MAKALAH
PENDARAHAN POSTPARTUM
(Kelompok 2)
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG
KARANG
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN TANJUNG KARANG
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji
syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepadadosen pembimbing yaitu Ibu Ns. Sunarsih, S.Kep., MM. atas bimbingan dan arahan
dalam penulisan makalah ini juga kepada kedua orang tua yang selalu memberi semangat serta rekan-rekan
mahasiswa yang telah mendukung sehingga dapat
diselesaikannya makalah ini. Penulis berharap dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua,
dalam hal ini dapat menambah wawasan kita
mengenai “Perdarahan Postpartum”. Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala
saran dan kritik
dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi terhadap
pembaca.
Bandar Lampung,
25 September 2022
Kelompok 2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................
KATA PENGANTAR............................................................................................
DAFTAR ISI............................................................................................................
BAB
I PENDAHULUAN.......................................................................................
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................
1.3 Tujuan..................................................................................................................
BAB
II PEMBAHASAN.........................................................................................
2.1 Definisi.................................................................................................................
2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perdarahan Postpartum...............................
2.3 Macam-macam Perdarahan Postpartum...............................................................
BAB III PENUTUP.................................................................................................
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................
LAMPIRAN.............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Perdarahan post partum (PPP) merupakan perdarahan yang terjadi karena hilangnya darah sebanyak 500 ml atau lebih
dari organ-organ reproduksi setelah selesainya
kala dua persalinan. Perdarahan post partum merupakan salah satu penyebab langsung kematian ibu dan
menempati persentase tertinggi sebesar 28%.
Di berbagai negara,
paling sedikit seperempat dari seluruh kematian
ibu disebabkan oleh perdarahan, proporsinya berkisar
antara kurang dari 10-60% (WHO, 2018). Secara
nasional menurut penyebab utama kematian ibu disebabkan komplikasi persalinan 45%, retensio plasenta 20%,
robekan jalan lahir 19%, partus lama 11%, perdarahan
dan cklampsia masing-masing 10%, komplikasi selama nifas 5%. Dan demam nifas 4% (Kemenkes RI, 2017).
Seorang ibu dengan perdarahan dapat meninggal dalam waktu kurang dari satu jam. Kondisi kematian ibu secara
keseluruhan diperberat oleh tiga terlambat yaitu
terlambat dalam pengambilan keputusan, terlambat mencapai tempat rujukan dan terlambat mendapatkan pertolongan yang tepat di fasilitas
kesehatan (Kemenkes RI, 2017). Walaupun
seorang perempuan bertahan
hidup setelah mengalami perdarahan post partum, namun ia
akan mengalami kekurangan darah yang berat (anemia berat) dan akan mengalami masalah
kesehatan yang berkepanjangan (Marlina, 2017). Melihat
akibat yang ditimbulkan dari perdarahan post partum,
maka sangat perlu dilakukan pencegahan terhadap terjadinya perdarahan post partum pada ibu hamil.
Antenatal Care (ANC) yang baik dapat mencegah terjadinya perdarahan post partum.
1.2 Rumusan Masalah
A. Apa Saja
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perdarahan Postpartum
B. Apa Saja
Macam-macam Perdarahan Postpartum
1.3 Tujuan
a. Untuk Mengetahui Apa Saja
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perdarahan Postpartum
b. Untuk Mengetahui Apa Saja
Macam-macam Perdarahan Postpartum
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Definisi
Perdarahan
postpartum mencakup semua perdarahan yang terjadi setelah kelahiran
bayi, sebelum, selama,
dan sesudah keluarnya
plasenta. Kehilangan darah
lebih dari 500 ml selama
24 jam pertama disebut perdarahan postpartum (Oxorn &
Forte, 2010). Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500 cc setelah
persalinan pervaginam dan lebih dari 1.000 ml untuk persalinan abdominal (Oktarina, 2016). Perdarahan postpartum adalah adalah perdarahan yang
terjadi setelah bayi yang lahir
melewati batas fisiologis normal. Secara fisiologis, seorang ibu yang melahirkan akan mengeluarkan darah sampai 500 ml tanpa menyebabkan gangguan
homeostatis. Jumlah perdarahan dapat diukur menggunakan bengkok besar (1 bengkok
+ 500 cc). Oleh sebab itu, secara konvensional dikatakan
bahwa perdarahan lebih dari
500 ml dikategorikan sebagai perdarahan postpartum dan perdarahan mencapai 1000 ml secara kasat mata harus segera
ditangani secara serius (Nurhayati,
2019).
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa perdarahan postpartum merupakan perdarahan berlebihan yang terjadi setelah
melahirkan sebanyak lebih
dari 500 ml. Berdasarkan waktu terjadinya, perdarahan postpartum dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu :
a.
Perdarahan postpartum awal (early postpartum hemorrhage) yaitu perdarahan yang terjadi sampai
24 jam setelah persalinan.
b.
Perdarahan postpartum lambat (late postpartum hemorrhage) yaitu perdarahan yang terjadi sampai
28 jam setelah persalinan.
2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perdarahan Postpartum
Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian
perdarahan postpartum adalah partus lama,
paritas, peregangan uterus yang berlebihan, dan anemia (Cunningham, 2010).
Berikut ini faktor-faktor yang mempengaruhi perdarahan postpartum, yaitu ;
a.
Partus lama
Partus lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada primi dan lebih
dari 18 jam pada multi. Partus lama menyebabkan terjadinya inersia
uteri yaitu, keadaan
yang menunjukkan kontraksi
rahim melemah atau kekuatan kontraksi rahim tidak sesuai dengan besarnya pembukaan mulut rahim. Hal ini
dapat mengakibatkan kelelahan pada
otot-otot uterus sehingga rahim berkontraksi lemah setelah bayi lahir.
b.
Paritas
Paritas
2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudutperdarahan postpartum. Paritas satu dan paritas lebih
dari tiga mempunyai angka kejadian perdarahan
postpartum paling tinggi. Pada paritas satu,ketidaksiapan ibu dalam menghadapi persalinan yang pertama
merupakan faktor penyebab
ketidakmampuan ibu hamil dalam menangani komplikasi yang terjadi selama
kehamilan, persalinan, dan nifas.
Pada paritas lebih dari tiga, perdarahan postpartum dapat disebabkan karena fungsi reproduksi yang mengalami penurunan.
c.
Peregangan Uterus
Peregangan
uterus disebabkan oleh kehamilan ganda, polihidramnion,dan makrosomia. Sebab-sebab tersebut akan mengakibatkan uterus tidak mampu berkontraksi segera setelah plasenta lahir
d.
Oksitosin Drip
Stimulasi
dengan oksitosin drip dengan pemberian dosis yang tinggi dapat menyebabkan tetania uteri terjadi trauma
jalan lahir ibu yang luas dan menimbulkan perdarahan serta inversion uteri.
e. Anemia
Kadar
hemoglobin <11 gr/dl akan cepat terganggu kondisinya bila terjadi kehilangan darah. Anemia dihubungkan dengan
kelemahan yang dapat dianggap sebagai penyebab langsung perdarahan postpartum.
f. Usia
Ibu yang hamil berumur
< 20 tahun dan > 35 tahun lebih beresiko
mengalami perdarahan pasca
persalinan. Usia ibu hamil kurang
dari 20 tahun
lebih berisiko karena rahim
dan panggul ibu belum siap bereproduksi dengan baik, sehingga perlu diwaspadai
kemungkinan mengalami persalinan yang sulit dan kehamilan yang bisa berakibat terjadinya komplikasi
persalinan.Sebaliknya jika terjadi
kehamilan pada usia lebih dari 35 tahun kurang siap untuk menghadapi kehamilan dan persalinan cenderung
mengalami perdarahan, hipertensi, obesitas, diabetes, mioma
uterus persalinan lama dan penyakit-penyakit lainnya (Megasari M, 2013).
g.
Jarak kehamilan
Jarak
persalinan adalah waktu antara persalinan terakhir dengan kehamilan sekarang.
Idealnya
jarak kehamilan adalah lebih dari 2 tahun (2-5 tahun). Pengaturan jarak kehamilan merupakan salah satu
usaha agar pasangan dapat lebih siap dalam
menerima dan siap untuk memiliki anak. Jarak kehamilan harus dihindari
antara lain 4T yaitu : terlalu muda untuk hamil (<20 tahun),
terlalu sering hamil
(anak > 3 orang beresiko
tinggi,terlalu dekat jarak kehamilan.
Perhitungan tidak kurang dari 9 bulan ini atas dasar pertimbangan kembalinya organ-organ reproduksi pada keadaan semula.
Maka dari itu ada istilah
masa nifas,yaitu masa organ-organ reproduksi kembali ke masa sebelum
hamil. Namun masa nifas berlangsung
hanya empat puluh hari, sementara organ-organ
reproduksi baru kembali pada keadaan semula minimal 3 bulan
(Prawirohardjo S, 2011).
2.3 Macam-macam Perdarahan Postpartum
Macam-macam perdarahan post partum dibagi menjadi dua (Nurhayati, 2019) yaitu
:
a.
Perdarahan Postpartum Primer (Primery
Postpartum Haemorrhage)
Perdarahan postpartum primer yaitu
perdarahan yang terjadi dalam 24 jam pertama kelahiran. Penyebabnya antara lain :
1)
Atonia Uteri
Atonia uteri adalah kegagalan miometrium untuk berkontraksi setelah
persalinan sehingga uterus dalam keadaan relaksasi penuh, melebar,
lembek, dan tidak mampu menjalankan fungsi
oklusi pembuluh darah.Perdarahan pada atonia
uteri ini berasal dari pembuluh darah yang terbuka
pada bekas menempelnya plasenta
yang lepas sebagian atau lepas keseluruhan.
Miometrium adalah lapisan tengah dari dinding rahim yang
terdiri dari sel- sel otot polos
dan mendukung jaringan stroma dan pembuluh darah. Miometrium merupakan bagian uterus yang memegang
peranan penting dan terdiri dari banyak jaringan otot. Selama
kehamilan, serat otot miometrium menjadi berbeda dan strukturnya lebih terorganisir dalam rangka persiapan
kinerjanya saat persalinan. Miometrium lapisan
tengah tersusun sebagai anyaman dan
ditembus oleh pembuluh darah. Masing-masing
serabut mempunyai dua buah lengkungan sehingga tiap-tiap dua buah serabut kira-kira berbentuk angka
delapan. Ketidakmampuan miometrium untuk
berkontraksi akan menyebabkan perdarahan postpartum. Penyebab atonia uteri adalah akibat
dari partus lama, pembesaran uterus
yang berlebihan pada waktu hamil, multiparitas, anestesi yang dalam,
serta anestesi lumbal. Atonia uteri juga dapat
disebabkan karena salah penanganan kala III persalinan. Kesalahan tersebut yaitu memijat uterus dan mendorongnya kebawah dalam usaha melahirkan plasenta,
yang seharusnya belum terlepas
dari dinding uterus.
2)
Retensio Plasenta
Retensio plasenta adalah keadaan dimana plasenta belum lahir
30 menit setelah janin lahir. Kondisi
tersebut disebabkan karena plasenta belum lepas dari dinding uterus atau plasenta sudah lepas, akan tetapi belum
dilahirkan.Penyebab plasenta belum
lepas dari dinding uterus yaitu karena kontraksi uterus kurang kuat untuk
melepaskan plasenta (placenta adhesiva), plasenta melekat
erat pada dinding
uterus oleh sebab villi korialis menembus desidua sampai miometrium
(plasenta akreta), serta plasenta
merekat erat pada dinding uterus oleh sebab villi korialis menembus sampai dibawah peritoneum (plasenta
perkreta).
3)
Retensio Sisa Plasenta
Retensio sisa plasenta adalah keadaan plasenta yang tidak
lepas sempurna dan meninggalkan sisa.
Keadaan tersebut dapat berupa fragmen
plasenta atau selaput ketuban
yang dapat menimbulkan perdarahan. Inspeksi segera setelah persalinan bayi harus menjadi
tindakan rutin. Jika ada bagian
plasenta yang hilang,
uterus terus dieksplorasi dan potongan
plasenta dikeluarkan.
4) Robekan Jalan
Lahir
Robekan jalan lahir selalu memberikan perdarahan dalam
jumlah yang bervariasi banyaknya.
Sumber perdarahan dapat berasal dari perineum, vagina, serviks,dan robekan
uterus (rupture uteri).
5) Inversion Uteri
Inversio uteri merupakan keadaan dimana fundus uteri masuk kedalam kavum uteri terjadi secara
mendadak atau perlahan. Pada inversio uteri bagian atas,
uterus memasuki kavum uteri sehingga
fundus uteri bagian dalam menonjol
kedalam kavum uteri. Penyebab inversion uteri adalah kesalahan dalam memimpin kala III, yaitu menekan fundus uteri terlalu
kuat dan menarik
tali pusat pada plasenta yang
belum terlepas dari insersinya.
b.
Perdarahan Postpartum Sekunder (Secondary Postpartum Haemorrhage)
Perdarahan postpartum sekunder adalah perdarahan
lebih dari 500 cc yang terjadi
setelah 24 jam pertama setelah bayi lahir, biasanya antara hari ke 5 sampai 15 hari postpartum. Dibawah ini merupakan penyebab perdarahan postpartum sekunder (Etiology of secondary Postpartum haemorhage)antara lain
:
1)
Sub Involusi
Sub involusi adalah kemacetan atau kelambatan involusio yang
disertai pemanjangan periode
pengeluaran lokhea dan kadang disebabkan oleh perdarahan yang banyak. Proses ini dapat diikuti oleh keputihan yang
berlangsung lama dan perdarahan uterus yang tidak teratur atau berlebihan. Uterus
akan teraba lebih besar dan lebih lunak daripada
keadaan normalnya.
2)
Hematoma Vulva
Hematoma adalah adalah gumpalan darah sebagai akibat cidera atau robeknya
pembuluh darah wanita hamil aterm tanpa cidera mutlak pada lapisan jaringan
luar. Penyebab hematoma
vulva adalah akibat
dari pertolongan persalinan, karena tusukan pembuluh darah selama anestesi lokal atau
penjahitan dan dapat juga karena penjahitan luka episiotomi atau rupture perineum
yang kurang sempurna.
3)
Retensio Sisa Plasenta
Retensio sisa plasenta dan ketuban yang masih tertinggal
dalam rongga rahim pada perdarahan postpartum lambat gajalanya yaitu perdarahan yang berulang atau berlangsung terus dan berasal dari rongga rahim.
Normalnya Ibu nifas
akan mengalami beberapa tanda dan gejala
1) Lelah dan sulit tidur
2) Adanya tanda infeksi
puerperalis (demam)
3) Nyen/panas saat berkemih,
nyeri abdomen 4. Sembelit, hemoroid
4) Sakit kepala terus-menerus,
nyeri ulu hati, dan edema 6. Lokia berbau busuk yang sangat banyak (lebih dari
2 pembalut dalam1 jam) dan dibarengi nyeri abdomen 7. Puting susu pecah dan
mamae bengkak
5) 8. Sulit menyusui
6) 9. Rabun senja
7) 10. Edema, sakit, dan panas
pada tungkai Sebagian besar kematian ibu terjadi selama masa pascapersalinan
Oleh karena itu, sangat penting bagi ibu dan keluarganya mengenal tanda bahaya
dan perlu mencari pertolongan kesehatan.
Beberapa bahaya ibu nifas, meliputi
1) Perdarahan per vaginam yang
luar biasa banyak atau yang tiba-tiba
2) bertambah banyak (lebih
banyak dari perdarahan haid biasa atau bila memerlukan penggantian pembalut dua
kali dalam setengah jam)
3) Pengeluaran per vaginam yang
baunya menusuk 3. Rasa sakit bagian bawah abdomen atau punggung
4) Sakit kepala yang
terus-menerus, nyeri ulu hati, atau masalah penglihatan
5) Pembengkakan di wajah atau
tangan
6) Demam, muntah, rasa sakit
waktu buang air kecil, atau merasa tidak
7) enak badan
8) Payudara yang berubah merah,
panas, dan terasa sakit
9) Kehilangan nafsu makan dalam
waktu yang lama 9. Rasa sakit, merah, nyeri tekan, dan/atau pembengkakan kaki
10) Merasa sangat sedih atau
tidak mampu mengasuh sendiri bayinya atau diri sendiri
11) Merasa sangat letih atau
napas terengah-engah
PERDARAHAN PER VAGINAM
Perdarahan per vaginam yang melebihi 500 ml setelah
bersalin didefinisikan sebagai perdarahan pascapersalinan. Terdapat beberapa
masalah mengenai definisi ini, yaitu:
a) Perkiraan kehilangan darah
biasanya tidak sebanyak yang sebenarnya, kadang kadang hanya setengah dari
biasanya. Darah tersebut ber campur cairan amnion atau urine. Darah tersebar
pada spon, handuk, dan kain di dalam ember dan lantai.
b) Volume darah yang hilang juga
bervariasi. Kekurangan darah dapat diketahui dari kadar hemoglobin ibu. Seorang
ibu dengan kadar b normal dapat menyesuaikan diri terhadap kehilangan darah
yang mungkin dapat menyebabkan anemia. Seorang ibu yang sehat dan tidak anemia
pun dapat mengalami akibat fatal dari kehilangan darah
c) Perdarahan dapat terjadi
secara lambat dalam jangka waktu beberapa jam dan kondisi ini mungkin tidak
dikenali sampai terjadi syok. Penilaian risiko pada saat antenatal tidak dapat
memperkirakan terjadinya perdarahan pascapersalinan. Penanganan aktif kala III
sebaik nya dilakukan pada semua wanita yang bersalin. Hal ini dapat menurunkan
insiden perdarahan pascapersalinan akibat atonia uteri. Semua ibu
pascapersalinan harus dipantau dengan ketat untuk kemungkinan per darahan fase
persalinan.
INFEKSI MASA NIFAS
Beberapa
bakteri dapat menyebabkan infeksi pascapersalinan. Infeksi masa nifas masih
merupakan penyebab tertinggi angka kematian ibu (AKI). Infeksi alat genital
merupakan komplikasi masa nifas. Infeksi yang meluas ke saluran urinari
payudara dan pembedahan merupakan penyebab terjadinya AKI tinggi. Gejala umum
infeksi dapat dilihat dari suhu pembengkakan takikardia dan malaise. Gejala
lokalnya berupa uterus lembek, kemerahan, rasa nyeri pada payudara, atau adanya
disuria.
Ibu
berisiko infeksi postpartum karena adanya luka pada bekas sesaria pelepasan
plasenta, laserasi pada saluran genital, termasuk episiotomi pada perineum,
dinding vagina, dan serviks. Infeksi pascaseksio mungkin terjadi. Penyebab
infeksi adalah bakteri endogen dan eksogen, Faktor predisposisi meliputi
nutrisi yang buruk, defisiensi zat besi, persalinan lama, ruptur membran,
episiotomi, dan seksio sesaria. Gejala klinis endometritis tampak pada hari
ke-3 postpartum disertai suhu yang mencapai 39°C dan takikardia, sakit kepala,
kadang terdapat uterus yang lembek. Ibu yang mengalami kondisi ini harus
diisolasi.
PERDARAHAN DALAM MASA NIFAS
Penyebab
perdarahan dalam masa nifas adalah sebagai berikut.
1) Sisa plasenta dan polip
plasenta.
2) 2. Endometritis puerperalis.
3) Sebab sebab fungsional.
4) Perdarahan luka.
a). Sisa Plasenta dan Polip Plasenta.
Sisa plasenta dalam nifas menyebabkan perdarahan dan
infeksi. Perdarahan yang banyak dalam nifas hampir selalu disebabkan oleh sisa
plasenta. Jika pada pemeriksaan plasenta ternyata jaringan plasenta tidak
lengkap, maka harus dilakukan eksplorasi dari cavum uteri.
Potongan-potongan plasenta yang ketinggalan tanpa
diketahui biasanya menimbulkan perdarahan postpartum lambat.
b). Terapi
Dengan perlindungan antibiotik sisa plasenta
dikeluarkan secara digital atau dengan kuret besar. Jika ada demam ditunggu
dulu sampai suhu turun dengan pemberian antibiotik dan 3-4 hari kemudian rahim
dibersihkan, namun jika perdarahan banyak, maka rahim segera dibersihkan
walaupun ada demam.
Perdarahan oleh Sebab-sebab
Fungsional
Hal
yang termasuk perdarahan oleh sebab-sebab fungsional antara lain sebagai
berikut.
1.
Perdarahan karena hiperplasia glandularis yang dapat terjadi yang berhubungan
dengan siklus anovulatorius dalam nifas.
2.
Perubahan dinding pembuluh darah Pada golongan ini tidak ditemukan sisa
plasenta, endometritis, ataupun luka.
3.
Perdarahan Karena Luka. Kadang-kadang robekan serviks atau robekan rahim tidak
didiagnosis sewaktu persalinan, karena perdarahan pada waktu itu tidak
menonjol. Beberapa hari setelah postpartum dapat terjadi perdarahan yang
banyak.
INFEKSI SALURAN KEMIH
Kejadian
infeksi saluran kemih pada masa nifas relatif tinggi dan hal ini dihubungkan
dengan hipotoni kandung kemih akibat trauma kandung kemih waktu persalinan,
pemeriksaan dalam yang terlalu sering, kotaminasi kuman dari perineum, atau
kateterisasi yang sering.
Sistitis
biasanya memberikan gejala berupa nyeri berkemih (disuria), sering berkemih,
dan tak dapat menahan untuk berkemih. Demam biasanya jarang terjadi. Adanya
retensi urine pascapersalinan umumnya merupakan tanda adanya infeksi.
Pielonefritis
memberikan gejala yang lebih berat, demam, mengigil, serta perasaan mual dan
muntah. Selain disuria, dapat juga terjadi piuria dan hematuria.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perdarahan post partum (PPP) merupakan perdarahan yang
terjadi karena hilangnya darah sebanyak 500 ml atau lebih dari organ-organ
reproduksi setelah selesainya kala dua persalinan. Perdarahan post partum
merupakan salah satu penyebab langsung kematian ibu dan menempati persentase
tertinggi sebesar 28%. Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian perdarahan
postpartum adalah partus lama, paritas, peregangan uterus yang berlebihan,
anemia, usia, dan jarak kehamilan (Cunningham, 2010) Macam-macam perdarahan post
partum dibagi menjadi dua (Nurhayati, 2019) yaitu : Perdarahan Postpartum
Primer (Primery Postpartum Haemorrhage) dan Perdarahan Postpartum Sekunder
(Secondary Postpartum Haemorrhage).
DAFTAR PUSTAKA
https://www.halodoc.com/kesehatan/perdarahan-postpartum
Saleha,
Sitti. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas/Sitti Saleha -Jakarta: Salemba Medika,
2009
Simanjuntak.(2020).
Perdarahan Postpartum.Jurnal Visi Eksakta (JVIEKS)
Vol.1,
No.1, Juli 2020, pp. 1-10
LAMPIRAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar