ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI PADI SAWAH DI DESA
PURWOSARI KECAMATAN BATANGHARI NUBAN
LAMPUNG TIMUR
DAFTAR
ISI
HALAMAN JUDUL LUAR ................................................................................ i
HALAMAN JUDUL DALAM ............................................................................ ii
HALAMAN
PENGESAHAN............................................................................. iii
KATA PENGANTAR......................................................................................... iv
DAFTAR
ISI......................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL............................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................ ix
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penelitian.................................................................................... 6
1.3 Kerangka Pemikiran............................................................................... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Usahatani.................................................................................. 8
2.2 Fungsi Produksi..................................................................................... 8
2.3 Faktor Faktor Produksi.......................................................................... 9
2.3.1 Fungsi Produksi Cobb-Douglas........................................................ 12
2.4 Penelitian Terdahulu............................................................................ 13
III. METODE PELAKSANAAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian................................................................... 17
3.2 Rancangan Penelitian................................................................................ 17
3.2.1 Metode Pengumpulan Data.............................................................. 17
3.2.2 Metode Penentuan Sampel............................................................... 17
3.3 Metode Analisis Data............................................................................... 18
3.3.1 Analisis Efisiensi............................................................................... 22
3.4 Definisi Operasional Variabel.............................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Padi Menurut
Provinsi Tahun 2022 2
Tabel 2 Luas panen, produksi,
dan produktivitas padi di Kecamatan Batanghari Nuban 4
Tabel 3 Kajian Penelitian Terdahulu....................................................................... 14
Tabel 4 Menunjukkan bahwa jumlah...................................................................... 18
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
Gambar 1. Model
Kerangka Pemikiran Analisis Efisiensi
Penggunaan Faktor Produksi
Usahatani Padi Sawah Di Desa Purwosari Kecamatan Batanghari Nuban Lampung
Timur 7
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
Lampiran 1. Kuisioner Penelitian
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki
sumber daya alam yang berlimpah dan didukung oleh iklim yang bagus untuk perkembangan usaha pertanian
Indonesia juga dikenal sebagai negara agraris di mana pembangunan di bidang pertanian menjadi prioritas utama,
karena Indonesia merupakan salah satu negara yang memberikan komitmen tinggi terhadap
pembangunan ketahanan pangan sebagai komponen
strategis dalam pembangunan nasional. Menurut Notarianto, (2011) pembangunan
sektor pertanian sebagai sektor pangan utama di Indonesia sangat penting
dalam pembangunan Indonesia. Hal ini karena lebih dari 55% penduduk
Indonesia bekerja dan melakukan
kegiatannya di sektor pertanian.
Pertanian Indonesia adalah pertanian
tropika karena sebagian
besar daerahnya berada di daerah tropis yang langsung dipengaruhi oleh garis khatulistiwa, yang memegang peranan
penting dari keseluruhan perekonomian nasional.
Salah satu komoditas tanaman pangan di Indonesia adalah padi yang hasil produksinya masih menjadi bahan makanan pokok.
Sektor pertanian mempunyai
peranan yang sangat penting dalam
perekonomian Indonesia, baik itu pada pertumbuhan ekonomi, penerimaan
devisa negara, maupun penyerapan tenaga
kerja. Selain itu, peranan sektor
pertanian dapat dilihat sebagai penyedia pangan bagi masyarakat sehingga
memiliki peran secara strategis dalam
menciptakan ketahanan pangan nasional (food
security), penstabilisasi ekonomi,
penstabilisasi politik, serta keamanan dan ketahanan sosial. Sektor pertanian menghasilkan
bahan baku yang dapat digunakan untuk meningkatkan dalam sektor industri
dan jasa dan juga sektor pertanian
dapat menghemat devisa suatu negara yang
diperoleh dari produk subtitusi impor (Marsa, 2018).
Komoditi tanaman pangan yang memiliki
peran sangat penting dalam meningkatkan ketahanan pangan adalah tanaman padi.
Tanaman padi yang kemudian menghasilkan beras adalah salah satu produk
pertanian dan menjadi makanan pokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia
hampir 97 persen masyarakat Indonesia mengkonsumsi beras. Tingginya konsumsi
beras yang ada di Indonesia disebabkan adanya anggapan sebagian besar
masyarakat Indonesia bahwa beras merupakan makanan pokok yang belum dapat
digantikan. Keadaan ini mengindikasikan ketergantungan terhadap beras sangat
tinggi. Beras juga merupakan komoditi yang sangat penting dan strategis, karena
beras merupakan makanan pokok penduduk Indonesia dan strategis yang dapat
memepengaruhi stabilitas ekonomi melalui inflasi (gejolak harga) dan stabilitas
nasional (Juliet et al., 2013).
Padi merupakan tanaman pangan yang sangat
penting di berbagai negara- negara berkembang. Selain itu juga padi merupakan
tanaman budidaya yang sangat
penting bagi seluruh penjuru masyarakat karena hampir seluruh masyarakat tergantung kepada komoditas ini karena padi merupakan
salah satu sumber pangan.
Hampir seluruh masyarakat Indonesia memenuhi kebutuhan pangannya dari komoditas padi ini. Salah satunya ialah masyarakat mengkonsumsi beras untuk memenuhi
kebutuhan sehari- harinya
agar mendapatkan energi untuk menjalankan aktivitasnya (Hessie, 2009). Indonesia merupakan
salah satu penghasil padi terbesar ketiga di dunia.
Dengan jumlah rata-rata produksi per tahunnya 70,8
juta ton (Kompas, 2015).
Tabel 1 Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Padi Menurut
Provinsi Tahun 2022
|
Provinsi |
Luas Panen (Ha) |
Produktivitas (Ku/Ha) |
Produksi (Ton) |
1 |
Aceh |
276622.14 |
55.03 |
1533138.00 |
2 |
Sumatera Utara |
423522.28 |
52.00 |
2131672.00 |
3 |
Sumatera Barat |
288510.67 |
48.36 |
1422874.00 |
4 |
Riau |
54317.04 |
40.98 |
227346.30 |
5 |
Jambi |
63760.91 |
46.29 |
289276.80 |
6 |
Sumatera Selatan |
516259.59 |
51.44 |
2759343.00 |
7 |
Bengkulu |
58663.78 |
48.67 |
290155.90 |
8 |
Lampung |
516910.01 |
50.77 |
2661363.00 |
9 |
Kep. Bangka Belitung |
15908.70 |
38.57 |
62641.49 |
10 |
Kep. Riau |
196.53 |
31.65 |
589.68 |
11 |
Dki Jakarta |
535.63 |
58.03 |
2741.38 |
12 |
Jawa Barat |
1685295.13 |
56.81 |
9620534.00 |
13 |
Jawa Tengah |
1699436.08 |
56.69 |
9579069.00 |
14 |
Di Yogyakarta |
112148.00 |
51.77 |
580686.00 |
15 |
Jawa Timur |
1704759.48 |
56.02 |
9686760.00 |
16 |
Banten |
338454.39 |
50.38 |
1776812.00 |
17 |
Bali |
114790.87 |
58.83 |
691818.90 |
18 |
Nusa Tenggara Barat |
269827.26 |
51.39 |
1456923.00 |
19 |
Nusa Tenggara Timur |
185737.54 |
41.85 |
776867.10 |
20 |
Kalimantan Barat |
272115.99 |
31.90 |
814743.30 |
21 |
Kalimantan Tengah |
109756.22 |
30.28 |
353864.60 |
22 |
Kalimantan Selatan |
225483.04 |
39.97 |
873130.30 |
23 |
Kalimantan Timur |
64031.22 |
36.92 |
232143.50 |
24 |
Kalimantan Utara |
10550.13 |
33.74 |
37966.25 |
25 |
Sulawesi Utara |
59081.54 |
39.35 |
253478.90 |
26 |
Sulawesi Tengah |
173238.56 |
47.59 |
771524.90 |
27 |
Sulawesi Selatan |
1042107.35 |
51.67 |
5341021.00 |
28 |
Sulawesi Tenggara |
119662.53 |
41.57 |
494855.90 |
29 |
Gorontalo |
48497.60 |
48.12 |
249708.90 |
30 |
Sulawesi Barat |
71470.11 |
52.05 |
364683.20 |
31 |
Maluku |
23991.26 |
41.24 |
92640.14 |
32 |
Maluku Utara |
6408.19 |
36.05 |
24705.38 |
33 |
Papua Barat |
5475.82 |
41.98 |
24031.60 |
34 |
Papua |
48987.63 |
44.05 |
191109.20 |
|
Indonesia |
10606513.22 |
52.26 |
55670219.00 |
Sumber
: Badan Pusat
Statistik, 2022
Data Tabel 1 menunjukan tingkat
produktivitas di beberapa Provinsi yang ada di Indonesia. Tabel 1 menunjukan
bahwa Lampung adalah penghasil padi terbesar di Indonesia di peringkat
kedelapan. Lampung memiliki berbagai sentra produksi beberapa komoditas
nasional salah satunya yaitu padi, pada tahun 2020 Lampung berhasil memproduksi
2,65 juta ton gabah kering giling (GKG) dan menjadikannya sebagai wilayah
dengan produksi GKG terbesar ke enam di tingkat nasional.
Menurut BPS, Kabupaten Lampung Timur
memiliki total areal persawahan 61,960 ha. Produksi padi sawah di Kabupaten Lampung Timur setiap tahun
selalu meningkat dimana produksi padi pada 2020
sebesar 2,65 juta ton gabah kering giling (GKG), mengalami kenaikan sebanyak
486,20 ribu ton atau 22,47 persen dibandingkan 2019 yang sebesar 2,16 juta ton
GKG. Jika dilihat menurut subround, terjadi
peningkatan produksi padi pada subround Mei-Agustus dan September-Desember
2020, yaitu masing-masing sebesar 239,98 ribu ton GKG (41,66 persen) dan 426,15
ribu ton GKG (74,89 persen) dibandingkan 2019. Penurunan hanya terjadi pada
subround Januari-April, yakni sebesar 179,92 ribu ton GKG (17,66 persen).
(BPS Kabupaten Lampung Timur, 2020).
Adapun data menurut
BPS mengenai kecamatan Batanghari Nuban khususnya di Desa Purwosari merupakan
desa yang mempunyai luas wilayah menurut penggunaannya sebesar 780 ha dengan
luas panen 335 ha yang memiliki produksi 17.420 ton/ha. Desa purwosari
merupakan daerah yang berpotensi sebagai salah satu penghasil tanaman pangan
khususnya padi sawah. Peningkatan produktivitas ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi pada pendapatan keluarga petani padi sawah di Desa Purwosari. Peningkatan
produksi dan pendapatan petani padi sawah tidak terlepas dari proses
pemeliharaan yang diberikan oleh tiap-tiap petani baik secara tradisional
maupun modern. Luas panen, produksi dan hasil Kecamatan Batanghari Nuban dapat
dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Luas panen, produksi, dan produktivitas padi
di Kecamatan Batanghari Nuban
Tahun |
Luas Panen (ha) |
Produksi (ton) |
Produktivitas (ton/ha) |
2017 |
5 949 |
32.987,15 |
5.54 |
2018 |
4.762 |
29.762,50 |
6.25 |
2019 |
5.176 |
23.763,00 |
4.59 |
Rata-Rata |
5.296 |
28.837,55 |
5.46 |
Sumber : BPS
Kecamatan Dalam Angka 2018, 2019, 2020
Tabel 2 menunjukkan produksi padi di
Kecamatan Batanghari Nuban pada tahun
2018, produksi padi di daerah ini adalah sebanyak 29.762,50 ton, dengan luas
panen sebesar 4.762
hektar. Jumlah produksi tersebut menurun dibanding
tahun lalu. Rata-rata produktivitas padi dari tahun 2017- 2019 sebesar 5.46 ton/ha.
Produktivitas padi dari tahun 2018-2019 mengalami fluktuasi. Produktivitas
tertinggi terjadi pada tahun 2018 sebesar 6.25 ton per hektare, kemudian menurun menjadi 4.59
ton per hektare pada tahun 2019. Fluktuasi
produktivitas yang terjadi merupakan indikasi adanya penggunaan faktor-faktor
produksi yang belum maksimal di Kecamatan Batanghari Nuban.
Purwosari adalah salah satu Desa di Kecamatan Batanghari Nuban yang menjadikan padi sebagai komoditas
pertama tanaman pangan yang diprioritaskan. Dimana mayoritas
penduduk masyarakat desa purwosari menjadikan usahatani padi sawah
sebagai mata pencaharian utamanya. Komoditas padi ini dikembangkan oleh masyarakat setempat
karena dapat bertahan hidup di daerah tersebut, selain
itu produksinya cukup tinggi sehingga dapat
menjadi salah satu sumber pendapatan bagi petani. Luas wilayah Kabupaten Lampung Timur yaitu sebesar 5 325,03
kilometer persegi (BPS, 2016).
Peningkatan produksi suatu usahatani
merupakan indikator keberhasilan dari
usahatani yang bersangkutan, namun demikian tingginya produksi suatu komoditas
yang diperoleh per satuan luas lahan belum menjamin tingginya pendapatan
usahatani padi sawah yang dipengaruhi oleh harga yang diterima oleh petani,
biaya-biaya penggunaan input usahatani dan masih banyak petani yang belum
menggunakan bibit unggul dalam usahataninya. Besarnya produksi belum menjamin
pula besarnya tingkat pendapatan (Atnan & Tangkesalu, 2017).
Penurunan hasil produksi pertanian
bisa dikarenakan penggunaan faktor - faktor produksi (input) yang belum optimal
oleh para petani. Ketidakoptimalan penggunaan luas lahan, jumlah tenaga kerja,
pupuk urea, pupuk SP-36, pupuk KCL, pestisida, dan bibit pada usahatani padi
juga dapat mempengaruhi hasil produksi padi petani di Desa Purwosari.
Permasalahan yang dihadapi oleh petani di Desa Purwosari adalah produktivitas
belum sesuai dengan potensi sebesar 5.46 ton/ha yang seharusnya sebesar 6,1
ton/ha dan faktor-faktor produksi mempengaruhi pendapatan petani padi sawah di
Desa Purwosari.
Efisiensi adalah usaha yang
mengharuskan penyelesaian pekerjaan dengan tepat waktu, cepat dan memuaskan. Menurut
(Sedarmayanti, 2014) efisiensi
adalah ukuran tingkat penggunaan sumber daya dalam suatu proses. Semakin hemat
atau sedikit penggunaan sumberdaya, maka prosesnya dikatakan semakin efisien.
Petani perlu memanfaatkan faktor produksi secara efektif dan efisien untuk produksi usahataninya. Penggunaan
faktor produksi dikatakan efisien secara teknis jika faktor
produksi yang digunakan menghasilkan produksi maksimum.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah
yaitu pengaruh penggunaan faktor
faktor produksi terhadap usahatani padi dan bagaimana faktor produksi
untuk mencapai produksi padi sawah secara efisisensi di Desa Purwosari Kecamatan
Batanghari Nuban Kabupaten Lampung Timur?
1.2 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dilaksanakaannya penelitian ini yaitu :
1.
Menganalisis pengaruh penggunaan faktor produksi
usahatani padi sawah di Desa Purwosari Kecamatan Batanghari Nuban Kabupaten Lampung Timur.
2.
Menganalisis tingkat efisiensi
penggunaan faktor produksi usahatani padi sawah di Desa Purwosari
Kecamatan Batanghari Nuban Kabupaten Lampung
Timur.
1.3 Kerangka Pemikiran
Usahatani adalah kegiatan untuk memproduksi
di lingkungan pertanian yang pada
akhirnya akan dinilai dari biaya yang dikeluarkan dan pendapatan yang
diperoleh. Penggunaan faktor-faktor produksi yang efisien dalam usahatani padi
yaitu luas lahan, tenaga kerja, dan modal pertanian akan berpengaruh pada
pendapatan yang dihasilkan oleh petani.
Produksi adalah sebuah kegiatan yang
mengubah input menjadi output. Input dalam kegiatan usahatani
padi sawah diantaranya lahan, benih, pupuk, pestisida,
dan tenaga kerja. Output yang dihasilkan dalam usahatani padi sawah tersebut
adalah padi. Penggunaan input dalam kegiatan
usahatani padi sawah
tersebut berpengaruh terhadap
produksi padi yang dihasilkan oleh petani. Produksi
padi yang dihasilkan dapat menjadi acuan
dalam menentukan efisiensi,
dan tingkat produktivitas dalam usahatani padi sawah yang dilakukan.
Produksi merupakan fungsi dari faktor produksi (input) sehingga bisa disimpulkan bahwa perubahan produksi
dipengaruhi oleh adanya perubahan faktor produksi (input) yang digunakan.
Pada pnelitian yang dilakukan ini, salah satu
cara yang digunakan untuk
menganalisis hubungan antara produksi yang dihasilkan dengan
faktor produksi yang digunakan yaitu dengan me nggunakan analisis fungsi Cobb-Douglas.
Pada fungsi Cobb-Douglas ini akan
diperoleh hasil koefisien regresi
yang sekaligus menunjukan besaran elastisitas.
Adanya penelusuran penelitian ini akan dapat
dipastikan ruang lingkup yang dapat diteliti, dengan harapan penelitian ini
tidak tumpang tindih dan tidak terjadi penelitian ulang dengan penelitian
terdahulu. Demi mempermudah pelaksanaan penelitian agar tercapai tujuan yang
dimaksud, digunakan kerangka pemikiran pada gambar 1 berikut ini.
Fungsi Produksi Cobb Dougglas Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi produksi padi Usahatani padi di Desa Purwosari Kecamatan
Batanghari Nuban, Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung. Faktor Produksi Luas
Lahan Benih
Padi Pupuk Pestisida Tenaga
Kerja Penentuan Efisiensi
Produksi Usahatani Padi
Gambar 1. Model
Kerangka Pemikiran Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor Produksi Usahatani Padi Sawah Di Desa
Purwosari Kecamatan Batanghari Nuban Lampung Timur
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi
Usahatani
Pertanian adalah kegiatan pertanian
seseorang yang berhubungan dengan proses produksi akan menghasilkan bahan-bahan
yang dibutuhkan oleh manusia dan berasal dari tumbuhan ataupun hewan yang disertai
dengan usaha untuk memperbaharui, memperbanyak dan mempertimbangkan faktor
ekonomis. Sehingga ilmu yang mempelajari kegiatan manusia dalam melakukan
kegiatan pertanian disebut ilmu usahatani (Ken, 2015).
Ilmu usahatani adalah suatu ilmu yang
mempelajari bagaimana menentukan, mengorganisasikandan mengkoordinasikan dalam
menggunakan sumberdaya dengan efektif dan efisien sehingga pendapatan yang
diperoleh petani lebih tinggi (Wanda et al., 2015). Klasifikasi usahatani
terbentuk dengan adanya perbedaan beberapa faktor dalam kegiatan pertanian,
pertama yaitu faktor fisik yang terdiri dari letak geografi dan topografi suatu
lahan, kondisi iklim dan jenis tanah yang dapat menyebabkan perbedaan tanaman
yang dapat ditanam oleh para petani. Kedua yaitu faktor ekonomis yang terdiri
dari biaya, modal yang dimiliki petani, penawaran pasar, permintaan pasar dan
resiko yang dihadapi. Sehingga faktor ekonomis tersebut akan memberikan batas
kepada petani dalam melakukan usahatani. Terakhir, ketiga yaitu faktor lainnya yang
terdiri dari kondisi sosial, hama dan penyakit tanaman dan lain-lain yang juga
dapat menghambat kegiatan usahatani yang dilakukan oleh para petani (Saeri,
2018).
2.2 Fungsi Produksi
Fungsi produksi
merupakan sifat hubungan antara faktor-faktor produksi dan tingkat produksi
yang dihasilkan. Jadi fungsi produksi adalah suatu persamaan yang menunjukkan
jumlah maksimum output yang dihasilkan dengan kombinasi input tertentu yang
selalu dinyatakan dalam bentuk persamaan Q = f (K, I, R, T) (Sukirno, 2006).
Fungsi produksi menetapkan bahwa suatu
perusahaan tidak bisa mencapai suatu output yang lebih tinggi tanpa menggunakan
input yang lebih banyak, dan suatu
perusahaan tidak bisa menggunakan lebih sedikit input tanpa mengurangi tingkat
outputnya. Pembahasan teori ekonomi produksi, maka telaahan yang banyak
diminati dan dianggap penting adalah telaahan fungsi produksi ini. Hal tersebut
disebabkan karena beberapa hal, antara lain:
a.
Mengenai fungsi produksi, maka
peneliti dapat mengetahui hubungan antara faktor produksi (input) dan produksi
(output) secara langsung dan hubungan tersebut dapat lebih mudah dimengerti.
b.
Berkenaan dengan fungsi produksi,
maka peneliti dapat mengetahui hubungan antara variabel yang dijelaskan
(dependent variable), Y, dan variabel yang menjelaskan (independent variable),
X, serta sekaligus mengetahui hubungan antar variabel penjelas. Secara
matematis, hubungan ini dapat dijelaskan dan dirumuskan sebagai berikut:
Y
= f (X1, X2,….. Xn)
Keterangan
:
Y :
Produksi fisik
X1…X2 : Faktor-faktor produksi
Berdasarkan fungsi produksi di atas, maka
hubungan Y dan X dapat diketahui dan sekaligus hubungan X1, X2,… Xn juga dapat
diketahui. Untuk menggambarkan fungsi produksi secara jelas dan untuk
menganalisa peranan masing-masingfaktor produksi, maka sejumlah faktor-faktor
produksi dianggap variabel (berubah-berubah), sedangkan faktor-faktor produksi
yang lainnya dianggap tetap atau konstan. Kurva produksi adalah kurva yang
menggambarkan hubungan antara faktor produksi dengan tingkat produksi yang dihasilkan.
Kurva produksi dan hubungan antara PT, PM, dan PR dapat dilihat pada gambar 2
(Hernanto & Fadholi, 1991).
2.3
Faktor Faktor Produksi
Faktor Produksi dalam suatu kegiatan
usahatani selalu melibatkan faktor- faktor produksi (input) untuk menghasilkan suatu produk (output). Produksi pertanian dalam pengusahaanya selalu menggunakan
input untuk menghasilkan output, dimana input merupakan segala sesuatu yang
diikutsertakan dalam proses produksi seperti penggunaan tanah (lahan), tenaga
kerja, modal, sarana produksi, dan pengelolaan. Oleh karena itu, perkembangan
usahatani atau tingkat dari suatu produksi tidak terlepas dari perkembangan
faktor-faktor tersebut (Mubyarto, 1989).
Lahan
Luas lahan adalah merupakan luas lahan
pertanian atau areal tanaman yang didalamnya terdapat bagian tanaman yang
sedang mengeluarkan hasil, bagian tanaman yang sudah tua atau yang tidak
menghasilkan lagi atau bagian tanaman yang belum berbuah atau yang baru
ditanam. Luas lahan menghasilkan adalah merupakan luas lahan tanaman pertanian
yang terdapat pokok-pokok yang mengeluarkan hasil. Luas lahan menghasilkan pada
satu periode (jangka waktu) tertentu adalah tergantung kepada keputusan untuk
menanam pada masa lalu.
Benih Padi
Benih padi adalah gabah yang dihasilkan
dengan cara dan tujuan khusus untuk disemaikan menjadi pertanaman. Kualitas
benih itu sendiri akan ditentukan dalam proses perkembangan dan kemasakan
benih, panen dan perontokan, pembersihan, pengeringan, penyimpanan benih sampai fase pertumbuhan di
persemaian (AAK, 2006). Sumber benih yang digunakan hendaknya dari kelas yang
lebih tinggi. Untuk mengetahui keadaan benih yang baik dapat dilihat dari
keadaan fisik benih dan kemurnian benih. Benih yang bersertifikat atau berlabel
dapat diperoleh pada kios-kios atau toko pertanian maupun penyalur benih. Benih
tersebut merupakan benih sebar (extension
seed) yang dihasilkan dan disebarkan oleh para penangkar benih atau
kebun-kebun benih. Varietas yang ditanam hendaknya selain disesuaikan dengan
kebutuhan konsumen, memperhatikan pula aspek kecocokan lahan, umur tanaman dan
ketahanan terhadap lama serta penyakit (AAK, 2006).
Pupuk Urea
Menurut (Fajrin, 2016)
Pupuk urea adalah pupuk yang mengandung nitrogen (N) berkadar tinggi sebesar
45%-56%.Unsur Nitrogen merupakan zat hara yang sangat diperlukan tanaman. Unsur
nitrogen di dalam pupuk urea sangat bermanfaat bagi tanaman untuk pertumbuhan
dan perkembangan. Manfaat lainnya antara lain pupuk urea membuat daun tanaman
lebih hijau, rimbun, dan segar. Nitrogen juga membantu tanaman sehingga
mempunyai banyak zat hijau daun (klorofil).
Berdasarkan hal tersebut dengan adanya zat hijau daun yang berlimpah, tanaman
akan lebih mudah melakukan fotosintesis, pupuk urea juga mempercepat
pertumbuhan tanaman (tinggi, jumlah anakan, cabang dan lain-lain). Serta, pupuk
urea juga mampu menambah kandungan protein di dalam tanaman.
Pupuk SP36
Pupuk SP36 merupakan pupuk
fosfat buatan berbentuk butiran yang dibuat dari batuan fosfat dengan campuran
asam fosfat dengan asam sulfat yang komponen utamanya mengandung unsur hara
fosfor berupa mono kalsium fosfat. Kandungan fosfor yang terdapat dalam pupuk
SP-36 sebesar 36%, yang berarti setiap 100 kg SP-36 mengandung fosfor 36 kg
(BSN, 2005).
Pupuk KCL
Kalium merupakan unsur hara esensial yang
terdapat dalam pupuk KCL dengan kadar 60% K2O yang memiliki peran dalam pembentukan, pemecahan, sintesis protein
dan mempercepat pertumbuhan (Gunadi,2009). Selain itu kalium berguna pada tubuh
tanaman dan perkembangan sel-sel tanaman, memperkuat batang tanaman sehingga
tidak mudah roboh, memperkuat daun, bunga dan buah agar tidak mudah lepas dari
tangkainya serta lebih tahan terhadap penyakit
(Rizqi, 2016).
Pestisida
Pestisida adalah substansi kimia yang
digunakan untuk membunuh atau mengendalikan berbagai hama. Dalam pemakaian
pestisida harus memperatikan dosis maupun ukurannya. Sebab pestisida pada
hakikatnya merupakan racun apabila pemakaiannya terlalu banyak akan bersifat
merugikan. Petani di Indonesia menggunakan pestisida untuk membantu program
intensifikasi dalam rangka mengatasi masalah hama dan penyakit menyerang
tanaman pertanian. Pestisida dapat secara cepat menurunkan populasi hama yang
menyerang tanaman sehingga penurunan pertanian dapat dikurangi (Kartikasari,
2011).
Tenaga Kerja
Seorang produsen yang rasional tentunya akan
mengkombinasikan faktor- faktor produksi sedemikian rupa untuk mencapai usaha
tani yang efisien dan tidak akan menambah input kalau tambahan output yang
dihasilkan tidak menguntung kan. Tenaga kerja merupakan salah satu faktor yang
terpenting dalam proses produksi dimana Tenaga kerja mempunyai pengaruh yang
nyata terhadap produksi padi.
Faktor tenaga kerja disini dapat
dilihat dari jumlah tenaga kerja. Dalam usahatani tenaga kerja dibedakan atas
dua macam yaitu menurut sumber dan jenisnya. Menurut sumbernya tenaga kerja
berasal dari dalam keluarga dan tenaga kerja dari luar keluarga. Sedangkan
menurut jenisnya didasarkan atas spesialisasi pekerjaan kemampuan fisik dan
keterampilan dalam bekerja yang dikenal tenaga kerja pria, wanita, dan anak-anak.
Penggunaan tenaga kerja dalam keluarga dan luar keluarga dipengaruhi oleh skala
usaha, semakin besar skala usaha maka penggunaan tenaga kerja cenderung semakin
meningkat. Penilaian terhadap penggunaan tenaga kerja biasanya digunakan
standarisasi satuan tenaga kerja yang biasanya disebut dengan hari orang kerja
atau. Namun, tidak selamanya penambahan dan pengurangan tenaga kerja
mempengaruhi produksi, karena walaupun jumlah tenaga kerja tidak berubah tetapi
kualitas dari tenaga kerja lebih baik maka dapat mempengaruhi produksi.
2.3.1 Fungsi Produksi
Cobb-Douglas
Fungsi produksi Cobb-Douglas adalah
suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan
dua atau lebih variabel dimana variabel yang satu disebut variabel dependen, yang dijelaskan (Y) dan yang
lain disebut variabel independen, yang menjelaskan
(X). Penyelesaian hubungan antara Y dan X biasanya dengan cara regresi,
yaitu variasi dari Y akan dipengaruhi oleh variasi dari X. Dengan demikian kaidah-kaidah pada garis regresi
juga berlaku dalam menyelesaikan fungsi
Cobb-Douglas.
Sebelum dilakukan estimaasi model
regresi berganda, data yang digunakan harus dipastikan terbebas dari penyimpangan asumsi klasik untuk multikolinieritas,
heteroskesdisitas, dan autokorelasi (Gujarati, 2003). Uji klasik ini dapat dikatakan
sebagai kriteria ekonometrika untuk melihat apakah hasil estimasi memenuhi dasar linier klasik atau tidak.
Setelah data dipastikan bebas dari penyimpangan asumsi klasik, maka dilanjutkan
dengan uji hipotesis kemudian dilakukan uji efisiensi sehingga tujuan penelitian yang kedua dapat terjawab, yaitu menghitung tingkat
efisiensi penggunaan faktor produksi pada usahatani padi.
Secara matematik, fungsi Cobb-Douglas dapat dinyatakan
sebagai berikut :
Y = a𝑋1𝑏1𝑋2 … … . 𝑋𝑖𝑏𝑖 … … . 𝑋𝑛𝑏𝑛 𝑒𝑛
Bila fungsi
Cobb-Douglas tersebut dinyatakan oleh hubungan Y dan X maka :
Y = f (X1, X2 ….., Xi, ….., Xn)
Keterangan :
Y = variabel yang dijelaskan
X = variabel
yang menjelaskan
a,b = besaran yang akan diduga
u = kesalahan (disturbance term)
e = logaritma natural
2.4 Penelitian Terdahulu
Tabel 3. Kajian Penelitian Terdahulu
No. |
Judul, Penulis, Tahun |
Metode Analisis |
Kesimpulan |
(1) |
(2) |
(3) |
(4) |
1. |
Analisis efisiensi ekonomi produksi dan
pendapatan usahatani padi
sawah dengan system bagi hasil (Hadiana, 2017) |
1.
Analisis regresi
fungsi cobb-douglass 2.
Analisis efisiensi ekonomi NPM/BKM =1 3.
Analisis
pendapatan dan penerimaan atas biaya
produksi |
Faktor-faktor yang mempengaruhi
produksi ushatani padi adalah
benih, pupuk urea, pupuk phonska, pestisida, tenaga kerja laki- laki dan tenaga kerja perempuan. Usahatani padi sawah dapat
dikatakan belum efisien. Besar pendapatan petani penyangkap pada ushatani padi sawah lebih kecil dibandingkan dengan bagi hasil yang dapat dilihat dari presentase pendapatan pemilik lahan sebesar 79% sedangkan petani penyangkap hanya 21%
dari total pendapatan keseluruhan. |
2. |
Analisis efisiensi ekonomi usahatani padi sawah
di kecamatan jaten kabupaten karanganyar (Lestari dan Sundari, 2014) |
1. Regresi linier berganda (SPSS) 2. Cobb-Douglas 3. Efisiensi Ekonomi |
Hasil regresi menunjukkan bahwa penggunaan tenaga kerja (x3), pupuk Urea (x4), pupuk SP36 (x5), dan phonska (x6) secara bersam berpengaruh nyata terhadap produksi padi. Penggunaan factor-faktor produksi pada usahatani padi di kecamatan jateng, kabupaten karanganyar belum mencapai
efisiensi ekonomi pada
. hasil pendapatan
usahatani petani padi sebesar Rp.16.494.803/Ha |
3. |
Analisis
factor produksi terhadap pendapatan petani padi sawah dengan system PTT (Dunan, 2017) |
1.
Metode
analisis regresi linier
berganda 2.
Pengujian skala
hasil dan uji asumsi klasik Efisiensi ekonomi |
Tingkat efisiensi teknis pada MT 1 sebesar 76,33 persen untuk lahan
irigasi teknis dan
67,09 persen untuk lahan tadah
hujan. Sedangkan pada MT 2
tingkat efisiensi pada lahan
irigasi teknis sebesar 87,81 persen
dan lahan tadah hujan sebesar
69,26 persen. Pendapatan pada MT 1 adalah Rp15.276.139/ha untuk lahan irigasi teknis danRp14.965568/ha untuk lahan
tadah hujan. Pada MT 2 adalah Rp15.426.044/ha untuk
lahan irigasi teknis
danRp11.672.920/ha untuk lahan
tadah hujan |
Tabel 3. Lanjutan
(1) |
(2) |
(3) |
(4) |
4. |
Analisis efisiensi
ekonomi factor-faktor produksi
ushatani padi sawah di Kabupaten Karanganyar (Ekowati, 2015) |
1.
Analisis regresi
fungsi produksi cobb- douglass 2.
Analisis
efisiensi ekonomi menggunakan rasio nilai produk marjinal dan
biaya korbanan marjinal (NPM/BKM) |
Factor-faktor produksi yang berpengaruh nyata terhadap
produksi padi sawah di Kabupaten
Karanganyar adalah luas lahan,
tenaga kerja, benih dan pupuk urea. Factor produksi luas lahan belum mencapai efisiensi ekonomi, penggunaan factor produksi tenaga kerja dan benih
tidak efisien. Pendapatan yang diperoleh petani atas biaya total adalah Rp10.177.210/ha dengan R/C 2,00
telah menguntungkan. |
5. |
Analisis Produksi dan Pendapatan Usahatani
Padi Sawah Dengan Pola Jajar Legowo di Desa Laantula Jaya Kecamatann
Witaponda Kabupaten Morawali (Suardana et al., 2013). |
Fungsi Produksi Cobb-Douglas dan Analisis
Pendapatan. Y = Produksi
Padi X1 = Luas Lahan X2 = Benih X3 = Pupuk X4 = Tenaga Kerja X5 = Pengalaman Berusahatani ). |
Hasil Analisis Fungsi Cobb-douglas
menunjukan bahwa secara simultan (bersama-sama) faktor luas lahan, benih,
pupuk, tenaga kerja, dan pengalaman usahatani. Berdasarkan hasil pengujian
menunjukkan Fhitung = 198,09 dengan
nilai sig 0,000
< 0,005 (α = 5 %) menunjukkan menolak hipotesis
nol, artinya variabel bebas luas lahan (X1), benih (X2), pupuk (X3), tenaga
kerja (X4), dan pengalaman berusahatani (X5) secara simultan (bersama-sama)
mempengaruhi produksi gabah kering panen di Desa Laantula Jaya Kecamatan
Witaponda. Hasil analisis pendapatan menunjukan bahwa penerimaan yang
diperoleh petani padi sawah di Desa Laantula Jaya adalah sebesar Rp.
17.706.084,68/ha, total biaya atau Rp. 8.939.083,95/ha sehingga diperoleh
pendapatan petani responden sebesar Rp.
8.767.000,73/ha
dalam
satu
kali musim
tanam. |
6. |
Analisis
Produksi dan Pendapatan Usahatani Padi Sawah di Desa Bonemarawa Kecamatan
Riopakava Kabupaten Donggala (Yasa & Hadayani, 2017). |
Fungsi Produksi
Cobb- Douglas dan Analisis Pendapatan. (Y= Produksi
Padi X1= Luas Lahan X2= Benih X3= Pupuk X4 = Tenaga
Kerja). |
Secara simultan
faktor-faktor yang diamati dalam penelitian, luas lahan, benih, pupuk, dan
tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap produksi usahatani padi sawah di Desa
Bonemarawa dengan nilai Fhitung 119,554 > Ftabel 4,02 pada tingkat
kepercayaan 99%. |
Tabel 3. Lanjutan
(1) |
(2) |
(3) |
(4) |
7. |
Analisis Produksi Dan Pendapatan
Usahatani Padi Sawah di Desa Pandere Kecamatan Gumbasa Kabupaten Sigi
Provinsi Sulawesi Tengah (Rumintjap & Muis, 2014). |
Fungsi Produksi Cobb- Douglas dan
Analisis Pendapatan. (Y = Produksi Padi X1= Luas Lahan X2 =
Benih X3 = Pupuk X4 = Tenaga Kerja). |
Secara simultan faktor-faktor yang
diamati yaitu luas lahan, benih, pupuk dan tenaga kerja berpengaruh nyata
terhadap produksi padi sawah. Secara parsial terdapat tiga variabel yang
berpengaruh nyata terhadap produksi padi sawah yaitu luas lahan, benih dan
pupuk, sedangkan variabel tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap produksi
padi sawah yaitu luas lahan, benih dan pupuk, sedangkan variabel tenaga kerja
berpengaruh tidak nyata. Pendapatan rata-rata yang diperoleh petani padi
sawah adalah Rp 12.455.906/ 1,1 Ha/MT atau Rp 11.221.536,94/Ha/MT. |
8. |
Analisis Produksi Dan Pendapatan
Usahatani Padi Sawah di Desa Sidondo 1 Kecamatan Sigi Biromaru Kabupaten Sigi
(Natalia & Lampaga, 2015). |
Analisis Fungsi Cobb- Douglas dan
Analisis Pendapatan. (Y = Produksi Padi X1= Luas Panen X2 =
Benih X3 = Pupuk X4 = Tenaga Kerja). |
Hasil pengujian t-test menunjukkan bahwa
secara parsial luas lahan, benih, pupuk, dan tenaga kerja berpengaruh nyata
terhadap produksi usahatani padi sawah di Desa Sidondo 1 Kecamatan Sigi
Biromaru Kabupaten Sigi Pendapatan yang diperoleh petani responden adalah
sebesar Rp. 34.191.323,13 /ha/MT dengan rata- rata luas lahan 1,73 ha atau
Rp. 19.725.763,35/ha/MT. |
9. |
Analisis Produksi Dan Pendapatan
Usahatani Padi Sawah di Desa Dolago Kecamatan Parigi Selatan Kabupaten Parigi
Moutong (Anggraeni et al., 2019). |
Analisis Fungsi Cobb- Douglas. (Y = Produksi Padi X1= Luas Lahan X2 = Benih X3 = Pupuk Urea X4 = Pupuk NPK X5 = Tenaga Kerja). |
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
variabel bebas (X1-X5) secara simultan memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap bariable independen (Y) produksi usahatani dari sawah. Hal ini dapat
dilihat dari nilai F-Test 50,966 > F-Tabel 2,409. Hasil uji-t pada lima
variabel menunjukkan bahwa secara parsial terdapat empat variabel yang
memberikan pengaruh signifikan terhadap produksi usahatani padi sawah yaitu
luas lahan, benih, pupuk urea dan tenaga kerja. Ketika Variabel pupuk Phonska
berpengaruh negatif. Pendapatan petani padi sawah di Desa Dolago
Rp18.316.637,-/1,08Ha/musim tanam atau Rp16.976.395,
/Ha/tanaman musim. |
III. METODE PELAKSANAAN
3.1
Tempat dan Waktu
Penelitian
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di
Desa Purwosari Kecamatan Batanghari Nuban Kabupaten
Lampung Timur. Alasan pemilihan Desa Purwosari sebagai
tempat penelitian yaitu karena di lokasi tempat penelitian di Desa Purwosari
tersebut termasuk salah satu yang banyak melakukan usahatani padi sawah dan ini
tidak terlepas dari faktor- faktor produksi dan pendapatan yang masih banyak
petani belum mengenal atau cara menggunakan faktor-faktor produksi dengan
tepat. Oleh karena itu peneliti meneliti analisis faktor-faktor produksi dan
analisis pendapatan usahatani padi sawah di desa tersebut.
3.2 Rancangan
Penelitian
3.2.1 Metode
Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian
ini adalah data primer dan data sekunder.
Data primer diperoleh dari hasil observasi dan wawancara langsung terhadap
petani responden. Instrument yang digunakan dalam wawancara menggunakan kuisioner terhadap responden
yaitu petani padi sawah di Desa Purwosari. Data sekunder diperoleh dari
berbagai instansi pemerintah yang terkait dengan
penelitian ini dan berbagai literatur
lainnya sebagai pendukung dalam penyusunan hasil penelitian.
3.2.2 Metode Penentuan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah
petani padi sawah yang berada di Desa Purwosari,
Jumlah populasi petani padi sawah sebanyak 159 Petani. Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini
menggunakan rumus Slovin (Sugiyono, 2007).
sebagai berikut :
N
1 + N (𝑑2)
Keterangan :
n = Jumlah sampel
N =
Jumlah populasi
d2 = Presisi (15%)
Berdasarkan rumus tersebut,
maka ukuran sampel dalam penelitian dapat ditentukan sebagai
berikut :
n
=
n
=
n
=
𝑛
= 34,735 = 34 orang
Berdasarkan
hasil tersebut maka jumlah responden
dalam penelitian ini sebanyak 34 orang dari total populasi
petani padi sawah dengan pertimbangan bahwa 34 responden tersebut
dapat mewakili populasi petani padi sawah yang
berada di Desa Purwosari.
Berdasarkan perhitungan Proporsional Random
Sampling (Sugiyono, 2014), maka jumlah sampel petani yang akan diambil dapat
dilihat pada Tabel 4 sebagai berikut:
No |
Nama Kelompok Tani |
Jumlah petani |
Perhitungan
Proporsi |
Jumlah Sampel |
1 |
Usaha Makmur |
24 |
24/159
x 34 |
5 |
2 |
Suka Maju |
42 |
42/159
x 34 |
9 |
3 |
Bina Usaha |
18 |
18/159
x 34 |
4 |
4 |
Bumi Makmur |
21 |
21/159
x 34 |
5 |
5 |
Harapan Tani 1 |
29 |
29/159
x 34 |
6 |
6 |
Dewi Sri |
25 |
25/159
x 34 |
5 |
|
Jumlah |
159 |
|
34 |
Tabel 4 menunjukkan bahwa jumlah
sampel untuk setiap masing-masing kelompok tani di Desa Purwosari Kecamatan
Batanghari Nuban, Kabupaten Lampung Timur, jumlah sampel yang diambil 5 sampai
9 responden petani sehingga total sampel yang digunakan dalam penelitian ini
sebanyak 34 sampel responden petani padi.
3.3 Metode Analisis
Data
Faktor faktor
yang mempengaruhi produksi petani analisis dengan menggunakan rumus Cobb
Douglas. Model analisis ini digunakan untuk mengetahui
hubungan antara Luas lahan (LL), Tenaga kerja (TK), Pupuk urea (PU), Pupuk SP-36
(PS), Pestisida (P), dan Benih (B) terhadap produksi padi. Selain itu juga
untuk mengetahui sejauh mana besarnya pengaruh antara variabel bebas dan
variabel terikat, sehingga metode analisis data yang digunakan penelitian ini
adalah regresi linear berganda yang ditranformasikan ke logaritma berganda
dengan menggunakan Logaritma Natural (ln). Bentuk persamaannya :
Ln Y = a+ β1Ln X1 + β2Ln X2 + β3Ln X3 + β4Ln X4 + β5Ln X5 +
β6Ln X6 + e
Keterangan :
Y =
Produksi padi (kg)
X1 =
Luas Lahan (ha)
X2 =
Tenaga Kerja (HOK)
X3 =
Pupuk Urea (kg)
X4 =
Pupuk SP-36 (kg)
X5 =
Pestisida (liter)
X6 =
Benih (kg)
a = Konstanta
β1, β2, β3 = Koefisien regresi
e = Error term
A.
Koefisien
Determinasi ( Nilai R² )
Model yang miliki kebaikan dan kelemahan jika
diterapkan dalam masalah yang berbeda. Maka untuk mengukur kebaikan suatu model
(good fit) digunakan koefisien
ditermina (R²), dimana merupakan angka yang memberikan proporsi atau presentase
variasi dalam variabel terikat (Y) yang dijelaskan oleh variabel bebas (X)
secara bersama-sama.
Koefisien determinasi mengukur
seberapa jauh kemampuan model dalam variabel independen (X) dalam menerangkan
variabel dependen (Y). Koefisien determinasi digunakan untuk menghitung
seberapa besar variabel dependen dapat dijelaskan oleh variasi
variabel-variabel independen. Nilai R² paling besar 1 dan paling kecil 0 (0
< R² < 1). Bila R² sama dengan 0 maka garis regresi tidak dapat digunakan
untuk membuat ramalan variabel dependen, sebab variabel-variabel yang dimasukkan
ke dalam persamaan regresi tidak mempunyai pengaruh variasi variabel dependen
adalah 0.
B.
Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis
bertujuan untuk mengetahui apakah suatu persamaan regresi yang dihasilkan baik
untuk mengestimasi nilai variabel bebas diperlukan pembuktian terhadap
kebenaran hipotesis. Pembuktian hipotesis dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
1.
Statistik Uji Bersama-sama (Uji F)
Uji ini digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara
signifikan terhadap variabel dependen. jika Fhitung < Ftabel, maka H0
diterima atau variabel independen secara bersama-sama tidak memiliki pengaruh
terhadap variabel dependen (tidak signifikan) dengan kata lain perubahan yang
terjadi pada variabel terikat tidak dapat dijelaskan oleh perubahan variabel
independen, dimana tingkat signifikansi yang digunakan yaitu 5%. Analisis
koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa besar pengaruh variabel
independen (tenaga kerja, luas lahan, teknologi pertanian) terhadap variabel
dependen (produksi padi).
2.
Statistik Uji Parsial (Uji
t)
Uji ini
digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel independen secara
sendiri-sendiri mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap variabel
dependen. Dengan kata lain, untuk mengetahui apakah masing-masing variabel independen
dapat menjelaskan perubahan yang terjadi pada variabel dependen secara nyata.
Untuk mengkaji pengaruh variabel
independen terhadap dependen secara individu dapat dilihat hipotesis berikut:
H1 : β1 = 0 → tidak berpengaruh, H1 : β1>
0 → berpengaruh positif, H1 : β1 < 0 → berpengaruh negative. Dimana β1
adalah koefisien variabel
independen ke-1 yaitu
nilai parameter hipotesis. Biasanya nilai β dianggap nol,
artinya tidak ada pengaruh variabel X1 terhadap Y bila thitung < ttabel maka
H0 diterima (tidak signifikan). Uji t digunakan untuk membuat keputusan apakah
hipotesis terbukti atau tidak, dimana tingkat signifikan yang digunakan yaitu 5%.
C.
Uji Asumsi Klasik
Suatu model dikatakan baik untuk alat
prediksi apabila mempunyaisifat- sifat tidak bias linier terbaik suatu
penaksiran. Selain itu suatu model dikatakan cukup baik dan dapat untuk
memprediksi apabila sudah lolos dari serangkaian uji asumsi klasik yang
melandasinya. Dalam penelitian ini digunakan uji asumsi kalsik yang terdiri
dari :
a)
Uji
Normalitas Data
Uji normalitas bertujuan untuk melihat bahwa
suatu variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi dengan normal atau
tidak. Uji normalitas didapat dari uji garfik profitability plot yang membandingkan distribusi komulatif dari
residual sesungguhnya dengan distribusi komulatif dari distribusi normal. Jika
distribusi variabel pengganggu atau residual adalah normal, maka garis yang
menggambarkan residual akan mengikuti garis diagonalnya.
b)
Uji Multikolenieritas
Uji multikolenieritas diperlukan untuk
mengetahui ada tidaknya variabel independen yang memiliki kemiripan dengan
variabel lain dalam satu model. Kemiripan antar variabel independen dalam suatu
model akan menyebabkan terjadinyan korelasi yang sangat kuat antara suatu
variabel independen dengan variabel independen lainnya. Menghindari kebiasan
dalam proses pengambilan kesimpulan mengenai pengaruh pada uji persial
masing-masing variabel dependen. Deteksi multikolenieritas pada suatu model
dapat dilihat dari beberapa hal, antara lain:
1)
Jika nilai Variance
Inflation Factor (VIF) faktor tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerance tidak kuran dari 0,1 maka
model dapat dikatakan terbebas dari multikolineritas VIF = 1/tolerance, jika VIF = 10 maka tolerance = 1/10 = 0,1. Semakin tinggi
VIF maka semakin rendah tolerance.
2)
Jika nilai kofisien determinan, baik dilihat dari R2 maupun
R-square di atas 0,60 namun tidak ada
variabel independen yang berpengaruh terhadap variabel dependen, maka
ditengarai model terkena multikolineritas.
c)
Uji Heteroskedastisitas
Uji ini muncul apabila kesalahan atau
residual dari model yang dianalisis tidak memiliki varians yang constant dari
suatu observasi. Model regresi yang baik adalah model regresi yang
homokedastisitas atau heteroskedastisitas. Cara mendekatinya adalah dengan cara
melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan
residual (SRESID). Untuk mendeteksi ada tidaknya pola tertentu pada grafk scatterplot atau SRESID dan ZPRED dimana
sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi dan sumbu X adalah (Y pred – Y
sesungguhnya) yang telah di stundedtized analisisnya.
Cara memprediksi ada tidaknya
Heteroskesdastisitas pada suatu model
dapat dilihat dari pola gambar Scatterplot model tersebut. Analisis pada
gambar Scatterplot yang menyatakan model regresi linear berganda tidak terdapat
Heteroskesdastisitas jika:
1.
Titik-titik
data menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar angka 0.
2.
Titik-titik
data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja.
3.
Penyebaran
titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang
4.
melebar
kemudian menyempit dan melebar kembali.
5.
Penyebaran
titik-titik data sebaiknya tidak berpola.
d)
Uji Autokorelasi
Autokorelasi adalah korelasi (hubungan)
antara anggota serangkaian observasi atau pengamatan yang tersusun dengna
rangkaian waktu (seperti dalam data time series) atau yang tersusun dalam
rangkaian ruang (seperti data cross
section). Pada penelitian ini bentuk data cross section, apabila menggunakan data uji autokorelasi bertujuan
untuk menguji apakan dalam model regresi linear tindakan satu responden atau
sampel mempengaruhi tindakan responden yang lain atau tidak. Apabila tindakan
satu responden satu mempengaruhi tindakan responden yang lainnya maka terdapat
autokorelasi.
Uji Durbin Watson digunakan untuk
autokorelasi tingkat satu (first order
autocorrelation) dan mensyaratkan adanya intersep (konstan) dalam model
regresi dan tidak ada variabel lagi diantara variabel independen. Model
regresi linier berganda terbebas dari autokorelasi jika nilai Durbin Watson
hitung terletak di daerah No Autocorelation. Penentu
letak tersebut dibantu
dengan tabel dl dan du, dibantu dengan nilai k (jumlah
variabel independen). Klasifikasi nilai Dw yang dapat digunalkan untuk melihat
ada atau tidaknya autokorelasi dalam model regresi.
3.3.1 Analisis Efisiensi
Secara ekonomis, efisiensi akan tercapai
pada kondisi dimana harga sama dengan
nilai produk marjinalnya. Jika harga dari faktor produksi x ke-i (Pxi) adalah biaya korbanan marjinal (BKM) dan
produk marjinal dikalikan dengan tingkat
harga output adalah nilai produk marjinal (NPM), maka kondisi efisiensi ekonomis
tercapai pada Pmxi = BKMxi.
Untuk penggunaan faktor produksi lebih
dari satu, keuntungan maksimum tercapai apabila:
Jika rasio NPM dan BKM kurang dari satu, menunjukkan penggunaan faktor produksi
telah melampaui batas optimal maka setiap penambahan biaya akan lebih besar dari tambahan penerimaannya. Bagi produsen yang rasional akan mengurangi penggunaan faktor produksi sehingga
tercapai kondisi NPM sama dengan
BKM. Pada saat rasio NPM dengan BKM lebih besar dari satu, berarti kondisi optimum belum tercapai sehingga
produsen yang rasional akan menambah penggunaan
faktor produksi sehingga tercapai kondisi NPM sama dengan BKM. Keterangan:
3.4
Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional meliputi
pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data yang
berhubungan dengan tujuan penelitian.
1).
Produksi (Y) adalah jumlah padi yang dihasilkan petani di Desa
Purwosari Kecamatan Batanghari Nuban, Kabupaten Lampung Timur dalam satu periode penen
atau satu periode.
2).
Luas lahan (X1) adalah ukuran luas dari areal yang dikelola
oleh petani untuk bertani padi (are).
3).
Benih (X2) adalah jumlah benih yang digunakan dalam satu
musim tanam oleh petani di Desa Purwosari Kecamatan Batanghari
Nuban, Kabupaten Lampung Timur (kg)
4).
Pupuk urea (X3) adalah jumlah pupuk urea yang digunakan dalam
satu musim tanam oleh petani di Desa Purwosari Kecamatan Batanghari
Nuban, Kabupaten Lampung Timur (kg).
5).
Pupuk Sp-36 (X4) adalah jumlah pupuk sp-36 atau fosfor yang
digunakan dalam satuan musim tanam oleh petani di Desa
Purwosari Kecamatan Batanghari Nuban, Kabupaten Lampung Timur (kg).
6).
Pestisida (X5) adalah jumlah pestisida yang digunakan dalam
satu tanam oleh petani di Desa Purwosari Kecamatan Batanghari
Nuban, Kabupaten Lampung Timur (liter).
7).
Jumlah tenaga kerja (X6) adalah banyaknya tenaga kerja yang
digunakan dalam satu musim tanam (jiwa).
8).
Pupuk KCL adalah jumlah pupuk KCL atau kalium yang digunakan
dalam satuan musim tanam oleh petani di Desa
Purwosari Kecamatan Batanghari Nuban, Kabupaten Lampung Timur (kg).
9).
Pendapatan Usahatani adalah selisih antara penerimaan dan
biaya usahatani
10).
Penerimaan usahatani adalah nilai produksi yang diperoleh
dari produk total dikalikan dengan
harga jual ditingkat petani (Rp).
11). Biaya Tunai adalah
besarnya nilai uang tunai yang dikeluarkan oleh petani untuk membeli
benih, pupuk, pestisida, tenaga kerja mesin, sewa alat pertanian, untuk biaya bagi hasil
(sistem sakap), serta untuk membayar upah tenaga kerja keluarga dan luar
keluarga (Rp).
12). Biaya tidak tunai adalah
pengeluaran yang turut diperhitungkan sebagai biaya usahatani yang meliputi
biaya benih yang dibuat sendiri, biaya penyusutan alat-alat pertanian, pajak
lahan dan upah tenaga kerja untuk keluarga berdasarkan tingkat upah yang
berlaku di daerah penelitian (Rp).
13). Modal adalah Barang
ekonomi berupa lahan, alat-alat dan mesin, tanaman dilapangan, sarana produksi
dan uang tunai yang digunakan untuk menghasilkan padi
14). Hasil Produksi adalah
jumlah produksi yang dihasilkan petani padi dalam bentuk beras dan dinyatakan
dalam bentuk kilogram (Kg).
DAFTAR PUSTAKA
BPS, Kabupaten Lampung
Timur. 2016. Luas Daerah Menurut
Kecamatan di Lampung Timur dalam
angka 2016. (Online). https://lampungtimurkab.bps.go.id/subject/153/geografi.html#subjekViewTab3. Diakses
pada Jumat 08 Juli 2022.
BPS, Kabupaten Lampung Timur. 2022. Produksi Tanaman Pangan (Ton), 2017- 2019.(Online). https://lampungtimurkab.bps.go.id/indicator/53/91/1/produksi-tanaman- pangan.html. Diakses pada Jumat 08 Juli 2022.
Hessie, R. 2009. Analisis Produksi
dan Konsumsi Beras dalam Negeri Serta Implikasinya Terhadap Swasembada Beras
di Indonesia. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. http://repository.ipd.ac.id/bitstream/handle/14198. Dikases pada Jumat 08 Juli 2022.
Isyanto,
A. Y. 2012. Faktor-Faktor yang
Berpengaruh Terhadap Produksi Pada Usahatani
Padi di Kabupaten Ciamis. Jurnal. Cakrawala Galuh Vol – 1 Nomor 8, Maret 2012. http://s3.amazonaws.com/academia.edu/31611864.
Diakses pada Jumat 08 Juli 2022.
Kompas, 2015. 5 Negara Penghasil Padi Terbesar
di Dunia.
https://ekonomi.kompas.com/read/2015/09/02/095100026/Ini.5.Negara.Penghasil.Beras.Terbesar.di.Dunia?page=all. Diakses
pada Jumat 08 Juli 2022.
Notarianto, D. 2011. Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor
Produksi Pada Usahatani Padi Organik
dan Padi Anorganik. Skripsi. Fakultas
Ekonomi Universitas Diponogoro. http://eprints.undip.ac.id/29749. Diakses
pada Jumat 08 Juli 2022.
Risna dan
Yulianti, K. 2018. Analisis Pendapatan
Usahatani Padi Sawah dengan Sistem Tanam Pindah di Des Siboang
Kecamatn Sojol Kabupaten
Donggala. Jurnal. Jurnal Pembangunan Agribisnis Vol – 1 Nomor 1, Agustus 2018 http://jurnal.untad.ac.id/jurnal.index.php/jpa/article/view/67.
Diakses pada Jumat 08 Juli 2022.
Salim, Emil, 2010. Perencanaan Pembangunan Dan Pemerataan Pendapatan.
Jakarta:Inti Dayu Press
Soekartawi. 2003. Teori Ekonomi Produksi Dengan Pokok Bahasan Analisis
CobbDouglas. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.
LAMPIRAN
Lampiran 2. Kuisioner Penelitian
Nomor :
KUESIONER
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA PURWOSARI
KECAMATAN BATANGHARI NUBAN LAMPUNG TIMUR
Petunjuk Pengisian
Isilah
jawaban pada kolom atau tempat yang tersedia sesuai dengan kondisi yang sebenarnya.
Hasil pengisian kuesioner ini hanya ditujukan
untuk penelitian ilmiah semata.
I.
IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama Responden :
2.
Umur :
3.
No.Handphone :
4.
Pendidikan Terakhir :
5.
Lama Bertani
Padi :
6.
Sumber Modal :
7.
Jumlah Tanggungan Keluarga :
8.
Jumlah Tenaga Kerja yang Membantu Usahatani :
9.
Status Kepemilikan
Lahan : a)
Pemilik . b) Penyewa. c) Penggarap
II. DATA BIAYA USAHATANI PADI
Penggunaan Input pada Musim Kemarau
3.4.1
Biaya
Tetap
No |
Komponen BiayaTetap |
Kebutuhan |
Satuan |
Harga |
Umur Ekonomis |
TC |
Penyusutan |
1 |
Lahan per Tahun |
|
|
|
|
|
|
2 |
Cangkul |
|
|
|
|
|
|
3 |
Hand Sprayer |
|
|
|
|
|
|
4 |
Arit |
|
|
|
|
|
|
5 |
Parang |
|
|
|
|
|
|
6 |
Golok |
|
|
|
|
|
|
7 |
Ember |
|
|
|
|
|
|
8 |
Traktor |
|
|
|
|
|
|
9 |
Sepatu Putih/boot |
|
|
|
|
|
|
10 |
|
|
|
|
|
|
|
11 |
|
|
|
|
|
|
|
12 |
|
|
|
|
|
|
|
Total Biaya Tetap (Rp) |
|
|
|
3.4.2
Biaya Variabel
b.1 Biaya
Bahan
No |
Komponen Biaya Variabel |
Kebutuhan |
Satuan |
Harga
(Rp) |
Jumlah
(Rp) |
1 |
Benih Padi |
|
|
|
|
|
- |
|
|
|
|
|
- |
|
|
|
|
2 |
Pupuk |
|
|
|
|
|
- |
|
|
|
|
|
- |
|
|
|
|
|
- |
|
|
|
|
|
- |
|
|
|
|
3 |
Pestisida |
|
|
|
|
|
- |
|
|
|
|
|
- |
|
|
|
|
|
- |
|
|
|
|
|
- |
|
|
|
|
5 |
Bambu |
|
|
|
|
6 |
Karung Padi |
|
|
|
|
Total Biaya
Variabel (Rp) |
|
b.2 Biaya Tenaga Kerja
Jenis Kegiatan |
Tenaga Kerja HOK |
Upah |
Total Pengeluaran |
|||||||
Keluarga |
Luar Kel./Orang lain |
|||||||||
Jml. Orang |
Jml |
HOK |
Jml. Orang |
Jml |
HOK |
|||||
|
Jam |
Hari |
Jam |
Hari |
||||||
Pengolahan tanah -
Pembersihan -
Pencangkulan -
Pembajakan |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Pembibitan/penyemaian |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Penanaman |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Pemeliharaan tanaman -
Penyiangan -
Penyulaman -
Pemupukan -
Pemberantasan hama |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Pemanenan |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Pengelolaan hasil panen |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Lain-lain ............ ............ ............ |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Jumlah |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4
Produksi Padi
Produksi (Kg) :
Harga per kg (Rp) :
Penerimaan (Rp) :
a) Penerimaan usahatani :
5
Tenaga Kerja dan modal
1.
Apakah
status tenaga kerja yang Bapak/Ibu pekerjakan?
a.
Upahan
b.
Dikerjakan
sendiri (keluarga)
2.
Bagaimana
sistem pengupahan tenaga kerja yang Bapak/Ibu
lakukan?
a.
Borongan
b.
Harian
3.
Berapa
jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam kegiatan usahatani padi?
6
Panen
No |
Pertanyaan |
Jawaban |
1. |
Apa yang Bapak/Ibu lakukan terhadap hasil panen? |
|
2 |
Dimanakah
Bapak/Ibu menjual hasil panen? |
|
3. |
Berapa kali Bapak/Ibu panen padi dalam satu tahun?
(kali) |
|
4. |
Berapa rata-rata jumlah hasil panen usahatani padi
dalam satu kali panen? Jumlah
hasil panen (kg) |
|
5. |
Berapa
harga padi yang Bapak/Ibu jual ? |
|
6. |
Dimana
Bapak/Ibu menjual hasil panen padi? |
|
7. |
Saat menjual hasil paen padi siapakah yang
menanggung transportasi? |
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar