3.  Kolaborasi dengan ahli gizi tentang jumlah kalori dan tipe nutrisi yang dibutuhkan (TKTP)

4.   Anjurkan masukan kalori yang tepat yang sesuai dengan kebutuhan energi

5.  Sajikan diit dalam keadaan hangat

2.    Monitor  Nutrisi

Definisi : Mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk mencegah atau meminimalkan malnutrisi

Aktifitas:

1.      Monitor adanya penurunan BB

2.      Ciptakan  lingkungan nyaman selama klien makan.

3.      Jadwalkan pengobatan dan tindakan, tidak selama jam makan.

4.      Monitor kulit (kering) dan perubahan pigmentasi

5.      Monitor turgor kulit

6.      Monitor mual dan muntah

7.      Monitor kadar albumin, total protein, Hb, kadar hematokrit

8.      Monitor kadar limfosit dan elektrolit

9.      Monitor pertumbuhan dan perkembangan.

4.

Kecemasan (orang tua) b.d kurang pengetahuan

NOC :

         Kontrol Kecemasan

Kriteria Hasil :

         Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas

         Mengidentifikasi, mengungkapkan, dan menunjukkan teknik untuk mengontrol cemas

         Vital sign (TD, nadi, respirasi) dalam batas normal

         Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh, dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan.

         Menunjukkan peningkatan konsentrasi dan akurasi dalam berpikir

NIC

1.    Menurunkan cemas

Definisi: Meminimalkan rasa takut, cemas, merasa dalam bahaya atau ketidaknyamanan terhadap sumber yang tidak diketahui.

Aktifitas:

1.   Gunakan pendekatan dengan konsep atraumatik care

2.   Jangan memberikan jaminan tentang prognosis penyakit

3.   Jelaskan semua prosedur dan dengarkan keluhan klien

4.  Pahami harapan pasien dalam situasi stres

5.   Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut

6.  Bersama tim kesehatan, berikan informasi  mengenai diagnosis, tindakan prognosis

7.   Anjurkan keluarga untuk menemani anak dalam pelaksanaan tindakan keperawatan

8.   Lakukan massage pada leher dan punggung, bila perlu

9.   Bantu pasien mengenal penyebab kecemasan

10.  Dorong pasien/keluarga  untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi tentang penyakit

11.  Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi (sepert tarik napas dalam, distraksi, dll)

12.  Kolaborasi pemberian obat untuk mengurangi kecemasan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

4.      Evaluasi

DIAGNOSA

CATATAN PERKEMBANGAN

Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan berkurangnya komponen seluler yang menghantarkan oksigen/nutrisi

 

S=  pasien mengatakan kulitnya     

      sudah tidak kering lagi

O= nadi perifer pasien sudah teraba

      dan kulit pasien teraba hangat

A= masalah teratasi

P= pertahankan intervensi

Intoleransi aktifitas berhubungan dengan tidak seimbangnya kebutuhan dan suplai oksigen

 

S= pasien mengatakan masih lemas 

     untuk melakukan aktifitasnya

O= pasien masih dibantu dalam

      melakukan aktifitas

A= masalah belum teratasi

P= lanjutkan intervensi

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia

 

S= pasien mengatakan hanya makan 5    

     suap

O= berat badan pasien masih dibawah  

      normal

A= masalah belum teratasi

P=  lanjutkan intervensi

Kecemasan (orang tua) berhubungan dengan kurang pengetahuan

 

S= pasien dan orang tua pasien

      mengatakan sudah paham tentang

      penyakit thalasemia

O= pasien dan orang tua pasien sudah

      mampu menjelaskan tentang

      penyakit thalasemia

A= masalah teratasi

P= pertahankan intervensi

 

 

 

BAB III

PENUTUP

 

A.    Kesimpulan

Thalasemia adalah suatu penyakit keturunan yang diakibatkan oleh kegagalan pembentukan salah satu dari empat rantai asam amino yang membentuk hemoglobin. Thalasemia diklasifikasikan berdasarkan molekuler menjadi dua yaitu thalasemia alfa dan thalasemia beta. Thalassemia bukan penyakit menular melainkan penyakit yang diturunkan secara genetik dan resesif. Penyebab anemia pada talasemia bersifat primer dan sekunder. gejala thalasemia yaitu lethargi, pucat, kelemahan, anoreksia, sesak napas, tebalnya tulang kranial, pembesaran limpa, menipisnya tulang kartilago. Pemeriksaan penunjang untuk Thalassemia terdapat dua yaitu secara screening test dan definitive test.

 

B.     Saran

Dalam  pembuatan makalah ini, kami sebagai penulis tidak lepas dari kesalahan. Demi kesempurnaan makalah, kami mengharap kritik dan saran agar pembuatan makalah kami selanjutnya bisa lebih baik dan cermat.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

 

Hassan r dan Alatas h. (2002). Buku Kuliah 1 Ilmu Kesehatan anak. bagian 19 Hematologi hal. 419-450, bagian ilmu kesehatan anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta.

 

Herdata,heru noviat.(2008). Thalasemia,

http://ebookfkunsyiah.wordpress.com/category/hemato-onkologi/thalassemia/

 

Modell, B & Darlison, M. (2008). Global epidemiology of hemoglobin disorders and derived service indicators. Bulletin of the World Health Organization, volume 86, number 6.

 

     Ngastiyah. (2005). Keperawatan anak 1. Edisi II. Jakarta: EGC.

            Suriadi dan Yuliana rita. (2001). Asuhan keperawatan anak. Edisi I.Jakarta : PT Fajar Interpratama.

 

Suriadi dan Yuliana rita. (2010). Asuhan keperawatan  pada anak. Edisi II. Jakarta : CV.SAGUNG SETO.

 

https://scholar.google.com/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=makalah+thalasemia&oq=

 

 

 

 

 

 

 

Tidak ada komentar: