PEMBERIAN COKLAT HITAM TERHADAP
PENURUNAN
DISMENORE PRIMER PADA REMAJA PUTRI
DI PMB RUBIYATI A.Md.Keb
Oleh
:
LAPORAN
TUGAS AKHIR
POLITEKNIK
KESEHATAN TANJUNGKARANG
JURUSAN
KEBIDANAN PRODI D-III KEBIDANAN TANJUNGKARANG
TAHUN 2022
Halaman
HALAMAN
SAMPUL LUAR .................................................................... i
HALAMAN
SAMPUL DALAM.................................................................. ii
ABSTRAC...................................................................................................... iii
RINGKASAN
................................................................................................ iv
LEMBAR
PERSETUJUAN......................................................................... vi
LEMBAR
PENGESAHAN.......................................................................... vii
LEMBAR
PERNYATAAN.......................................................................... viii
KATA
PENGANTAR .................................................................................. ix
DAFTAR
ISI.................................................................................................. x
DAFTAR
SINGKATAN............................................................................... xi
DAFTAR
TABEL.......................................................................................... xii
DAFTAR
GAMBAR..................................................................................... xiii
DAFTAR
LAMPIRAN................................................................................. xvi
BAB
1: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah............................................................................ 3
C. Tujuan Asuhan................................................................................. 3
D. Manfaat Asuhan.............................................................................. 4
E. Ruang Lingkup................................................................................ 5
BAB
II: TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Kasus........................................................................ 6
B. Kewenangan Bidan Terhadap Kasus Tersebut................................ 22
C. Hasil Penelitian Terkait.................................................................... 27
D. Kerangka Teori................................................................................ 28
BAB
III: METODE STUDI KASUS
A. Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................... 29
B. Subjek Penelitian............................................................................. 30
C. Instrumen Pengumpulan Data......................................................... 30
D. Teknik / Cara Pengumpulan Data.................................................... 30
E. Bahan dan Alat................................................................................ 32
F. Jadwal Kegiatan............................................................................... 33
BAB IV TINJAUAN KASUS....................................................................... 35
BAB V PEMBAHASAN............................................................................... 48
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
A.
Simpulan......................................................................................... 52
B.
Saran............................................................................................... 53
DAFTAR
PUSTAKA
LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar
izin lokasi pengambilan studi kasus
Lampiran 2
Lembar permintaan menjadi subyek
Lampiran 3
Lembar persetujuan (informed concent) dengan pasien
Lampiran 4
Lembar persetujuan (informed concent) dengan keluarga pasien
Lampiran 5
Lembar kuisioner
Lampiran 6 Lembar
Observasi
Lampiran 7 Lembar
Standar Oprasional Prosedur (SOP)
Lampiran 8 Lembar
Dokumentasi
DAFTAR SINGKATAN
BAB : Buang Air Besar
BAK : Buang Air Kecil
BB : Berat Badan
IUD :
Intrauterine Device
N : Nadi
NRS : Numeric Rating Scale
P : Pernapasan
PKBI : Perkumpulan Keluarga Berencana
Indonesia
PMB : Praktik Mandiri Bidan
S : Suhu
SOAP : Subjektif Objektif Assesment Plan
TB : Tinggi Badan
TD : Tekanan Darah
VAS :
Visual Analog Scale
VRS : Verbal Rating Scale
WHO : Word Health Organization
DAFTAR
TABEL
Halaman
Tabel
1 kategori ambang batas IMT untuk Indonesia...................................... 12
Tabel
2 Matriks kegiatan.................................................................................. 33
DAFTAR
GAMBAR
Halaman
Gambar
1 Visual Numeric Scale (VAS)........................................................... 20
Gambar
2 Verbal Rating Scale (VRS).............................................................. 20
Gambar
3 Numeric Rating Scale (NRS)........................................................... 21
Gambar
4 Pain Measurement Scale (PMS)....................................................... 21
Gambar
5 Coklat Hitam................................................................................... 22
DAFTAR
LAMPIRAN
Lampiran
1 Lembar izin lokasi pengambilan studi kasus
Lampiran
2 Lembar permintaan menjadi subyek
Lampiran
3 Lembar persetujuan (informed concent) dengan pasien
Lampiran
4 Lembar persetujuan (informed concent) dengan keluarga pasien
Lampiran
5 Lembar kuisioner
Lampiran
6 Lembar Observasi
Lampiran
7 Lembar Standar Oprasional Prosedur (SOP)
Lampiran
8 Lembar Dokumentasi
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masalah umum wanita usia reproduksi dan gadis
remaja yang tidak hadir di sekolah disebabkan oleh nyeri haid (dismenore).
Dismenore merupakan suatu kondisi medis yang terjadi pada saat menstruasi dan
dapat mengganggu aktivitas serta memerlukan pengobatan untuk mengatasi nyeri
atau rasa sakit yang terjadi di daerah perut ( Fitri, 2020)
MenurutWorld Health Organization(WHO), didapatkan kejadian sebesar
1.769.425 jiwa (90%) wanita yang mengalami dismenore dengan 10-15% mengalami
dismenore berat. Di Taiwan prevalensi wanita penderita dismenore sebesar 75,2%.
Sedangkan di Indonesia, angka kejadian dismenore primer sekitar 54,89%, sedangkan
sisanya 45,11 % adalah dismenore sekunder (Wahtini, dkk., 2021). Data yang
didapat dari BKKBN tahun 2016 dalam jurnal kesehatan remaja angka kejadian
nyeri haid (dismenore) di Indonesia terdiri dari dismenorea primer sebesar
64,8% dan sebesar 19,36% dismenorea sekunder. Hasil survei PKBI (Perkumpulan
Keluarga Berencana Indonesia) cabang Bandar Lampung tahun 2016, nyeri haid
(dismenore) menempati urutan pertama keluhan yang sering dialami wanita, yaitu
sebesar 65,3%. Selain siklus menstruasi yang tidak teratur. Prevalensi nyeri
haid (dismenorea), lebih tinggi pada kelompok usia remaja 10-20 tahun sebesar
71,4% (Suhatini. 2020).
Jika nyeri haid (dismenore) tidak
ditangani maka akan mengakibatkan gangguan aktivitas hidup sehari-hari,
retrograd menstruasi (menstruasi yang bergerak mundur), infertilitas
(kemandulan), kehamilan ektopik, kista, perforasi rahim dari IUD, dan infeksi.
Dismenore jika tidak segera diatasi akan mempengaruhi fungsi mental dan fisik
individu sehingga mendesak untuk segera mengambil tindakan terapi secara
farmakologis atau non farmakologis (Suhatini. 2020). Dismenore akan bertambah parah
apabila disertai dengan
kondisi psikis yang labil (Misliani dkk, 2019).
Berbagai upaya telah dilakukan untuk
mengurangi gejala nyeri pada dismenore, seperti mengkonsumsi obat-obatan anti
nyeri, (asam mefenamat, ibuprofen, metampiron, dan lain-lain). Penggunaan
analgesik yang berlebihan dapat membuat seseorang ketergantungan terhadap efek
penghilang nyeri, hal ini tentu saja berbahaya, ditambah lagi dengan efek
samping penggunaan analgesik jangka panjang yang dapat menyebabkan terjadinya
kerusakan hati bahkan hipertensi (Aini. 2020).
Untuk mengurangi penggunaan obatobatan
kimia tersebut, maka digunakanlah pengobatan non farmakologis misalnya
penggunaan kompres hangat / mandi air hangat, olahraga teratur, akupuntur atau
akupresure dan mengkonsumsi produk produk herbal, memperbanyak minum air putih,
menggunakan aroma terapi, melakukan relaksasi, minum the hangat dan masih
banyak lagi. Zat gizi yang dapat membantu meringankan dismenore adalah kalsium,
magnesium serta vitamin A, E, B6, dan C ( Fauziah. 2019).
Pengobatan non farmakologis lainnya
seperti mengonsumsi bahan makanan yang melepas endorphin dan serotonin, salah
satunya adalah Dark Chocolate (Kundaryanti,
dkk. 2020). Dark chocolate atau cokelat hitam kaya akan kalsium, kalium,
natrium, magnesium serta vitamin A, B1, C, D, dan E (Utami. 2017). Cokelat
hitam memiliki kandungan magnesium yang mampu merelaksasikan otot dan
memberikan rasa rileks yang dapat mengendalikan suasana hati yang murung,
dimana magnesium merangsang otak untuk mensintesis kolagen dan neurotransmiter
untuk melepaskan hormon endorphin (Wahtini, 2021).Cokelat hitam juga memiliki
beberapa kandungan lain seperti cafein, theobromin, methil-xanthine dan
phenylethylalanine yang dapat mempengaruhi suasana hati dan mengurangi rasa
lelah akibat depresi. Selain itu, cokelat hitam memiliki keunggulan lain yaitu
kandungan polifenol yang berfungsi sebagai antioksidan dalam menangkal radikal
bebas dan sebagai anti inflamasi (Aini. 2020).
Hal ini
sesuai berdasarkan hasil penelitian Sri Wahtini ,dkk yang mengatakan
bahwa ada perbedaan yang signifikan mengenai penurunan tingkat nyeri haid (dismenore primer) yang dilakukan pemberian coklat hitam80 % berpengaruh
terhadap penurunan nyeri (dismenore primer) pada mahasiswa kebidanan semester
VIII Universitas Aisyah Yogyakarta.
Berdasarkan studi pendahuluan yang
dilakukan penulis di PMB Rubiyati Amd. Keb pada tanggal 21 Febuari 2022 di Desa
Sindang Sari Kecamatan Tanjung Bintang Lampung Selatan diperoleh hasil sebanyak
3 dari 10 remaja putri yang datang ke PMBdalam 1 bulan terakhir mengalami nyeri
haid (Dismenore Primer). Remaja putri merasakan ketidaknyamanan saat nyeri haid
membuat aktivitas pun berkurang dan konsentrasi belajarpun menurun, merasa
cemas dengan nyeri haidnya dan tidak mengerti cara mengatasi masalahnya.
Berdasarkan Uraian diatas, maka penulis
tertarik untuk membuat Laporan Tugas Akhir dengan judul“ Pemberian Coklat Hitam
terhadap penurunan dismenore primer pada remaja putri di PMB Rubiyati A.Md.Keb.
“.
B.
Rumusan Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang
diatas maka rumusan masalah pada studi
kasus ini adalah “ Bagaimana penerapan pemberian coklat hitam terhadap
penurunan dismenore primer pada remaja putri ? “
C.
Tujuan
1.
Tujuan Umum
Memberi
asuhan dengan penerapan pemberian coklat hitam terhadap penurunan dismenore
primer pada remaja putri di PMB Rubiyati A.Md.Keb.
2.
Tujuan Khusus
a. Melakukan
pengkajian dengan data subjektif dan objektif pada Nn. S dengan keluhan nyeri
haid (Dismenore Primer)
b. Menginterpretasikan
data untuk mengidentifikasi masalahdismenore primer pada remaja putri
c.
Menegakkan
diagnosa yang terjadi berdasarkan masalah yang telah diidentifikasi
d.
Mengidentifikasi
kebutuhan tindakan diagnosa atau masalah potensial pada Nn. S.
e. Menyusun
rencana asuhan dengan tepat dan rasional berdasarkan masalah dan kebutuhan Nn.
S selama 2 hari
f. Melaksanakan
asuhan kebidanan pada sesuai dengan masalah Nn. S dengan pemberian coklat hitam
g. Mengevaluasi
hasil tindakan kebidanan yang telah dialakukan pada Nn. S dengan dismenore
primer dengan mengukur tingkat nyeri haid pada Nn. S
h. Pendokumentasian
dengan SOAP
D.
Manfaat
1.
Manfaat Teoritis
Bagi pendidikan sebagai paham
pengembangan ilmu dan sebagai bahan bacaan serta referensi bagi mahasiswa
berikutnya dalam memahami penerapan pemberian coklat hitam terhadap penurunan
dismenore primer pada remaja putri.
2.
Manfaat Aplikatif
a. Bagi
Penulis
Sebagai sarana menambah
pengetahuan, pengalaman, dan wawasan serta dapat memecahkan masalah serta
mengevaluasi hasil asuhan yang telah diberikan pada remaja yang mengalami dismenore
primer.
b. Bagi
Lahan Praktik
Sebagai bahan masukan
agar dapat meningkatkan mutu pelayanan kebidanan melalui pemberian coklat hitam
pada remaja putri yang mengalami dismenore
c. Bagi
Institusi Pendidikan
Hasil asuhan ini dapat menjadi referensi bagi
perpustakaan di Politeknik kesehatan tanjung karang, khususnya program studi DIII Kebidanan mengenai topik
pemberian coklat hitam terhadap penurunan nyeri dismenore primer pada remaja
putri.
d. Bagi
Penulis Lainnya
Sebagai sumber atau
sebagai bahan pertimbangan bagi penulis lainnya dalam pengembangan lebih lanjut.
E.
Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari laporan tugas akhir
ini adalah memberikan asuhan kebidanan pada Nn. S remaja putri dengan keluhan nyeri
dismenore primer. Objek dalam penelitian ini adalah pemberian coklat hitam sebanyak
100 gr per hari dengan coklat yang memiliki kandungan kakao 72% dilakukan
pemberian selama 2 hari, dilakukan pre test tingkat nyeri haid dan dilakukan
post test setelah 8 jam dan dilakukan kembali pemberian coklat hitam di hari
kedua pada Nn. S di Lampung Selatan. Coklat yang digunakan yaitu coklat kemasan
yang tersedia di pasaran yaitu coklat hitam alpine. Waktu pelaksanaan dimulai
pada bulan 14 maret - 15 maret di PMB Rubiyati A.Md.Keb, Lampung Selatan.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Konsep Dasar Kasus
1. Dismenore
a. Definisi
Secara etimologi dismenore berasal dari
bahasa Yunani kuno (Greek).”Dys”berarti sulit ,nyeri, abnormal.”Meno” berarti
bulan dan “orhea” berarti aliran atau arus. Dari kata- kata tersebut, secara
singkat dismenore didefinisikan sebagai aliran menstruasi yang sulit atau
menstuari yang mengalami nyeri. Dismenore juga dapat diartikan sebagai kram,
atau nyeri pada perut bagian bawah yang dialami oleh wanita sebelum maupun
selama menstruasi tanpa disertai tanda patologi. Banyak wanita yang merasakan
ketidaknyaman dismenore lebih tinggi, dengan nyeri yang sering kali dirasakan
di punggung bawah dan menjalar ke bawah hingga ke bagian bawah hingga ke bagian
atas tungkai(Raras, N. A., 2021).
Dismenore dibagi menjadi dua kelompok
yaitu dismenore primer dan dismenore sekunder. Dismenore primer adalah nyeri
haid tanpa ditentukan keadaan patologi pada panggul dan alat kandungan dan
organ lainnya, sedangkan dismenore sekunder adalah nyeri haid yang berhubungan
dengan berbagai keadaan patologi di organ genetalia. Permasalahan nyeri haid
merupakan permasalahan yang sering terjadi pada perempuan, nyeri haid atau
dismenore ini apabila nyeri haid demikian hebatnya sehingga memaksa seorang
perempuan datang ke klinik atau dokter untuk memeriksakan dirinya bahwa memaksa
seorang perempuan meninggalkan semua aktivitas sehari-hari dan istirahat untuk
beberapa jam atau beberapaa hari (Raras, N. A., 2021).
b. Klasifikasi
Disminore
Menurut
(Rusli, Angelina, & Hadiyanto, 2019) nyeri haid atau dismenore dibagi
menjadi 2 jenis dismenore primer dan dismenore sekunder
a.
Dismenore primer
Nyeri
saat menstruasi dengan anatomi panggul normal. Biasanya dimulai saat remaja.
Rasa nyeri akan dirasakan sebelum atau bersamaan dengan permulaan menstruasi
dan berlangsung untuk beberapa jam. Timbul sejak haid pertama kali (menarche)
dan keluhan sakit akan berkurang setelah menikah dan langsung hilang setelah
hamil. Dismenore primer memiliki ciri khas yaitu merasakan nyeri haid saat
menstruasi, nyeri perut bawah, nyeri punggung, sakit, mual dan muntah(Angelica,
dkk. 2021). Sifat nyeri adalah kejang yang berjangkit, biasanya terbatas di
perut bawah, tetapi dapat merambat ke daerah pinggang dan paha, nyeri dapat
disertai mual, muntah, sakit kepala, dan diare. Menstruasi yang menimbulkan
rasa nyeri pada remaja sebagian besar disebabkan oleh dismenore primer (Judha, M., & Fauziah, A.,2012).
Ciri
dismenore primer
1. Dismenore
terjadi pada saat menarche dan pada wanita yang belum pernah hamil atau
melahirkan
2. Lamanya
atau durasinya biasanya 48 jam sampai 72 jam dengan nyeri dimulai beberapa jam
sebelum haid dan bertambah buruk pada hari pertama atau kedua mentruasi
3. Nyeri
biasanya didaerah suprapubik, kram atau spasmodic, kadang dideskripsikan
seperti mau melahirkan juga terjadi sakit pinggang
4. Terjadi
peningkatan prostaglandin di uterus
5. Tidak
teridentifikasi adanya penyakit pelviks ( Sindharti, 2013 ).
b.
Dismenore sekunder
Merupakan nyeri mesntruasi yang ditandai
dengan adanya kelainan panggul yang nyata. Terjadi akibat berbagai kondisi
patologis seperti endometriosis, salfingitis, adenomiosis uteri, stenosis
serviks, kista ovarium, mioma uteri dan lain-lain Sering terjadi pada usia
lebih dari 30 tahun dimana semakin bertambahnya umur rasa nyeri akan semakin
buruk, dapat terjadi kapan saja setelah menarche (haid pertama), peningkatan prostaglandin
dapat berperan pada dismenore sekunder, namun secara pengertian harus ada
penyakit pelvis yang menyertai (concomitant pelvic pathology). Penyebab yang
umum termasuk : endometriosis, leiomyomata (fibroid), adenomyosis, polip
endometrium, chronic pelvic inflammatory disease, dan penggunaan peralatan
kontrasepsi atau IUD (Intrauterine Device). (Wahyuni & Oktaviani, 2018)
c. Etiologi
Pada nyeri haid primer mekanisme
inisiasi nyeri sulit di tetapkan, namun beberapa yang sering berhubungan adalah
usia remaja, terbatas pada siklus ovulasi kontraksi uterus yang tidak ritmis,
dan hipoksia uterus (Koner H. 2013).
Penyebab
dari nyeri haid primer adalah karna terjadinya peningkatan atau produksi yang
tidak seimbang dari prostaglandin endometrium selama menstruasi. Prostaglandin
akan meningkatkan tonus uteri, kontraksi sehingga timbul rasa sakit (Waji. 2020).
d. Derajat Dismenore
Setiap menstruasi menyebabkan rasa
nyeri, terutama pada awal menstruasi namun dengan kadar nyeri yang berbeda
beda. Dismenore dibagi menjadi 3 tingkat keparahan (Astrida 2012), yaitu :
a.
Dismenore Ringan
Seseorang
akan mengalami nyeri atau nyeri masih dapat ditolerir karna masih berada pada
ambang rangsang, berlangsung beberapa saat dan dapat melanjutkan kerja sehari
hari
b.
Dismenore Sedang
Seseorang
mulai merespon nyerinya dengan merintih dan menekan-nekan bagian yang nyeri,
diperlukan obat penghilang rasa nyeri tanpa perlu meninggalkan pekerjaannya.
c.
Dismenore Berat
Seseorang
mengeluh karna adanya rasa terbakar danada kemungkinan seseorang tidak mampu
lagi melakukan pekerjaan biasa dan perlu istirahat beberapa hari dapat disertai
sakit kepala, migraine, pingsan, diare, rasa tertekan dan mual.
e. Manifestasi Klinis
Gejala-gejala dismenore yang biasa
terjadi adalah nyeri pada bagian perut bawah, pusing, mual hingga muntah, dan
nyeri di bagian paha dalam serta pinggang. Gejala dismenore juga dibagi 3
berdasarkan derajatnya (Ardiyanti, 2021) :
a. Derajat
I : Nyeri yang dialami berlangsung hanya beberapa saat, dan penderita masih
bisa melakukan aktivitas sehari-harinya.
b. Derajat
II : Rasa nyeri yang dialami cukup mengganggu, sehingga penderita memerlukan obat penghilang rasa nyeri
seperti paracetamol, ibuprofen atau yang lainnya. Penderita akan merasa baikan
jika sudah meminum obat dan bisa melakukan kembali pekerjaannya.
c. Derajat
III : Penderita mengalami rasa nyeri yang luar biasa hingga membuatnya butuh
waktu untuk beristirahat beberapa hari. Biasanya juga penderita mengalami sakit
kepala hingga pingsan, gangguan metabolisme hingga menyebabkan diare, sakit
pinggang dan paha bagian dalam.
Banyak ahli berpendapat bahwa keluhan
dismenore sebenarnya merupakan keluhan individual. Keluhan dismenore juga
banyak terdapat pada perempuan yang mengeluhkan dismenore, serta sebanyak 7 %
saudara perempuan yang mengalami dismenore juga mengeluhkan hal yang sama,
meskipun ibu mereka dulunya tidak mengeluhkan dismenore.
Keluhan
dismenore yang menjelma menjadi keluhan diseluruh tubuh, antara lain :
a. Mual
dan muntah-muntah
b. Rasa
letih
c. Sakit
daerah bawah pinggang
d. Perasaan
cemas dan tegang
e. Pusing
kepala dan bingung
f.
Diare.
Keluhan sakitnya bisa ringan sampai
berat. Lokasi rasa sakit ini dirasakan pada perut bagian bawah, sampai ke paha
dan pinggul belakang. Keluhan sakit bertambah berat bila ada pengaruh kejiwaan
dan setres. Pada dismenore primer pemeriksaan daerah rongga panggul biasanya
tidak ditemukan kelainan apa-apa. Sedangkan pada dismenore sekunder, sering
ditemukan berbagai jenis kelainan patologi di daerah rongga panggul seperti
yang sudah disebut sebelumnya ( misalanya, penyakit peradangan rongga panggul
dan lain-lain ).
f. Faktor Penyebab
Terdapat beberapa faktor penyebab
dismenore pada remaja yaitu:
1. Usia
Menarche dini, pada fase ini terjadi dismenore jauh lebih tinggi
2. Menstruasi,
masa mestruasi yang panjang mengakibatkan dismenor yang parah
3. Riwayat
keluarga dengan keluhan dismenore
4. Indek
masa tubuh tidak normal
5. Gizi
dan kegemukan (obesitas) merupakan faktor yang mempengaruhi terjadinya
dismenore. Dengan kebiasaan mengkonsumsi yang berlemak dapat meningkatkan
hormon prostaglandin yang dapat menyebabkan dismenore.
6. Faktor
psikologi, remaja yang secara emosional tidak stabil, apalagi tidak memahami
tentang proses haid, mudah mengalami dismenore dan stres emosional.
7. Faktor
endokrin, rendahnya kadar progesteron pada akhir fase korpus luteum. Hormon
progesteron menghambat atau mencegah kontraktilitas uterus sedangkan hormon
estrogen merangsang kontraktilitas uterus. Endometrium dalam fase sekresi
memproduksi prostaglandin F2 sehingga menyebabkan kontraksi otot – otot polos.
Jika kadar prostaglandin yang berlebihan memasuki peredaran darah, maka selain
dismenore dapat dijumpai efek lainnya seperti nausea ( mual ), muntah, diare
(Angelica, dkk. 2021).
g. Faktor Resiko Dismenore
faktor-faktor risiko
berikut ini berhubungan dengan episode dismenore yang berat :
a. Menstruasi
pertama pada usia dini <11 tahun
Pada usia <11 tahun
jumlah folikel-folikel ovary primer masih dalam jumlah sedikit sehingga
produksi esterogen masih sedikit juga.
b. Kesiapan
dalam menghadapi menstruasi
kesiapan sendiri lebih
banyak dihubungkan dengan faktor psikologis. semua nyeri tergantung pada
susunan saraf pusat, khususnya talamus dan korteks. Derajat penderitaan yang
dialami akibat rangsang nyeri sendiri tergantung pada latar belakang pendidikan
penderita.
c. Periode
menstruasi yang lama
Siklus haid yang normal
adalah jika seorang wanita memiliki jarak haid yang setiap bulannya relatif
tetap yaitu 28 hari. Jika melesetpun waktunya juga tidak terlalu jauh berbeda,
tetap pada kisaran 21 hingga 35 hari, dihitung dari hari pertama haid sampai
bulan berikutnya. Lama haid dilihat dari darah keluar sampai bersih, antara
2-10 hari.
d. Aliran
menstruasi yang hebat
Jumlah darah haid
biasanya sekitar 50ml hingga 100ml, atau tidak lebih dari 5x ganti pembalut
perharinya. Darah menstruasi yang dikeluarkan harusnya tidak mengandung bekuan
darah, jika darah yang dikeluarkan sangat banyak dan cepat enzim yang
dilepaskan di endometriosis mungkin tidak cukup atau terlalu lambat kerjanya.
e. Merokok
Gangguan yang berkaitan
dengan kesehatan reproduksi tersebut dapat bermacam-macam bentuknya, mulai dari
gangguan haid, lebih cepat berhenti haid, hingga sulit untuk hamil. Pada wanita
perokok terjadi pula peningkatan risiko munculnya kasus kehamilan di luar
kandungan dan keguguran.
f. Riwayat
keluarga yang positif
Endometriosis
dipengaruhi oleh faktor genetik. Wanita yang memiliki ibu atau sodara perempuan
yang menderita endometriosis memiliki resiko lebih besar terkena penyakit ini
juga. Hal ini disebabkan adanya gen abnormal yang diturunkan dalam tubuh wanita
tersebut.
g. Belum
pernah melahirkan anak
h. Kegemukan
(Obesity)
Perempuan obesitas
biasanya mengalami anovulatory chronic atau
haid tidak teratur secara kronis. Hal ini mempengaruhi kesuburan, disamping
juga faktor hormonal yang ikut berpengaruh (Karyadi, 2009). Perubahan hormonal
atau perubahan pada sistem reproduksi bisa terjadi akibat timbunan lemak pada
perempuan obesitas. Timbunan lemak memicu pembuatan hormon, terutama esterogen.
Menurut FAO/WHO/UNUmenyatakan bahwa pembatasan
berat badan normal orang dewasa ditentukan nilai Body Mass Indeks Masa Tubuh (
IMT ).
Rumus perhitungan IMT
adalah sebagai berikut :
Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m)
Tabel
kategori ambang batas IMT untuk Indonesia
|
Kategori |
IMT |
Kurus |
Kekurangan
berat badan tingkat berat |
<
17,0 |
Kekurangan
berat badan tingkat ringan |
17,0-18,5 |
|
Normal |
|
18,5-25,0 |
Obesitas |
Kekurangan
berat badan tingkat ringan |
>25,0-27,0 |
Kekurangan
berat badan tingkat berat |
>27 |
i.
Konsumsi alkohol
Dari hasil penelitian
ditemukan bahwa konsumsi alkohol juga dapat meningkatkan kadar esterogen yang
efeknya dapat memicu lepasnya prostagladin (zat yang membuat alat-alat rahim
berkontraksi) (Judha, M., &
Fauziah, A.,2012)
h. Diagnosa Dismenore
Secara sederhana, diagnosa dismenore
hanya didasarkan pada wanita yang mengeluh kesakitan sewaktu haid. Tetapi perlu
juga dipertimbangkan beberapa keadaan yang begitu rumitnya sehingga perlu adanya
pemeriksaan-pemeriksaan yang canggih seperti :
a. Ultrasonography, untuk mencari tahu
apakah terdapat kelainan dalam anatomi rahim, misalnya posisi, misalnya posisi,
ukuran dan luasruangan dalam rahim.
b. Histerosalphingography, untuk mencari
apakah terdapat kelainan dalam rongga rahim, seperti polypendometrium, myoma
submukcosa, atau adenomysis
c. Histeroscopy, untuk membuat gambar
dalam rongga rahim, seperti polip atau tumor lain
d. Laparoscopy, untuk melihat
kemungkinan adanya endometrosis, dan penyakit penyakit lain dalam rongga
panggul (Ardiyanti, 2021).
i. Dampak
Dampak yang diakibatkan oleh dismenorhea
primer berupa gangguan aktivitas seperti tingginya tingkat absen dari sekolah
maupun kerja, keterbatasan kehidupan sosial, performa akademik, serta aktivitas
olahraganya. Permasalahan dismenorhea juga berdampak pada penurunan kualitas
hidup akibat tidak masuk sekolah maupun bekerja. Hal ini juga berdampak pada
kerugian ekonomi pada wanita usia subur, serta berdampak pada kerugian ekonomi
nasional karena terjadinya penurunan kualitas hidup. Dismenorhea primer juga
dapat menyebabkan infertilitas dan gangguan fungsi seksual jika tidak
ditangani, depresi, dan alterasi aktivitas autonomik kardiak.
Ditemukan juga bahwa bentuk dismenore
primer yang dialami remaja sangat tidak nyaman sehingga dapat menyebabkan mudah
marah, gampang tersinggung, mual, muntah, kenaikan berat badan, perut gembung, punggung
terasa nyeri, sakit kepala, tegang lesu dan depresi, dismenore primer telah
menjadi suatu kondisi yang merugikan bagi banyak wanita dan memiliki dampak
besar pada kualitas hidup terkait kesehatannya. Akibatnya, dismenore juga
memegang tanggung jawab atas kerugian ekonomi yang cukup besar karena biaya obat,
perawatan medis dan penurunan produktivitas mengganggu aktivitas sehari hari,
ketidakhadiran mahasiswi dalam perkuliahan, absensi kerja pada wanita sehingga
memiliki efek negatif pada kualitas hidup, menurunkan aktivitas fisik,
menurunkan konsentrasi belajar dan mengalami hubungan sosial yang buruk.
Situasi ini tidak hanya memiliki dampak signifikan terhadap kualitas hidup dan
pribadi kesehatan tetapi juga dapat memiliki dampak ekonomi global (Sari &
Nurdin. 2015).
j. Tatalaksana Dismenore
1)
Terapi Farmakologis, dibagi menjadi 3, yaitu:
a.
Pemberian Obat Analgesik
jika
rasa nyeri berat, diperlukan istirahat di tempat tidur dan pemberian obat
analgesic.
b.
Obat Anti Inflamasi Nonsteroid (NSAID)
NSAID
menghambat sintesis prostaglandin dan memperbaiki gejala pada 80% kasus
dismenore. Dianjurkan pada wanita yang sedang menstruasi untuk mengonsumsinya
pada saat atau sesaat sebelum awitan nyeri 3 kali per hari, pada hari pertama
hingga hari ketiga.
c.
Terapi Hormonal
Tujuan terapi hormonal adalah menekan
terjadinya ovulasi. Tindakan ini bersifat sementara tujuan untuk memungkinkan
penderita dismenorea dapat melaksanakan pekerjaan penting pada saat mengalami
menstruasi tanpa adanya gangguan. Tujuan ini dapat dicapai dengan pemberian
salah satu kombinasi pil kontrasepsi (Angelica, dkk. 2021).
Berbagai upaya telah dilakukan untuk
mengurangi gejala nyeri pada dismenorhea, seperti mengkonsumsi obat-obatan anti
nyeri, (asam mefenamat, ibuprofen, metampiron, dan lain-lain). Penggunaan
analgesik yang berlebihan dapat membuat seseorang ketergantungan terhadap efek
penghilang nyeri, hal ini tentu saja berbahaya, ditambah lagi dengan efek
samping penggunaan analgesik jangka panjang yang dapat menyebabkan terjadinya
kerusakan hati bahkan hipertensi (Irianto, 2015).
2)
Terapi Nonfarmakologis
Pengobatan nonfarmakologis juga dapat
mengurangi rasa sakit pada dismenorea. Pengobatan nonfarmakologis tersebut
diantaranya adalah memberikan kompres hangat, massage efflurage, distraksi,
latihan fisik, istirahat yang cukup maupun mengonsumsi bahan makanan yang
melepas endorfin dan serotonin seperti dark chocolate (Sindharti et al., 2013).
Makanan
lainnya yang dapat menurunkan nyeri haid yaitu :
-Brokoli
-Yoghurt Rendah Lemak
-Salmon
-Telur
-Pisang
-Teh Chamomile
-Kacang-kacangan
a. Mineral
Besi (Food Chemistry, 1986)
Kandungan
besi di tubuh kita adalah 4 -5 g. sebagian besar berada dalam hemoglobin
(senyawa yang membawa oksigen dalam darah) dan pigmen myoglobin (jaringan
otot).Logam besi ini juga ada disejumlah enzim, sehingga besi sangat diperlukan
oleh tubuh. Wanita memerlukan lebih banyak zat besi dari pada pria, karena
harus menggantikan jumlah zat besi yang hilang selama periode menstruasi .
Sekitar 1 mg besi yang hilang setiap hari ketika proses mengeluarkan darah.
Kekurangan zat besi sangat sering terjadi pada wanita. Kekurangan zat besi
dapat menyebabkan Anemia (kekurangan butir darah merah), yang ditandai dengan
kelelahan dan sesak nafas.Kebutuhan zat besi tergantung dari umur dan jenis
kelamin, kebutuhannya sekitar 1 -2,8 mg/hari. Jumlah zat besi pada asupan
makanan sehari-hari berkisar antara 5 -28 mg/hari.
Sumber
zat besi terbaik adalah daging merah, karena tingkat penyerapan besinya 20 -30
%, sedang dari hati hanya 6,3 % dan dari ikan hanya 5,9 %. Sedang penyerapan Fe
yang berasal dari biji-bijian, sayuran dan susu adalah rendah (1,0 -1,5 %).
Telur akan mengurangi tingkat penyerapan besi sedangkan asam askorbat memperlihatkan
pengaruh sebaliknya (Sinaga,
Ernawati dkk. 2017).
b. Makanan
yang banyak mengandung asam lemak tak jenuh
Ada
jenis lemak yang bagus untuk kesehatan dan bisa mengurangi resiko sakit
jantung.Khususnya omega-3, suatu jenis lemak tidak jenuh. Hal ini dikatakan
oleh Christine Ong, Senior Principal Dietitian, Department of Nutrition and Dietetics Dept,KK Women’s & Children’s
Hospital (KKH), anggota grup SingHealth.
Karena tubuh manusia tidak dapat menghasilkan sendiri, maka sangat diperlukan
untuk memperolehnya dari menu makanan sehari-hari.Ada beberapa bentuk asam
lemak Omega 3 yaitu – Asam Alfa Linolenat (ALA), asam dokosaheksaenoat (DHA)
and asam eikosapentaenoat (EPA). DHA dan EPA, ditemukan pada ikan-ikan
tertentu.
ALA,
bentuk omega-3 diperoleh dari tumbuhan seperti Sebenarnya Flaxseed adalah
biji/benih dari bunga flax (Linium Usitatissinum) yang tumbuh subur di daerah
Amerika dan Kanada sangat baik karena dapat berubah menjadi DHA dan EPA di
dalam tubuh. Survey diantara wanita Denmark, sakit selama menstruasi
(dysmenorrhea) telah ditemukan berbanding terbalik dengan diet yang mengandung
minyak ikan (N-3 asam lemak jenuh) dan konsumsi vitamin B12 yang melibatkan 78
wanita muda yang mengalami dismenore, pengujian klinis tersebut memperkuat
penemuan epidemiologi yang telah ditemukan sebelumnya, dan menyarankan bahwa
diet supplemen miyak ikan atau minyak hewan yang kaya B12 atau digabungkan
dengan mengkonsumsi B12 vitamin dapat sangat mengurangi ketidak nyamanan
menstruasi.Asam lemak omega 3 pada telur, daging, dan susu bagus untuk
relaksasi otot dalam tubuh. Kandungan ini juga dapat membuat emosi remaja putri
stabil saat sedang haid (Sinaga,
Ernawati dkk. 2017).
c. Buah-buahan
Makan
buah-buahan saat sedang haid sangat dianjurkan. Misalnya pisang dapat
memperbaiki emosi remaja putri, semangka dapat memperlancar aliran darah, nanas
baik dikonsumsi saat sedang haid, karena mengandung bromelain, enzim yang
merelaksasi otot sehingga tidak kram waktu haid (Sinaga, Ernawati dkk. 2017).
2. Nyeri
Nyeri merupakan sensasi yang rumit,
unik, universal, dan bersifat individual. Dikatakan bersifat individual karena
respons individu terhadap sensasi nyeri beragam dan tidak bisa disamakan satu
dengan yang lainnya. Hal tersebut menjadi dasar bagi perawat dalam mengatasi
nyeri pada klien.
Nyeri diartikan berbeda-beda antar
individu, bergantung pada persepsinya. Walaupun demikian, ada satu kesamaan
mengenai persepsi nyeri. Secara sederhana, nyeri dapat diartikan sebagai suatu
sensasi yang tidak menyenangkan baik secara sensori maupun emosional yang
berhubungan dengan adanya suatu kerusakan jaringan atau faktor lain, sehingga
individu merasa tersiksa, menderita yang akhirnya akan mengganggu aktivitas
sehari-hari, psikis, dan lain lain (Asmadi. 2018).
a. Klasifikasi Nyeri
a.
Nyeri Akut dan Kronik
Nyeri akut dihubungkan dengan kerusakan
jaringan dan durasi yang terbatas setelah nosiseptor kembali ke ambang batas
resting stimulus istirahat. Nyeri akut ini dialami segera setelah pembedahan
sampai tujuh hari. Sedangkan nyeri kronik bisa dikategorikan sebagai malignan atau nonmalignan yang dialami pasien selama 1-6 bulan. Nyeri kronik
malignan biasanya disertai kelainan
patologis dan terjadi pada penyakit yang life-limiting
disease seperti kanker, end-stage organ dysfunction, atau infeksi HIV. Nyeri
kronik kemungkinan mempunyai elemen nosiseptif dan neuropatik. Nyeri kronik
nonmalignant (nyeri punggung,
migrain, artritis, diabetik
neuropati) sering tidak disertai kelainan patologis yang terdeteksi dan
perubahan neuroplastik yang terjadi pada
lokasi sekitar (dorsal
horn pada spinal
cord) akan membuat pengobatan menjadi lebih sulit.
Pasien dengan nyeri akut atau kronis
bisa memperlihatkan tanda dan gejala
sistem saraf otonom (takikardi, tekanan darah yang meningkat, diaforesis, nafas
cepat) pada saat nyeri muncul. Meskipun begitu, muncul ataupun hilangnya tanda
dan gejala otonom tidak menunjukkan ada atau tidaknya nyeri.
b.
Nosiseptif dan Nyeri Neuropatik
Nyeri
organik bisa dibagi
menjadi nosiseptif dan
nyeri neuropatik. Nyeri nosiseptif adalah nyeri inflamasi yang
dihasilkan oleh rangsangan kimia, mekanik dan suhu yang menyebabkan aktifasi
maupun sensitisasi pada nosiseptor perifer (saraf yang bertanggung jawab
terhadap rangsang nyeri). Nyeri nosiseptif biasanya memberikan respon terhadap
analgesik opioid atau non opioid.4 Nyeri neuropatik merupakan nyeri yang
ditimbulkan akibat kerusakan neural pada saraf perifer maupun pada sistem saraf pusat yang meliputi jalur saraf aferen sentral dan perifer, biasanya
digambarkan dengan rasa terbakar dan menusuk. Pasien yang mengalami nyeri
neuropatik sering memberi respon yang kurang baik terhadap analgesik opioid.
c.
Nyeri Viseral
Nyeri viseral biasanya menjalar dan
mengarah ke daerah permukaan tubuh jauh dari tempat nyeri namun berasal dari
dermatom yang sama dengan asal nyeri. Sering kali, nyeri viseral terjadi
seperti kontraksi ritmis otot polos. Nyeri visceral seperti keram sering
bersamaan dengan gastroenteritis, penyakit kantung empedu, obstruksi ureteral,
menstruasi, dan distensi uterus pada tahap pertama persalinan.4 Penyebab nyeri
viseral termasuk iskemia, peregangan ligamen, spasme otot polos, distensi
struktur lunak seperti kantung empedu, saluran empedu, atau ureter. Distensi pada
organ lunak terjadi nyeri
karena peregangan jaringan
dan mungkin iskemia karena
kompresi pembuluh darah sehingga menyebabkan distensi berlebih dari jaringan.
d.
Nyeri Somatik
Nyeri
somatik digambarkan dengan
nyeri yang tajam,
menusuk, mudah dilokalisasi dan
rasa terbakar yang
biasanya berasal dari kulit,
jaringan subkutan, membran mukosa,
otot skeletal, tendon, tulang dan
peritoneum. Nyeri insisi bedah, tahap
kedua persalinan, atau
iritasi peritoneal adalah nyeri somatik.Penyakit yang menyebar pada dinding parietal, yang
menyebabkan rasa nyeri menusuk disampaikan oleh
nervus spinalis. Pada
bagian ini dinding
parietal menyerupai kulit
dimana dipersarafi secara luas oleh nervus spinalis. Adapun, insisi pada
peritoneum parietal sangatlah
nyeri, dimana insisi
pada peritoneum viseralis
tidak nyeri sama
sekali. Berbeda dengan nyeri
viseral, nyeri parietal
biasanya terlokalisasi langsung
pada daerah yang rusak (Eko. 2015).
b. Pengukuran Skala
Nyeri
a.
Visual Analog Scale (VAS)
Visual analog scale (VAS) adalah cara
yang paling banyak digunakan untuk menilai nyeri. Skala linier ini
menggambarkan secara visual gradasi tingkat nyeri yang mungkin dialami seorang
pasien. Rentang nyeri diwakili sebagai garis sepanjang 10 cm, dengan atau tanpa
tanda pada tiap sentimeter. Tanda pada kedua ujung garis ini dapat berupa angka
atau pernyataan deskriptif. Ujung yang satu mewakili tidak ada nyeri, sedangkan
ujung yang lain mewakili rasa nyeri terparah yang mungkin terjadi. Skala dapat
dibuat vertikal atau horizontal. VAS juga dapat diadaptasi menjadi skala
hilangnya/reda rasa nyeri. Digunakan pada pasien anak >8 tahun dan dewasa.
Manfaat utama VAS adalah penggunaannya sangat mudah dan sederhana. Namun, untuk
periode pasca bedah, VAS tidak banyak bermanfaat karena VAS memerlukan
koordinasi visual dan motorik serta kemampuan konsentrasi (Mardana 2017).
Gambar
1 Visual Analog Scale
Sumber
: (Mardana. 2017)
b.
Verbal Rating Scale (VRS)
Skala ini menggunakan angka-angka 0
sampai 10 untuk menggambarkan tingkat nyeri. Dua ujung ekstrem juga digunakan
pada skala ini, sama seperti pada VAS atau skala reda nyeri (Gambar 2). Skala
numerik verbal ini lebih bermanfaat pada periode pascabedah, karena secara
alami verbal / kata-kata tidak terlalu mengandalkan koordinasi visual dan
motorik. Skala verbal menggunakan kata - kata dan bukan garis atau angka untuk
menggambarkan tingkat nyeri. Skala yang digunakan dapat berupa tidak ada nyeri,
sedang, parah. Hilang/redanya nyeri dapat dinyatakan sebagai sama sekali tidak
hilang, sedikit berkurang, cukup berkurang, baik/ nyeri hilang sama sekali.
Karena skala ini membatasi pilihan kata pasien, skala ini tidak dapat
membedakan berbagai tipe nyeri (Mardana 2017).
Gambar
2 Verbal Rating Scale
Sumber
: (Mardana 2017)
c.
Numeric Rating Scale (NRS)
Dianggap sederhana dan mudah dimengerti,
sensitif terhadap dosis, jenis kelamin, dan perbedaan etnis. Lebih baik
daripada VAS terutama untuk menilai nyeri akut. Namun, kekurangannya adalah
keterbatasan pilihan kata untuk menggambarkan rasa nyeri, tidak memungkinkan
untuk membedakan tingkat nyeri dengan lebih teliti dan dianggap terdapat jarak
yang sama antar kata yang menggambarkan efek analgesic (Mardana 2017).
Gambar
3 Numeric Rating Scale
Sumber
: (Mardana. 2017)
Keterangan
:
0
: tidak nyeri
1-3
: nyeri ringan. Pasien dapat bekomunikasi dengan baik
4-6
:nyeri sedang. Pasien mendesis, menyeringai, dapat mendeskripsikan, mengikut
perintah dengan baik dan menunjukkan lokasi nyeri.
7-9
: nyeri berat. Pasien tekadang tidak dapat mengikut perintah namun masih bagus
dalam merespon tindakan, dapat mengalokasikan nyeri, tidak dapat
mendeskripsikan, distraksi dan tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas
panjang.
10
: nyeri sangat berat dan pasien tidak bisa berkomunikasi
d.
Paint Measurement Scale
Gambar
4 Pain Measurement Scale
(Raras,
N. A. 2021)
Intensitas derjat nyeri pada skala 0
tidak terjadi nyeri, pada skala 1-3 intnsitas nyeri berada pada derajat ringan,
pada skala 4-6 intensitas nyeri berada pada derajat sedang, pada skala 7-9
intensitas nyeri beraada pada derajat berat sedngkan pada skala 10 intensitas
nyeri tidak terkontrol. Cara pengukuran skala dengan menunjukkan tanda pada
salah satu angka yang sesuai dengann intensitas nyeri yang sedang dirasakan(
Raras, N. A. 2021).
3. Coklat
a. Definisi coklat
Coklat merupakan produk pangan hasil
olahan devirat biji kakao yang berasal dari tanaman kakao atau Thebroma cacao.
Coklat merupakan produk pangan olahan yang bahan terdiri campuran kombinasi
dari pasta coklat (chocolate liquor), gula, lemak kakao dan beberapa jenis
bahan tambahan cita rasa. (Raras, N. A., 2021).
Gambar
5 Coklat Hitam
Sumber
: (Laruan, 2021)
Coklat adalah hasil olahan dari biji
kokoa (Theobroma cacao) yang tumbuh pertama kali di hutan hujan di amerika
selatan dan Amerika Tengah. Theobroma caco berasal dari family sterculiaceae
dan memiliki empat jenis varietas yaitu : Chriollo merupakan varietas yang
sangat jarang di budidayakan karena rentan terhadap penyakit tanaman. Nacional,
memiliki rasa yang baik dan sebagian besar tumbuh di Ekuador. Forastero,
berasal dari daerah sekitar Amazon. Trinitario, merupakan tanaman hibrida dari
Forastero dan Criollo. Banyak studi yang mengkonfirmasi bahwa mengkonsumsi
kokoa memiliki keuntungan bagi kesehatan, terutama karena kakao mengandung
flafonoid dan kaya akan anti oksidan .(Sindharti G, 2013).
Coklat merupakan produk pangan olahan
yang bahan terdiri campuran kombinasi dari pasta coklat (chocolate liquit),
gula, kakao, dan beberapa jenis bahan tambahan citarasa. Biji kakao memiliki
rasa sepat dan rasa pahit yang khas karena disebabkan oleh polifenol. Coklat
hitam kandungan biji kakao lebih banyak jika dibandingkan dengan jenis coklat
lainnya, hal tersebut yang mengakibatkan coklat hitam kaya akan senyawa
polifenol yang berkontribusi besar memberikan rasa pahit dan warna hitam pekat
pada coklat hitam. Coklat hitam adalah pilihan terbaik untuk manfaat kesehatan.
(Raras, N. A., 2021)
b. Macam macam coklat
Coklat dibedakan menjadi 2 yaitu Coklat
Couverture dan Coklat Compound. Coklat Couverture dianggap sebagai coklat
premium dan”asli”. Couverture lebih mudah leleh karena mengandung lemak alami
coklat. Coklat Compound tidak dianggap sebagai coklat asli, coklat compound
biasa dianggap sebagia coklat paduan, karena memiliki minyak/lemak nabati
daripada lemak coklat (Direktorat Standardisasi Produk Pangan Deputi Bidang
Pengawaasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya, 2017).
c. kandungan
Coklat
hitam mengandung beragam kandungan nutrisi yang bermanfaat bagi kesehatan
tubuh. Dengan mengonsumsi sekitar 100 gram coklat hitam, Anda bisa mendapatkan
beberapa nutrisi berikut ini:
a) 11
gram serat
b) 46
gram karbohidrat
c) 43
gram lemak
d) 7
gram protein
e) 230
miligram magnesium
f) 200
miligram fosfor
g) 12
miligram zat besi
Selain
itu, coklat hitam juga diperkaya theobromine (zat antiradang
yang hanya terdapat pada tanaman kakao), kafein, dan sejumlah vitamin,
seperti vitamin
A, vitamin B,
vitamin E, dan vitamin K. Anda pun bisa mendapatkan berbagai jenis antioksidan,
seperti polifenol,
flavanoid, dan katekin, dalam jumlah tinggi dari coklat hitam.
d. Manfaat
a. Sebagai
Analgesik, kandungan tembaga yang ada dalam coklat digunakan tubuh untuk
mensitetis kolagen dan neurotransmitter, yaiu hormon endorphin.
b. Meningkatkan
suasana hati dan tinggi antioksidan.
c. Anti
inflamasi
d. Anti
piretik
Coklat memiliki berbagai manfaat bagi
tubuh, seperti melepas neurotrasmitter yang meingkatkan suasana hati dan tinggi
anti oksidan. Coklat juga mengandung vitamin dan mineral, serta merangsang otak
untuk melepaskan hormon endorphin. Coklat mengandung tembaga yang digunakan di
dalam tubuh untuk mensintesis kolagen dan neurotrasnmitter, yaitu endorpin.
Endorpin merupakan substansi yang dikeluarkan oleh tubuh yang berfungsi
menghambat impluss nyeri. Hormon endokrin akan menjadi analgesik alami dan
penenang alami sehingga mampu menurunkan intensitas nyeri seperta pada nyeri
haid.
Coklat hitam jugaa mengandung kalsium,
kalium, natrium dan magnesium. Magnesium berfungsi memperbesar pembuluh darah
sehingga mencegah kejang otot dan dinding pembuluh darah. Magnesium berfungsi
juga untuk meringankan dismenore (Wahyuni. 2018). Coklat hitam ini juga
mengandung analgesik,antipiretik dan anti inflamasi serta memblokir peningkatan
Prostaglandin didalam tubuh sehingga menurunkan Dismenore (Raras, N. A., 2021)
e. Coklat Dalam
Mengurangi Dismenore Primer
Pengaruh coklat hitam dalam menurunkan
nyeri (Sindharti. 2013) :
1) Serotinin
Serotinin diekskresikan oleh nucleus yang berasal
dari dalam rafe medialis batang otang dan diproyeksikan ke banyak area otak
terutama cornu dorsalis medulla spinalis. Coklat hitam batang merupakan bahan
makanan berkarbohidrat dan rendah protein yang mengandung tritopan yang dapat
memicu pengeluaran serotonin yang merupakan konduktor saraf yang paling di
kenal. Tritopan merupakan salah satu asam amino essensial, dalam sirkulasi
normal memiliki konsentrasi rendah, tetapi ketika karbohidrat memasuki
peredaran darah, maka karbohidrat tersebut menstimulasi produksi insulin dan
menstimulasi pengambilan sebagian asam amino kedalam jaringan kecuali
triptopan. Proses ini mengakibatkan kadar triptopan dalam darah meningkat
sehingga memfasilitasi triptopan untuk melintasi sawar darah otak dan
meningkatkan sekresi serotonin. Peningkatan sekresi serotonin akan menyebabkan
nyeri menurun, kondisi ini terjadi biofeedback
mekanisme dalam pengaturan karbohidrat yaitu tingginya kadar serotonin yang
dihasilkan mengakibatkan peningkata kadar karbohidrat. Peningkatan kadar
karbohidrat ini berperan dalam memfasilitasi peningkatan kadar
serotonin.Mekanisme hambatan nyeri oleh serotonin yaitu stimulasi nyeri yang
diterima area periventrikuler dienchephalon akan menghantarkan isyarat nyeri
menuju nucleus rafe yang kemudian
akan diteruskan ke cornu dorsalis medulla spinalis (tempat serat sensorik nyeri
dari perifer berakhir). Serotonin yang di ekskresikan oleh nucleus rafe akan
menghantarkan transmisi nyeri sehingga isyarat nyeri tidak dapat diteruskan
menuju cornu dorsalis (Sindharti. 2013).
2) Endorphine
Endorphine merupakan substansi yang dikeluarkan oleh
tubuh yang berfungsi menghambat impuls nyeri. Endophine disekresikan oleh ujung
syaraf di dalam medulla spinalis, didalam thalamus dan didalam batang otak yang
didalam hipotalamus.Coklat hitam batang mengandung karbohidrat dan komponen
protein lima persen pada setiap kalorinya, sehingga efektif untuk dapat memicu
pengeluaran endorphine (Endogenous apiates) dari pada makanan karbohidrat
lainnya. Endorphine ini berfungsi sebagai zat pengantar eksitasi yang
mengaktivasi bagian sistem analgesia otak. Peningkatan endorphine dapat
menghambat transmisi nyeri seperti prostaglandin. Mekanisme hambatan nyeri oleh
endorphine yaitu dengan menghambat enzim siklooksigenase yang mengakibatkan
tidak terbentuknya PGG₂ dimana PGG₂ ini yang akan membentuk PGF₂α (Sindharti.
2013).
Coklat merupakan kategori makanan yang mudah dicerna
oleh tubuh dan mengandung banyak vitamin seperti vitamin A1, B1, B2, C, D, dan
E serta beberapa mineral seperti fosfor, magnesium, zat besi, zinc, dan juga
tembaga.
Coklat terkenal mengandung antioksidan dan flayonoid
yang sangat berguna untuk mencegah masuknya radikal bebas kedalam tubuh yang
bisa menyebabkan kanker, beberapa kandungan senyawa aktif coklat seperti
kafein, theobromine, methyl-xanthine, dan phenylethylalanine dipercaya dapat
memperbaiki mood dan mengurangi kelelahan sehingga bisa digunakan sebagai obat
anti depresi.
Magnesium berguna untuk merelaksasikan otot dan
dapat memberikan rasa rileks yang dapat mengendalikan suasana hati yang murung.
Selain itu Magnesium juga berfungsi memperbesar pembuluh darah sehingga
mencegah kekejangan otot dan dinding pembuluh darah, oleh sebab itu magnesium
berfungsi untuk meringankan dismenore atau rasa nyeri saat haid (Adytia, 2020).
4. Remaja
Masa remaja merupakan masa yang penuh
perubahan. Tahap pertama pertanda kedewasaan atau pubertas pada anak perempuan
yaitu mengalami menstruasi atau haid (Fatmawati. 2016). Masa remaja merupakan
proses perkembangan dalam kehidupan seseorang yang sedang dalam masa peralihan
dari masa anak-anak menuju masa dewasa yang ditandai dengan perkembangan atau
perubahan fisik, mental, sosial dan emosional. Salah satu perubahan paling awal
muncul pada remaja putri yaitu perkembangan secara biologis, tanda keremajaan
secara biologis yaitu pada saat mulainya remaja mengalami menstruasi
(Misliani., 2019).
Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak
menjadi dewasa (Berlianawati, 2016). Menurut World Health Organization (WHO), remaja adalah penduduk dalam
rentang usia10-19 tahun. Masa remaja merupakan masa perkembangan pada diri
remaja yang sangat penting, diawali dengan matangnya organorgan fisik (seksual)
sehingga nantinya mampu bereproduksi (S. A Putri, 2017)
Batasan usia remaja dapat dibagi menjadi
3 kelompok, yaitu usia 12–15 tahun termasuk masa remaja awal, usia 15–18 tahun
termasuk masa remaja pertengahan, dan usia 18–21 tahun termasuk masa remaja
akhir (Della, dkk., 2017).
B.
Kewenangan Bidan Terhadap Kasus Tersebut
Berdasarkan
Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 Tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan
1. Bagian Kedua Kewenangan Pasal 18
Dalam penyelenggaraan Praktik Kebidanan, Bidan memiliki kewenangan untuk
memberikan:
a. Pelayanan
kesehatan ibu;
b. Pelayanan
kesehatan anak; dan
c. Pelayanan
kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana.
2. Pasal 21 Dalam memberikan pelayanan
kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana sebagaimana dimaksud
dalam pasal 18 huruf c, Bidan berwenang memberikan:
a. Penyuluhan
dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana; dan
b. Pelayanan
kontrasepsi oral, kondom, dan suntikan.
Berdasarkan Undang Undang Republik
Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 Tentang Kebidanan Paragraf dua dalam pelayanan
kesehatan anak Pasal 52 Ketentuan lebih lanjut mengenai pelayanan kesehatan
ibu, pelayanan kesehatan anak, dan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan
keluarga berencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 sampai dengan Pasal 51
diatur dengan Peraturan Menteri.
C.
Penelitian Terkait
1. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Sri Wahtini, dkk jurnal tahun 2021 dengan judul “Coklat hitam menurunkan nyeri
dismenore ” dari hasil penelitian ini ada perbedaan pengaruh pemberian cokelat
hitam terhadap penurunan angka nyeri dismenore pada mahasiswa Kebidanan
Semester VIII.
2. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Evan, dkk jurnal tahun 2021 dengan judul “Pengaruh coklat hitam terhadap
intensitas nyeri dismenore primer pada mahasiswi Akademi Kebidanan Saleha Banda
Aceh “ di dapatkan hasil Terdapat pengaruh cokelat hitam terhadap penurunan
intensitas nyeri menstruasi dismenorhae primer pada remaja.
3. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Nur, dkk jurnal tahun 2019 dengan judul “ Coklat sebagai penurunan nyeri
dismenore primer pada siswi SMK Farmasi di Bandar Lampung “ dengan hasil dapat
disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan penurunan nyeri dismenore
primer pada remaja.
4. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Roiela, dkk jurnal tahun 2018 dengan judul “ Pengaruh Pemberian Coklat Hitam
terhadap Penurunan Nyeri Haid pada Dismenorhea Primer “ dengan hasil pemberian
coklat hitam berpengaruh terhadap penurunan nyeri haid pada dismenorhea primer
mahasiswi PSIK Universitas Muhammadiyah Malang.
5. Hasil penelitian yang dilakukan Leni
Tri Wahyuni jurnal tahun 2018 dengan judul “Pengaruh Konsumsi Coklat Hitam
Terhadap Penurunan Tingkat Nyeri Haid (Dismenore Primer) pada mahasiswi ilmu
keperawatan STIKES Ranah Minang “ dengan hasil Terdapat pengaruh yang bermakna
antara pemberian coklat hitam 100 gram, dan 75 gram, terhadap penurunan nyeri dismenore.
D.
Kerangka Teori
Desminore Primer Dampak Terjadinya Dismenore Primer 1.
Mengganggu
aktivitas sehari-hari 2.
Keterbatasan
kehidupan sosial 3.
Tingginya
tingkat absen di sekolah 4.
Menurunkan
konsentrasi belajar 5.
Menurunkan
aktifitas fisik Penatalaksanaan
Teraphy farmakologi Obat analgesic NSAID Terapy hormonal Teraphy Non
Farmakologi Kompres air
hangat Massage
efflurage Distraksi Latihan fisik
(olahraga) Konsumsi
makanan yang mengandung kalsium dan magnesium dan makanan yang mengandung
asam lemak tak jenuh seperti brokoli, youghurt, salmon, telur, pisang, teh
chamomile, kacang-kacangan, susu. Pemberian dark choclate
Gambar
5
Kerangka
Teori
Sumber : Judha,
M., & Fauziah A (2012). Sari & Nurdin. (2015).
angelica, dkk. (2021). Sindharti (2013).
Sinaga Ernawati dkk. (2017)
BAB
III
METODE
STUDI KASUS
A.
Lokasi dan Waktu Pelaksanaan
Lokasi pemberian asuhan pada Nn. S
bertempat di PMB Rubiyati A.Md.Keb. Waktu pelaksanaan pada bulan febuari-maret
2022.
B.
Subjek Laporan Kasus
Subjek yang dituju dalam studi kasus ini
adalah Nn. S remaja putri dengan keluhan nyeri haid (dismenore primer) dengan
kriteria inklusi umur 15-18 tahun, nyeri menstruasi terjadi saat menstruasi
dimulai berlangsung 24 jam sampai 72 jam, tidak menggunakan obat analgesik atau
obat obatan lain yang dapat mengurangi nyeri menstruasi, bersedia menjadi
respondendan tinggal didesa Sindang Sari Kecamaran Tanjung Bintang Lampung
Selatan.
C.
Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen yang
digunakan adalah alat yang digunakan
untuk mengumpulkan data saat melakukan studi kasus. Alat yang digunakan
pengumpulan data sebagai berikut :
a) Format pendokumentasian asuhan kebidanan
pada remaja, lembar kuisioner, lembar observasi yang digunakan dalam melakukan
pengkajian.
b) Instrument untuk pemeriksaan fisik
Nn. S
Alat yang digunakan untuk pemeriksaan Nn. S
yaitu tensimeter,stetoskop, thermometer,sarung tangan, jam tangan, timbangan
berat badan, dan hand sanitizer.
D.
Teknik Pengumpulan Data
Dalam
penyusunan ini penulis menggunakan jenis data primer dan sekunder
Dalam penyusunan kasus ini penulis
menggunakan jenis data primer dan data sekunder
1. Data primer
Data primer diperoleh dari hasil
wawancara,observasi langsung danpemeriksaan fisik terhadap Nn. S.
a. Wawancara adalah suatu metode yang
digunakan untuk mengumpulkan data dimana peneliti mendaptkan keterangan atau
pendirian secara lisan dari seorang sasaran penetian (Responded) atau
bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang tersebut (Face to Face).
b. Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data
dengan cara mengamati subjek dan melakukan berbagai macam pemeriksaan yang
berhubungan dengan kasus yang akan diambil. Observasi dapat berupa pemeriksaan
umum, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
c. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi
Inspeksi adalah suatu proses observasi yang
dilakukan dengan menggunakan indera penglihatan, pendengaran dan penciuman
sebagai suatu alat untuk mengumpulkan data.
2) Palpasi
Palpasi adalah suatu teknik yang menggunakan
indera peraba tangan, jari adalah suatu instrument yang sensitif yang digunakan
untuk mengumpulkan data tentang temperature, turgor, bentuk kelembapan, dan
ukuran.
3) Perkusi
Perkusi adalah suatu pemeriksaan dengan jalan
mengetuk membandingkan kiri kanan pada setiap permukaan tubuh dengan tujuan
menghasilkan suara yang bertujuan untuk mengidentifikasi lokasi, ukran, nentuk
dan konsistensi jaringan dengan pemeriksaan reflex patella.
4) Auskultasi
Auskultasi adalah pemeriksaan dengan jalan
mendengarkan suatu yang dihasilkan oleh tubuh Nn. S, dengan stetoskop.
2. Data Sekunder
Data
yang didapat tidak secara langsung studi kepustakaan berupa buku-buku dan
jurnal penelitian yang membahas masalah pada remaja putri serta dokumentasi
informasi yang diperoleh dari rekam medis pasien.
3. Studi Dokumentasi
Dokumentasi adalah semua bentuk informasi yang berhubungan dengan dokumen,
baik dokumen resmi maupun dokumen tidak resmi, dokumen resmi dibawah tanggung
jawab instansi resmi, misalnya laporan, catatan-catatan didalam kartu klinik,
sedangkan tidak resmi adalah segala bentuk dokumen dibawah tanggung jawab
instansi tidak resmi seperti biografi, catatan harian.Memberikan
asuhan kebidanan pada Nn. S remaja putri dengan keluhan nyeri dismenore primer.
Objek dalam penelitian ini adalah pemberian coklat hitam sebanyak 100 gr per
hari dengan coklat yang memiliki kandungan kakao 72% dilakukan pemberian selama
2 hari, dilakukan pre test tingkat nyeri haid dan dilakukan post test setelah 8
jam dan dilakukan kembali pemberian coklat hitam di hari kedua pada Nn. S. Coklat
yang digunakan yaitu coklat kemasan yang tersedia di pasaran yaitu coklat hitam
alpine.
E.
Alat dan Bahan
Dalam
melakukan studi kasus mengenai Penerapan Pemberian Coklat Hitam Terhadap
Penurunan Dismenore Pada Remaja Putri maka dubutuhkan alat dan bahan untuk
melakukan studi kasus ini.
1.
Alat
a.
Format Asuhan Kebidanan dan Lembar Observasi.
b.
Lembar informed consent
c.
Lembar kuisioner
d.
Tensimeter
e.
Stetoskop
f.
Termometer
g.
Jam tangan
h.
Sarung tangan
i.
Mangkok / Wadah Coklat
j.
Timbangan gram
3.
Bahan
a.
Coklat dark 100 gram ( Coklat kemasan alpine )
F.
Matriks Kegiatan
No. |
Tanggal Pelaksanaan |
Kegiatan |
1. |
1 maret 2021 |
1. Kunjungan Hari
pertama 2. Melakukan
pendekatan dengan pasien dan membina hubungan baik kepada pasien dan
keluarganya 3. Melakukan informed
concent untuk menjadi pasien studi kasus laporan tugas akhir 4. Memastikan pasien
dan keluarga mengerti mengenai laporan tugas akhir ini 5. Melakukan
pengkajian data pasien 6. Memastikan pasien
masuk dalam kriteria respondenyaitu pasien yang mengalami nyeri haid
(dismenore primer), umur 18 tahun, belum mengalami haid pada bulan maret,
bersedia menjadi responden 7.Menjelaskan kepada
pasien penggunaan coklat hitam untuk menurunkan nyeri haid 8. Memberikan coklat
hitan pada pasien 9. Memberitahu pasien
untuk segera menghubungi penulis saat merasakan nyeri haid |
2. |
14 maret 2022 pukul
07.00 |
1. Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital
sertapemeriksaanfisik pasien 2. Mengukur tingkat nyeri pasien menggunakan
lembar kuisioner menggunakan skla nyeri Numeric Rating Scale (NRS) 3. Pemberian coklat hitam sebanyak 100 gram saat
dirasakannya nyeri haid (Dismenore primer) 4. Evaluasi tingkat nyeri pasien menggunakan
lembar kuisioner menggunakan skala nyeri Numeric Rating Scale (NRS) setelah 8
jam pemberian coklat hitam |
3. |
14 maret 2022 pukul
15.00 |
1. Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital
sertapemeriksaanfisik pasien 2. Menanyakan kepada pasien apakah ada keluhan
lain setelah diberikan coklat hitam 3. Mengobservasi apakah coklat hitam habis dimakan 4. Melakukan pengukuran tingkat nyeri pasien
kembali menggunakan lembar kuisioner menggunakan skala nyeri Numeric Rating
Scale (NRS) 5. Pemberian coklat hitam sebanyak 100 gram 6. Evaluasi tingkat nyeri pasien menggunakan
lembar kuisioner menggunakan skala nyeri Numeric Rating Scale (NRS) |
4. |
15 maret 2022 pukul
07.00 |
1. Melakukan anamnesa 2. Menanyakan kepada pasien apakah ada keluhan
lain 3. Melakukan pengukuran tingkat nyeri pasien
kembali menggunakan lembar kuisioner menggunakan skala nyeri Numeric Rating
Scale (NRS) 4. Pemberian coklat hitam sebanyak 100 gram 5. Evaluasi tingkat nyeri pasien menggunakan
lembar kuisioner menggunakan skala nyeri Numeric Rating Scale (NRS) setelah 8
jam pemberian coklat hitam |
5. |
15 maret 2022 pukul
15.00 |
1. Melakukan anamnesa 2. Menanyakan kepada pasien apakah ada keluhan
lain setelah diberikan coklat hitam 3. Mengobservasi apakah coklat hitam habis dimakan 3. Evaluasi tingkat nyeri pasien menggunakan
lembar kuisioner menggunakan skala nyeri Numeric Rating Scale (NRS) |
BAB
IV
ASUHAN
KEBIDANAN PADA REMAJA PUTRI
DENGAN
NYERI HAID (DISMENORE PRIMER)
DI
PMB RUBIYATI A.Md.Keb LAMPUNG SELATAN
Pengkaji : Tri Utamei
Tanggal : 14 Maret 2022
Pukul :07.00 WIB
A.
SUBYEK (S)
1. Identitas
Nama : Nn. S
Umur : 18 Tahun
Agama : Islam
Suku / Bangsa : Jawa
Pendidikan : SMA
Alamat : Sindang Sari, Tanjung Bintang,
Lampung Selatan
Ibu Ayah
Nama
: Ny. M Tn.
S
Umur
: 41 Tahun 42 tahun
Agama
: Islam Islam
Suku
/ Bangsa : Jawa Jawa
Pendidikan
: SMP SMP
Pekerjaan
: IRT Buruh
Alamat
: Sindang Sari, Tanjung
Bintang, Lampung Selatan
2. Alasan
Kunjungan
Pasien mengatakan saat
ini sedang menstruasi hari pertama dan merasakan nyeri pada perut bagian bawah
dan paha sehingga mengganggu aktifitasnya, dalam skla nyeri pasien mengatakan
di skala 6 (Nyeri sedang).
3. Riwayat
Menstruasi
a. Menarche
: 12 Tahun
b. Siklus
haid : 28 hari
c. Lama
haid : 5-7 hari
d. Banyaknya
haid : 3-4 kali ganti pembalut
e. Sifat
haid : Encer, warna merah
dan sedikit menggumpal
f. Dismenore
: Nyeri dan sakit saat
menstruasi
4. Riwayat
Perkawinan
Pasien mengatakan belum
menikah
5.
Riwayat kesehatan
a. Riwayat
kesehatan sekarang :
Pasien mengatakan saat
ini sedang menstruasi hari pertama dan merasakan nyeri sedang pada perut bagian
bawah sehingga mengganggu aktifitasnya. Pasien mengatakan dirinya belum pernah
mendapat pengobatan apapun dan pasien mengatakan tidak ada alergi obat.
b. Riwayat
kesehatan yang lalu :
Pasien mengatakan tidak
sedang dan tidak pernah menderita penyakit menular, menurun dan menahun seperti
dada berdebar-debar (Jantung), sering makan, minum dan kencing (DM), sesak
nafas (Asma), tekanan darah >140/90 mmHg (Hipertensi), Sakit kuning
(Hepatitis), Kejang sampai keluar busa (Epilepsi) dan keputihan gatal-gatal
(PMS).
c. Riwayat
kesehatan keluarga :
Pasien mengatakan dalam
keluarganya tidak ada yang sedang dan pernah menderita penyakit menular,
menurun dan menahun seperti dada berdebar-debar (Jantung), sering makan, minum
dan kencing (DM), sesak nafas (Asma), tekanan darah >140/90 mmHg
(Hipertensi), Sakit kuning (Hepatitis), Kejang sampai keluar busa (Epilepsi)
dan keputihan gatalgatal (PMS).
d. Riwayat
operasi :
Pasien mengatakan tidak
pernah mengalami operasi apapun.
6.
Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
a. Nutrisi
Frekuensi Makan :
3 kali sehari
Banyaknya : 1 piring
Jenis makanan : Nasi, lauk, sayur,
junkfood
b. Pola
minum
Frekuensi minum : 7-8 gelas/hari
Banyaknya : 1 gelas sedang
Jenis minuman : Air mineral, teh, susu
c. Eliminasi
BAK
Frekuensi : 4-5 kali sehari
Warna : Kuning jernih
Bau : Khas urine
BAB
Frekuensi : 1 kali sehari
Warna :Kuning Kecoklatan
Konsistensi : Lembek
d. Istirahat
Tidur siang : Jarang
Tidur malam : 5-6 jam
e. Personal
hygiene
Mandi : 2 kali sehari
Ganti baju : 2 kali sehari
Keramas : 3 kali seminggu
Sikat gigi : 3 kali sehari
f. Aktivitas
Aktivitas klien sebagai
pelajar aktif di sekolah menengah atas, pasien jarang melakukan aktivitas fisik
seperti olahraga.
g. Psikologis
Klien merasa tidak
nyaman dan cemas dengan nyeri yang dialami karena mengganggu aktivitas serta
berharap rasa nyeri bisa segera hilang.
B.
OBJEKTIF (O)
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan
umum : Cukup
b. Kesadaran
: Composmentis
c. Keadaan
emosional : Stabil
d. Tekanan
darah : 120/80mmHg
e. Suhu
: 36,70C
f. Nadi
: 84 x/menit
g. Respirasi
: 22 x/menit
h. BB : 75 Kg
i.
TB : 163 cm
j.
Tinggi
Badan (m) x Tinggi Badan (m)
(163 cm) m x (163 cm) m
1,63 x 1,63
= 28,3 ( obesitas : kelebihan berat badan )
Note :
kurus
: tingkat ringan (< 17,0) berat
(17,0-18,5)
Normal : (18,5-25,0)
Obesitas
:tingkat ringan (25,0-27,0) berat (>27)
2. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Kulit
Kepala : Bersih
Rambut
: Hitam dan tidak
rontok
Muka
: Bersih, pucat,
nampak menahan rasa sakit
Mata
: Simetris,
sklera putih dan konjungtiva merah muda
Hidung
: Bersih, tidak ada
sekret dan tidak ada benjolan
Telinga
: Bersih, tidak
ada serumen, tidak ada nyeri tekan
Gigi
:Tidak caries
Gusi
: Tidak
berdarah
Lidah
: Tidak ada
stomatitis
b. Leher
Kelenjar
Thyroid : Tidak ada pembesaran
Kelenjar
Limfe : Tidak ada pembesaran
Vena
Jugularis : Tidak ada
pembesaran
c. Dada
Tidak
dilakukan pemeriksaan
d. Payudara
Tidak
dilakukan pemeriksaan
e. Abdomen
Pembesaran
: Tidak ada
Benjolan
: Tidak ada
Nyeri
tekan : Terdapat nyeri
tekan
f. Ekstremitas
Ekstremitas
atas : Kuku : Bersih dan pendek
Oedema :
Tidak ada
Kemerahan :
Tidak ada
Ekstremitas
atas : Kuku :
Bersih dan pendek
Oedema :
Tidak ada
Kemerahan :
Tidak ada
Varises :
Tidak ada
g. Genetalia
: Normal
Genetalia
hygiene : dilakukan 2 kali sehari
saat mandi pagi dan sore
Darah
haid : Encer, warna merah
dan sedikit menggumpal
Frekuensi
mengganti pembalut : 3-4 kali ganti pembalut
C.
ANALISA DATA (A)
Nn.
S 18 tahun dengan dismenore primer menstruasi hari pertama
D.
PENATALAKSANAAN (P)
1. Melakukan
pendekatan dengan pasien dan membina hubungan baik kepada pasien dan
keluarganya
2. Melakukan
informed concent untuk menjadi pasien
studi kasus laporan tugas akhir
-
Pasien menandatangani informed concentdan bersedia menjadi
pasien studi kasus
3. Memastikan
pasien dan keluarga mengerti mengenai laporan tugas akhir ini
-
Pasien dan keluarga
mengerti dengan laporan tugas akhir ini
4. Melakukan
pengkajian data pasien
-
Tekanan darah : 120/80mmHg,
Suhu : 36,70C, Nadi : 84 x/menit, Respirasi : 22 x/menit, BB : 75 Kg, TB : 163 cm
5. Memberitahu
pasien dan keluarga bahwa pasien mengalami dismenore primer dan tidak berbahaya
bagi pasien.
6. Menganjurkan
pasien untuk mengurangi makanan instan seperti junkfood
-
Pasien akan mengikuti
anjuran yang diberikan
7. Menganjurkan
pasien untuk olahraga secara teratur
-
Pasien akan mengikuti
anjuran yang diberikan
8. Menganjurkan
pasien untuk menjaga pola makan dan melakukan pola hidup sehat dengan
mengurangi makanan berlemak
-
Pasien akan mengikuti
anjuran yang diberikan
9. Memberitahu
pasien untuk istirahat yang cukup
-
Pasien akan mengikuti
anjuran yang diberikan
10. Memberitahu
pasien untuk megganti pembalut minimal 4 kali dalam sehari, membersihkan organ
intim sebelum ganti pembalut
-
Pasien akan mengikuti
anjuran yang diberikan
11. Memberitahu
pasien supaya rutin mengganti celana dalam minimal 2 kali dalam sehari serta
menggunakan celana dalam yang menyerap keringat
-
Pasien akan mengikuti
anjuran yang diberikan
12. Melakukan
terapi Pemberian coklat hitam sebanyak 100 gram saat nyeri haid (Dismenore
primer)
13. Evaluasi
tingkat nyeri pasien menggunakan lembar kuisioner menggunakan skala nyeri
Numeric Rating Scale (NRS) setelah 8 jam pemberian coklat hitam
14. Mendiskusikan
kunjungan ulang di 8 jam selanjutnya
-
Pasien bersedia untuk
dilakukan kunjungan ulang
15. Melakukan
pendokumentasian.
CATATAN
PERKEMBANGAN
Tanggal : 14 Maret 2022
Jam : 15.00 WIB
DATA
SUBJEKTIF(S)
Pasien mengatakan rasa nyeri
menurun, sudah tidak nyeri dibagian paha sekarang pasien mulai dapat beraktifitas
dengan baik.
DATA
OBJEKTIF(O)
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda vital : Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Respirasi : 22 x/menit
Suhu : 36,6ºC
BB :
75 Kg
TB :
163 cm
IMT :
28,3 (obesitas berat)
ANALISA
(A)
Nn. S 18 tahun dengan dismenore
primer menstruasi hari pertama
PENATALAKSANAAN
(P)
1. Memberitahu
pasien bahwa keadaann pasien mulai membaik
TD
: 110/70 mmHg, N : 80 x/menit, R : 22 x/menit, S : 36,6ºC
2. Melakukan
pengukuran tingkat nyeri pasien kembali menggunakan lembar kuisioner
menggunakan skala nyeri Numeric Rating Scale (NRS)
-Skala
nyeri 3 (nyeri ringan)
3. Menanyakan
kepada pasien apakah ada keluhan lain setelah diberikan coklat hitam
4. Mengobservasi
apakah coklat hitam habis dimakan
-Coklat
hitam habis dimakan
5. Menganjurkan
pasien untuk tetap menjaga pola makan yang sehat.
-
Pasien akan mengikuti
anjuran yang diberikan
6. Menganjurkan
dan mengingatkan kepada pasien untuk beristirahat cukup, mengurangi dan
menghindari stress, olahraga teratur, dan hidup sehat.
-
Pasien mengerti dan
bersedia
7. Menjelaskan
yang dilakukan untuk mengatasi dan menyembuhkan nyeri menstruasi yaitu
menghindari yang menimbulkan kecemasan, memiliki pola makan yang teratur,
istirahat yang cukup, mengurangi konsumsi pada makanan dan minuman yang
mengandung kafein, Lemak, meningkatkan konsumsi sayur, buah, ikan dan makanan
yang mengandung vitamin B6.
-
pasien mengerti dan
akan memulai menerapkan cara pencegahan untuk menyembuhkan atau mengurangi
nyeri menstruasi.
8. Memberitahu
pasien untuk tidak meminum obat-obatan anti nyeri dan lebih baik segera datang
kepetugas kesehatan terdekat atau kembali kesini apabila nyeri menstruasi
dirasakannya lagi karena untuk mengetahui penyebab nyeri berkepanjangan.
-
Pasien mengerti dan
akan mengikuti anjuran saran
Pengkaji : Tri Utamei
Tanggal : 15 Maret 2022
Pukul : 07.00 WIB
SUBYEK
(S)
1. Nn.
S mengatakan nyerinya sudah berkurang
2. Nn.
S mengataklan mulai bisa melakukan aktivitas
OBYEKTIF
(O)
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmetis
TTV :
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 81 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36,5ºC
BB :
75 Kg
TB :
163 cm
IMT :
28,3 (obesitas berat)
Muka : Tidak pucat
Abdomen : Teraba nyeri tekan ringan pada perut bagian
bawah
ANALISA
(A)
Nn. S 18 tahun dengan dismenore
primer menstruasi hari kedua
PENATALAKSANAAN
(P)
1. Melakukan
anamnesa
-
TD : 110/70 mmHg, N :
81x/mnt, R : 20x/mnt, S : 36,5ºC
2. Menanyakan
kepada pasien apakah ada keluhan lain setelah diberikan coklat hitam
-
Pasien mengatakan tidak
ada keluhan lain
3. Melakukan
pengukuran tingkat nyeri pasien kembali menggunakan lembar kuisioner
menggunakan skala nyeri Numeric Rating Scale (NRS)
-
Skala nyeri 2 (nyeri
ringan)
4. Memberi
tahu pasien untuk membersihkan organ intim saat mengganti pembalut
-
Pasien akan mengikuti
saran yang diberikan
5. Pemberian
coklat hitam sebanyak 100 gram
-
Pasien mengkonsumsi
coklat hitam yang di berikan
6. Evaluasi
tingkat nyeri pasien menggunakan lembar kuisioner menggunakan skala nyeri Numeric Rating Scale (NRS) setelah 8 jam
pemberian coklat hitam
-
Paien mengisi kembali kuesioner
yang di berikan
CATATAN
PERKEMBANGAN
Tanggal : 15 Maret 2022
Jam : 15.00 WIB
DATA
SUBJEKTIF(S)
Pasien mengatakan tidak merasakan rasa
nyeri
DATA
OBJEKTIF(O)
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmenthis
Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36,6ºC
BB :
75 Kg
TB :
163 cm
IMT :
28,3 (obesitas berat)
ANALISA
(A)
Nn.S Umur 18 tahun dalam keadaan
baik dan dapat beraktifitas seperti biasa.
PENATALAKSANAAN
(P)
1. Memberitau
pasien bahwa keadaannya dalam kondisi baik
-
Pasien merasa senang
dengan keadannya dan pasien sudah dapat beraktifitas seperti biasanya
2. Menganjurkan
pasien agar tetap menkonsumsi coklat hitam ketika nyeri menstruasi
-
Pasien mengerti dan
akan mengikuti anjuran dan saran yang diberikan
3. Menganjurkan
dan mengingatkan kepada pasien untuk beristirahat cukup, mengurangi dan
menghindari stress, olahraga teratur, dan hidup sehat.
-
Pasien mengerti dan
bersedia
4. Memberitahu
pasien untuk tidak meminum obat-obatan anti nyeri dan lebih baik segera datang
kepetugas kesehatan terdekat atau kembali kesini apabila nyeri menstruasi
dirasakannya lagi karena untuk mengetahui penyebab nyeri berkepanjangan.
-
Pasien mengerti dan
akan mengikuti anjuran saran yang diberikan
5. Menyarankan
pasien untuk menggunakan terapi terapi non farmakologi seperti memberikan kompres hangat, massage efflurage,
distraksi dan mengonsumsi makanan yang kaya akan kalsium serta magnesium untuk
menurunkan nyeri haid.
BAB
V
PEMBAHASAN
Berdasarkan
hasil pengkajian awal akan menjelaskan tentang hasil asuhan kebidanan terhadap
Nn. S di PMB Rubiyati Amd.Keb. di Lampung Selatan. Dengan begitu penulis akan
membandingkan antara teori dan praktik yang ditemukan pada saat praktik
dilapangan, serta akan membandingkan dengan penelitian terkait. Hasil
pengkajian dimulai pada saat Nn. S mengatakan nyeri pada bagian perut bawah dan
paha. Asuhan kebidanan diberikan langsung pada saat Nn. S mengalami nyeri haid.
Pada tanggal 14 Maret 2022 pukul 07.00 WIB. Nn. S, pemeriksaan umum yaitu
keadaan umum baik, kesadaran composmentis keadaan emosional stabil. TD : 120/80
mmHg, R : 22 x/m, N :84 x/m, S : 36,7OC, TB : 163 cm, BB : 75 kg dan
IMT : 28,2.
Hasil
pemeriksaan fisik, pada saat pemeriksaan abdomen terlihat nyeri tekan pada
perut bagian bawah. Data subjektif dan objektif yang penulis temukan saat
melakukan pengkajian mendukung ditegakkannya analisa kebidanan pada Nn. S umur
18 tahun dengan gangguan reproduksi dismenore primer. Analisa kebidanan yang
ditegakkan tersebut berdasarkan hasil pemeriksaan abdomen yang terdapat nyeri
tekan. Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan, maka analisa yang muncul
adalah gangguan reproduksi dengan dismenore primer, sehingga masalah muncul
yaitu kecemasan akan rasa nyeri menstruasi yang dirasakan. Sebelum melakukan
intervensi penulis melakukan pengukuran skala nyeri menggunakan form skala
intensitas nyeri terlebih dahulu. Didapatkan hasil pengukuran yakni 6 (nyeri
sedang) setelah dilakukan pengukuran.
Menurut
teori sifat nyeri adalah kejang yang berjangkit, biasanya terbatas di perut
bawah, tetapi dapat merambat ke daerah pinggang dan paha, nyeri dapat disertai
mual, muntah, sakit kepala, dan diare. Menstruasi yang menimbulkan rasa nyeri
pada remaja sebagian besar disebabkan oleh dismenore primer (Judha, M., & Fauziah, A.,2012). Dismenore primer memiliki ciri khas yaitu
merasakan nyeri haid saat menstruasi, nyeri perut bawah, nyeri punggung, sakit,
mual dan muntah (Angelica, dkk. 2021).Hasil yang diperoleh saat pengkajian
pasien mengatakan nyeri perut bagian bawah. Tidak adanya kesenjangan teori dan
praktik pada saat praktik dilapangan. Penulis memberikan informasi pada pasien
tentang rasa nyeri yang dirasa agar pasien tidak cemas dengan rasa nyeri
menstruasi yang dirasakan pasienlalu menyarankan pada pasien untuk tidak
mengonsumsi obat pereda nyeri atau analgesik.
Terdapat
beberapa faktor pasien mengalami nyeri haid. Dari hasil pemeriksaan pada Nn. S,
BB : 75 kg, TB : 163 cm dengan IMT 28,2 ( obesitas ). Pasien sering memakan
makananan instan seperti junkfood, dan jarang berolahraga. Beberapa faktor
penyebab dismenore pada remaja yaitu, Usia Menarche dini, Menstruasi, masa
mestruasi yang panjang mengakibatkan dismenor yang parah, Riwayat keluarga
dengan keluhan dismenore, Indek masa tubuh tidak normal, Gizi dan kegemukan
(obesitas) merupakan faktor yang mempengaruhi terjadinya dismenore. Dengan
kebiasaan mengkonsumsi yang berlemak dapat meningkatkan hormon prostaglandin
yang dapat menyebabkan dismenore, Faktor psikologi, Faktor endokrin, rendahnya
kadar progesteron pada akhir fase korpus luteum.
Hormon
progesteron menghambat atau mencegah kontraktilitas uterus sedangkan hormon
estrogen merangsang kontraktilitas uterus. Endometrium dalam fase sekresi
memproduksi prostaglandin F2 sehingga menyebabkan kontraksi otot – otot polos.
Jika kadar prostaglandin yang berlebihan memasuki peredaran darah, maka selain
dismenore dapat dijumpai efek lainnya seperti nausea ( mual ), muntah, diare
(Angelica, dkk. 2021).dan kejadian dismenore primer akan meningkat dengan
kurangnya aktifitas selama menstruasi dan kurangnya olahraga, hal ini dapat
menyebabkan sirkulasi darah dan oksigen menurun. Dampak pada uterus adalah
aliran darah dan sirkulasi oksigen pun berkurang dan menyebabkan nyeri
(Medicastore, 2014).
Menurut asumsi
penulis faktor yang memicu terjadinya desminore primer pada Nn. S yaitu sering
mengonsumsi makanan instan seperti junkfood,
jarang berolahraga dan pasien mengalami obesitas. Maka penulis menyarankan
pasien untuk menjaga pola makan dan melakukan pola hidup sehat dengan
mengurangi makanan berlemak, dan melakukan olahraga secara teratur.
Untuk upaya
penanganan nyeri dismenore primer pada Nn. S dalam kasus ini telah dilakukan pemberian
coklat hitam kepada pasien. Penulis melakukan pengukuran menggunakan form skala
intensitas nyeri setelah 8 jam pemberian coklat hitam dengan hasil berada di
skala 3 (nyeri ringan). Dari pengkajian data sebelum dilakukan pemberian coklat
hitam ditemukan skala nyeri Nn. S berada di nyeri sedang (6). Penurunan nyeri
terjadi karena Nn. S dapat mengaplikasikan coklat hitam dengan baik.Untuk
observasi di hari kedua penulis menanyakan kembali keaadaan pasien, lalu
mengukur skala nyeri Nn, S berada di nyeri ringan (2) dan memberikan kembali cokelat hitam sebanyak
100 gram, setelah 8 jam pemberian cokelat dilakukan observasi kembali penurunan
nyeri haid pada Nn. S berada di skala 0 ( tidak nyeri ).
Asuhan ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Roiela dan Funsu tahun 2018
didapatkan hasil bahwa pemberian coklat hitam berpengaruh terhadap penurunan
nyeri haid pada dismenorhea primer. Penurunan nyeri sudah terlihat dalam kurun
waktu 8 jam setelah pretest. Hal ini dimungkinkan pada saat mengonsumsi coklat
hitam, coklat melepaskan endorphin di otak yang dapat mengurangi nyeri. Keadaan
ini yang akan menyebabkan penurunan nyeri haid pada dismenore primer setelah
sampel mengonsumsi coklat hitam sesuai dosis. Oleh karena itu penulis
menyarankan kepada Nn. S ketika merasakan nyeri haid untuk mengonsumsi coklat
hitam sebanyak 100 gram.
Ada beberapa penanganan nyeri dismenore primer yaitu
secara farmakologi dan non farmakologi(Irianto, 2015).Pengobatan
nonfarmakologis tersebut diantaranya adalah memberikan kompres hangat, massage efflurage, distraksi, latihan
fisik, istirahat yang cukup maupun mengonsumsi bahan makanan yang melepas
endorpin dan serotonin seperti dark
chocolate (Sindharti et al., 2013).Makanan lainnya yang dapat menurunkan
nyeri haid (dismenore primer) yaitu, daging merah, biji-bijian,
sayuran, susu, telur,
pisang, semangka dan nanas (Sinaga,
Ernawati dkk. 2017). Pasien tidak melakukan latihan fisik dan tidak mengonsumsi
makanan yang dapat menurunkan nyeri desminore.
Penulis menemukan bahwa coklat hitam dapat
menurunkan nyeri dismenore primer
karena coklat memiliki berbagai manfaat bagi
tubuh, seperti melepas neurotrasmitter yang meingkatkan suasana hati dan tinggi
anti oksidan. Coklat juga mengandung vitamin dan mineral, serta merangsang otak
untuk melepaskan hormon endorphin. Coklat mengandung tembaga yang digunakan di
dalam tubuh untuk mensintesis kolagen dan neurotrasnmitter, yaitu endorpin.
Endorpin merupakan substansi yang dikeluarkan oleh tubuh yang berfungsi
menghambat implus nyeri. Hormon endokrin akan menjadi analgesik alami dan
penenang alami sehingga mampu menurunkan intensitas nyeri seperta pada nyeri haid(
Arfailasufandi & Andiarna, 2018).
Coklat hitam juga mengandung kalsium, kalium,
natrium dan magnesium. Magnesium berfungsi memperbesar pembuluh darah sehingga
mencegah kejang otot dan dinding pembuluh darah. Magnesium berfungsi juga untuk
meringankan dismenore (Wahyuni,2018).Coklat hitam ini juga mengandung
analgesik,antipiretik dan anti inflamasi serta memblokir peningkatan
Prostaglandin didalam tubuh sehingga menurunkan dismenore (Raras, N. A., 2021).Penulis menganjurkan
pasien untuk menerapkan terapi non farmakologi seperti coklat hitam jika pasien
mengalami nyeri haid.
Pada kasus ini
pelaksanaan tindakan terapi terhadap pasien dismenore primer sudah sesuai
dengan rencana asuhan yang menyeluruhdan dilakukan dengan baik terhadap pasien.
Hal ini didukung oleh adanya kerjasama baik antara pasien, keluarga, bidan maupun
tenaga kesehatan lainnya. Hasil asuhan yang telah dilakukan tentang Teknik
pengurangan nyeri haid dengan memberikan coklat hitam sebanyak 100 gram didapatkan
bahwa ada pengaruh penurunan nyeri mengunakan coklat hitam terhadap remaja yang
mengalami nyeri haid di PMB Rubiyanti, A.Md.Keb ditandai dengan penurunan nyeri
dari skala 6 ke skala 3 dan di hari kedua ditandai dengan penurunan skala nyeri
2 ke skala 0 (tidak nyeri).
Kondisi ini
dilihat langsung pada respon Nn.S yang sudah mulai bisa melakukan aktifitasnya
secara mandiri, serta dan tidak adanya kesenjangan teori dan praktik pada saat
praktik dilapangan. Penulis menyarankan pada pasien untuk makan makanan yang
sehat, rendah lemak, olahraga secara teratur dan jika merasakan nyeri haid
disarankan untuk memakai terapi non farmakologi.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A.
Simpulan
Setelah diberikan asuhan kebidanan pada remaja Nn. S
dengan pemberian cokelat hitam untuk menunkan nyeri haid (dismenore primer),
didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengkajian
pada kasus Nn. S umur 18 tahun dengan data subjektif yaitu Menstruasi hari pertama
dan merasakan nyeri sedang pada perut bagian bawah sehingga mengganggu
aktifitasnya. Kesadaran : composmentis, keadaan emosional : stabil, tekanan
darah : 120/80 mmHg, suhu : 36,70c, nadi : 84 x/menit, respirasi :
22 x/menit, bb : 75 kg, tb : 163 cm dan nyeri tekan pada perut.
2. Pada
interpretasi data di dapat diagnosa kebidanan Nn. S umur 19 tahun dengan dismenore
primer dan masalah diperoleh nyeri dan cemas. Masalah cemas ini terjadi karena
Nn. S mengalami dismenore. Bagi remaja putri ini hal yang abnormal yang
menimbulkan rasa nyeri sehingga remaja putri cemas dan untuk itu perlu
mendapatkan penjelasan mengenai dismenore dan cara mengatasinya.
3. Tidak
ada diagnosa potensial
4. Pada
kasus Nn. S tidak dilakukan antisipasi karena telah mendapatkan penanganan yang
tepat.
5. Pada
kasus ini, perencanaan yang diberikan sesuai dengan keadaan Nn. S yang meliputi
penjelasan pada klien tentang keadaannya, anjurkan klien untuk istirahat yang
cukup, rutin olahraga, mengurangi konsumsi makanan berlemak dan makanan cepat
saji, anjurkan untuk mengonsumsi coklat hitam 100 gram dan anjurkan pasien
untuk tidak mengonsumsi obat pereda nyeri.
6. Pelaksanaan
yang dapat penulis lakukan adalah sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat.
7. Evaluasi
dilakukan selama 2 hari untuk mengetahui perkembangan remaja dengan hasil
keadaan umum baik, aktivitas kembali lancar, dismenore primer sudah teratasi.
B.
Saran
Penulis menyadari akan kekurangan dalam laporan
kasus ini, adapun masukan atau saran yang hendak penulis sampaikan diharapkan
dapat bermanfaat.
a. Bagi
Klien
1. Diharapkan
mampu mendeteksi dini tanda-tanda dismenore primer pada remaja dan menganjurkan
untuk segera membawa ke petugas kesehatan yang terdekat bila mengalami dismenore.
2. Diharapkan
dapat memberikan penanganan segera apabila menderita dismenore. Mengonsumsi
coklat hitam 100 gram.
b. Bagi
Bidan
Pada
bidan Rubiyati Amd.Keb. diharapkan lebih mengutamakan upaya promotif dalam
kasus dismenore, misalnya KIE tentang dismenore, pemberian pendidikan kesehatan
tentang kesehatan reproduksi sehingga remaja berperilaku hidup sehat dan
memahami tentang reproduksi.
c. Bagi
Penulis LTA
Diharapkan lebih
menggali lagi informasi dan berbagai sumber terpercaya dan mampu
mengaplikasikan ilmu serta pengetahuan yang sudah didapatkan selama berlangsungnya
asuhan kebidanan pada Nn. S sesuai dengan teori atau wewenangkebidanan
d. Bagi
Institusi
Penulis
berpendapat untuk lebih bisa memperluas lagi dalam memberikan materi tentang
penerapan pemberian cokelat hitam sebagai upaya pengurangan rasa nyeri haid
(dismenore primer) sehingga dapat diterapkan oleh mahasiswa kebidanan dalam
melakasanakan asuhan kebidanan pada saat melakukan praktik klinik.
e. Bagi
Penulis Lainnya
Diminta
untuk lebih memperluas wawasan dan mampu mengaplikasiskan ilmu dan pengetahuan
yang sudah didapatkan selama berlangsungnya praktik klinik sehingga ilmu yang
didapatkan bisa bermanfaat kepada masyarakat.
DAFTAR
PUSTAKA
Adytia,
M. (2020). Pengaruh Pemberian
Coklat Hitam Terhadap Penurunan Tingkat Nyeri Haid (Dismenore Primer) Mahasiswi
Keperawatan Tingkat Iv Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun Kecamatan Taman Kota
Madiun (Doctoral dissertation,
STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.
Ardiyanti,
Putri. 2021. Pengaruh pemberian susu
kedelai terhadap penurunan nyeri dismenore primer pada remaja putri di SMAN 3
Bandar Lampung, Skripsi prodi sarjana terapan kebidanan politeknik kesehatan
tanjung karang. Tanjung Karang
Asmadi.
2018. Teknik procedural keperawatan
konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien. Jakarta : penerbit salemba medika,
E-book Hal. 145
Aini,
U., Satriyandari, Y., ST, S., Estri, B. A., & S ST, M. M. R. (2020). Literature
Review Pengaruh Pemberian Coklat
Hitam Terhadap Dismenorhea Primer (Doctoral dissertation, Universitas' Aisyiyah Yogyakarta).
Angelica,
Fitri Adelya. 2021. Hubungan antara dismenore primer dengan tingkat setres
pada remaja usia 12-15 tahun. Undergraduate (S1) thesis,
Universitas Muhammadiyah Malang.
Arfailasufandi,
R., & Andiarna, F. (2018). Pengaruh pemberian coklat hitam terhadap
penurunan nyeri haid pada dismenorhea primer-The influence of dark chocolate to
reduce menstrual pain in primary dysmenorhea. Journal of Health Science
and Prevention, 2(1), 27-35.
Berlianawati,
N. A. (2016). Hubungan Antara Tingkat Stres Dengan Dismenore Pada Siswi Kelas
Tiga Smk Batik 1 Surakarta. Skripsi.
Della
Putri Rizkyta & Nur Aini Fardana N.2017.
Hubungan antara persepsi keterlibatan ayah dalam pengasuhan dan
kematanagan emosi pada remaja. Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan ,
Vol. 6, pp 1-13
Eko;
dkk, 2015. Continuing neurology education 4 vertigo & nyeri. Malang :
Universitas Brawijaya
Febriansyah,
E., Nuha, K., & Kamal, S. (2021). Pengaruh coklat hitam terhadap intensitas
nyeri dismenore primer pada mahasiswa akdemi kebidanan saleha Banda Aceh. Sel
Jurnal Penelitian Kesehatan, 8(2), 96-106.
Fitri,
H. N. (2020). Pengaruh Dismenore terhadap Aktivitas Belajar Mahasiswi di
Program Studi DIII Kebidanan. CHMK Midwifery Scientific Journal, 3(2),
159-164.
Fauziah,
N. A., Fara, Y. D., & Handayani, R. (2019). Coklat Sebagai Penurun Nyeri Dismenore
Primer pada Siswi SMK Farmasi di Bandarlampung. Wellness And Healthy
Magazine, 1(2), 209-214.
Fatmawati,
M., Riyanti, E., & Widjanarko, B. (2016). Perilaku Remaja Puteri Dalam
Mengatasi Dismenore (Studi Kasus Pada Siswi Smk Negeri 11 Semarang). Jurnal
Kesehatan Masyarakat (E-Journal), 4(3), 1036–1042.
Indahwati,
Ayu Nur, Elmie Muftiana, dan Dian Laila Purwaningroom.2017.Hubungan Mengonsumsi
Makanan Cepat Saji (Fast Food) dengan Kejadian Dismenore Pada Remaja Putri di
SMP N 1 Ponorogo.Indonesian Journal for
Health Sciences Vol.01, No.02
Judha, M., & Fauziah, A. (2012). Teori
pengukuran nyeri & nyeri persalinan.
Kundaryanti,
R., Suciawati, A., & Nurfaizah, N. (2020). Pengaruh Pemberian Dark
Chocolate Terhadap Tingkat Dismenore Primer pada Remaja Putri Di Kabupaten
Tangerang.
Laruan,
2021. Gambar Coklat https://www.kreditpintar.com/education/banyak-manfaat-coklat-bagi-tubuh-dan-pikiran-bisa-dijadikan-ide-bisnis
Mardana,
Pranadiva, Riyandi, I Kadek. Aryasa, Tjahya. 2017. Penilaian Nyeri.
Misliani, A.,
Mahdalena, & Syamsul,
F. (2019). Penanganan Dismenore
Cara Farmakologi dan
Nonfarmakologi. Jurnal Citra Keperawatan, 7(1), 23–32.
Pratiwi,
H., & Rodiani, R. (2015). Obesitas sebagai Resiko Pemberat Dismenore pada
Remaja. Medical journal of lampung university, 4(9),
108-112.
Rusli,
Y., Angelina, Y., & Hadiyanto. (2019). Hubungan Tingkat Stres Dan
Intensitas Dismenore Pada Mahasiswi Di Sebuah Fakultas Kedokteran. 7(2),
122–126.
Rakhma
Astrida, 2012. Gambaran Derajat Dismenore dan Upaya Penanganannya pada Siswi
Sekolah Menengah Kejuruan Arjuna Depok Jawa Barat, Skripsi, Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Raras,
N. A. (2021). Pemberian dark chocolate guna meredakan tingkat nyeri haid
(Dismenore Primer) pada remaja (Doctoral
dissertation, Karya Ilmiah, Universitas Muhammadiyah Magelang).
Sinaga,
Ernawati dkk. 2017. Manajemen Kesehatan Menstruasi. Jakarta
Universitas
Nasional IWWASH Global One
Sindharti
G., Hanan Abdul., Saragih L. (2013). Pengaruh Pemberian Dark Chocolate Terhadap
Penurunan Nyeri Pada Remaja Dengan Dismenorea Primer. Jurnal Poltekkes Kemenkes
Malang.
Suhatini,
S. N. (2020).Pengaruh pemberian air kelapa terhadap penurunan nyeri haid
(dismenorea) pada siswi kelas XI di SMA Negri 12 Bandar Lampung tahun
2020. (Doctoral dissertation, Poltekkes Tanjungkarang).
Sari,
D., Nurdin, A. E., & Defrin, D. (2015). Hubungan Stres dengan Kejadian
Dismenore Primer pada Mahasiswi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas. Jurnal Kesehatan Andalas, 4(2).
Utami,
P. P., Isworo, A., & Hanafi, M. (2017). Pengaruh Pemberian Pemberian Dark
Chocolate terhadap Penurunan Tingkat Nyeri Dismenorhea Primer pada Mahasiswi
Prodi Keperawatan Magelang. Jurnal Keperawatan Soedirman, 12(2),
77-83.
Wahtini,
S., Hidayah, F., & Wahyuntari, E. (2021). Coklat hitam menurunkan nyeri
dismenore. Biomedika, 13(1), 28-35.
Wahyuni,
L. T. (2018). Pengaruh Konsumsi Coklat Hitam Terhadap Penurunan Tingkat Nyeri
Haid (Dismenore Primer) pada Mahasiswi Ilmu Keperawatan STIKES Ranah Minang
Padang. Menara Ilmu, 12(2).
Waji,
B. (2020). Gambaran tingkat pengetahuan
tentang swamedikasi nyeri haid primer pada mahasiswi baru di Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang (Doctoral dissertation,
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar