Rabu, 14 Desember 2022

LAPORAN PENDAHULUAN ISOLASI SOSIAL

 

LAPORAN PENDAHULUAN

ISOLASI SOSIAL

 

 

Poltekkes_Tjk

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG

JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNG KARANG

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2021/2022

 

LAPORAN PENDAHULUAN

ISOLASI SOSIAL

 

A.  Kasus Isolasi Sosial

1.      Definisi

Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Damayanti, 2012).

Isolasi sosial adalah gangguan dalam berhubungan yang merupakan mekanisme individu terhadap sesuatu yang mengancam dirinya dengan cara menghindari interaksi dengan orang lain dan lingkungan (Keliat, 2015).

Isolasi sosial atau menarik diri merupakan keadaan seorang individu yang mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Keliat & Akemat, 2015).

Isolasi sosial atau menarik diri adalah suatu pengalaman menyendiri dari seseorang dan perasaan segan terhadap orang lain sebagai sesuatu yang negatif atau keadaan yang mengancam (Nurhaeni H.dkk, 2011)

 

2.      Tanda dan Gejala

Menurut Towsend.M.C dan Carpenito L.J Isolasi sosial : menarik diri sering ditemukan adanya tanda dan gejala sebagai berikut: kurang spontan, apatis, ekspresi wajah tidak berseri, tidak memperhatikan kebersihan diri, komunikasi verbal kurang, menyendiri, tidak peduli lingkungan, asupan makanan terganggu, retensi uriendan feses, aktivitas menurun, posisi baring seperti feses, menolak berhubungan dengan orang lain. (Yusuf, dkk. 2015)

 

1)       Data Subyektif

Sukar didapati jika klien menolak berkomunikasi. Beberapa data subyektif adalah menjawab pertanyaan dengan singkat, seperti kata- kata “tidak”, “iya”, “tidak tahu”.

2)       Data obyektif

Observasi yang dilakukan pada klien akan ditemukan:

a.    Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul.

b.    Menghindar dari orang lain (menyindir), klien tampak dari orang lain, misalnya pada saat makan.

c.    Komunikasi kurang/ tidak ada. Klien tidak tampak bercakap- cakap dengan klien lain/ perawat

d.   Tidak ada kontak mata, klien lebih sering menunduk.

e.    Berdiam diri di            kamar/ tempat terpisah. Klien kurang mobilitasnya.

f.     Menolak berhubungan dengan orang lain. Klien memutuskan percakapan atau pergi jika diajak bercakap-cakap.

g.    Tidak melakukan kegatan sehari-hari. Artinya perawatn diri dan kegiatan rumah tangga sehari-hari tidak dilakukan.

h.    Posisi janin pada saat tidur.

     

3.      Rentang Respon

Respon adaptif adalah respon yang diterima oleh norma sosial dan kultural dimana individu tersebut menjelaskan masalah dalam batas normal.

 

                                 1.         Solitude

Respon yang dibutuhkan untuk menentukan apa yang telah dilakukan dilingkungan sosialnya dan merupakan suatu cara mengawasi diri dan menentu kan langkah berikutnya.

                                 2.         Otonomi

Suatu kemampuan individu untuk menentukan dan menyampalkan ide-ide pikiran.

                                                                     1.         Kebersamaan

 Suatu keadaan dalam hubungan Interpersonal dima na individu tersebut mampu untuk memberi dan menerima.

                                                                     2.         Saling ketergantungan

Saling ketergantungan antara individu dengan orang lain dalam hubungan interpersonal.

 

Respon maladaptif adalah respon yang dilakukan indi vidu dalam menyelesaikan masalah yang menyimpang dari norma-norma sosial dan kebudayaan suatu tempat.

a.       Menarik diri

Gangguan yang terjadi apabila seseorang memutuskan untuk tidak berhubungan dengan orang lain untuk men cari ketenangan sementara waktu.

b.      Manipulasi

Adalah hubungan sosial yang terdapat pada individu yang mengnganggap orang lain sebagai objek dan. dberorientasi pada diri sendiri atau pada tujuan, bukan CH berorientasi pada orang lain. Individu tidak dapat mbmembina hubungan sosial secara mendalam.

c.       Ketergantungan

 Individu gagal mengembangkan rasa percaya diri dan kemampuan yang dimiliki.

d.      Impulsif

Ketidakmampuan merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar dari pengalaman, tidak dapat diandalkan, mem punyai penilaian yang buruk dan cenderung memak sakan kehendak.

e.       Narkisisme

 Harga diri yang rapuh, secara terus menerus berusaha mendapatkan penghargaan dan pujian, memiliki sikap egosentris, pencemburu dan marah jika orang lain tidak mendukung.

 

 

B.  Etiologi

1.      Faktor predisposisi

Ada berbagai faktor yang menjadi pendukung terjadinya perilaku isolasi sosial (Yosep,I., & Sutini, T. 2014)

a.       Faktor perkembanga

Tiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan  dari  masa bayi sampai dewasa tua akan menjadi pencetus seseorang sehingga mempunyai masalah respon sosial menarik diri. Sistem keluarga yang terganggu juga dapat mempengaruhi terjadinya menarik diri. Organisasi anggota keluarga bekerja sama dengan tenaga profesional untuk mengembangkan gambaran yng lebih tepat tentang hubungan antara kelainan jiwa dan stress keluarga. Pendekatan kolaboratif dapat mengurangi masalah respon sosial menarik diri.

b.      Faktor biologic

Faktor genetik dapat menunjang terhadap respon sosial maladaptif. Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa.

Kelainan struktur otak, seperti atropi, pembesaran ventrikel, penurunan berat dan volume otak serta perubahan limbik diduga dapat menyebabkan skizofren

c.       Faktor sosiokultural

Isolasi sosial merupakan faktor dalam gangguan berhubungan. Ini merupakan akibat dari norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain, atau tidak menghargai anggota masyarakat yang tidak produktif, seperti lansia, orang cacat dan berpenyakit kronik. Isolasi dapat dapat terjadi karena mengadopsi norma, perilaku dan sitem nilai yang berbeda dari yang dimiliki budaya mayoritas. Harapan yang tidak realistis terhadap hubungn merupakan faktor lain yang berkaitan dengan gangguan ini.

 

2.      Faktor presipitasi

Ada beberapa faktor presipitasi yang dapat menyebabkan seseorang menarik diri. Faktor-faktor tersebut dapat berasal dario berbagai stressor antara lain:

                                  1.          Stressor sosiokultural

Stressor sosial budaya dapat menyebabkan terjadinya gaangguan dalam membina hubungan dengan orang lain, misalnya menurunnya stabilitas unit keluarga, berpisah dari orang yang berarti dalam kehidupannya, misalnya karena dirawat di rumah sakit.

                                 2.         Stressor psikologik

Ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah dengan orang terdekat atau kegagalan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya hal ini dapat menimbulkan ansietas tinggi bahkan dapat menimbulkan seseorang mengalami gangguan hubungan (menarik diri).

                                 3.         Stressor intelektual

Kurangnya pemahaman diri dalam ketidakmampuan untuk berbagai pikiran dan perasaan yang mengganggu pengembangan hubungan dengan orang lain.

 

Strategi Pelaksanaan

1)      Evaluasi kegiatan latihan berkenalan, bicara saat melakukan empat kegiatan harian, beri pujian

2)       Latian cara bicara sosial : meminta sesuatu, menjawab pertanyaan

3)      Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan berkenalan> 5 orang, orang baru, berbicara saat melakukan kegiatan harian dan sosialisasi.

 

Strategi Pelaksanaan

1)      Evaluasi           kegiatan           keluarga dalam merawat / melatih pasien berkenalan,  berbicara          saat melakukan kegiatan harian / RT, berbelanja. Beri pujian.

2)       Jelaskan   follow   up   ke   RSJ/ PKM,    tanda   kambuh           dan rujukan.

3)      Anjurkan         membantu       pasien sesuai    jadwal kegiatan           dan memberikan pujian.

 

Strategi Pelaksanaan

1)      Evaluasi           kegiatan           latihan berkenalan,      bicara   saat melakukan kegiatan harian dan sosialisasi. Beri pujian

2)      Latih kegiatan harian

3)      Nilai    kemampuan     yang    telah mandiri

4)      Nilai apakah isolasi sosial teratasi.

 

Strategi Pelaksanaan

1)      Evaluasi           kegiatan           keluarga dalam merawat / melatih pasien berkenalan,  berbicara          saat melakukan kegiatan harian. RT,  berbelanja dan kegiatan lain dan follow up. Beri pujian.

2)      Nilai     kemampuan     keluarga merawat pasien

3)      Nilai     kemampuan     keluarga melakukan kontrol ke RSJ / PK


 

A.    Rencana Tindakan Keperawatan

Tgl

No Dx

Dx Keperawatan

Perencanaan

Tujuan

Kriteria Evaluasi

Intervensi

 

 

Defisit perawatan diri

TUM: klien dapat mandiri dalam perawatan diri

 

 

 

 

 

1.      Bina hubungan saling percaya :

¨  Beri salam setiap berinteraksi.

¨  Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat berkenalan

¨  Tanyakan nama dan panggilan kesukaan klien

¨  Tunjukkan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi

¨  Tanyakan perasaan dan masalah yang dihadapi klien

¨  Buat kontrak interaksi yang jelas

¨  Dengarkan ungkapan perasaan klien dengan empati

¨  Penuhi kebutuhan dasar klien

2.    Diskusikan dengan klien:

¨  Penyebab klien tidak merawat diri

¨  Manfaat menjaga perawatan diri untuk keadaan fisik, mental, dan sosial.

¨  Tanda-tanda perawatan diri yang baik

¨  Penyakit atau gangguan kesehatan yang bisa dialami oleh klien bila perawatan diri tidak adekuat

 

TUK:

1. Klien dapat mengenal DPD dan latihan personal hygiene

 

1.  Klien menunjukkan tanda-tanda percaya kepada perawat:

o   Wajah cerah, tersenyum

o   Mau berkenalan

o   Ada kontak mata

o   Menerima kehadiran perawat

o   Bersedia menceritakan perasaannya

 

 

 

 

2.  Klien mengetahui pentingnya perawatan diri, klien menyebutkan:

o   Penyebab tidak merawat diri

o   Manfaat menjaga perawatan diri

o   Tanda-tanda bersih dan rapi

o   Gangguan yang dialami jika perawatan diri tidak diperhatikan

 

 

 

 

 

 

 

 

3.  Klien mengetahui cara-cara melakukan perawatan diri:

3.1.  klien menyebutkan frekuensi menjaga perawatan diri:

o   Frekuensi mandi

o   Frekuensi gosok gigi

o   Frekuensi keramas

o   Frekuensi ganti pakaian

o   Frekuensi berhias

o   Frekuensi gunting kuku 3.2.klien menjelaskan cara menjaga

perawatan diri:

o   Cara mandi

o   Cara gosok gigi

o   Cara Keramas

o   Cara Berpakaian

o   Cara berhias

o   Cara gunting kuku

 

4.  klien mempraktekkan perawatan diri dengan dibantu oleh perawat:

o   Mandi

o   Gosok gigi

o   Keramas

o   Ganti pakaian

o   Berhias

o   Gunting kuku

 

3.1.Diskusikan frekuensi menjaga perawatan diri selama ini

¨  Mandi

¨  Gosok gigi

¨  Keramas

¨  Berpakaian

¨  Berhias

¨  Gunting kuku

 

 

3.2.Diskusikan cara praktek perawatan diri yang baik dan benar :

¨  mandi

¨  gosok gigi

¨  Keramas

¨  Berpakaian

¨  Berhias

¨  Gunting kuku

3.2.  Berikan pujian untuk setiap respon klien yang positif 4.1.Bantu klien saat perawatan diri :

¨  Mandi

¨  Gosok gigi

¨  Keramas

¨  Ganti pakaian

¨  Berhias

¨  Gunting kuku

4.2.  Beri pujian setelah klien selesai melaksanakan perawatan diri

4.3.  Masukan pada jadual kegiatan untuk latihan mandi,

sikat gigi (2 kali per hari), cuci rambut (2 kali per minggu), potong kuku (satu kali per minggu)

 

 

 

2. Klien dapat latihan merias diri

1.  Klien mampu menyebutkan

o  perawatan diri yang sudah dilakukan

o  cara berhias:

1.1.  Evaluasi kegiatan kebersihan diri. Beri pujian

1.2.  Jelaskan cara dan alat untuk berhias

1.3.    Latih cara berhias setelah kebersihan diri: sisiran, rias


 

 

 

 

ü Wanita: berhias/berhias

ü Laki-laki: mencukur jenggot dan kumis

muka untuk perempuan; sisiran, cukuran untuk pria

1.4. Masukkan pada jadual kegiatan untuk kebersihan diri dan berhias

 

 

 

3. Klien dapat latihan makan dan minum

1.  Klien mampu menyebutkan

o  perawatan diri dan berhias yang sudah dilakukan

o  cara/adab makan dan minum:

ü menyiapkan makan

ü cuci tangan sebelum makan

ü duduk dimeja makan

ü berdoa sebelum makan

ü tertib selama makan

ü berdoa setelah makan

ü merapihkan meja makan

ü membersihkan alat makan

1.  Evaluasi kegiatan kebersihan diri dan berhias. Beri pujian

2.  Jelaskan cara dan alat makan dan minum

3.  Bantu/latih klien saat makan dan minum :

¨  menyiapkan makan

¨  cuci tangan sebelum makan

¨  duduk dimeja makan

¨  berdoa sebelum makan

¨  tertib selama makan

¨  berdoa setelah makan

¨  merapihkan meja makan

¨  membersihkan alat makan

4.  Masukkan pada jadual kegiatan untuk latihan kebersihan diri, berhias dan makan & minum yang baik

 

 

 

4. Klien dapat menyebutkan cara BAB/BAK yang baik

1.  Klien mampu menyebutkan

o  perawatan diri, berhias dan makan/minum yang sudah dilakukan

o        cara/adab BAB/BAK:

ü BAB/BAK di toilet

ü Membersihkan diri setelah BAB/BAK

ü Membersihkan/menyiram toilet setelah BAB/BAK

1.  Evaluasi kegiatan kebersihan diri, berhias, makan & minum. Beri pujian

2.  Jelaskan cara BAB dan BAK yang baik

¨  BAB/BAK di toilet

¨  Membersihkan diri setelah BAB/BAK

¨  Membersihkan/menyiram toilet setelah BAB/BAK

3.  bantu/Latih BAB dan BAK yang baik

4.  Masukkan pada jadual kegiatan untuk latihan kebersihan diri, berhias, makan & minum dan BAB&BAK

 

 

 

Klien dapat merawat diri secara mandiri

Klien mampu menyebutkan cara merawat diri dengan baik

o   Membersihkan diri

o   Berhias

o   Makan/minum

o   BAB & BAK

1.  Evaluasi kegiatan latihan perawatan diri: kebersihan diri, berhias, makan & minum, BAB & BAK. Beri pujian

2.  Latih kegiatan harian

3.  Nilai kemampuan yang telah mandiri

4.  Nilai apakah perawatan diri telah baik


 

 

 

 

 

 

 

 

 

5. Klien mendapatkan dukungan keluarga untuk meningkatkan perawatan diri: keluarga mengenal masalah DPD dan melatih klien merawat diri

5.1.  Keluarga menyampaikan masalah dalam merawat pasien

 

 

 

 

 

 

 

5.2.  keluarga menyiapkan sarana perawatan diri klien: sabun mandi, pasta gigi, sikat gigi, shampoo, handuk, pakaian bersih, sandal, dan gunting kuku, dll

5.3.  Menjelaskan cara-cara membantu klien dalam memenuhi kebutuhan perawatan dirinya

 

 

 

 

 

 

5.4.  Keluarga mempraktekan cara

perawatan diri/personal hygiene pada klien

1.  Diskusikan masalah yg dirasakan dalam merawat pasien, jelaskan pengertian, tanda & gejala, dan proses terjadinya defisit perawatan diri (gunakan booklet)

¨  Penyebab klien tidak melaksanakan perawatan diri

¨  Tindakan yang telah dilakukan klien selama di rumah sakit dalam menjaga perawatan diri dan kemajuan yang telah dialami oleh klien

¨  Dukungan yang bisa diberikan oleh keluarga untuk meningkatkan kemampuan klien dalam perawatan diri

2.  Jelaskan sarana untuk membersihkan diri

¨  Sarana yang diperlukan untuk menjaga perawatan diri klien

¨  Anjurkan kepada keluarga menyiapkan sarana tersebut

3.  Diskusikan dengan keluarga hal-hal yang perlu dilakukan keluarga dalam perawatan diri :

¨  Anjurkan keluarga untuk mempraktekkan perawatan diri (mandi, gosok gigi, keramas, ganti baju, dan gunting kuku)

¨  Ingatkan klien waktu mandi, gosok gigi, keramas, ganti baju, dan gunting kuku.

¨  Bantu jika klien mengalami hambatan dalam perawatan diri

¨  Berikan pujian atas keberhasilan klien

4.  Latih cara merawat : kebersihan diri dan anjurkan membantu pasien sesuai jadual dan memberikan pujian

 

 

 

6. Klien mendapatkan dukungan keluarga untuk meningkatkan perawatan diri: keluarga melatih

klien berhias

6.1.  Keluarga menyampaikan kemampuan dalam merawat/melatih pasien membersihan diri

6.2.  keluarga menyiapkan sarana berhias klien: sisir, bedak & Lipstik (wanita), alat cukur (laki-laki),

1.  Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih pasien kebersihan diri. Beri pujian

 

2.  Jelaskan sarana untuk berhiasi

¨  Sarana yang diperlukan untuk berhias

¨  Anjurkan kepada keluarga menyiapkan sarana tersebut


 

 

 

 

 

6.3.  Menjelaskan cara-cara membantu klien dalam berhias

 

 

 

 

6.4.  Keluarga mempraktekan cara berhias pada klien

 

3.  Diskusikan dengan keluarga hal-hal yang perlu dilakukan keluarga dalam berhias :

¨  Anjurkan keluarga untuk mempraktekkan berhias

¨  Ingatkan klien waktu berhias.

¨  Bantu jika klien mengalami hambatan dalam berhias

¨  Berikan pujian atas keberhasilan klien

4.  Latih cara merawat : kebersihan diri dan berhias, anjurkan membantu pasien sesuai jadual dan memberikan pujian

 

 

 

7. Klien mendapatkan dukungan keluarga untuk meningkatkan perawatan diri: keluarga melatih klien makan dan minum yang baik

7.1.  Keluarga menyampaikan kemampuan dalam merawat/melatih pasien membersihan diri dan berhias

7.2.  keluarga menyiapkan sarana makan dan minum

 

 

7.3.  Menjelaskan cara-cara membantu klien dalam makan dan minum

 

 

 

 

 

7.4.  Keluarga mempraktekan cara berhias pada klien

1.  Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih pasien kebersihan dir dan berhias. Beri pujian

 

2.  Jelaskan sarana untuk makan dan minum

¨  Sarana yang diperlukan untuk makan dan minum

¨  Anjurkan kepada keluarga menyiapkan sarana tersebut

3.  Diskusikan dengan keluarga hal-hal yang perlu dilakukan keluarga untuk makan dan minum:

¨  Anjurkan keluarga untuk mempraktekkan makan dan minum

¨  Ingatkan klien waktu makan dan minum.

¨  Bantu jika klien mengalami hambatan dalam makan dan minum

¨  Berikan pujian atas keberhasilan klien

4.  Latih cara merawat : kebersihan diri, berhias dan makan minum, anjurkan membantu pasien sesuai jadual dan memberikan pujian

 

 

 

8. Klien mendapatkan dukungan keluarga untuk meningkatkan

perawatan diri:

8.1.  Keluarga menyampaikan kemampuan dalam merawat/melatih pasien membersihan diri, berhias dan makan/minum

8.2.  keluarga menyiapkan sarana BAB &

1.  Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih pasien kebersihan diri, berhias dan makan-minum. Beri pujian

 

2.  Jelaskan sarana untuk BAB & BAK


 

 

 

keluarga melatih klien BAB dan BAK

BAK

 

 

8.3.  Menjelaskan cara-cara membantu klien dalam BAB & BAK

 

 

 

 

 

 

8.4.  Keluarga mempraktekan cara BAB & BAK pada klien

¨  Sarana yang diperlukan untuk BAB & BAK

¨  Anjurkan kepada keluarga menyiapkan sarana tersebut

3.  Diskusikan dengan keluarga hal-hal yang perlu dilakukan keluarga untuk BAB & BAK:

¨  Anjurkan keluarga untuk mempraktekkan makan dan minum

¨  Ingatkan klien jika ingin BAB & BAK.

¨  Bantu jika klien mengalami hambatan dalam BAB & BAK

¨  Berikan pujian atas keberhasilan klien

 

4.  Latih cara merawat : kebersihan diri, berhias, makan minum dan BAB & BAK, anjurkan membantu pasien sesuai jadual dan memberikan pujian

 

 

 

Keluarga mampu merawat pasien secara mandiri

Keluarga dapat menyebutkan cara merawat pasien dengan masalah DPD

¨  Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih pasien dalam perawatan diri: kebersihan diri, berdandan, makan & minum, BAB & BAK. Beri pujian

¨  Nilai kemampuan keluarga merawat pasien

¨  Nilai kemampuan keluarga melakukan kontrol ke PKM

¨  Jelaskan follow up ke PKM, tanda kambuh, rujukan

¨  Anjurkan membantu pasien sesuai jadual dan memberikan pujian


 

DAFTAR PUSTAKA

 

Ermawati Dalami,S.Kp, Suliswati, S.Kp, M.Kes, Ns. Rochimah, S.Kep, Ketut Rai Suryati, SKM, Widji Lestari, SKM, 2009 Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Jiwa. jakarta: Trans info media

Damayanti, M., & Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika

Aditama.

Keliat, B. A. 2015. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta : EGC

Keliat, B. A., Akemat, Helena, N., & Nurhaeni, H. 2012. Keperawatan Kesehatan

Jiwa Komunitas: CHMN (Basic Course). Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

Yusuf, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika

Yosep,I., & Sutini, T. 2014. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika

Tidak ada komentar: