FORMULASI SEDIAAN KRIM KAKI KOMBINASI VIRGIN COCONUT OIL (VCO), MINYAK BIJI KELOR (Moringa oleifera L.) DAN GEL LIDAH BUAYA
(Aloe vera L.)
LAPORAN TUGAS AKHIR
KEMENTERIAN
KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK
KESEHATAN TANJUNGKARANG
JURUSAN
FARMASI
TAHUN 2022
Puji syukur kepada Allah SWT. Taburan cinta dan kasih
sayang-Mu telah memberikan kekuatan, memberikan bekal ilmu, dan atas karunia
yang Engkau berikan akhirnya LTA ini dapat terselesaikan. Sholawat dan salam
selalu terlimpahkan keharibaan Rasullah Muhammad SAW.
Kupersembahkan karya sederhana ini kepada orang yang
sangat aku kasihi dan kusayangi Bapaku dan Mamaku. Sebagai tanda bakti, hormat,
dan rasa terimakasih yang tiada terhingga kupersembahkan karya kecil ini kepada
Bapak dan Mamak yang telah memberikan kasih sayang, segala dukungan, doa yang
tiada terhingga yang tidak mungkin dappat kubalas hanya dengan selembar kertas
yang bertuliskan kata cinta dalam kata persembahan. Semoga ini menjadi langkah
awal anakmu untuk membuat bapak dan mamak bahagia, selama ini belum bisa
berbuat yang lebih. Terima kasih Mamak... Terima kasih Bapak atas semua yang
engkau berikan semoga diberi kesehatan dan panjang umur agar dapat menemani
langkah kecilku bersama adik-adikku tercinta Fachri dan Afif menuju kesuksesan.
Untuk mbakku Safitri terimakasih banyak telah mengajarkan ku menjadi mbak
setelah mu, aku tidak bisa mengutarakan rasa terimakasih dan mengungkapkan kata
cinta secara langsung, tapi akan selalu ku langitkan doa-doa atas namamu.
Terimakasih kepada
Pembimbing Utama Ibu Yulyuswarni, S,.Si, Apt.M.Kes. Pembimbing Pendamping Ibu Siti Julaiha, M.Farm.,
Apt. Dan Penguji Isnenia. M,.Sc.,Apt, serta
Pembimbing Akademik Ibu Ani Hartati,
S.Si., Apt., M.Si.. yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan,
arahan, motivasi, saran, kritikan, serta dukungan selama penyusunan Laporan
Tugas Akhir ini. Tidak lupa juga kepada Dosen dan Staf Jurusan Farmasi yang
telah memberikan banyak pelajaran, mendidik dan mengarahkan Wulan ke jalan yang lebih baik, sehingga
dapat menyelesaikan pendidikan di Jurusan Farmasi ini. Semoga semua ilmu yang
Bapak/Ibu berikan kepada Wulan
menjadi ladang pahala bagi Bapak dan Ibu
serta dapat bermanfaat dan berkah dalam kehidupan Wulan.
Terimakasih kepada teman-temanku dari zaman dulu sampai sekarang Dela,
Qiqi, Nabila,Gaby, Tiwi, Ajeng, Riska, yang telah senantiasa mendoakan, dan
membantu tapi ga bantu sih. But love youu guys karena sering ngajakin refresh
pikiran. Terimakasih juga banyak-banyak kepada aqua galon Naila, Fabila, Faraz,
Fani, dan Pirda huhh luar biasa bisa dapetin kawan kuliah, agak freak ya mau
ungkapin hati banyak-banyak. Tapi serius terimakasih banget atas waktunya 3
tahun ini yang luar biasa. Doa ku selalu menyertai kalian semua, love youu all.
Ucapan
terimakasih juga aku persembahkan untuk selurh teman-teman angkatanku Farmasi
19. Terimakasih untuk semua cerita singkat yang pernah kita rasain bersama setiap harinya, atas kerjasamanya. Semoga kita dipermudah untuk mencapai semua impian yang diharapkan , menjadi orang yang sukses dan menjadi
kebanggan keluargaa.
Terakhir untuk diri saya sendiri, hari ini aku menoleh ke belakang,
mendapati diriku sangat tangguh melewati semua msalah ataupun ujian.
Terimakasih sejauh ini ku berikan untuk diri sendiri, hadiah sebuah surat
Al-Fatihah ku berikan padaku agar senantiasa harus selalu ingat kepada
penciptaku. Terimakasih banyak Wulan.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirrobil’alamin
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan tugas akhir yang
berjudul “Formulasi
Sediaan Krim Kaki Kombinasi Virgin Coconut Oil (VCO), Minyak Biji Kelor (Moringa oleifera L.) dan Gel Lidah Buaya
” yang disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program studi
Diploma III pada Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Tanjungkarang.
Terwujudnya
laporan tugas akhir ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari semua
pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih
kepada:
1.
Bapak Warjidin
Aliyanto, S.KM., M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan Tanjungkarang.
2.
Ibu Dra. Pudji Rahayu,
Apt., M.Kes. selaku Ketua Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Tanjungkarang.
3.
Ibu Yulyuswarni, S.Si, Apt,. M.Kes
selaku dosen pembimbing utama yang telah berkenan meluangkan waktu, tenaga dan
pikiran untuk membimbing serta memberikan saran selama penulis menyelesaikan
laporan tugas akhir ini.
4.
Ibu Siti Julaiha, Apt.,
M.Farm. selaku dosen pembimbing kedua, penulis mengucapkan terimakasih telah
membimbing serta memberikan arahan dan masukan untuk menyelesaikan laporan
tugas akhir ini.
5.
Ibu Isnenia, M.Sc.,
Apt selaku dosen penguji yang telah memberikan arahan dan masukan untuk
menyelesaikan laporan tugas akhir ini.
6.
Seluruh Dosen, Staff
dan Karyawan di Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Tanjungkarang dan semua
rekan mahasiswa/i Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Tanjungkarang serta
semua pihak yang telah memberi dukungan dan bantuan kepada penulis dalam
penyusunan laporan tugas akhir ini.
Penulis
menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan tugas akhir
ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan pada masa
yang akan datang. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih. Semoga laporan
tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Bandar Lampung, Juni
2022
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBR SAMPUL LUAR........................................................................... i
LEMBAR SAMPUL DALAM................................................................... ii
ABSTRAK................................................................................................... iii
ABSTRACK................................................................................................ iv
BIODATA PENULIS.................................................................................. v
LEMBAR PERSETUJUAN...................................................................... vi
LEMBAR PENGESAHAN............................................................ ..........vii
LEMBAR PERNYATAAN..................................................................... viii
MOTTO........................................................................................................ ix
PERSEMBAHAN........................................................................................ x
KATA PENGANTAR. ............................................................................. xii
DAFTAR ISI............................................................................................. xiii
DAFTAR TABEL...................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................... xvii
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang........................................................................ 1
B.
Rumusan Masalah................................................................... 4
C.
Tujuan Penelitian.................................................................... 5
D.
Manfaat Penelitian.................................................................. 5
E.
Ruang Lingkup
Penelitian...................................................... 6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Kulit ...................................................................................... 7
B.
Xerosis.................................................................................... 9
C.
Kosmetika............................................................................. 10
D.
Kelor .................................................................................... 12
E.
Virgin Coconut Oil
(VCO)................................................... 14
F.
Lidah Buaya (Aloe Vera)...................................................... 17
G.
Krim ..................................................................................... 20
H.
Formulasi Sediaan
Krim....................................................... 21
I.
Bahan Pembuatan
Krim Tipe Minyak dalam air................... 22
J.
Evaluasi Sediaan
Krim.......................................................... 23
K.
Kerangka Teori............................................................................................. 25
L.
Kerangka Konsep................................................................. 26
M.
Definisi Operasional............................................................. 27
BAB III METODE
PENELITIAN
A.
Rancangan
Penelitian............................................................ 29
B.
Subjek Penelitian.................................................................. 29........
C.
Lokasi dan Waku
Penelitian................................................. 29
D.
Alat dan Bahan..................................................................... 29
E.
Prosedur Kerja
Penelitian..................................................... 30........
F.
Pengumpulan Data................................................................ 34
G.
Pengolahan dan
Analisa Data............................................... 35
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil...................................................................................... 36
B.
Pembahasan.......................................................................... 43
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan........................................................................... 49
B.
Saran..................................................................................... 49
DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 50
LAMPIRAN............................................................................................... 53
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Halaman
Tabel 2.1 Definisi Operasional............................................................... 27
Tabel 3.1 Formula sediaan krim kombinasi minyak
biji kelor dan
VCO dalam %........................................................................ 31
Tabel 3.2 Formula Krim Kombinasi Minyak Biji Kelor
dan
VCO dalam 30 gram.............................................................. 31
Tabel 4.1...
Uji Orgnoleptik Warna........................................................... 37
Tabel 4.2 Uji Organoleptik Aroma......................................................... 37
Tabel 4.3 Uji Organoleptik Tekstur......................................................... 37
Tebel 4.4 Uji Homogenitas...................................................................... 38
Tabel 4.5 Uji Daya Sebar......................................................................... 38
Tabel 4.6 Uji pH...................................................................................... 39
Tabel 4.7 Uji Stabilitas Warna................................................................. 40
Tabel 4.8 Uji Stabilitas Aroma................................................................ 41
Tabel 4.9 Uji Stabilitas Tekstur............................................................... 41
Tabel 4.10 Uji Stabilitas Homogenitas..................................................... 42
Tabel 4.11 Uji Stabilitas Daya Sebar........................................................ 42
DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar Halaman
Gambar
2.1 Struktur
Kulit.......................................................................... 7
Gambar
2.2 Pohon
Kelor & Minyak Kelor............................................... 12
Gambar
2.3 Pohon
Kelapa & Minyak Kelapa.......................................... 15
Gambar
2.4 Aloe
vera L........................................................................... 18
Gambar 4.1 Grafik
Rata-rata Uji Daya Sebar.......................................... 39
Gambar 4.2
Grafik Rata-rata Pengujian pH............................................. 40
Gambar 4.3
Grafik Perubahan Rata-rata Daya Sebar Krim...................... 43
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Lampiran Halaman
Lampiran 1 Skema
Kerja Pembuatan Virgin Coconut Oil (VCO)............. 54
Lampiran 2 Skema
Kerja Pembuatan Jus Lidah Buaya (Aloe
vera L.)...... 55
Lampiran 3 Skema Kerja Pembuatan Krim Kombinasi Virgin
Coconut Oil .......................................................................... 56
Lampiran 4 Perhitungan Penimbangan Bahan........................................... 57
Lampiran 5
Dokumentasi Pembuatan VCO.............................................. 59
Lampiran 6 Dokumentsi Pembuatan Jus Lidah Buaya.............................. 60
Lampiran 7 Dokumentasi Pembuatan Sediaan.......................................... 61
Lampiran 8 Dokumentasi Evaluasi Sediaan.............................................. 62
Lampiran 9
Sertifikat Analisis Minyak Biji Kelor..................................... 66
Lampiran 10 Surat Izin Penelitian................................................................ 67
Lampiran 11 Lembar Perbaikan.................................................................... 69
Lampiran 12 Lembar Konsul........................................................................ 70
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
belakang
Kulit merupakan bagian terluar dari tubuh manusia, maka kulit selalu
berinteraksi dan terpapar lingkungan sekitar, misalnya dengan paparan sinar
ultraviolet (UV), kelembapan udara, dan juga suhu. Paparan ini dapat
menyebabkan terganggunya keseimbangan kulit terutama kadar air dan dapat
menganggu kelembapan kulit (Tricaesario, 2016:600). Kulit merupakan salah satu organ tubuh yang
berfungsi sebagai barier protektif terhadap pencegahan kehilangan air dan
elektrolit (Pillai, Cornel and Oresajo, 2010 dlam Chomariyah, Darsono dn Wijay,
2019: 17). Kulit memiliki lapisan lemak di permukaan yang dihasilkan oleh
kelenjar minyak kulit yang berfungsi melindungi kulit dari kelebihan penguapan
air yang akan menyebabkan penguapan air yang akan meyebabkan dehidrasi kulit
(Tranggono dan Latifah, 2007). Kadar air dalam startum korneum pada kulit
normal, kandungan air sekitar 10% pada lapisan luar dan sekitar 30% pada
lapisan lebih dalam. Penurunan kandungan air dalam startum korneum kurang dari
10% menyebabkan kulit bersisik, kasar dan kering (Honari G, 2014 dalam
Tricaesario dan Widayati, 2016: 600). Kulit manusia terbagi menjadi 4 bagian
yaitu normal, kering, berminyak dan kombinasi (Wulandari, Prasetyo, dan Kurniatie,
2019: 17).
Kulit kering dapat menimbulkan xerosis pada bagian tumit kaki, siku dan
jari-jari tangan. Xerosis pada tumit kaki adalah keadaan kering tumit kaki yang
mengakibatkan terjadi pecah-pecah pada tumit kaki. Xerosis pertama kali ditandai dengan gejala
kekeringan pada permukaan kulit yang menjadi bersisik, keras dan tidak nyaman.
Kondisi yang berkelanjutan akan menyebabkan permukaan kuli retak dan
pecah-pecah yang berakibat timbulnya iritasi dan inflamasi (Aryani, 2019: 53).
Untuk memperbaiki kekeringan kulit dapat dilakukan dengan memperbaiki hidrasi
epidermis dan memperbaiki elastisitas kulit. Oleh karena itu dibuatlah sediaan
krim yang mengandung bahan pelembab dan antioksidan. Pelembab dapat
meningkatkan kadar air startum korneum dan hydrating agent, sehingga dapat
mereduksi tanda dan gejala kulit kering, bersisik, kasar serta membuatpermukaan
kulit menjadi halus dan lembut (Schliemann dan Elsner, 2007: 49-50).
Antioksidan adalah bahan yang dapat mencegah, menghambat dan mengendalikan reaksi
oksidasi dari radikal bebas yang menyebabkan kerusakan struktural kulit,
mengurangi elastisitas, ketahanan dan kelenturan serta meningkatnya peradangan
(Winarsi, 2007: 23).
Krim adalah salah satu bentuk sediaan topikal umumnya digunakan untuk
terapi bersifat lokal. Bentuk sediaan krim lebih disukai oleh masyarakat karena
mudah dibersihkan dan mudah menyebar. Dibedakan dalam dua tipe, krim tipe minyak
dalam air (M/A) adalah yang paling sering di formulasikan dari pada krim dengan
tipe air dalam minyak (A/M) (Barel, Paye
dan Maibach, 2009:121). Pada umumnya krim
dengan basis M/A lebih disukai daripada basis A/M karena mudah dicuci dengan
menggunakan air dan tidak licin saat diaplikasikan di kulit. Daya melekat krim
M/A lebih cepet dari pada krim A/M. Daya menyebar dan daya proteksi krim M/A
lebih baik daripada krim A/M. Sediaan krim
tipe M/A yaitu memberikan efek yang optimum karena mampu menaikkan gradien
konsentrasi zat aktif yang menembus kulit sehingga absorbsi perkutan menjadi
meningkat ( Engelin, 2013:2).
Keunggulan dari sediaan krim adalah penyebarannya yang mudah diabsorbsi
kulit sehingga krim dipilih dalam berbagai sediaan kosmetik. Agar dapat
memberikan efek yang diharapkan, aman dan nyaman, formulasi krim harus memiliki
stabilitas fisik yang baik. Zat aktif sediaan krim dapat menggunakan bahan
kimia maupun bahan alami. Salah satu bahan tanaman alam yang dapat digunakan
sebagai zat aktif yaitu gel lidah buaya dan minyak biji kelor yang berkhasiat
sebagai pelembab dan antioksidan. Selain itu penggunaan VCO sebagai pelembab
alami dan antioksidan (Natalia, Sari dan Pratiwi, 2015: 57-75).
VCO merupakan minyak yang berasal dari olahan buah kelapa. VCO sangat baik
digunakan dalam bidang farmasi dimana digunakan sebagai pelembab kulit alami
karena mampu mencegah kerusakan jaringan dan memberikan perlindungan terhadap
kulit tersebut. VCO juga memiliki kandungan antioksidan dan pelembab yang
sangat tinggi dimana antioksidan ini berfungsi untuk mencegah penuaan dini dan
menjaga vitalitas tubuh (Natalia, Sari dan Pratiwi, 2015 : 59-75). Menurut penelitian sebelumnya VCO kaya akan
kandungan asam lemak seperti asam laurat, asam palmiat, asam oleat, dan asam
oktadekanoat (Novilla dan Nursidika, 2017 :161-173)
Kelor mengandung 46 antioksidan kuat, senyawa melindungi tubuh terhadap efek
merusak dari radikal bebas dengan menetralkannya sebelum dapat menyebabkan
kerusakan sel dan menjadi penyakit (Krisnadi, 2015 :36). Salah satu kandungan
minyak kelor (Moringa oleifera L) adalah asam oleat yang berfungsi sebagai
pelembab dan antioksidan yang bermanfaat bagi kulit (Li, 2015; Warra, 2015
dalam Adiwibowo, 2020:34). Minyak biji kelor (Moringa oleifera L) memiliki
kandungan asam oleat yang tinggi (68-76%), asam linolear (58-62%), asam behenat
(7%), dan asam arakidat (3%) yang berfungsi sebagai antiinflamasi dan anti
radikal bebas (Manzoor at all, 2007; Anwar at all, 2008; Otuwale at al, 2013;
Aney at all, 2009 dalam Dzakwan, Priyanto dan Ekowati, 2019:850.
Lidah buaya (Aloe vera L.) telah
dipergunakan untuk banyak keperluan selama berabad-abad. Kurang lebih 4000 tahun
yang lalu sampai sekarang lidah buaya (Aloe
vera L.) sangat dikenal karena berbagai macam khasiat. Keistimewaan lidah
buaya (Aloe vera L.) ini terletak
pada gelnya yang dapat membuat kulit tidak cepat kering dan selalu kelihatan
lembab. Keadaan tersebut disebabkan sifat gel lidah buaya (Aloe vera L.) yang mampu meresap ke dalam kulit, sehingga dapat
menahan kehilangan cairan yang terlampau banyak dari dalam kulit (Suryowidodo,
1988 dalam Suryani, Hambali dan Kurniadewi, 2005:40).
Penelitian yang dilakukan Andini (2021) menunjukan bahwa krim kombinasi gel
lidah buaya konsentrasi 8% sebagai pelembab dan minyak biji kelor konsentrasi )
4%, 8%, dan 12% sebagai antioksidan berwarna putih, berbau khas dan memiliki
tekstur setengah padat. Seluruh formula menghasilkan krim yang homogen dengan
diameter daya sebar rentang 5,1-6,1 cm dan nilai pH rentang 5,1- 5,4. Sediaan
krim kombinasi gel lidah buaya dan minyak kelor stabil selama penyimpanan.
Seluruh formula krim memenuhi persyaratan sediaan krim.
Penelitian yang dilakukan oleh Sudaryanto, Herwanto, dan Putri (2016)
menunjukkan bahwa pada konsentrasi 2,531%, minyak biji kelor hasil ekstraksi
dengan menggunakan pelarut etanol dan pada konsentrasi 9,0417% minyak biji
kelor hasil ekstraksi dengan menggunakan pelarut n-heksana memiliki aktivitas
antioksidan. Minyak biji kelor konsentrasi 4% stabil pada penyimpanan suhu
kamar dan dapat diformulasikan dalam bentuk krim (Soba, 2018:29).
Penelitian
yang dilakukan oleh Isnin, Bambang, dan Akhmad menunjukan bahwa variasi VCO 1-25% dapat
diformulasikan dalam bentuk sediaan krim dengan tipe emulsi M/A.. Sediaan krim
yang dihasilkan semuanya homogen, stabil pada penyimpanan 12 minggu, mempunyai
pH 6,46-6,8 serta tidak mengiritasi kulit. Berdasarkan uraian tersebut,
peneliti tertarik untuk memformulasikan kombinasi minyak biji kelor (Moringa oleifera L) dengan VCO dalam sediaan krim dengan konsentrasi VCO 1%,
5%, dan 7%, minyak biji kelor (Moringa
oleifera L) 3% dan gel lidah buaya 8%.
B. Rumusan
Masalah
Permasalahan xerosis di tumit kaki umumnya bisa terjadi pada semua kalangan
umur, baik pria maupun wanita, dan xerosis ini membuat permukaan kult menjadi
bersisik, keras dan rasa tidak nyaman. Penggunaan krim sebagai pelembab
sekaligus pelindung kulit dari radikal bebas merupakan hal yang tak kalah
penting. Pada penelitian yang dilakukan Andini (2021) minyak biji kelor dibuat
menjadi krim pelindung radikal bebas. Pada penelitian Sasniwiati (2011) VCO
sebagai pelembab dalam sediaan krim. Berdasarkan hal tersebut peneliti
merumuskan masalah yaitu kombinasi minyak biji kelor (Moringa oleifera
L) dan VCO dalam formulasi sediaan krim dan bagaimana evaluasi uji mutu minyak
biji kelor (Moringan oleifera L) dan
VCO dalam formulasi sediaan krim dengan konsentrasi VCO 1%, 5%, dan 7%,
minyak biji kelor (Moringa oleifera
L) 3% dan gel lidah buaya 8%.
C. Tujuan
Penelitian
1.
Tujuan Umum
Untuk mendapatkan
formula krim kombinasi VCO, minyak biji
kelor (Moringan oleifera L) dan gel lidah buaya yang memenuhi syarat uji
mutu krim.
2.
Tujuan Khusus
a. Mengetahui sifat organoleptik (aroma, warna, dan tekstur)
sediaan krim kombinasi VCO, minyak biji kelor (Moringan oleifera L) dan gel lidah buaya dengan konsentrasi VCO 1%, 5%, dan 7%, minyak
biji kelor (Moringa oleifera L) 3%
dan gel lidah buaya 8%.
b. Mengetahui hasil uji homogenitas sediaan krim kombinasi VCO,
minyak biji kelor (Moringan oleifera L)
dan gel lidah buaya dengan konsentrasi
VCO 1%, 5%, dan 7%, minyak biji kelor (Moringa
oleifera L) 3% dan gel lidah buaya 8%.
c. Mengetahui hasil evaluasi pH sediaan krim kombinasi VCO, minyak
biji kelor (Moringan oleifera L) dan gel
lidah buaya dengan konsentrasi VCO 1%,
5%, dan 7%, minyak biji kelor (Moringa
oleifera L) 3% dan gel lidah buaya 8%.
d. Mengetahui hasil uji daya sebar sediaan krim kombinasi VCO,
minyak biji kelor (Moringan oleifera L)
dan gel lidah buaya dengan konsentrasi VCO 1%, 5%, dan 7%, minyak biji kelor (Moringa oleifera L) 3% dan gel lidah
buaya 8%.
e.
Mengetahui hasil
uji stabilitas sediaan krim kombinasi VCO, minyak biji kelor (Moringan oleifera L) dan gel lidah
buaya dengan konsentrasi VCO 1%, 5%, dan 7%, minyak biji kelor (Moringa oleifera L) 3% dan gel lidah buaya 8%.
D.
Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti
Menambah pengalaman
dan pengetahuan serta mengaplikasikan
ilmu yang telah diperoleh selama menjalani perkuliahan di Politeknik Kesehatan Tanjungkarang Jurusan Farmasi khususnya dalam
ilmu farmasetika.
2. Bagi
Akademik
Diharapkan
penelitian
ini dapat menjadi bahan bacaan dan sumber referensi bagi mahasiswa Politeknik
Kesehatan Tanjungkarang serta untuk penelitian selanjutnya.
3. Bagi
Masyarakat
Memberi informasi ilmiah dalam pemanfaatan sumber daya
alam, khususnya VCO dan minyak biji kelor (Moringan
oleifera L). Sehingga potensi kekayaan alam indonesia dimanfaatkan secara
bijak.
E. Ruang
Lingkup Penelitian
Ruang
lingkup penelitian ini adalah formulasi krim kombinasi VCO, minyak biji kelor (Moringan oleifera L) dan gel lidah buaya
dengan konsentrasi VCO 1%, 5%, dan 7%, minyak biji kelor (Moringa oleifera L) 3% dan gel lidah buaya 8% dengan tiga kali pengulangan. Metode
penelitian ini adalah ekperimental, serta melakukan evaluasi uji organoleptis
(warna, bau, dan tekstur), uji homogenitas, uji daya sebar, uji derajat
keasaman (pH) dan uji stabilitas. Penelitian ini direncanakan akan dilakukan di
Laboratorium Farmasetika Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Tanjungkarang..
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Kulit
1.
Pengertian Kulit
Kulit atau cutis dalam bahasa latin, merupakan organ yang terletak paling
luar yang membungkus seluruh tubuh manusia. Kulit menjadi bagian tubuh yang
bersentuhan langsung dengan lingkungan, kulit juga membantu tubuh dalam
regulasi suhu tubuh, mencegah dehidrasi, dan juga berperan sebagai indera
peraba (tricaesario, 2016: 599-610).
2.
Struktur Kulit
Menurut Kalangi,(2013) struktur kulit, terdiri dari :
a.
Epidermis
Fungsi Epidermis sebagai pertahanan tubuh terluar terhadap lingkungan luar
tubuh. Suasana asam pada kulit melindungi kulit dari mikroorganisme. Lapisan
keratin yang keras melindungi tubuh dari invasi mikroorganisme dan infeksi juga
menjaga kelembaban. Sel Langerhans membentuk reseptor pengenalan baik terhadap
mikroorganisme, virus bahkan senyawa asing yang selanjutnya mengaktifkan sistem
imunitas. Kemampuan tubuh mempertahankan kadar air penting untuk menjaga
kesehatan kulit. Jumlah dan distribusi pigmen melanin yang memberikan keragaman
warna pada kulit manusia. Vitamin D disintesis di epidermis dengan bantuan
sinar ultraviolet, sintesis ini dilakukan oleh keratinosit yang terletak pada
stratum basale dan stratum spinosum dari epidermis (Flanagan, 2013 :33-36).
b.
Dermis
Dermis merupakan “rumah” dari komponen tambahan dari epidermis. Di dermis
terdapat sel – sel imun yang berfungsi melawan infeksi yang masuk ke dalam
kulit. Dermis menyediakan suplai darah, nutrisi dan oksigen pada dirinya
sendiri dan juga epidermis. Dermis juga mempunyai fungsi pengaturan suhu kulit
melalui pembuluh darah superfisial dan reseptor saraf berfungsi untuk sensasi
rasa raba (Han, 2016:1-28).
c.
Hipodermis
Jaringan hipodermis atau subkutan merupakan lapisan yang terdiri dari lemak
dan jaringan ikat yang kaya akan pembuluh darah dan saraf. Lapisan ini penting
dalam pengaturan suhu kulit dan tubuh (Han, 2016: 1-28).
3.
Kelembaban Kulit
Kulit yang lembab berarti kulit yang memiliki kadar minyak lebih tinggi
dari pada kulit yang kering. Kulit yang berminyak memiliki kemampuan
mempertahankan kadar air lebih tinggi dari pada kulit yang kering. Peran
kelembaban kulit adalah untuk menjaga kadar air yang berada dalam kulit dalam
rangka mempertahankan elastisitasnya (Prianto, 2014: 60).
Secara alamiah kulit memiliki lapisan lemak tipis di permukaannya, yang
antara lain terdiri atas produksi kelenjar minyak kulit. Pembentukan lapisan
lemak tersebut terutama untuk melindungi
kulit dari kelebihan penguap air yang akan menyebabkan dehidrasi kulit. Air yang
terkandung dalam startum korneum, meskipun sedikit (hanya 10%) sangat penting.
Air yang terkandung dalam startum korneum sangat berpengaruh pada kelembutan
dan elastisitas startum korneum (Tranggono dan Latifah, 2007: 11-12).
Jika kandungan air distartum korneum semakin sedikit, maka semakin rendah
elastisitas jaringan startum korneum. Kulit akan kering dan pecah-pecah,
membentuk retak-retak mendalam mirip V. Jika bahan-bahan asing seperti sabun,
kotoran dan mikroorganisme masuk dan menumpuk dalam celah ini, maka kulit yang menjadi kering dan
retak-retak akan menimbulkan iritasi dan peradangan yang juga akan melemahkan
kulit. Di sinilah perlunya kosmetik pelembab kulit untuk mencegah dehidra si
kulit yang menyebabkan kekeringan dan retak-retak pada kulit serta akibatnya
buruk (Tranggono dan Latifah, 2007 :19-20).
Seperti telah dikemukakan diatas, kulit yang kering umumnya memiiki kadar
minyak yang rendah. Kurangnya kadar minyak pada permukaan ini mengakibatkan
kandungan air yang berada dibagian permukaan kulit ini mengakibatkan kandungan
air yang berada dibagian permukaan bawah lapisan keratin menguap lebih cepat,
yang selanjutnya mengakibatkan kekeringan pada kulit yang pada tingkat ekstrem
dikenal dengan istilah xerosis. Kulit semacam ini akan terlihat berkerak
disertai rasa gatal. Dalam kondisi demikian kulit akan lebih mudah terkena
infeksi bakteri ataupun jamur (Prianto,2014: 118).
B.
Xerosis
Xerosis adalah kondisi yang sangat lazim yang dapat disebabkan oleh
beberapa faktor, diantaranya cuaca (suhu dan kelembapan), perubahan kondisi
lingkunga yang ekstrim, paparan mikroorganisme dan paparan bahan kimia yang
dapat melarutkan lipid startum korneum dan faktor pelembab alami kulit, proses
penuaan dan stres fisiologis, pengaruh genetik dan berbagai penyait (Draelos,2013:
3).
Xerosis dikarakterisasi dengan berkurangnya kelembaban yang mencapai kadar
kelembaban kurang dari 10% di startum korneum. Hal ini dapat terjadi karena
peningkatan pada transpidermal waterloos (TEWL), karena berkurangnya
permeabilitas pelindung. Kelembapan yang berkurang akan menyebabkan terjadinya
permisahan kerneosit. Ketika kulit menjadi terlalu kering, kulit akan mengeras,
memerah, dan berkembang menjadi retak. Bila retakan menjadi melebar dan semakin
dalam akan sampai pada bagian dermis kulit dan dapat berakibat parah pada
daerah tubuh yang dengan relative sedikit kelenjar minyak seperti pada tangan
dan kaki (Draelos, 2013: 308-3014).
Xerosis pada tumit kaki dapat terjadi pada kulit yang terpapar bahan kimia
seperti detergen yang dapat melarutkan lipid kulit. Kulit yang berminyak
memiliki kemampuan mempertahankan kadar air yang lebih tinggi pada kulit yang
kering. Peran kelembaban kulit ini adalah utuk menjaga kadar air yang berada
dalam kulit dalam rangka mempertahankan elastisitasnya (Prianto,2014: 118).
Gambaran klinisnya adalah kulit tampak kasar dengan
tekstur kulit lebih jelas serta tampak bersisik, disertai keluhan gatal-gatal.
Jika cukup parah, dapat pula terjadi kemerahan dan dapat terjadinya tumit kaki
yang pecah-pecah (Sinulingga,
2018: 146-157).
C.
Kosmetika
Istilah kosmetika berasal dari kata Yunani yakni “Kosmetikos” yang
berarti“keahlian dalam menghias”. Berdasarkan asal katanya definisi kosmetika
sesuai dengan yang telah diputuskan oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia
(1976) yakni kosmetika adalah bahan atau campuran bahan untuk digosokkan,
dilekatkan, dituangkan, dipercikan atau disemprotkan pada, dimsukkan dalam,
dipergunakan pada bahan atau bagian badan manusia dengan maksud membersihkan,
memelihara, menambah daya tarik atau mengubah rupa dan tidak termasuk golongan
obat. Sedangkan obat dirumuskan sebagai bahan zat atau benda yang dipakai untuk
diagnosis, pengobatan dan pencegahan suatu penyakit atau bahan zat yang
mempengaruhi struktur dan faal tubuh.
Sementara definisi kosmetika dalam peraturan Menteri Kesehatan RI
No.445/Menkes/Permenkes/1998 adalah “Kosmetika adalah sediaan atau paduan bahan
yang siap untuk digunakan pada bagian luar badan (epidermis, rambut, kuku,
bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi dan rongga mulut untuk membersihkan,
menambah daya tarik, mengubah penampakan, melindungi supaya tetap dalam keadaan
baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau
menyembuhkan suatu penyakit (Angendari, 2012: 25-36).
Kosmetik saat ini sudah menjadi kebutuhan penting bagi manusia. Kosmetik
tidak hanya digunakan untuk fungsi estetika, akan tetapi berperan dalam
penyembuhan dan perawatan kulit. Meski bukan merupakan kebutuhan primer, namun
kosmetika merupakan salah satu produk yang digunakan rutin dan terus menerus
oleh masyarakat. Oleh karena itu keamanan kosmetik dari bahan-bahan berbahaya
perlu diperhatian, kosmetika merupakan produk yang diformulasi dari berbagai
bahan-bahan aktif dan bahan-bahan kimia yang akan bereaksi ketika diaplikasikan
pada jaringan kulit (Muiyawan & Suariana, 2013: 241).
Berdasarkan bahan dan penggunaannya serta untuk maksud evaluasi produk
kosmetik dibagi 2 (dua) golongan (Kep Ka BPOM No.HK.00.05.4.1745:II:3), yaitu :
1.
Kosmetik golongan I
adalah
a.
Kosmetik yang
digunakan untuk bayi;
b.
Kosmetik yang
digunakan disekitar mata, rongga mulut dan mukosa lainnya;
c.
Kosmetik yang
mengandung bahan dengan persyaratan kadar dan penandaan;
d.
Kosmetik yang
mengandung bahan dan fungsinya belum lazim serta belum diketahui keamanan dan
kemanfaatannya.
2.
Kosmetik golongan
II adalah kosmetik yang tidak termasuk golongan I
a.
Kosmetik untuk
perawatan kulit (Skin Care Cosmetics)
Kosmetik ini berguna untuk merawat kebersihan dan menjaga kesehatan kulit,
yan terdiri dari kosmetik: pembersih kulit (cleanser),
sabun, cleansing, cream, cleansing milk, dan penyegar kulit (freshener). Pelembab kulit (mozturizer) : mozturizer cream, night
cream, anti wrincle cream. Pelindung kulit, misalnya sunscreen cream,
sunscreen foundation, sunblock cream/lotion. Penipis alat untuk mengelupas
kulit (peeling), misalnya scrub cream
yang berisi butiran halus yang berguna sebagai pengamplas (abrasiver).
b.
Kosmetik riasan (dekoratif atau make-up)
Jenis ini digunakan untuk merias atau menutup kekurangan pada kulit sehinga
menghasilkan penampilan yang lebih menarik serta menambah kepercayaan diri.
Peran zat pewarna dan pewangi sangat besar dalam kosmetik dekoratif. Kosmetik
dekoratif terbagi menjadi dua, yaitu: Kosmetik dekoratif yang menimbulkan efek
pada permukaan dan pemakaian sebentar misalnya bedak, lipstik, blush on, eyes shadow dan lain-lain. Kosmetik dekoratif yang memiliki efek
mendalam dan biasanya bertahan lama misalnya kosmetik pemutih kulit, cat
rambut, penggeriting rambut, danpreparat penghilang rambut.
D.
Kelor
Kelor merupakan tanaman asli kaki bukit Himalaya Asia selatan, dari timur
laut Pakistan (33° N, 73° E), sebelah utara Benggala Barat di India dan timur
laut Bangladesh di mana sering ditemukan pada ketinggian 1.400 m dari permukaan
laut, di atas tanah aluvial baru atau dekat aliran sungai (Nasir, E.; Ali, S.
I. (eds.), 1972 dalam Krisnadi, 2015:10). Ada julukan yang diberikan kepada
pohon kelor, diantaranya pohon banyak guna dan pohon banyak manfaat. Hasil
studi yang dilakukan di beberapa negara, menunjukkan bahwa hampir semua bagian
dari pohon kelor mempunyai manfaat yang besar (Suwahyono, 2018: 2)
Sumber: https://images.app.goo.gl/4UeJ2vsaXEMBfGaP6 dan
https://images.app.goo.gl/7FvmyEEZY1iM8Ym89
Gambar 2.2 Pohon Kelor &
Minyak Kelor
1.
Klasifikasi
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil)
Ordo : Capparales
Famili : Moringaceae
Genus : Moringa
Spesies : Moringa oleifera Lam
(Krisnadi, 2015: 8)
2.
Morfologi
Tumbuhan
Kelor termasuk jenis tumbuhan perdu yang dapat memiliki ketinggian batang 7
– 12 meter. Merupakan tumbuhan yang berbatang dan termasuk jenis batang
berkayu, sehingga batangnya keras dan kuat. Bentuknya sendiri adalah bulat (teres) dan permukaannya kasar. Arah
tumbuhnya lurus ke atas atau biasa yang disebut dengan tegak lurus (erectus) (Krisnadi, 2015: 7).
Daun majemuk, bertangkai panjang, tersusun berseling (alternate), beranak daun gasal (imparipinnatus),
helai daun saat muda berwarna hijau muda - setelah dewasa hijau tua, bentuk
helai daun bulat telur, panjang 1 – 2 cm, lebar 1 – 2 cm, tipis lemas, ujung
dan pangkal tumpul (obtusus), tepi
rata, susunan pertulangan menyirip (pinnate),
permukaan atas dan bawah halus (Krisnadi, 2015: 10-11).
Bunga muncul di ketiak daun (axillaris),
bertangkai panjang, kelopak berwarna putih agak krem, menebar aroma khas.
Bunganya berwarna putih kekuning-kuningan terkumpul dalam pucuk lembaga di
bagian ketiak dan tudung pelepah bunganya berwarna hijau. Malai terkulai 10 –
15 cm, memiliki 5 kelopak yang mengelilingi 5 benang sari dan 5 staminodia.
Bunga kelor keluar sepanjang tahun dengan aroma bau semerbak (Krisnadi,
2015:12).
Akar tunggang, berwarna putih. Kulit akar berasa pedas dan berbau tajam,
dari dalam berwarna kuning pucat, bergaris halus tapi terang dan melintang. tidak
keras, bentuk tidak beraturan, permukaan luar kulit agak licin, permukaan dalam
agak berserabut, bagian kayu warna cokelat muda, atau krem berserabut, sebagian
besar terpisah (Krisnadi, 2015:10).
Biji berbentuk bulat dengan lambung semi-permeabel berwarna kecoklatan.
Lambung sendiri memiliki tiga sayap putih yang menjalar dari atas ke bawah.
Setiap pohon dapat menghasilkan antara 15.000 dan 25.000 biji/tahun. Berat
rata-rata per biji adalah 0,3 g (Makkar dan Becker, 1997 dalam Krisnadi,
2015:12).
3.
Manfaat
Berbagai bagian dari tanaman kelor seperti daun, akar, biji, kulit kayu,
buah, bunga dan polong dewasa, bertindak sebagai stimulan jantung dan peredaran
darah, memiliki anti-tumor, anti-piretik, anti-epilepsi, anti-inflamasi,
anti-ulcer, anti-spasmodik, diuretik, anti-hipertensi, menurunkan kolesterol,
antioksidan, anti-diabetik, hepatoprotektif, anti-bakteri dan anti-jamur.
Minyak yang diambil dari bijinya digunakan untuk memasak dan bahan kosmetik,
khususnya perawatan kulit sebagai nutrisi kulit, anti aging, pelembab dan tabir
surya (Krisnadi, 2015:12).
4.
Kandungan Kimia
Kelor mengandung 46 antioksidan kuat (Krisnadi, 2015). Salah satu kandungan
pada minyak kelor (Moringa oleifera
L.) adalah asam oleat yang berfungsi sebagai pelembab dan antioksidan yang
bermanfaat bagi kulit (Li, 2015; Warra, 2015 dalam Adiwibowo, 2020: 34). Minyak
kelor juga mengandung polifenol yang memiliki aktivitas antioksidan (Marfil,
dkk 2011 dalam dzakwan, Priyanto, dan Ekowati, 2019:85).
a.
Asam Oleat
Asam oleat merupakan asam lemak tidak jenuh yang mengandung omega-9 dan
dapat diperoleh dari hewan ataupun tumbuhan. Nama IUPAC dari asam lemak ini
adalah asam cis-9-oktadekenoat. Berat molekul dari asam lemak ini adalah 282.46
g/mol (Hudaya & Wiratama, 2014:10).
b.
Polifenol
Polifenol adalah kelompok zat kimia yang ditemukan pada tumbuhan. Zatini
memiliki tanda khas yaitu memiliki banyak gugus fenol dalam molekulnya.
Polifenol sering terdapat dalam bentuk glikosida polar dan mudah larut dalam
pelarut polar (Hosttetman, dkk.,1985 dalam Novita, 2016:8).
E.
Virgin Coconut
Oil (VCO)
Minyak kelapa murni (VCO) merupakan produk olahan dari buah kelapa yang
dibuat dengan metode fisika atau biokimia untuk menghasilkan minyak kelapa
murni dengan karakter kadar air dan asam lemak bebas yang rendah, berbau harum
dan daya simpan yang lebih dari 12 bulan (Rahmawati dan Khaerunnisya,
2018:1-6).
Sumber: https://images.app.goo.gl/gUfLw8eBSCfeLiZz9 dan
Gambar 2.3 Pohon Kelapa &
Minyak Kelapa
1.
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Palmales
Famili : Palmae
Genus : Cocos
Spesies : Cocos
nucifera L.
(Sumber
: Gun Mardiatmoko, 2018)
2.
Metode Pengolahan
VCO
Buah kelapa tua variates dalam (berumur 11-12 bulan) dikeluarkan sabut dan
tempurungnya. Kemudian testanya (bagian yang berwarna coklat) dikeluarkan
dengan sikat agar tidak mempengaruhi warna santan. Daging kelapa bersih diparut
dengan mesin pemarut kelapa. Untuk mendapatkan sanan kental, hasil parutan
dilakukan dengan pemerasan langsung menggunakan kain saring tanpa penambahan
air (Ahmad dkk, 2013: 4).
VCO dapat dibuat melalui beberapa proses yaitu diantaranya adalah dengan
cara konvensional atau tradisional, dengan cara fermentasi dan enzimatis. Pada
karya tulis ilmiah ini akan disajikan sintesis VCO dengan metode pemanasan,
sentrifugasi, fermentasi, dan enzimatis.
a.
Metode pemanasan
Cara konvensional melibatkan prinsip secara fisika, dimana tahap awal dari
pembuatan VCO ini adalah dengan mendapatkan santan kelapa. Santan kelapa
umumnya akan diberikan perlakuan pemanasan pada temperatur sekitar 100°-110°C.
Pada suhu demikan idealnya air akan menguap, protein yang berikatan akan pecah
atau terjadi denaturasi protein (rusak), dan melepas ikatannya dengan asam
lemak pada santan kelapa. Minyak akan dibebaskan dari emulgatornya, sehingga
minyak akan mengumpul menjadi satu dan protein pun akan berkumpul menjadi satu,
protein ini sering disebut dengan blondo (Rahmawati, E., dan N. Khaerunnisya,
2018:2).
b.
Metode sentrifugasi
Metode pembuatan VCO secara fisika tidak hanya menggunakan proses
pemanasan, melainkan dapat pula menggunakan metode sentrifugasi. Metode ini
didasarkan pada prinsip gaya sentrifugal. Santan kelapa yang telah dibuat
dimasukan kedalam sentrifugator, lalu dilakukan pemutaran pada angka 5000,
7500, dan 10.000 rpm. Dan masing masing waktu yaitu 10, 15 dan 20 menit.
Setelah dilakukan sentrifugasi maka akan terbentuk tiga fasa yaitu protein
(blondo), air dan minyak (Anwar dan Salima,2016: 51-60).
c.
Metode fermentasi
Metode fermentasi merupakan salah satu metode dalam proses pembuatan VCO.
Proses ini melibatkan penambahan ragi tape sebagai starter dalam proses
pemecahan emulsi santan atau krim untuk memisahkan antara minyak dan protein
yang ada dalam VCO. Selain daripada itu, dapat pula menggunakan metode
enzimatis, metode ini dengan menambahkan suatu enzim yang dapat memecah
protein, sebagai salah satu contoh adalah enzim yang ada pada papain yaitu
enzim proteolitik, enzim ini mengkatalisis reaksi denaturasi protein dengan
menghidrolisa ikatan peptidanya menjadi senyawa- senyawa yang lebih sederhana
(Rahmawati dan Khaerunnisya, 2018:2).
d.
Metode cold-pressed
Metode pembuatan VCO yang dilakukan tanpa menggunakan pemanasan,
penyulingan, pemutihan dan penghilangan bau pada minyak yang dihasilkan. Metode
ini tergolong ramah lingkungan, murah
dan dapat dilakukan dengan skala rumah tangga. VCO yang dihasilkan memiliki
penampakan fisik tidak berwarna, dengan bau dan rasa khas minyak kelapa segar
yang sesuai dengan SNI-7381 tahun 2008, dan metode cold-pressed menghasilkan
minyak kelapa murni dengan karakteristik lebih baik. (Pranata; dkk, 2020:11)
3.
Manfaat VCO
VCO ini sangat berguna untuk menjaga dan mempertahankan kesehatan manusia
secara alamiah bahkan dapat menjadi obat bagi penderita penyakit-penyakit
kronis. VCO banyak membantu mengatasi isu-isu kesehatan diantaranya ialah
mengendalikan kencing manis, mencegah bakteri, kuman, virus, dan infeksi jamur.
Mendukung sistem kekebalan tubuh melawan virus-virus berbahaya yang mencakup
hepatitis C, herpes, dan HIV. Membantu penurunan berat badan dan kolesterol;
meningkatkan metabolisme, pencernaan, penyerapan bahan gizi, membantu
meningkatkan kesehatan kelenjar gondok, menghaluskan dan melembutkan kulit
serta untuk menyehatkan rambut (hair
conditioning) dan yang penting VCO ini merupakan minyak kelapa yang tidak
mengandung bahaya lemak (trans-fats)
Umumnya produk VCO yang berkualitas
mengandung senyawa antioksidan, vitamin dan asam laurat. VCO juga diketahui
dapat menurunkan kadar kolesterol dalam serum darah karena kandungan asam
laurat dan aktivitas antioksidan yang tinggi (Syukur et.al, 2017: 1077).
F.
Lidah Buaya (Aloe
Vera)
Tanaman
lidah buaya (Aloe vera L.) merupakan
jenis tanaman berduri yang berasal dari daerah kering di benua Afrika. Tanaman
lidah buaya telah dikenal dan digunakan sejak ribuan tahun yang lalu karena
khasiat dan manfaatnya yang luar biasa. Banyak literatur yang menyebutkan bahwa
tanaman lidah buaya pertama kali ditemukan pada tahun 1500 SM. Lidah buaya
mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai tanaman obat dan bahan baku
industri. Lidah buaya banyak digunakan sebagai penyubur rambut, penyembuh luka
dan untuk perawatan kulit (Maisarah, 2019: 1-5).
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Gambar 2.4 Aloe vera L.
1. Klasifikasi
Kingdom
:
Plantae
Divisi
:
Spermatophyta
Kelas
:
Monocotyledonae
Bangsa : Liliflorae
Suku : Liliaceae
Genus : Aloe
Spesies : Aloe vera
(Rahayu, 2019 : 7)
2.
Morfologi Tumbuhan
Tanaman lidah buaya tumbuh liar didaerah yang berhawa panas, tapi sering
juga ditanam orang di pot atau pekarangan rumah sebagai tanaman hias. Tanaman
lidah buaya termasuk semak rendah dan tergolong tanaman yang bersifat sukulen
(Rahayu, 2019: 6).
Tanaman lidah buaya mempunyai batang yang pendek. Batangnya tertutup rapat
oleh daun dan sebagian terbenam dalam tanah. Namun, terdapat juga beberapa
jenis tanaman lidah buaya dengan ketinggian mencapai 3-5 meter, dijumpai di
gurun Afrika Utara dan Amerika (Rahayu, 2019: 9-10).
Daun tanaman lidah buaya agak runcing dan berbentuk taji, berdaging tebal,
tidak bertulang, berwarna hijau keabu-abuan, bersifat sukulen, dan banyak
mengandung getah atau lendir (gel) sebagai bahan baku obat dan kosmetik. Bentuk
daunnya menyerupai pedang dengan ujung meruncing dilapisi lilin dengan duri
lemas di pinggirnya. Panjang daun mencapai 50-75 cm dengan berat 0,5-1 kg. Daun
melingkar rapat di sekeliling batang bersaf-saf (Rahayu, 2019: 11-12).
Bunga lidah buaya berwarna kuning atau kemerahan berbentuk terompet atau
pipa yang mengumpul dan keluar dari ketiak daun. Bunga ini muncul dalam
rangkaian yang berbentuk tandan dan panjangnya dapat mencapai 50-100 cm. Pada
umumnya hanya tanaman lidah buaya yang tumbuh di pegunungan yang mempunyai
bunga. (Rahayu, 2019:12-13).
Lidah buaya mempunyai akar serabut yang pendek dan berada di sekitar
permukaan tanah. Panjang akar mencapai 10-100 cm. Oleh karena itu, pada musim
kemarau, embun yang menempel di sekitar tanah pun dapat diserap langsung oleh
akar tanaman. Untuk pertumbuhannya, tanaman menghendaki tanah yang subur dan
gembur di bagian atasnya (Rahayu, 2019:13).
3.
Manfaat Aloe Vera
Gel lidah buaya mengandung mannose yang berfungsi sebagai pertahanan tubuh
yang dapat menghambat kerja virus HIV dengan menstimulasi sistem kerja
kekebalan tubuh penderita. Lidah buaya juga mampu menurunkan gula darah pada
penderita diabetes yang tidak tergantung insulin. Jus lidah buaya berguna untuk
mengatur keasaman lambung, meningkatkan kerja lambung, dan menekan populasi
mikroorganisme usus tertentu, serta menghilangkan sembelit dan luka dinding
usus. Lendir yang dihasilkan lidah buaya dapat digunakan untuk menyuburkan
rambut. Eksudat (getah daun yang keluar bila dipotong) secara tradisional dapat
langsung digunakan untuk pemeliharaan rambut. Pada kulit lidah buaya dapat
melembabkan dan membantu penyembuhan luka (Rahayu, 2019 36-39). Keistimewaan
lidah buaya terletak pada gelnya yang dapat membuat kulit agar tidak cepat
kering dan selalu terasa lembab. Lendir lidah buaya kaya akan nutrisi dan zat
pelembab yang dapat memberikan lapisan perlindungan pada bagian kulit yang
rusak serta dapat mempercepat tingkat penyembuhan (Wistari, 2016:37).
4.
Kandungan Kimia
Lidah buaya merupakan salah satu bahan alam yang berfungsi sebagai pelembab
kulit, penyembuh luka, antioksidan, antiinflamasi, antiaging, dan antiseptik.
Lidah buaya mengandung vitamin, enzim, mineral, monosakarida (glukosa dan
fruktosa), polisakarida (glukomanan dan polmannosa), lignin, saponin, asam
salisilat dan asam amino.
Kandungan Mukopolisakarida pada lidah buaya dapat membantu dalam mengikat
kelembaban kulit, merangsang fibroblas yang memproduksi kolagen dan elastin
sehingga membuat kulit lebih elastis (Surjushe, Vasani, dan Saple, 2015:2-3).
Aloe vera mengandung zat aktif lignin yang mempunyai kemampuan penyerapan
tinggi sehingga memudahkan peresapan gel ke dalam kulit atau mukosa
(Furnawanthi, 2002 dalam Khoirini, 2018: 73)
G.
Krim
1.
Definisi Krim
Krim adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi kental mengandung air
tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar (Depkes RI, 1979:
312). Sedangkan menurut Farmakope Indonesia Edisi VI (2020) Krim adalah bentuk
sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau
terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini secara tradisional telah
digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai konsistensi relatif cair
diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air.
Ada dua tipe krim yaitu, krim tipe minyak air (M/A) dan krim tipe air
minyak (A/M). Pemilihan zat pengemulsi harus disesuaikan dengan jenis dan sifat
krim yang dikehendaki. Untuk krim tipe A/M digunakan sabun polivalen, span,
adeps lanae, kolesterol, dan cera. Sedangkan untuk krim tipe M/A digunakan
sabun monovalen seperti : trietanolamin, natrium laurisulfat, kuning telur,
gelatinum, caseinum, CMC, dan emulgidum (Murtini G, 2016:98). Untuk penstabilan
krim ditambah zat antioksidan dan zat pengawet. Zat pengawet yang sering
digunakan ialah Nipagin 0,12–0,18%, Nipasol 0, 02–0,05% (Anief, 2010: 72).
H.
Formulasi Sediaan Krim
Beberapa
formula dari sediaan krim tipe minyak dalam air diantaranya adalah :
a.
Formula Standar
(Depkes RI, 1978:100)
R/ Acid Stearin 142
Glycerin 100
Natrium Biborat 2,5
Triatehanolamin 10
Nipagin q.s
Aquadest ad 750
b.
Formulasi krim M/A
dalam Formula Kosmetika Indonesia (Kemenkes RI, 2012: 100)
%
Asam stearat 8,0
Stearil alkohol 4,0
Butil stearat 6,0
BHA/BHT/tocopherol
q.s
Gliserin monostearat 2,0
Propilen glikol 5,0
KOH 0,4
Pengawet q.s
Air ad 100
Pewangi q.s
c.
Formulasi krim M/A
dalam Ilmu Meracik Obat (Anief, 2016: 72)
Acid stearinici 15,0
Cerae albi 2
Vaselini albi 8
Triethanolamini 1,5
Propylene glycoli 8,0
Aquadest 65,5
d.
Formulasi krim M/A
dalam penelitian (Andini, 2021: 52)
Acidi Sterainci 15,0
Cerae Albi 2,0
Minyak Biji Kelor 4,0
Emulsifying wax 1,5
Gel Lidah Buaya 8,0
Propylene glycoli 8,0
Aquadest 61,5
Nipagin q.s
Nipasol q.s
Berdasarkan
pemilihan bahan oleh peneliti, maka peneliti menggunakan formula nomor ke 4
yaitu Formula Krim M/A dalam penelitian (Andini, 2021: 52), dengan modifikasi (lampiran
nomor 3). Dalam penelitian ini digunakan konsentrasi VCO 1%, 5%, dan 7%, minyak
biji kelor (Moringa oleifera L) 3%
dan gel lidah buaya 8%.
I.
Bahan Pembuatan Krim Tipe Minyak dalam air
a.
Asam Stearat
Pemerian : Zat padat keras mengkilat menunjukkan susunan
hablur,
Putih atau kuning pucat, mirip lemak lilin.
Kelarutan :
Praktis tidak larut dalam air, larut
dalam 20 bagian etanol (95%)
P, dalam 2 baian kloroform P dan dalam 3 bagian eter P (Depkes RI, 1979)
Kegunaan :
Pengemulsi (Depkes RI, 2020: 47).
b.
Cera Alba
Pemerian : Padatan putih kekuningan, sedikit tembus
cahaya dalam
keadaan lapis tipis; bau khas lemah dan bebas bau tengik.
Kelarutan :
Tidak larut dalam air; agak sukar larut dalam etanol dingin. Larut smpurna
dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak lemak dan minyak atsiri (Depkes RI,
2020:1084)
Kegunaan :
Pengemulsi (Rowe, Sheskey, & Quinn, 2009:772).
c.
Vaselin Album
Pemerian :
Zat padat, lapisan tipis bening, putih kekuningan, bau khas lemah.
Kelarutan
: Tidak larut dalam air, sukar larut dalam etanol dingin atau panas dan dalam
etanol mutlak dingin; mudah larut dalam benzen,
dalam karbon disulfida, dalam kloroform; larut dalam heksana, dan dalam
sebagian besarminyak lemak dan minyak atsiri.
Kegunaan
: Emolien (Farmakope Indonesia Edisi VI, 2020: 1771)
d.
Propilenglikol
Pemerian :
Cairan kental, jernih, tidak berwarna, rasa khas, praktis tidak berbau,
menyerap air pada udara lembab.
Kelarutan :
Dapat bercampur dengan air, dengan aseton, dan dengan kloroform; larut dalam
eter dan dalam beberapa minyak esensial; tidak dapat bercampur dengan minyak
(Depkes RI, 2020 : 1446).
Khasiat :
Zat tambahan; pelarut(Depkes RI, 1979: 534).
e. Emulsifying
Wax
Pemerian : Zat berwarna hamper putih atau
kuning pucat, padat berlilin, bau khas samar dan rasa yang hambar (Rowe at all,
2009:770).
f.
Aqua desilata
Pemerian :
Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau ; tidak mempunyai rasa (Depkes RI,
1979: 96).
J.
Evaluasi Sediaan Krim
1.
Uji Organoleptik
Pengujian stabilitas terhadap pengamatan organoleptis dilakukan oleh
peneliti dengan mengamati warna, bau, dan tekstur apakah terjadi perubahan
selama penyimpanan pada suhu kamar. Perubahan dapat disebabkan oleh oksigen
dari udara yang mengoksidasi lemak atau minyak, selain itu cahaya merupakan
salah satu katalisator yang juga dapat menimbulkan reaksi oksidasi (Tiwari,
2014 dalam Wulandari, 2016:44).
2.
Uji pH
Evaluasi pH dilakukan dengan menggunakan alat bernama pH meter. Karena pH
meter hanya bekerja pada zat yang berbentuk larutan, maka krim harus dibuat
dalam bentuk larutan terlebih dahulu. Krim dan air dicampur dengan perbandingan
60g: 200ml air, kemudian diaduk hingga homogen dan didiamkan agar mengendap.
Setelah itu, pH krim diukur dengan pH meter. Nilai pH akan tertera pada layar
pH meter. Jika pH krim dibawah 4.5 krim bersifat asam yang dapat mengiritasi
kulit dan jika pH krim diatas 6.5 maka krim bersifat basa yang dapat
menimbulkan kulit kering dan bersisik (Swastika et al, 2013; Parwanto et al, 2013;
Edy et al, 2016: 9-16)
3. Uji Homogenitas
Pengujian stabilitas terhadap homogenitas krim dilakukan oleh peneliti
dengan mengamati ada atau tidaknya partikel-partikel kasar pada kaca objek
selama penyimpanan pada suhu kamar. Sediaan krim yang stabil menunjukkan
homogenitas yang baik selama penyimpanan (Idson, 1994 dalam Pratama, 2018:72).
4. Uji Daya sebar
Evaluasi ini dilakukan dengan cara sejumlah zat tertentu
diletakkan di atas kaca yang berskala. Kemudian, bagian atasnya diberi kaca yang
sama dan ditingkatkan bebannya, dengan diberi rentang waktu 1-2 menit.
Selanjutnya,diameter penyebaran diukur pada setiap penambahan beban, saat
sediaan berhenti menyebar (dengan waktu tertentu secara teratur) (Widodo,
2013:174).
5.
Uji Stabilitas
Uji stabilitas dilakukan dengan penyimpanan pada suhu kamar (20°C± 28°C).
Formula krim disimpan selama 28 hari pada temperatur kamar (20°C± 28°C).
Kemudian dievaluasi pada hari ke 1, 7, 14, 21, dan 28 meliputi pengukuran
terhadap pH, daya sebar, homogenitas, dan organoleptik sediaan (warna, bentuk
dan bau) (Pratama, 2018: 43).
K.
Kerangka Teori
Gambar 2.5 Kerangka Teori
Sumber:
Anief, 2016. Setyaningsih, Apriyanto, dan Sari, 2010. Garg at all, 2002.
Tranggono dan Latifah, 2007. Pratama, 2018,
Sasniwiati 2011
L.
Kerangka Konsep
Gambar 2.6
Kerangka Konsep
M.
Definisi Operasional
Tabel 2.1 Definisi
Operasional
No |
Variabel |
Definisi |
Cara ukur |
Alat Ukur |
Hasil Ukur |
Skala |
1 |
Formula sediaan krim kombinasi minyak biji kelor dan
minyak kelapa murni |
Konsentrasi minyak biji kelor dan minyak kelapa murni
ditambahkan pada sediaan krim yang dibuat |
Melihat hasil ukur neraca |
Neraca analitik |
3 Formula krim minyak biji kelor (Moringa oleifera L) 3% dan minyak kelapa murni (VCO) 1%, 5% dan 7%
dan gel lidah buaya 8%. |
Rasio |
2 |
Organoleptis a. Warna |
Tampilan yang dapat diukur dengan visual |
Melihat warna dari krim yang telah dibuat |
Checklist |
1 = Putih 2 = Kuning gading 3 = Kuning |
Nominal |
|
b. Aroma |
Sensasi aroma melalui indra penciuman terhadap bau khas
yang dapat diukur melalui indra penciuman. |
Mencium bau krim yang telah dibuat |
Checklist |
1 = Bau khas 2 = Tidak berbau |
Nominal |
c.
Tekstur |
Bentuk yang timbul saat dirasakan dengan 2 ujung jari. |
Merasakan tekstur dari krim yang telah dibuat |
Checklist |
1=setengah padat cenderung padat 2=setengan padat 3= setengah padat cenderung cair |
Ordinal |
|
3 |
Homogenitas |
Ada atau tidaknya susunan partikel kasar pada sediaan
krim yang diamati pada kaca objek. |
Melihat dan mengamati krim yang dioleskan pada kaca
objek |
Checklist |
1= homogen 2= tidak homogen |
Ordinal |
4 |
pH |
Besarnya nilai keasaman-basaan krim |
Melihat nilai pH krim dengan alat pH meter |
pH meter |
Nilai pH(dalam angka)(0-14) |
Rasio |
5 |
Daya sebar |
Ukuran yang menyatakan diameter penyebaran krim
kombinasi minyak biji kelor (Moringa
oleifera L) 2% dan VCO 0%, 2%, 6%, dan 10% |
Melihat penyebaran krim pada kaca |
penggaris |
Centimeter (cm) |
Rasio |
6 |
Uji Stabilitas |
Ada tidaknya perubahan fisik krim meliputi
organoleptik, homogenitas, dan daya sebar setelah pengujian 5 siklus |
Melakukan organoleptik, mengamati homogenitas,dan
mengukur daya sebar |
Checklist dan Penggaris |
S = Stabil TS = Tidak stabil |
Ordinal |
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A.
Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan bersifat eksperimental. Percobaan
eksperimen atau percobaan (experimental research) adalah suatu
penelitian dengan melakukan percobaan yang bertujuan untuk mengetahui gejala
atau pengaruh yang timbul, sebagai akibat dari adanya perlakuan tertentu atau
ekperimen tersebut. Penelitian
ini tidak digunakan kelompok pembanding hanya menggunakan kelompok eksperimen saja. Setelah kelompok
diberi perlakuan atau intervensi selajutnya hasil tersebut dilakukan observasi.
Penelitian ini dilakukan dengan merancang, membuat formulasi, dan
mengevaluasi sediaan krim kombinasi minyak biji kelor dan VCO yang dibuat
menjadi empat formula dengan konsentrasi VCO 1%, 5%, dan 7%, minyak biji kelor
(Moringa oleifera L.) 3% dan gel lidah buaya 8%.
B.
Subjek Penelitian
Subjek
pada penelitian ini adalah sediaan krim kombinasi minyak biji kelor dan VCO
yang dibuat menjadi empat formula dengan konsentrasi VCO 1%, 5%, dan 7%, minyak biji kelor (Moringa oleifera L.) 3% dan gel lidah
buaya 8%.
C.
Lokasi dan Waku Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmasetika dan
Farmakognosi Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Tanjungkarang untuk membuat
formulasi sediaan krim xerosis pada tumit kaki yang dilakukan pada bulan Mei-Juni
2022.
D.
Alat dan Bahan
1.
Alat
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah neraca analitik (merek
quattro), blender, gelas ukur 10 ml, beaker glass 1000 ml, beaker glass 100 ml,
beaker glass 50 ml, kaca arloji, mixer portable, pisau, cawan porselen, kasa
steril, kertas perkamen, hot plate (merek KIA, Germany), batang pengaduk, kaca
objek, pH meter digital (merek atc), sudip, spatula, pipet tetes, dan wadah
krim.
2.
Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah minyak
biji kelor (Moringa oleifera L.),
VCO, gel lidah buaya, asam stearat, cera alba, emulsifying wax, propilenglikol,
nipagin, nipasol, aquadest.
E.
Prosedur Kerja Penelitian
1. Pembuatan Virgin Coconut Oil
Metode cold-pressed
Daging buah kelapa yang telah diparut sebanyak 3 kg
ditambahkan 3 liter air kemudian diperas dan didiamkan hingga terbentuk dua
lapisan (air dan santan). Santan yang telah terpisah dengan air kemudian didiamkan dalam
pendingin selama 12 jam. Setelah membeku, santan dipindahkan
pada suhu kamar 20°-25°C selama 12 jam hingga terbentuk 3 lapisan (minyak pada
lapisan atas, blondo pada lapisan tengah dan air pada lapisan bawah). Minyak
yang didapatkan dipisahkan dan disaring dari lapisan lainnya.
2. Pembuatan Jus Lidah Buaya
a.
Daun segar lidah buaya
(Aloe vera L.) disortasi basah dengan memilih bahan baku dari bahan baku
yang tidak layak lagi maupun kotoran-kotoran.
b.
Dicuci bersih dengan
air mengalir kemudian didiamkan sampai getah kuning lidah buaya keluar.
c.
Dicuci kembali
menggunakan air mengalir kemudian dikupas kulitnya lalu diambil daging gel
lidah buaya.
d.
Dimasukkan daging gel
lidah buaya yang telah dikupas kulitnya kedalam blender.
e.
Di blender daging
gel lidah buaya sampai hancur
f.
Kemudian gel lidah
buaya yang telah selesai di blender disaring
g.
Didapatkan hasil
dan dimasukkan ke dalam wadah
3.
Formulasi krim
Tabel 3.1 Formula sediaan krim
kombinasi minyak biji kelor dan VCO dalam %
Komposisi |
Kegunaan |
Formula % |
|||
F0 (%) |
F1 (%) |
F2 (%) |
F3 (%) |
||
Fase A |
|||||
VCO |
Zat Aktif |
0 |
1 |
5 |
7 |
Minyak
Biji Kelor |
Zat Aktif |
3 |
3 |
3 |
3 |
Asam
Stearat |
Pengemulsi |
10 |
10 |
10 |
10 |
Cera Alba |
Pengemulsi |
2 |
2 |
2 |
2 |
Emulsifying
wax |
Emulgator |
1,5 |
1,5 |
1,5 |
1,5 |
Nipasol |
Pengawet |
0,015 |
0,015 |
0,015 |
0,015 |
Fase B |
|||||
Gel Lidah
Buaya |
Zat Aktif |
8 |
8 |
8 |
8 |
Propilenglikol |
Pelarut |
8 |
8 |
8 |
8 |
Nipagin |
Pengawet |
0,1 |
0,1 |
0,1 |
0,1 |
Aquadest |
Pelarut |
67,4 |
66,4 |
62,4 |
60,4 |
Sumber : Andini, 2021
Tabel 3.2 Formula Krim Kombinasi Minyak Biji Kelor dan
VCO dalam 30 gram
Komposisi |
Kegunaan |
Formula
(gram) |
|||
F0 (gram) |
F1 (gram) |
F2 (gram) |
F3 (gram) |
||
Fase A |
|||||
VCO |
Zat Aktif |
0 |
0,01 |
1,5 |
2,1 |
Minyak
Biji Kelor |
Zat Aktif |
0,6 |
0,6 |
0,6 |
0,6 |
Asam
Stearat |
Pengemulsi |
3 |
3 |
3 |
3 |
Cera Alba |
Pengemulsi |
0,6 |
0,6 |
0,6 |
0,6 |
Emulsifying
wax |
Emulgator |
0,45 |
0,45 |
0,45 |
0,45 |
Nipasol |
Pengawet |
0,0045 |
0,0045 |
0,0045 |
0,0045 |
Fase B |
|||||
Gel Lidah
Buaya |
Zat Aktif |
2,4 |
2,4 |
2,4 |
2,4 |
Propilenglikol |
Pelarut |
2,4 |
2,4 |
2,4 |
2,4 |
Nipagin |
Pengawet |
0,03 |
0,03 |
0,03 |
0,03 |
Aquadest |
Pelarut |
20,22 |
19,92 |
18,72 |
18,12 |
Sumber : Andini, 2021
4.
Penimbangan Bahan
a. Formula
untuk konsentrasi minyak biji kelor 3%
dan VCO 0% dengan gel aloe vera 8%
1)
Ditimbang
gel lidah buaya sebanyak 2,4 gram dalam kaca arloji
dengan neraca analitik.
2)
Ditimbang
asam stearat sebanyak 3 gram dalam kaca arloji
dengan neraca analitik.
3)
Ditimbang
cera alba sebanyak 0,6 gram dalam kaca arloji dengan neraca
analitik.
4)
Ditimbang
emulsifying wax sebanyak 0,45 gram dalam kaca arloji
dengan neraca analitik.
5)
Ditimbang
nipagin sebanyak 0,03
gram dalam kaca arloji dengan neraca analitik.
6)
Ditimbang nipasol sebanyak 0,0045 gram dalam kca arloji dengan neraca
analitik.
7)
Diambil
aquadest sebanyak 20,22 ml menggunakan gelas ukur.
Cara
yang sama dilakukan untuk penimbangan formula F1, F2 dan F3 sesuai dengan berat
yang tertera dalam tabel 3.1 (formula krim kombinasi VCO dan minyak biji kelor
dalam 30 gram).
5.
Pembuatan
Krim
a.
Formula
untuk konsentrasi minyak
biji kelor 3% dan VCO F0(0%) ,F1(1%), F3(5%), dan F4(7%) dengan lidah buaya 8%
1)
Disiapkan alat dan bahan yang telah ditimbang sebelumnya.
2)
Dilebur fase A (Minyak biji kelor,minyak kelapa
murni, asam
stearat, cera alba, emulsifying wax,nipasol) dipenangas air hingga suhu 70ºC.
3)
Dilarutkan fase B (Gel lidah buaya, propilenglikol, nipagin, dan
aquades)
dipanaskan hingga suhu 70ºC.
4)
Dimasukkan fase B kedalam fase A sedikit demi sedikit,
kemudian mixer hingga terbentuk massa krim.
5)
Masukkan kedalam wadah.
6)
Lakukan cara diatas untuk formula F0, F1, F2, dan F3
masing-masing tiga kali pengulangan.
6.
Evaluasi Krim
Evaluasi krim yang dilakukan
yaitu :
1)
Uji Organoleptik
Pengujian ini dilakukan untuk melihat secara visual penampilan fisik dari
sediaan yang dibuat. Pengujian organoleptis dilakukan dengan mengamati sediaan
tekstur, warna dan bau sediaan menggunakan pancaindra. Uji ini dilakukan oleh
peneliti, data yang
diperoleh dimasukkan ke dalam tabel (Setyaningsih dkk, 2010 :7-11)
2)
Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan dengan cara mengoleskan sedikit sediaan krim pada
objek glass dan diamati sususan partikel yang masih menggumpal atau tidak
tercampur sempurna (Depkes RI, 1979 :33). Kemudian data dimasukkan kedalam
tabel dengan memberi kode 1= homogen dan 2= tidak homogen.
3)
Uji Daya Sebar
Daya sebar dilakukan dengan cara mengukur diameter dari sampel yang
diletakan sekitar 1 g di antara dua kaca horizontal (10 x 10 cm) setelah
penambahan beban 125 g di bagian atas piringan selama 1 menit. Kemudian diukur
secara vertikal dan horizontal menggunakan penggaris. Nilai rata-rata keduanya
ditetapkan sebagai diameter daya sebar. Daya sebar krim yang baik yaitu 5
sampai 7 cm (Garg; At All, 2002:84-102).
4)
Uji Derajat
Keasaman (pH)
Pengujian
pH pada sediaan krim yang telah dibuat dilakukan dengan cara melarutkan sediaan
yang ditimbang sebanyak 1 gram dengan aquades 10 ml. Kemudian dilakukan
kalibrasi terhadap pH meter yang akan digunakan. Cara mengukur pH adalah
sebagai berikut :
a.
Elektroda pH meter dikalibrasi
dengan cara :
a)
Dilarutkan serbuk buffer pH
4,01 dan buffer pH 7,00 dengan aquadest
b)
Dihidupkan pH meter dengan
menggeser tombol on kekanan yang ada diatas pH meter
c)
Dicelupkan elektroda
kedalam larutan buffer pH 4,01, ditunggu hingga angka tidak berubah. Jika pH
belum sesuai dengan angka pH pada buffer yang digunakan, disetting pH meter
menggunakan alat berupa obeng kecil dan disetting sesuai angka buffer pH.
d)
Dicelupkan
elektroda kedalam larutan buffer pH 7,00, dilakukan hal yang sama pada saat
dicelupkan pada buffer pH 4,01
b.
Dicelupkan
elektroda dalam sediaan krim
c.
Angka yang
muncul pada pH meter menjadi pH sediaan (Sari, R. A, 2020:96).
5)
Uji Stabilitas
Uji stabilitas
dilakukan dengan menyimpan krim pada suhu kamar. Formula krim disimpan selama
28 hari pada temperatur kamar. Kemudian dievaluasi pada hari ke 1, 7, 14, 21,
dan 28 meliputi pengukuran terhadap organoleptik sediaan (warna, bentuk, dan
bau), homogenitas, dan daya sebar (Pratama, 2018 :21).
F.
Pengumpulan Data
Pada
penelitian ini dilakukan uji organoleptik, uji homogenitas, uji daya sebar,
pengukuran pH, dan uji stabilitas. Uji organoleptik dilakukan oleh peneliti
meliputi warna, tekstur dan aroma dari sediaan krim kombinasi VCO,
minyak biji kelor
dan gel lidah buaya. Data dikumpulkan
dengan tabel checklist.
Uji
homogenitas terhadap krim kombinasi VCO, minyak biji kelor dan gel lidah buaya dilakukan
untuk mengetahui susunan partikel dan mengetahui susunan partikel dan
mengetahui ada tidaknya butir-butir kasar. Pada uji ini teknik pengumpulan data
dilakukan dengan metode checklist yang dilakukan oleh peneliti lalu data
dimasukkan ke dalam tabel dengan memberi kode 1= homogen dan 2= tidak homogen.
Pengumpulan
data daya
sebar dilakukan oleh peneliti terhadap sediaan krim kombinasi VCO,
minyak biji kelor
dan gel lidah buaya yang telah dibuat.
Data dikumpulkan dan ditulis dalam bentuk tabel terhadap hasil pengukuran
penyebaran krim kombinasi VCO dan minyak biji kelor.
Pengumpulan
data pH dilakukan oleh peneliti dengan pengukuran menggunakan pH meter terhadap
sediaan krim kombinasi VCO, minyak biji kelor
dan gel lidah buaya dan dicatat nilai pH yang tertera pada pH meter.
Uji
stabilitas dilakukan oleh peneliti dengan menyimpan krim pada suhu kamar.
Formula krim disimpan selama 28 hari pada temperatur kamar
yaitu 20°-25°C. Kemudian dievaluasi pada hari
ke 1, 7, 14, 21, dan 28 meliputi pengukuran terhadap organoleptik sediaan
(warna, tekstur, bau) homogenitas, dan daya sebar.
G.
Pengolahan dan Analisa Data
1. Pengolahan data
a.
Editing
Pengecekan
kembali data yang diperolah dari hasil pengamatan. Pengecekan dilakukan
terhadap semua lembar pengujian yang meliputi organoleptis, homogenitas, dan
pH.
b.
Coding
Setelah data diedit, dilakukan pengkodean yakni merubah bentuk kalimat atau
huruf atau menjadi data angka / bilangan yang dimaksudkan untuk memudahkan
dalam melakukan analisis.
c.
Entrying
Data-data yang telah selesai di editing dan coding selanjutnya dimasukkan
ke dalam komputer untuk dianalisis. Data dimasukkan kedalam program komputer
pengolahan tabel dan data disesuaikan dengan kode yang sudah diberikan untuk
masing-masing evaluasi seperti organoleptis, homogenitas, pH, dan stabilitas
untuk mendapatkan persentase.
d.
Tabulasi
Setelah data dianalasis, hasil yang diperoleh dibuat dalam bentuk tabel dan
grafik. Data pada program komputer pengolah tabel dan data dibuat dalam bentuk
tabel agar mempermudah dalam menganalisis dan disajikan dalam bentuk grafik
agar lebih mudah dalam pemahaman.
2.
Analisis Data
Teknik
analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis univariat yaitu
analisis dilakukan terhadap setiap variable dari hasil penelitian. Penelitian bertujuan
untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variable
penelitian, meliputi persentase uji organoleptik, dan variable homogenitas, pH,
dan daya sebar (Notoatmodjo, 2012;182).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Sampel minyak virgin coconut oil (VCO) yang digunakan pada penelitian ini
diperoleh dari Desa Yosodadi Kota Metro, sampel minyak biji kelor (Moringa oleifera L.) yang digunakan pada
penelitian ini diperoleh dari CV. Happy Green dan sampel lidah buaya (Aloe vera L.) yang digunakan pada
penelitian ini diperoleh dari Desa Yosodadi Kota Metro. Setelah itu, kelapa
sebanyak 3 kg ditambahkan 3 liter air kemudia diperas dan didiamkan hingga
terbentuk dua lapisan (air dan santan). Santan
yang telah terpisah dengan air kemudian didiamkan dalam pendingin selama
12 jam. Setelah membeku, santan dipindahkan pada suhu kamar selama 12 jam hingga terbentuk 3 lapisan (minyak pada lapisan,
blondo pada lapisan tengah dan air pada lapisan bawah). Minyak yang didapatkan dipisahkan dan disaring dari lapisan lainnya.
Diperoleh minyak sebanyak 280 ml.
Selanjutnya, lidah buaya (Aloe vera
L.) sebanyak 500 gram disortasi basah lalu dicuci menggunakan air mengalir dan
didiamkan diatas nampan sampai getah kuning lidah buaya keluar, kemudian dicuci
kembali menggunakan aquades kemudian lidah buaya keluar, kemudian dicuci
kembali menggunakan aquades kemudian lidah buaya dikupas dan diambil gel nya
kemudian diblender. Setelah diblender,
lidah buaya yang sudah hancur disaring. Diperoleh 250 ml jus lidah buaya dengan pH gel lidah buaya 5,1.
1.
Pengamatan
Organoleptis
Penilaian organoleptik oleh peneliti meliputi warna, aroma dan tekstur
krim.Hasil pengamatan krim kaki kombinasi VCO, minyak biji kelor dan gel lidah
buaya sebagai berikut :
a.
Warna
Hasil
pengujian organoleptik berupa warna terhadap krim adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1 Uji Organoleptik Warna
Pengulangan |
Formula |
|||
F0 |
F1 |
F2 |
F3 |
|
1 |
Putih |
Putih |
Putih |
Putih |
2 |
Putih |
Putih |
Putih |
Putih |
3 |
Putih |
Putih |
Putih |
Putih |
Keterangan :
F0 : Formula
krim kaki kombinasi VCO 0% F1
: Formula krim kaki kombinasi VCO 1 % F2
: Formula krim kaki kombinasi VCO 5 % F3 : Formula krim kaki kombinasi VCO 7% Berdasarkan
organoleptis warna yang diamati oleh peniliti hasil menunjukan bahwa seluruh
formula krim memiliki warna putih.
b.
Aroma
Tabel
4.2 Uji Organoleptik Aroma
Pengulangan |
Formula |
|||
F0 |
F1 |
F2 |
F3 |
|
1 |
Khas |
Khas |
Khas |
Khas |
2 |
Khas |
Khas |
Khas |
Khas |
3 |
Khas |
Khas |
Khas |
Khas |
Hasil pengamatan organoleptis aroma bahwa semua formula memiliki aroma khas
VCO.
c.
Tekstur
Tabel
4.3 Uji Organoleptik Tekstur
Pengulangan |
Formula |
|||
F0 |
F1 |
F2 |
F3 |
|
1 |
Setengah padat cenderung padat |
Setengah padat |
Setengah padat |
Setengah padat cenderung
padat |
2 |
Setengah padat cenderung padat |
Setengah padat |
Setengah padat |
Setengah padat cenderung
padat |
3 |
Setengah padat cenderung padat |
Setengah padat |
Setengah padat |
Setengah padat cenderung
padat |
2. Pengujian Homogenitas
Hasil pengujian homogenitas yang dilakukan oleh peneliti sebagai berikut:
Tabel
4.4 Uji Homogenitas
Pengulangan |
Formula |
|||
F0 |
F1 |
F2 |
F3 |
|
1 |
Homogen |
Homogen |
Homogen |
Homogen |
2 |
Homogen |
Homogen |
Homogen |
Homogen |
3 |
Homogen |
Homogen |
Homogen |
Homogen |
Berdasarkan hasil penelitian,
menunjukan bahwa seluruh formula krim memiliki homogenitas yang baik dari segi
ada tidaknya susunan partikel yang terdispersi secara merata.
3.
Pengujian Daya
Sebar
Hasil pengujian daya sebar krim dilakukan oleh peneliti sebagai berikut:
Tabel
4.5 Uji Daya Sebar
Pengulangan |
Formula |
|||
F0 |
F1 |
F2 |
F3 |
|
1 |
5,3 cm |
5,9 cm |
5,8 cm |
5,5 cm |
2 |
5,4 cm |
6,1 cm |
6,0 cm |
5,5 cm |
3 |
5,6 cm |
5,9 cm |
6,0 cm |
5,4 cm |
Rata-rata |
5,4 cm |
5,9 cm |
5,9 cm |
5,4 cm |
Hasil |
MS |
MS |
MS |
MS |
Keterangan :
MS : Memenuhi Syarat
TMS : Tidak Memenuhi Syarat
Gambar 4.1. Grafik rata-rata uji daya sebar
Berdasarkan hasil pengujian daya sebar krim, seluruh formula krim memenuhi
syarat uji daya sebar.
4.
Pengujian Derajat
Keasaman (pH)
Hasil pengujian pH krim yang dilakukan oleh peniliti adalah sebagai
berikut:
Tabel
4.6 Uji pH
Pengulangan |
Formula |
|||
F0 |
F1 |
F2 |
F3 |
|
1 |
5,8 |
5,8 |
6,2 |
6,1 |
2 |
5,8 |
5,9 |
6,2 |
6,1 |
3 |
5,9 |
6,0 |
6,1 |
6,2 |
Rata-rata |
5,8 |
5,9 |
6,1 |
6,1 |
Hasil |
MS |
MS |
MS |
MS |
Keterangan :
MS : Memenuhi Syarat
TMS : Tidak Memenuhi Syarat
Gambar
4.2 Grafik rata-rata pengujian pH
Berdasarkan hasil pengujian derajat keasaman (pH) krim seluruh formula krim
memenuhi syarat pH untuk sediaan.
5.
Pengujian
Stabilitas
Hasil pengujian stabilitas krim meliputi organoleptik, homogenitas, dan
daya sebar adalah sebagai berikut :
a.
Oragnoleptik
Tabel
4.7 Uji Stabilitas Organoleptik Warna
Formula |
Warna |
Keterangan |
||||
Hari Ke- |
||||||
1 |
7 |
14 |
21 |
28 |
||
F0 |
Putih |
Putih |
Putih |
Putih |
Putih |
S |
F1 |
Putih |
Putih |
Putih |
Putih |
Putih |
S |
F2 |
Putih |
Putih |
Putih |
Putih |
Putih |
S |
F3 |
Putih |
Putih |
Putih |
Putih |
Putih |
S |
Keterangan :
S : Stabil
TS : Tidak Stabil
Tabel
4.8 Uji Stabilitas Organoleptik Aroma
Formula |
Warna |
Keterangan |
||||
Hari Ke- |
||||||
1 |
7 |
14 |
21 |
28 |
||
F0 |
Khas |
Khas |
Khas |
Khas |
Khas |
S |
F1 |
Khas |
Khas |
Khas |
Khas |
Khas |
S |
F2 |
Khas |
Khas |
Khas |
Khas |
Khas |
S |
F3 |
Khas |
Khas |
Khas |
Khas |
Khas |
S |
Keterangan :
S : Stabil
TS : Tidak Stabil
Tabel
4.9 Uji Stabilitas Organoleptik Tektur
Formula |
Warna |
Keterangan |
||||
Hari Ke- |
||||||
1 |
7 |
14 |
21 |
28 |
||
F0 |
Setengah padat |
Setengah padat |
Setengah padat |
Setengah padat |
Setengah padat |
S |
F1 |
Setengah padat |
Setengah padat |
Setengah padat |
Setengah padat |
Setengah padat |
S |
F2 |
Setengah padat |
Setengah padat |
Setengah padat |
Setengah padat |
Setengah padat |
S |
F3 |
Setengah padat cenderung
padat |
Setengah padat cenderung
padat |
Setengah padat cenderung
padat |
Setengah padat cenderung
padat |
Setengah padat cenderung
padat |
S |
Keterangan :
S : Stabil
TS : Tidak Stabil
Hasil
pengujian stabilitas krim terhadap pengamatan perubahan kestabilan fisik berupa
warna,bau, tekstur selama penyimpanan krim tidak mengalami perubahan, krim
berwarna putih, berbau ciri khas VCO, dan bertekstur setengah padat.
b.
Homogenitas
Tabel 4.10 Uji Stabilitas Homogenitas
Formula |
Warna |
Ket |
||||
Hari Ke- |
||||||
1 |
7 |
14 |
21 |
28 |
||
F0 |
Homogen |
Homogen |
Homogen |
Homogen |
Homogen |
S |
F1 |
Homogen |
Homogen |
Homogen |
Homogen |
Homogen |
S |
F2 |
Homogen |
Homogen |
Homogen |
Homogen |
Homogen |
S |
F3 |
Homogen |
Homogen |
Homogen |
Homogen |
Homogen |
S |
Keterangan :
S : Stabil
TS : Tidak Stabil
Hasil pengujian stabilitas krim terhadap homogenitas selama penyimpanan
krim tidak perubahan, krim tetap homogen.
c.
Daya Sebar
Hasil pengujian stabilitas krim terhadap daya sebar adalah sebagai berikut:
Tabel 4.11 Hasil Pengamatan Daya Sebar Krim
Formula |
Daya Sebar |
Ket |
|||||
Hari Ke- |
|||||||
1 |
7 |
14 |
21 |
28 |
MS |
||
F0 |
1 |
5,5 |
5,5 |
5,3 |
5,3 |
5,2 |
|
2 |
5,7 |
5,6 |
5,6 |
5,5 |
5,3 |
||
3 |
5,6 |
5,5 |
5,3 |
5,3 |
5,1 |
||
Rata-rata |
5,6 |
5,5 |
5,4 |
5,3 |
5,2 |
||
F1 |
1 |
5,7 |
5,6 |
5,5 |
5,4 |
5,3 |
MS |
2 |
5,7 |
5,5 |
5,5 |
5,4 |
5,3 |
||
3 |
5,9 |
5,8 |
5,6 |
5,5 |
5,3 |
||
Rata-rata |
5,7 |
5,6 |
5,5 |
5,4 |
5,3 |
||
F2 |
1 |
6,2 |
6,0 |
5,8 |
5,7 |
5,5 |
MS |
2 |
6,0 |
5,9 |
5,7 |
5,6 |
5,4 |
||
3 |
5,9 |
5,9 |
5,7 |
5,6 |
5,5 |
||
Formula |
Daya Sebar |
||||||
Hari Ke- |
|||||||
|
1 |
7 |
14 |
21 |
28 |
||
Rata-rata |
6,0 |
5,9 |
5,7 |
5,6 |
5,5 |
||
F3 |
1 |
5,7 |
5,5 |
5,3 |
5,3 |
5,2 |
MS |
2 |
5,7 |
5,6 |
5,5 |
5,5 |
5,4 |
||
|
3 |
5,8 |
5,7 |
5,6 |
5,6 |
5,5 |
|
Rata-rata |
5,7 |
5,6 |
5,4 |
5,4 |
5,3 |
Keterangan: MS =
Memenuhi Syarat
TMS = Tidak Memenuhi Syarat
Gambar
4.3 Gambar Perubahan Rata-rata Daya Sebar Krim
Berdasarkan tabel daya sebar krim selama penyimpanan mengalami penurunan.
Pada F0 daya sebar hari ke-1 dengan rata-rata 5,6 dan pada hari ke-28 5,2. Pada
F1 daya sebar hari ke-1 5,7 dan pada hari ke-28 5,3. Pada F2 daya sebar hari
ke-1 6,0 dan pada hari ke-28 5,5. Pada F3 daya sebar hari ke-1 5,7 dan pada
hari ke-28 5,2.
B. Pembahasan
Penelitian ini menggunakan VCO yang diolah dari kelapa tua dengan ciri- ciri kelapa yaitu kulit ari coklat tua,
belum terdapat tunas, memiliki air kelapa yang banyak, setelah dibuka tidak
terdapat kentos (haustorium)
(Banowati, Galuh, dkk, 2021:62). Kelapa tua yang diolah diperoleh dari desa
Yosodadi Kota Metro. Kelapa tua diolah dengan metode cold-pressed,
metode ini dilakukan pada suhu dingin dengan tanpa bantuan pengadukan. Pada
metode cold-pressed stabilitas emulsi santan dipecah dengan teknik
pendinginan, pembekuan dan pelelehan (Agarwal dan Bosco, 2017: 1-3).
Pembuatan VCO pada penelitian ini menggunakan kelapa parut dan air dengan
perbandingan massa kelapa (kg) dan volume air (L) yaitu1:1. Daging kelapa yang
telah diparut sebanyak 3 kg ditambahkan 3 liter air kemudian diperas dan
didiamkan hingga terbentuk 2 lapisan (air dan santan). Santan yang telah
terpisah dengan air kemudian didiamkan dalam pendingin selama 12 jam. Setelah
membeku, santan difermentasi pada suhu kamar selama 12 jam hingga terbentuk 3
lapisan (minyak pada lapisanatas, blondo pada lapisan tengah dan air pada
lapisan bawah). Minyak yang didapatkan dipisahkan dan disaring dari lapisan
lainnya.
Penelitian ini juga menggunakan minyak biji kelor yang diperoleh dari CV.
Happy Green dan sampel lidah buaya (Aloe
vera L.) yang digunakan pada penelitian ini diperoleh dari Desa Yosodadi
Kota Metro. Sebelum diolah lidah buaya (Aloe
vera L.) sebanyak 500 gram disortasi basah lalu dicuci menggunakan air
mengalir dan didiamkan diatas nampan sampai getah kuning lidah buaya keluar,
hal ini dilakukan karena getah kuning mengandung antharquinone yaitu aloin yang
dapat menyebabkan iritasi dan menimbulkan bau yang tidak sedap (Septiani, 2015:
5). Selanjutnya lidah buaya dibuat jus untuk diambil gelnya. Pemilihan pembuatan
jus pada lidah buaya karena caranya yang sederhana dapat menghemat biaya dan
waktu penelitian.
Pada penelitian ini, krim dipilih sebagai sediaan topikal karena memiliki
beberapa keunggulan yaitu mudah menyebar rata, praktis, mudah dibersihkan, cara
kerja yang berlangsung pada jaringan setempat, dan tidak lengket terutama pada
krim tipe minyak dalam air (m/a) (Widodo, 2013: 170).
Pembuatan sediaan krim menggunakan prinsip peleburan dan emulsifikasi.
Komponen yang tidak bercampur dengan air (fase minyak) seperti minyak dan
lilin, dicairkan bersama-sama di dalam hot plate pada suhu 70-75°. Sementara
itu, semua larutan berair (fase air)
yang tahan panas dan komponen yang larut dalam air dipanaskan pada suhu yang
sama dengan fase minyak. Kemudian, fase air secara perlahan-lahan ditambahkan
ke dalam fase minyak yang telah dipanaskan di dalam beaker glass sambil
dimikser hingga terbentuk korpus emulsi dan terbentuk krim. Tujuan dilakukannya
pencampuran fase minyak dan fase air pada beaker panas adalah untuk mencegah
kristalisasi dari lilin/lemak (Widodo,2013 dalam Dilasari, 2019:6).
Masing-masing formula krim kemudian dievaluasi meliputi uji organoleptik
yang terdiri dari warna, bau, dan tekstur, homogenitas, daya sebar, pH, dan uji
stabilitas.
1.
Pengamatan
Organoleptik (Warna, Bau, dan Tekstur)
Pengujian organoleptis dilakukan dengan menggunakan 3 indra yaitu
penglihatan untuk melihat warna pada krim, penciuman untuk merasakan bau pada
krim, dan perabaan untuk merasakan tekstur dari krim. Ini dilakukan untuk
mengetahui krim yang dibuat sesuai dengan warna dan tekstur yang diguanakan
(Soeba, 2018).
Hasil pengamatan warna pada seluruh formula yaitu berwarna putih. Warna putih
yang dihasilkan disebabkan karena warna dari minyak VCO adalah putih, warna
dari minyak biji kelor adalah kuning bening, namun tidak terbentuk warna kekuningan
dan warna dari gel lidah buaya putih bening. Hal ini dikarenakan konsentrasi
dari minyak biji kelor yang digunakan rendah.
Hasil pengamatan bau pada seluurh formula yaitu bau khas VCO. Bau yang
dihasilkan disebabkan karena ada penambahan VCO yang pada dasarnya memiliki bau
khas kelapa.
Hasil pengamatan
tekstur pada seluruh formula menghasilan tekstur setengan padat. Gel lidah
buaya uang ditambahkan tidak mempengaruhi tekstur dari sediaan krim karena yang
ditambahkan dalam sediaan krim hanya dalam jumlah sedikit yaitu 8%. Sedangkan
semakin tinggi konsentrasi VCO dihasilkan tekstur yang lebih padat.
2.
Homogenitas
Suatu sediaan dikatakan homogen apabila pada sediaan tersebut tidka terdpat
butir-butir kasar dan warna tercampur merata, begitupun sebaliknya (Rahma, M.A, 2020:55). Hasil uji homogenitas
pada seluruh sediaan formula menghasilkan sediaan yang homogen, tidak terdap
butir-butir kasar dan warna yang dihasilkan tercampur merata.
Homogenitas memperngaruhi efektivitas terapi, hal ini berhubungan dengan
kadar obat yang sama pada setiap pemakaian. Kadar zat aktif dapat diasumsikan
bahwa pada setiap pemakaian atau pengambilan akan selalu sama apabila sediaan
krim yang digunakan telah homogen. Setiap bagian zat harus memiliki kesempatan
yang sama untuk menempati tempat terapi dan begitupun sebaliknya setiap bagian
terapi harus memiliki kesempatan yang sama pula untuk dapat kontak denga zat
akti, karena pada dasarnya sediaan krim merupakan sediaan yang cara
penggunaannya dioleskan pada tempat terapi. Kondisi ini dapat tercapai apabila
sediaan krim yang digunakam sudah memenuhi syarat homogenitas (Swastika,
2013:137).
3.
Daya Sebar
Pengujian daya sebar dilakukan untuk mengetahui kecepatan penyebaran dari
sediaan krim yang dihasilkan. Kemampuan penyebaran krim yang baik akan
memberikan kemudahan saat sediaan diaplikasikan kekulit. Daya sebar yang baik yaitu 5 cm sampai 7 cm.
Hasil pengukuran yang dilakukan oleh peneliti pada semua sediaan mulai dari F0
hingga F3 masing-masing memiliki rata-rata terendah 5,2 cm dan tertinggi 6,2 cm
yang menunjukkan bahwa hasil pengukuran tersebut memenuhi range persyaratan
nilai daya sebar yaitu 5-7 cm.
Semakin besar daya sebar, luas permukaan kulit yang kontak dengan krim akan
semakin luas dan zat aktif terdistribusi dengan baik. Krim dapat dikatakan baik
apabila memiliki daya sebar yang besar sehingga dapat diaplikasikan pada
permukaan kulit yang luas tanpa penekanan yang berlebihan pada dasarnya daya
sebar berkaitan dengan sifat penyebaran krim ketika digunakan pada sediaan
topikal (Swastika, 2013:137).
4.
Derajat Keasaman
(pH)
Pengukuran pH bertujuan untuk mengetahui apakah krim yang dibuat telah aman dan tidak mengiritasi kulit saat digunakan.
Hasil pengujian pH dari semua sediaan yang dihasilkan memenuhi syarat pH kulit,
yaitu antara 4,5-6,5. Nilai pH formula F0 sebesar 5,9, F1 sebesar 6,0, F2
sebesar 6,2, dan F3 sebesar 6,3. Semakin banyak VCO yang digunakan, maka pH
akan semakin tinggi (Widyasanti, Qurrratu:ain, dan Nurjanah, 2017:79).
5.
Stabilitas
Pengujian stabilitas dilakukan oleh peneliti dengan cara dievaluasi selama
28 hari yang meliputi organoleptik, homogenitas, dan day asebar apakah terjadi
perubahan selama penyimpanan pada suhu kamar.
Hasil pengujian stabilitas yang dilakukan oleh peneliti sebagai berikut:
a.
Pengujian
organoleptik (Warna, Bau, dan Tekstur)
Pengujian stabilitas terhadap pengamatan organoleptis dilakukan oleh
peneliti dengan mengamati warna, bau, dan tekstur apakah terjadi perubahan
selama penyimpanan pada suhu kamar. Perubahan dapat disebabkan oleh oksigen
dari udara yang mengoksidasi lemak atau minyak, selain itu cahaya merupakan
salah satu kasilitator yang juga dapat menimbulkan reaksi oksidasi (Tiwari,
2014 dalam Wulandari, 2016:44). Kemudian diamati hari ke-1, ke-7, ke-14, ke-21
dan ke-28. Hasil yang didapatkan bahwa seluruh formula tidak mengalami
perubahan baik itu perubahan warna, bau, dan tekstur. Krim berwarna putih,
bertekstur setengah padat dan tidak menimbulkan bau tengik. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa fase minyak yang terdapat dalam sediaan krim tidak mengalami
oksidasi. Dengan demikian sediaan krim kombinasi VCO, minyak biji kelor dan gel
lidah buaya dari pengamatan stabilitas berupa warna, bau, dan tekstur
menunjukan hasil yang stabil.
b. Homogenitas
Pengujian stabilitas terhadap homogenitas krim dilakukan oleh peneliti
dengan mengamati ada atau tidaknya partikel-partikel kasar pada kaca objek
selama penyimpanan pada suhu kamar. sediaan krim yang stabil menunjukan
homogenitas yang baik selama penyimpanan (Idson, 1994 dalam Pratama, 2018:72).
Kemudian diamati pada hari ke-1, ke-7, ke-14, ke-21, ke-28. Hasil pengamatan
selama penyimpanan sediaan krim tidak ada perubahan homogenitas. Dengan
demikian sediaan krim kombinasi VCO, minyak biji kelor, dan gel lidah buaya
dari pengamatan stabilitas berupa homogenitas menunjukan hasil stabil.
c. Daya Sebar
Dari hasil pengamatan kestabilan daya sebar krim kombinasi VCO, minyak biji
kelor, dan gel lidah buaya selama 28 hari penyimpanan di suhu kamar pada
keempat formula dapat dilihat rentang daya sebar sediaan sebesar 5,2 cm- 6 cm,
pengamatan dilakukan pada hari ke-1, hari ke-7, hari ke-14, hari ke-21, dan
hari ke-28. Dengan rincian pada formula 5,5 cm- 5,2 cm, formula F1 5,7 cm- 53 cm,
formula F2 6,0 cm – 5,5 cm, dan formula F3 5,7 cm-5,3 cm. Daya sebar krim
cenderung mengalami penurunan setelah disimpan selam 28 hari. Hal ini
disebabkan karena komponen air dalam krim berkurang sehingga kekentalan krim
meningkat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa selama penyimpanan pada
sediaan mulai dari F0 hingga F3 telah memenuhi persyaratan daya sebar yakni
berkisar 5 cm- 7 cm.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Seluruh sediaan krim kombinasi VCO, minyak biji kelor dan
gel lidah buaya berwarna putih, berbau khas VCO dan tekstur yang dihasilkan
setengah padat.
2. Seluruh sediaan krim kombinasi VCO, minyak biji kelor dan
gel lidah buaya merata homogen.
3. Seluruh sediaan krim kombinasi VCO, minyak biji kelor dan
gel lidah buaya memenuhi syarat diameter daya sebar.
4. Seluruh sediaan krim kombinasi VCO, minyak biji kelor dan
gel lidah buaya memenuhi syarat pH kulit.
5. Hasil uji stabilitas yang meliputi uji organoleptik
(warna, aroma dan tekstur), uji daya sebar, uji homogenitas yang dilakukan
selama 28 hari bahwa selurug sediaan stabil dan memenuhi syarat mutu krim.
B.
Saran
Dari penelitian yang telah dilakukan, peneliti menyarankan untuk:
1. Disarankan bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan uji
iritasi untuk menentukan ada tidaknya efek iritasi pada kulit.
2. Disarankan bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan uji
kesukaan
3. Disarankan bagi peneliti selanjutnya untuk penggunaan gel
lidah buaya bisa diganti dengan pembuatan ekstrak gel lidah buaya.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, M.I.,
Mandey, L.C., Langi, T.M., dan Kandou, J.E. 2013. Pengaruh Perbandingan Santan
dan Air terhadap Rendemen, Kadar Air dan Asam Lemak Bebas (FFA) Virgin Coconut
Oil (VCO). Dalam COCOS (Vol. 3, No. 6).
Aryani, R.
(2019). UJI EFEKTIVITAS KRIM PELEMBAB YANG MENGANDUNG GEL DAUN LIDAH BUAYA
(Aloe vera Linn.) DAN ETIL VITAMIN C. Jurnal Ilmiah Farmasi Farmasyifa, 2(1),
52–61. https://doi.org/10.29313/jiff.v2i1.4203
Anief, M. 2010. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press. 231 Halaman
Anwar, C dan Reza,
S. 2016. Perubahan Rendemen dan Mutu Virgin Coconut Oil (VCO) pada Berbagai
Kecepatan Putar dan Lama Waktu Sentrifugasi. Jornal Teknotan. 10(2): 51-61.
Draelos, Z. D.
(2013). Modern Moisturizer Myths, Misconceptions, and Truths.Therapeutics
for the Clinician. 91 (2): 308-314
Draelos, Z.D. dan
Thaman L.A. (2006).Cosmetic Formulation of Skin CareProducts.New York
Taylor & Francis. Halaman 89, 96-98
Dzakwan, M, 2019, Nanoenkapsulasi Minyak
Biji Kelor, Jurnal Ilmiah Farmasi Farmasyifa, Fakultas Farmasi Universitas
Setia Budi, Surakarta.
Garg, Alka, at all. 2002. Spreading of
Semisolid Formulations. USA: Pharmaceutical Technology
Garg A., Aggarwal
D., Garg S., Sigla A.K. 2002. Spreading of Semisolid Formulation: An Update.
Pharmaceutical Technology. September 2002: 84-102
Khoirini, F, 2018, Gel Lidah Buaya Dalam
Mengurangi Pruritus. Journal Of Nursing and Public Health, Jurusan
Keperawatan Poltekkes Kemenkes Bengkulu.
Krisnadi, A Dudi.2015. Kelor Super Nutrisi.
Blora: Pusat Informasi dan Pengembangan Tanaman Kelor Indonesia.36 halaman.
Kemenkes RI. (2020).
Farmakope Indonesia edisi VI. In Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Maisarah, 2019. Panduan Budidaya Lidah Buaya.
Jawa Tengah: Desa Pustaka Indonesia. 86 halaman.
Menteri Kesehatan RI. 2010. Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1176/Menkes/Per/VIII/2010 Tentang
Notifikasi Kosmetika. Jakarta:
Muliyawan, D dan N. Suriana. 2013. A-Z Tentang Kosmetik.PT.Gramedia. Pustaka Utama.Jakarta.
Hal 241
Natalia, Rafika Sari, Liza Pratiwi, 2015. Formulasi
Krim Antiacne dari Ekstrak Rimpang Temulawak dengan Variasi Emulgator Span 80
dan Tween 80. Penelitian. Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura. Pontianak
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. 236 halaman
Novita, D, 2016, Aktivitas Antioksidan
Senyawa Flavonoid dan Vitamin C Ekstrak Buah Kersen (Muntingia calabura),
Skripsi, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember.
Novilla, A.
Perdina, N dan Wikan, M. KomposisiAsam Lemak MinyakKelapaMurni (Virgin Coconut
Oil) yang Berpotensi Sebagai Anti Kandidiasis. Jurnal Kimia dan Pendidikan.
2(2): 161-173.
Pratama, A. S, 2018, Formulasi dan
Evaluasi Krim Ekstrak Kulit Mangium (Acacia mangium W.) dengan Variasi Tween 80
dan Span 80 Sebagai Emulgator, Karya Tulis Ilmiah, Jurusan Farmasi
Politeknik Kesehatan Palembang.
Purwatiningrum, 2015. Formulasi dan Uji
Sifat Fisik Emulsi Minyak Jarak (Oleum ricini) dengan Perbedaan Emulgator
Derivat Selulosa. e-journal, Politeknik Harapan Bersama, Tegal.
Prianto.J. (2014).Cantik
Panduan Lengkap Merawat Kulit Wajah. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama .
Halaman 60, 118-145
Rahayu, 2019. Budidaya Lidah Buaya Si
Tanaman Ajaib. Tangerang: Loka Aksara. 65 halaman.
Rahmawati,E.,danN.Khaerunnisya.(2018).PembuatanVCO(VirginCoconutOil)denganProsesFermentasidanEnzimatis.JurnalofFoodandCulinary.1(1):1-6.http://journal2.uad.ac.id/index.php/jfc/article/view/1575.
Rahma, M. A, 2020. Formulasi Sediaan Krim
Antijerawat Ekstrak Rimpang Temulawak (Curcuma Xanthorrhiza Roxb.) Dengan
Variasi Formula, Laporan Tugas Akhir, Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan
Tanjungkarang.
Rowe, R. C., Sheskey, P. J., & Quinn, M.
E. (Ed). 2009. Pharmaceutical of Handbook Excipients. Pharmaceutical
Press. 917 Halaman.
Rowe, R.C.,
Sheskey, P.J., dan Quinn, M.E. (2009). Handbook of Pharmaceutical
Excipients.Edisi Keenam. London: Pharmaceutical Press. Halaman 75, 155,
243,290, 441-442, 428,754.
Sari, A. N, 2015, Antioksidan
Alternatif Untuk Menangkal Bahaya Radikal Bebas Pada Kulit, Journal of
Islamic Science and Technology, Universitas Islam Negeri Ar Raniry, Banda Aceh.
Sari, R.A, 2020, Formulasi
Sediaan Gel Facial Wash Anti Jerawat Ekstrak Etanol Daun Pepaya (Carica Papaya
L.) Dengan Variasi Konsentrasi Carbopol, Laporan Tugas Akhir, Jurusan
Farmasi Poltekkes Tanjungkarang
Setyaningsih, D.,
Apriyantono, A., dan Sari, M. P, 2018. Analisis Sensori Untuk Industri
Pangan dan Agro. Bogor: IPB Press. 177 halaman.
Suryani, A.,
Hambali, E., & Kurniadewi, H, 2005, Kajian Penggunaan Lidah Buaya (Aloe
Vera) dan Bee Pollen Pada Pembuatan Sabun Opaque. Jurnal Teknologi Industri
Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor, Jawa Barat.
Surjushe, A.,
Vasani, R., dan Saple, D. G, 2015, Aloe Vera: A Short Review. Indian
Journal Of Dermatology
Suwahyono, U, 2008.
Khasiat Ajaib si Pohon Gaib. Yogyakarta: Lily Publisher. 92 halaman.
Swastika, A.,
Mufrod., & Purwanto, 2013. Aktivitas Antioksidan Krim Ekstrak Sari Tomat.
Fakultas Farmasi, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Tranggono R.I dan
Latifah F. 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta:
PT.Gramedia Pustaka Utama. 223 halaman.
Tricaesario, C.,
& Widayati, R, 2016, Efektivitas Krim Almond Oil 4% Terhadap Tingkat
Kelembapan Kulit, Jurnal Kedokteran Diponegoro, Semarang.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Skema Kerja Pembuatan Virgin Coconut Oil (VCO)
Lampiran 2. Skema Kerja
Pembuatan Jus Lidah Buaya (Aloe vera L.)
Lampiran 3. Skema Kerja
Pembuatan Krim Kombinasi Virgin Coconut Oil (VCO) dan Minyak Biji Kelor (Moringa oleifera L.)
Lampiran 4. Perhitungan Penimbangan Bahan
PERHITUNGAN PENIMBANGAN BAHAN FORMULA SEDIAAN KRIM
KOMBINASI VCO DAN MINYAK BIJI KELOR (Moringa
oleifera L.)
Formula yang digunakan:
Acidi Sterainci 10
Cerae albi 2
VCO 1
Minyak biji kelor 3
Aloe vera 8
Emulsifying 1,5
Propylene glycoli 8,0
Aquadest ad
100
Nipagin q.s
Nipasol q.s
Formula krim kombinsi VCO dan minyak biji kelor dalam %
Komposisi |
Kegunaan |
Formula % |
|||
F0 (%) |
F1 (%) |
F2 (%) |
F3 (%) |
||
Fase A |
|||||
VCO |
Zat Aktif |
0 |
1 |
5 |
7 |
Minyak
Biji Kelor |
Zat Aktif |
3 |
3 |
3 |
3 |
Asam
Stearat |
Pengemulsi |
10 |
10 |
10 |
10 |
Cera Alba |
Pengemulsi |
2 |
2 |
2 |
2 |
Emulsifying
wax |
Emulgator |
1,5 |
1,5 |
1,5 |
1,5 |
Nipasol |
Pengawet |
0,015 |
0,015 |
0,015 |
0,015 |
Fase B |
|||||
Gel Lidah
Buaya |
Zat Aktif |
8 |
8 |
8 |
8 |
Propilenglikol |
Pelarut |
8 |
8 |
8 |
8 |
Nipagin |
Pengawet |
0,1 |
0,1 |
0,1 |
0,1 |
Aquadest |
Pelarut |
67,4 |
66,4 |
62,4 |
60,4 |
Perhitungan bahan formulasi krim kombinasi VCO dan minyak
biji kelor dari formula dalam % ke dalam sediaan 30 gram :
1.
F0
VCO = x 30 g
= 0 g
Aquadest =x 30
g = 20,22 g
2.
F1
VCO = x 30 g
= 0,3 g
Aquadest = x
30 g = 19,92 g
3.
F2
VCO = x 30 g = 1,5 g
Aquadest =x
30 g = 18,72 g
4.
F3
VCO = x 30 g = 2,1 g
Aquadest =x
30 g = 18,12 g
5.
Minyak BijiKelor = x 30 g = 0,6 g
6.
Asam stearat =
x 30 g = 2 g
7.
Cera alba = x 30 g = 0,6 g
8.
Emulsifying wax = x 30 g = 0,45 g
9.
Gel lidah buaya = x 30 g = 2,4 g
10. Propilenglikol = x 30 g = 2,4 g
11. Nipagin =
x 30 g = 0,03 g
12. Nipasol =
x 30 g = 0,0045 g
Lampiran 5. Dokumentasi Pembuatan VCO
Link
video pembuatan VCO
https://drive.google.com/file/d/1mBLj7aWDL_mmooXm0xx2IheaLs2Hlyet/view?usp=drivesdk
Lampiran 6. Dokumentasi Pembuatan Jus Lidah Buaya
Lampiran 7. Dokumentasi Pembuatan Sediaan
Lampiran 8. Dokumentasi Evaluasi Sediaan
Lampiran 9.
Sertifikat Analisis Minyak Biji Kelor
Lampiran
10. Surat Izin Penelitian
Lampiran
11. Lembar Perbaikan
Lampiran
12. Lembar Konsul
Tidak ada komentar:
Posting Komentar