Rabu, 14 Desember 2022

CONTOH LAMPORAN TUGAS AKHIR FORMULASI SEDIAAN KRIM KAKI KOMBINASI VIRGIN COCONUT OIL (VCO), MINYAK BIJI KELOR (Moringa oleifera L.) DAN GEL LIDAH BUAYA (Aloe vera L.)

 

   

Description: logo poltekkes.png

 

FORMULASI SEDIAAN KRIM KAKI KOMBINASI VIRGIN COCONUT OIL (VCO), MINYAK BIJI KELOR (Moringa oleifera L.) DAN GEL LIDAH BUAYA (Aloe vera L.)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

LAPORAN TUGAS AKHIR

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG

JURUSAN FARMASI

TAHUN 2022


PERSEMBAHAN

 

Puji syukur kepada Allah SWT. Taburan cinta dan kasih sayang-Mu telah memberikan kekuatan, memberikan bekal ilmu, dan atas karunia yang Engkau berikan akhirnya LTA ini dapat terselesaikan. Sholawat dan salam selalu terlimpahkan keharibaan Rasullah Muhammad SAW.

Kupersembahkan karya sederhana ini kepada orang yang sangat aku kasihi dan kusayangi Bapaku dan Mamaku. Sebagai tanda bakti, hormat, dan rasa terimakasih yang tiada terhingga kupersembahkan karya kecil ini kepada Bapak dan Mamak yang telah memberikan kasih sayang, segala dukungan, doa yang tiada terhingga yang tidak mungkin dappat kubalas hanya dengan selembar kertas yang bertuliskan kata cinta dalam kata persembahan. Semoga ini menjadi langkah awal anakmu untuk membuat bapak dan mamak bahagia, selama ini belum bisa berbuat yang lebih. Terima kasih Mamak... Terima kasih Bapak atas semua yang engkau berikan semoga diberi kesehatan dan panjang umur agar dapat menemani langkah kecilku bersama adik-adikku tercinta Fachri dan Afif menuju kesuksesan. Untuk mbakku Safitri terimakasih banyak telah mengajarkan ku menjadi mbak setelah mu, aku tidak bisa mengutarakan rasa terimakasih dan mengungkapkan kata cinta secara langsung, tapi akan selalu ku langitkan doa-doa atas namamu.

Terimakasih kepada Pembimbing Utama Ibu Yulyuswarni, S,.Si, Apt.M.Kes. Pembimbing Pendamping Ibu Siti Julaiha, M.Farm., Apt. Dan Penguji Isnenia. M,.Sc.,Apt,  serta Pembimbing Akademik Ibu Ani Hartati, S.Si., Apt., M.Si.. yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan, motivasi, saran, kritikan, serta dukungan selama penyusunan Laporan Tugas Akhir ini. Tidak lupa juga kepada Dosen dan Staf Jurusan Farmasi yang telah memberikan banyak pelajaran, mendidik dan mengarahkan Wulan ke jalan yang lebih baik, sehingga dapat menyelesaikan pendidikan di Jurusan Farmasi ini. Semoga semua ilmu yang Bapak/Ibu berikan kepada Wulan menjadi ladang pahala bagi Bapak dan Ibu  serta dapat bermanfaat dan berkah dalam kehidupan Wulan.

Terimakasih kepada teman-temanku dari zaman dulu sampai sekarang Dela, Qiqi, Nabila,Gaby, Tiwi, Ajeng, Riska, yang telah senantiasa mendoakan, dan membantu tapi ga bantu sih. But love youu guys karena sering ngajakin refresh pikiran. Terimakasih juga banyak-banyak kepada aqua galon Naila, Fabila, Faraz, Fani, dan Pirda huhh luar biasa bisa dapetin kawan kuliah, agak freak ya mau ungkapin hati banyak-banyak. Tapi serius terimakasih banget atas waktunya 3 tahun ini yang luar biasa. Doa ku selalu menyertai kalian semua, love youu all.

Ucapan terimakasih juga aku persembahkan untuk selurh teman-teman angkatanku Farmasi 19. Terimakasih untuk semua cerita singkat yang pernah kita rasain bersama setiap harinya, atas kerjasamanya. Semoga kita dipermudah untuk mencapai semua impian yang diharapkan , menjadi orang yang sukses dan menjadi kebanggan keluargaa.

Terakhir untuk diri saya sendiri, hari ini aku menoleh ke belakang, mendapati diriku sangat tangguh melewati semua msalah ataupun ujian. Terimakasih sejauh ini ku berikan untuk diri sendiri, hadiah sebuah surat Al-Fatihah ku berikan padaku agar senantiasa harus selalu ingat kepada penciptaku. Terimakasih banyak Wulan.


 

KATA PENGANTAR

 

Alhamdulillahirrobil’alamin

            Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan tugas akhir yang berjudul “Formulasi Sediaan Krim Kaki Kombinasi Virgin Coconut Oil (VCO), Minyak Biji Kelor (Moringa oleifera L.) dan Gel Lidah Buaya ” yang disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program studi Diploma III pada Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Tanjungkarang.

       Terwujudnya laporan tugas akhir ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari semua pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1.        Bapak Warjidin Aliyanto, S.KM., M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan Tanjungkarang.

2.        Ibu Dra. Pudji Rahayu, Apt., M.Kes. selaku Ketua Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Tanjungkarang.

3.        Ibu Yulyuswarni, S.Si, Apt,. M.Kes selaku dosen pembimbing utama yang telah berkenan meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing serta memberikan saran selama penulis menyelesaikan laporan tugas akhir ini.

4.        Ibu Siti Julaiha, Apt., M.Farm. selaku dosen pembimbing kedua, penulis mengucapkan terimakasih telah membimbing serta memberikan arahan dan masukan untuk menyelesaikan laporan tugas akhir ini.

5.        Ibu Isnenia, M.Sc., Apt selaku dosen penguji yang telah memberikan arahan dan masukan untuk menyelesaikan laporan tugas akhir ini.

6.        Seluruh Dosen, Staff dan Karyawan di Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Tanjungkarang dan semua rekan mahasiswa/i Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Tanjungkarang serta semua pihak yang telah memberi dukungan dan bantuan kepada penulis dalam penyusunan laporan tugas akhir ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan tugas akhir ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan pada masa yang akan datang. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih. Semoga laporan tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung,    Juni  2022

Penulis

 

 

 

DAFTAR ISI

 

Halaman

LEMBR SAMPUL LUAR........................................................................... i

LEMBAR SAMPUL DALAM................................................................... ii

ABSTRAK................................................................................................... iii

ABSTRACK................................................................................................ iv

BIODATA PENULIS.................................................................................. v

LEMBAR PERSETUJUAN...................................................................... vi

LEMBAR PENGESAHAN............................................................ ..........vii

LEMBAR PERNYATAAN..................................................................... viii

MOTTO........................................................................................................ ix

PERSEMBAHAN........................................................................................ x

KATA PENGANTAR. ............................................................................. xii

DAFTAR ISI............................................................................................. xiii

DAFTAR TABEL...................................................................................... xv

DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xvi

DAFTAR LAMPIRAN........................................................................... xvii

 

BAB 1        PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang........................................................................ 1

B.     Rumusan Masalah................................................................... 4

C.     Tujuan Penelitian.................................................................... 5

D.    Manfaat Penelitian.................................................................. 5

E.     Ruang Lingkup Penelitian...................................................... 6

BAB II       TINJAUAN PUSTAKA

A.    Kulit  ...................................................................................... 7

B.     Xerosis.................................................................................... 9

C.     Kosmetika............................................................................. 10

D.    Kelor .................................................................................... 12

E.     Virgin Coconut Oil (VCO)................................................... 14

F.      Lidah Buaya (Aloe Vera)...................................................... 17

G.    Krim ..................................................................................... 20

H.    Formulasi Sediaan Krim....................................................... 21

I.       Bahan Pembuatan Krim Tipe Minyak dalam air................... 22

J.       Evaluasi Sediaan Krim.......................................................... 23

K.    Kerangka Teori............................................................................................. 25

L.     Kerangka Konsep................................................................. 26

M.   Definisi Operasional............................................................. 27

BAB III     METODE PENELITIAN

A.    Rancangan Penelitian............................................................ 29

B.     Subjek Penelitian.................................................................. 29........

C.     Lokasi dan Waku Penelitian................................................. 29

D.    Alat dan Bahan..................................................................... 29

E.     Prosedur Kerja Penelitian..................................................... 30........

F.      Pengumpulan Data................................................................ 34

G.    Pengolahan dan Analisa Data............................................... 35

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A.    Hasil...................................................................................... 36

B.     Pembahasan.......................................................................... 43

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A.    Kesimpulan........................................................................... 49

B.     Saran..................................................................................... 49

DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 50

LAMPIRAN............................................................................................... 53

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR TABEL

 

 

Nomor Tabel                                                                                             Halaman

Tabel 2.1       Definisi Operasional............................................................... 27

Tabel 3.1       Formula sediaan krim kombinasi minyak biji kelor dan

                      VCO dalam %........................................................................ 31

Tabel 3.2       Formula Krim Kombinasi Minyak Biji Kelor dan

                      VCO dalam 30 gram.............................................................. 31

Tabel 4.1...    Uji Orgnoleptik Warna........................................................... 37

Tabel 4.2       Uji Organoleptik Aroma......................................................... 37

Tabel 4.3      Uji Organoleptik Tekstur......................................................... 37

Tebel 4.4      Uji Homogenitas...................................................................... 38

Tabel 4.5      Uji Daya Sebar......................................................................... 38

Tabel 4.6      Uji pH...................................................................................... 39

Tabel 4.7      Uji Stabilitas Warna................................................................. 40

Tabel 4.8      Uji Stabilitas Aroma................................................................ 41

Tabel 4.9      Uji Stabilitas Tekstur............................................................... 41

Tabel 4.10     Uji Stabilitas Homogenitas..................................................... 42

Tabel 4.11     Uji Stabilitas Daya Sebar........................................................ 42

 

 

 

 

 

 

DAFTAR GAMBAR

 

 

Nomor Gambar                                                                                         Halaman

Gambar 2.1     Struktur Kulit.......................................................................... 7

Gambar 2.2     Pohon Kelor & Minyak Kelor............................................... 12

Gambar 2.3     Pohon Kelapa & Minyak Kelapa.......................................... 15

Gambar 2.4     Aloe vera L........................................................................... 18

Gambar 4.1     Grafik Rata-rata Uji Daya Sebar.......................................... 39

Gambar 4.2     Grafik Rata-rata Pengujian pH............................................. 40

Gambar 4.3    Grafik Perubahan Rata-rata Daya Sebar Krim...................... 43

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR LAMPIRAN

 

 

Nomor Lampiran                                                                                      Halaman                                 

Lampiran 1   Skema Kerja Pembuatan Virgin Coconut Oil (VCO)............. 54

Lampiran 2   Skema Kerja Pembuatan Jus Lidah Buaya (Aloe vera L.)...... 55

Lampiran 3   Skema Kerja Pembuatan Krim Kombinasi Virgin

                       Coconut Oil .......................................................................... 56

Lampiran 4    Perhitungan Penimbangan Bahan........................................... 57

Lampiran 5    Dokumentasi Pembuatan VCO.............................................. 59

Lampiran 6    Dokumentsi Pembuatan Jus Lidah Buaya.............................. 60

Lampiran 7    Dokumentasi Pembuatan Sediaan.......................................... 61

Lampiran 8    Dokumentasi Evaluasi Sediaan.............................................. 62

Lampiran 9    Sertifikat Analisis Minyak Biji Kelor..................................... 66

Lampiran 10 Surat Izin Penelitian................................................................ 67

Lampiran 11 Lembar Perbaikan.................................................................... 69

Lampiran 12 Lembar Konsul........................................................................ 70

 

 

 

 

 

 

 

 

 


BAB I

PENDAHULUAN

 

 

A.    Latar belakang

Kulit merupakan bagian terluar dari tubuh manusia, maka kulit selalu berinteraksi dan terpapar lingkungan sekitar, misalnya dengan paparan sinar ultraviolet (UV), kelembapan udara, dan juga suhu. Paparan ini dapat menyebabkan terganggunya keseimbangan kulit terutama kadar air dan dapat menganggu kelembapan kulit (Tricaesario, 2016:600). Kulit  merupakan salah satu organ tubuh yang berfungsi sebagai barier protektif terhadap pencegahan kehilangan air dan elektrolit (Pillai, Cornel and Oresajo, 2010 dlam Chomariyah, Darsono dn Wijay, 2019: 17). Kulit memiliki lapisan lemak di permukaan yang dihasilkan oleh kelenjar minyak kulit yang berfungsi melindungi kulit dari kelebihan penguapan air yang akan menyebabkan penguapan air yang akan meyebabkan dehidrasi kulit (Tranggono dan Latifah, 2007). Kadar air dalam startum korneum pada kulit normal, kandungan air sekitar 10% pada lapisan luar dan sekitar 30% pada lapisan lebih dalam. Penurunan kandungan air dalam startum korneum kurang dari 10% menyebabkan kulit bersisik, kasar dan kering (Honari G, 2014 dalam Tricaesario dan Widayati, 2016: 600). Kulit manusia terbagi menjadi 4 bagian yaitu normal, kering, berminyak dan kombinasi (Wulandari, Prasetyo, dan Kurniatie, 2019: 17).

Kulit kering dapat menimbulkan xerosis pada bagian tumit kaki, siku dan jari-jari tangan. Xerosis pada tumit kaki adalah keadaan kering tumit kaki yang mengakibatkan terjadi pecah-pecah pada tumit kaki. Xerosis  pertama kali ditandai dengan gejala kekeringan pada permukaan kulit yang menjadi bersisik, keras dan tidak nyaman. Kondisi yang berkelanjutan akan menyebabkan permukaan kuli retak dan pecah-pecah yang berakibat timbulnya iritasi dan inflamasi (Aryani, 2019: 53). Untuk memperbaiki kekeringan kulit dapat dilakukan dengan memperbaiki hidrasi epidermis dan memperbaiki elastisitas kulit. Oleh karena itu dibuatlah sediaan krim yang mengandung bahan pelembab dan antioksidan. Pelembab dapat meningkatkan kadar air startum korneum dan hydrating agent, sehingga dapat mereduksi tanda dan gejala kulit kering, bersisik, kasar serta membuatpermukaan kulit menjadi halus dan lembut (Schliemann dan Elsner, 2007: 49-50). Antioksidan adalah bahan yang dapat mencegah, menghambat dan mengendalikan reaksi oksidasi dari radikal bebas yang menyebabkan kerusakan struktural kulit, mengurangi elastisitas, ketahanan dan kelenturan serta meningkatnya peradangan (Winarsi, 2007: 23).

Krim adalah salah satu bentuk sediaan topikal umumnya digunakan untuk terapi bersifat lokal. Bentuk sediaan krim lebih disukai oleh masyarakat karena mudah dibersihkan dan mudah menyebar. Dibedakan dalam dua tipe, krim tipe minyak dalam air (M/A) adalah yang paling sering di formulasikan dari pada krim dengan tipe air dalam  minyak (A/M) (Barel, Paye dan Maibach, 2009:121). Pada umumnya krim dengan basis M/A lebih disukai daripada basis A/M karena mudah dicuci dengan menggunakan air dan tidak licin saat diaplikasikan di kulit. Daya melekat krim M/A lebih cepet dari pada krim A/M. Daya menyebar dan daya proteksi krim M/A lebih baik daripada krim A/M. Sediaan krim tipe M/A yaitu memberikan efek yang optimum karena mampu menaikkan gradien konsentrasi zat aktif yang menembus kulit sehingga absorbsi perkutan menjadi meningkat ( Engelin, 2013:2).

Keunggulan dari sediaan krim adalah penyebarannya yang mudah diabsorbsi kulit sehingga krim dipilih dalam berbagai sediaan kosmetik. Agar dapat memberikan efek yang diharapkan, aman dan nyaman, formulasi krim harus memiliki stabilitas fisik yang baik. Zat aktif sediaan krim dapat menggunakan bahan kimia maupun bahan alami. Salah satu bahan tanaman alam yang dapat digunakan sebagai zat aktif yaitu gel lidah buaya dan minyak biji kelor yang berkhasiat sebagai pelembab dan antioksidan. Selain itu penggunaan VCO sebagai pelembab alami dan antioksidan (Natalia, Sari dan Pratiwi, 2015: 57-75).

VCO merupakan minyak yang berasal dari olahan buah kelapa. VCO sangat baik digunakan dalam bidang farmasi dimana digunakan sebagai pelembab kulit alami karena mampu mencegah kerusakan jaringan dan memberikan perlindungan terhadap kulit tersebut. VCO juga memiliki kandungan antioksidan dan pelembab yang sangat tinggi dimana antioksidan ini berfungsi untuk mencegah penuaan dini dan menjaga vitalitas tubuh (Natalia, Sari dan Pratiwi, 2015 : 59-75).  Menurut penelitian sebelumnya VCO kaya akan kandungan asam lemak seperti asam laurat, asam palmiat, asam oleat, dan asam oktadekanoat (Novilla dan Nursidika, 2017 :161-173)

Kelor mengandung 46 antioksidan kuat, senyawa melindungi tubuh terhadap efek merusak dari radikal bebas dengan menetralkannya sebelum dapat menyebabkan kerusakan sel dan menjadi penyakit (Krisnadi, 2015 :36). Salah satu kandungan minyak kelor (Moringa oleifera L) adalah asam oleat yang berfungsi sebagai pelembab dan antioksidan yang bermanfaat bagi kulit (Li, 2015; Warra, 2015 dalam Adiwibowo, 2020:34). Minyak biji kelor (Moringa oleifera L) memiliki kandungan asam oleat yang tinggi (68-76%), asam linolear (58-62%), asam behenat (7%), dan asam arakidat (3%) yang berfungsi sebagai antiinflamasi dan anti radikal bebas (Manzoor at all, 2007; Anwar at all, 2008; Otuwale at al, 2013; Aney at all, 2009 dalam Dzakwan, Priyanto dan Ekowati, 2019:850.

Lidah buaya (Aloe vera L.) telah dipergunakan untuk banyak keperluan selama berabad-abad. Kurang lebih 4000 tahun yang lalu sampai sekarang lidah buaya (Aloe vera L.) sangat dikenal karena berbagai macam khasiat. Keistimewaan lidah buaya (Aloe vera L.) ini terletak pada gelnya yang dapat membuat kulit tidak cepat kering dan selalu kelihatan lembab. Keadaan tersebut disebabkan sifat gel lidah buaya (Aloe vera L.) yang mampu meresap ke dalam kulit, sehingga dapat menahan kehilangan cairan yang terlampau banyak dari dalam kulit (Suryowidodo, 1988 dalam Suryani, Hambali dan Kurniadewi, 2005:40). 

Penelitian yang dilakukan Andini (2021) menunjukan bahwa krim kombinasi gel lidah buaya konsentrasi 8% sebagai pelembab dan minyak biji kelor konsentrasi ) 4%, 8%, dan 12% sebagai antioksidan berwarna putih, berbau khas dan memiliki tekstur setengah padat. Seluruh formula menghasilkan krim yang homogen dengan diameter daya sebar rentang 5,1-6,1 cm dan nilai pH rentang 5,1- 5,4. Sediaan krim kombinasi gel lidah buaya dan minyak kelor stabil selama penyimpanan. Seluruh formula krim memenuhi persyaratan sediaan krim.

Penelitian yang dilakukan oleh Sudaryanto, Herwanto, dan Putri (2016) menunjukkan bahwa pada konsentrasi 2,531%, minyak biji kelor hasil ekstraksi dengan menggunakan pelarut etanol dan pada konsentrasi 9,0417% minyak biji kelor hasil ekstraksi dengan menggunakan pelarut n-heksana memiliki aktivitas antioksidan. Minyak biji kelor konsentrasi 4% stabil pada penyimpanan suhu kamar dan dapat diformulasikan dalam bentuk krim (Soba, 2018:29). 

Penelitian yang dilakukan oleh Isnin, Bambang, dan Akhmad  menunjukan bahwa variasi VCO 1-25% dapat diformulasikan dalam bentuk sediaan krim dengan tipe emulsi M/A.. Sediaan krim yang dihasilkan semuanya homogen, stabil pada penyimpanan 12 minggu, mempunyai pH 6,46-6,8 serta tidak mengiritasi kulit. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk memformulasikan kombinasi minyak biji kelor (Moringa oleifera L) dengan VCO  dalam sediaan krim dengan konsentrasi VCO 1%, 5%, dan 7%, minyak biji kelor (Moringa oleifera L) 3% dan gel lidah buaya 8%.

B.     Rumusan Masalah

Permasalahan xerosis di tumit kaki umumnya bisa terjadi pada semua kalangan umur, baik pria maupun wanita, dan xerosis ini membuat permukaan kult menjadi bersisik, keras dan rasa tidak nyaman. Penggunaan krim sebagai pelembab sekaligus pelindung kulit dari radikal bebas merupakan hal yang tak kalah penting. Pada penelitian yang dilakukan Andini (2021) minyak biji kelor dibuat menjadi krim pelindung radikal bebas. Pada penelitian Sasniwiati (2011) VCO sebagai pelembab dalam sediaan krim. Berdasarkan hal tersebut peneliti merumuskan masalah yaitu kombinasi minyak biji kelor (Moringa oleifera L) dan VCO dalam formulasi sediaan krim dan bagaimana evaluasi uji mutu minyak biji kelor (Moringan oleifera L) dan VCO dalam formulasi sediaan krim dengan konsentrasi VCO 1%, 5%, dan 7%, minyak biji kelor (Moringa oleifera L) 3% dan gel lidah buaya 8%.

 

C.      Tujuan Penelitian

1.        Tujuan Umum

Untuk mendapatkan formula  krim kombinasi VCO, minyak biji kelor (Moringan oleifera L) dan gel lidah buaya yang memenuhi syarat uji mutu krim.

2.      Tujuan Khusus

a.       Mengetahui sifat organoleptik (aroma, warna, dan tekstur) sediaan krim kombinasi VCO, minyak biji kelor (Moringan oleifera L) dan gel lidah buaya  dengan konsentrasi VCO 1%, 5%, dan 7%, minyak biji kelor (Moringa oleifera L) 3% dan gel lidah buaya 8%.

b.      Mengetahui hasil uji homogenitas sediaan krim kombinasi VCO, minyak biji kelor (Moringan oleifera L) dan gel lidah buaya  dengan konsentrasi VCO 1%, 5%, dan 7%, minyak biji kelor (Moringa oleifera L) 3% dan gel lidah buaya 8%.

c.       Mengetahui hasil evaluasi pH sediaan krim kombinasi VCO, minyak biji kelor (Moringan oleifera L) dan gel lidah buaya  dengan konsentrasi VCO 1%, 5%, dan 7%, minyak biji kelor (Moringa oleifera L) 3% dan gel lidah buaya 8%.

d.      Mengetahui hasil uji daya sebar sediaan krim kombinasi VCO, minyak biji kelor (Moringan oleifera L) dan gel lidah buaya dengan konsentrasi VCO 1%, 5%, dan 7%, minyak biji kelor (Moringa oleifera L) 3% dan gel lidah buaya 8%.

e.       Mengetahui hasil uji stabilitas sediaan krim kombinasi VCO, minyak biji kelor (Moringan oleifera L) dan gel lidah buaya  dengan konsentrasi VCO 1%, 5%, dan 7%, minyak biji kelor (Moringa oleifera L) 3% dan gel lidah buaya 8%.

D.      Manfaat Penelitian

1.      Bagi peneliti

Menambah pengalaman dan pengetahuan serta mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama menjalani perkuliahan di Politeknik Kesehatan Tanjungkarang Jurusan Farmasi khususnya dalam ilmu farmasetika.

 

 

2.      Bagi Akademik

Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan bacaan dan sumber referensi bagi mahasiswa Politeknik Kesehatan Tanjungkarang serta untuk penelitian selanjutnya.

3.      Bagi Masyarakat

Memberi informasi ilmiah dalam pemanfaatan sumber daya alam, khususnya VCO dan minyak biji kelor (Moringan oleifera L). Sehingga potensi kekayaan alam indonesia dimanfaatkan secara bijak.

E.     Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah formulasi krim kombinasi VCO, minyak biji kelor (Moringan oleifera L) dan gel lidah buaya dengan konsentrasi VCO 1%, 5%, dan 7%, minyak biji kelor (Moringa oleifera L) 3% dan gel lidah buaya 8%  dengan tiga kali pengulangan. Metode penelitian ini adalah ekperimental, serta melakukan evaluasi uji organoleptis (warna, bau, dan tekstur), uji homogenitas, uji daya sebar, uji derajat keasaman (pH) dan uji stabilitas. Penelitian ini direncanakan akan dilakukan di Laboratorium Farmasetika Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Tanjungkarang..



BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

 

 

A.    Kulit 

1.      Pengertian Kulit

Kulit atau cutis dalam bahasa latin, merupakan organ yang terletak paling luar yang membungkus seluruh tubuh manusia. Kulit menjadi bagian tubuh yang bersentuhan langsung dengan lingkungan, kulit juga membantu tubuh dalam regulasi suhu tubuh, mencegah dehidrasi, dan juga berperan sebagai indera peraba (tricaesario, 2016: 599-610).

2.      Struktur  Kulit

 

 

 

 

 

Text Box: Sumber : https://images.app.goo.gl/daznkPSFtQvd8VSQA
Gambar 2.1 Struktur Kulit

 

 

Menurut Kalangi,(2013) struktur kulit, terdiri dari :

a.       Epidermis

Fungsi Epidermis sebagai pertahanan tubuh terluar terhadap lingkungan luar tubuh. Suasana asam pada kulit melindungi kulit dari mikroorganisme. Lapisan keratin yang keras melindungi tubuh dari invasi mikroorganisme dan infeksi juga menjaga kelembaban. Sel Langerhans membentuk reseptor pengenalan baik terhadap mikroorganisme, virus bahkan senyawa asing yang selanjutnya mengaktifkan sistem imunitas. Kemampuan tubuh mempertahankan kadar air penting untuk menjaga kesehatan kulit. Jumlah dan distribusi pigmen melanin yang memberikan keragaman warna pada kulit manusia. Vitamin D disintesis di epidermis dengan bantuan sinar ultraviolet, sintesis ini dilakukan oleh keratinosit yang terletak pada stratum basale dan stratum spinosum dari epidermis (Flanagan, 2013 :33-36).

b.      Dermis

Dermis merupakan “rumah” dari komponen tambahan dari epidermis. Di dermis terdapat sel – sel imun yang berfungsi melawan infeksi yang masuk ke dalam kulit. Dermis menyediakan suplai darah, nutrisi dan oksigen pada dirinya sendiri dan juga epidermis. Dermis juga mempunyai fungsi pengaturan suhu kulit melalui pembuluh darah superfisial dan reseptor saraf berfungsi untuk sensasi rasa raba (Han, 2016:1-28).

c.       Hipodermis

Jaringan hipodermis atau subkutan merupakan lapisan yang terdiri dari lemak dan jaringan ikat yang kaya akan pembuluh darah dan saraf. Lapisan ini penting dalam pengaturan suhu kulit dan tubuh (Han, 2016: 1-28).

3.      Kelembaban Kulit

Kulit yang lembab berarti kulit yang memiliki kadar minyak lebih tinggi dari pada kulit yang kering. Kulit yang berminyak memiliki kemampuan mempertahankan kadar air lebih tinggi dari pada kulit yang kering. Peran kelembaban kulit adalah untuk menjaga kadar air yang berada dalam kulit dalam rangka mempertahankan elastisitasnya (Prianto, 2014: 60).

Secara alamiah kulit memiliki lapisan lemak tipis di permukaannya, yang antara lain terdiri atas produksi kelenjar minyak kulit. Pembentukan lapisan lemak  tersebut terutama untuk melindungi kulit dari kelebihan penguap air yang akan menyebabkan dehidrasi kulit. Air yang terkandung dalam startum korneum, meskipun sedikit (hanya 10%) sangat penting. Air yang terkandung dalam startum korneum sangat berpengaruh pada kelembutan dan elastisitas startum korneum (Tranggono dan Latifah, 2007: 11-12).

Jika kandungan air distartum korneum semakin sedikit, maka semakin rendah elastisitas jaringan startum korneum. Kulit akan kering dan pecah-pecah, membentuk retak-retak mendalam mirip V. Jika bahan-bahan asing seperti sabun, kotoran dan mikroorganisme masuk dan menumpuk dalam celah  ini, maka kulit yang menjadi kering dan retak-retak akan menimbulkan iritasi dan peradangan yang juga akan melemahkan kulit. Di sinilah perlunya kosmetik pelembab kulit untuk mencegah dehidra si kulit yang menyebabkan kekeringan dan retak-retak pada kulit serta akibatnya buruk (Tranggono dan Latifah, 2007 :19-20).

Seperti telah dikemukakan diatas, kulit yang kering umumnya memiiki kadar minyak yang rendah. Kurangnya kadar minyak pada permukaan ini mengakibatkan kandungan air yang berada dibagian permukaan kulit ini mengakibatkan kandungan air yang berada dibagian permukaan bawah lapisan keratin menguap lebih cepat, yang selanjutnya mengakibatkan kekeringan pada kulit yang pada tingkat ekstrem dikenal dengan istilah xerosis. Kulit semacam ini akan terlihat berkerak disertai rasa gatal. Dalam kondisi demikian kulit akan lebih mudah terkena infeksi bakteri ataupun jamur (Prianto,2014: 118).

B.     Xerosis

Xerosis adalah kondisi yang sangat lazim yang dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya cuaca (suhu dan kelembapan), perubahan kondisi lingkunga yang ekstrim, paparan mikroorganisme dan paparan bahan kimia yang dapat melarutkan lipid startum korneum dan faktor pelembab alami kulit, proses penuaan dan stres fisiologis, pengaruh genetik dan berbagai penyait (Draelos,2013: 3).

Xerosis dikarakterisasi dengan berkurangnya kelembaban yang mencapai kadar kelembaban kurang dari 10% di startum korneum. Hal ini dapat terjadi karena peningkatan pada transpidermal waterloos (TEWL), karena berkurangnya permeabilitas pelindung. Kelembapan yang berkurang akan menyebabkan terjadinya permisahan kerneosit. Ketika kulit menjadi terlalu kering, kulit akan mengeras, memerah, dan berkembang menjadi retak. Bila retakan menjadi melebar dan semakin dalam akan sampai pada bagian dermis kulit dan dapat berakibat parah pada daerah tubuh yang dengan relative sedikit kelenjar minyak seperti pada tangan dan kaki (Draelos, 2013: 308-3014).

 

Xerosis pada tumit kaki dapat terjadi pada kulit yang terpapar bahan kimia seperti detergen yang dapat melarutkan lipid kulit. Kulit yang berminyak memiliki kemampuan mempertahankan kadar air yang lebih tinggi pada kulit yang kering. Peran kelembaban kulit ini adalah utuk menjaga kadar air yang berada dalam kulit dalam rangka mempertahankan elastisitasnya (Prianto,2014: 118).

Text Box: KulitGambaran klinisnya adalah kulit tampak kasar dengan tekstur kulit lebih jelas serta tampak bersisik, disertai keluhan gatal-gatal. Jika cukup parah, dapat pula terjadi kemerahan dan dapat terjadinya tumit kaki yang pecah-pecah (Sinulingga, 2018: 146-157).

C.    Kosmetika

Istilah kosmetika berasal dari kata Yunani yakni “Kosmetikos” yang berarti“keahlian dalam menghias”. Berdasarkan asal katanya definisi kosmetika sesuai dengan yang telah diputuskan oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia (1976) yakni kosmetika adalah bahan atau campuran bahan untuk digosokkan, dilekatkan, dituangkan, dipercikan atau disemprotkan pada, dimsukkan dalam, dipergunakan pada bahan atau bagian badan manusia dengan maksud membersihkan, memelihara, menambah daya tarik atau mengubah rupa dan tidak termasuk golongan obat. Sedangkan obat dirumuskan sebagai bahan zat atau benda yang dipakai untuk diagnosis, pengobatan dan pencegahan suatu penyakit atau bahan zat yang mempengaruhi struktur dan faal tubuh.

Sementara definisi kosmetika dalam peraturan Menteri Kesehatan RI No.445/Menkes/Permenkes/1998 adalah “Kosmetika adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar badan (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi dan rongga mulut untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampakan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit (Angendari, 2012: 25-36). 

Kosmetik saat ini sudah menjadi kebutuhan penting bagi manusia. Kosmetik tidak hanya digunakan untuk fungsi estetika, akan tetapi berperan dalam penyembuhan dan perawatan kulit. Meski bukan merupakan kebutuhan primer, namun kosmetika merupakan salah satu produk yang digunakan rutin dan terus menerus oleh masyarakat. Oleh karena itu keamanan kosmetik dari bahan-bahan berbahaya perlu diperhatian, kosmetika merupakan produk yang diformulasi dari berbagai bahan-bahan aktif dan bahan-bahan kimia yang akan bereaksi ketika diaplikasikan pada jaringan kulit (Muiyawan & Suariana, 2013: 241).

Berdasarkan bahan dan penggunaannya serta untuk maksud evaluasi produk kosmetik dibagi 2 (dua) golongan (Kep Ka BPOM No.HK.00.05.4.1745:II:3), yaitu :

1.      Kosmetik golongan I adalah

a.       Kosmetik yang digunakan untuk bayi;

b.      Kosmetik yang digunakan disekitar mata, rongga mulut dan mukosa lainnya;

c.       Kosmetik yang mengandung bahan dengan persyaratan kadar dan penandaan;

d.      Kosmetik yang mengandung bahan dan fungsinya belum lazim serta belum diketahui keamanan dan kemanfaatannya.

2.      Kosmetik golongan II adalah kosmetik yang tidak termasuk golongan I

a.       Kosmetik untuk perawatan kulit (Skin Care Cosmetics)

Kosmetik ini berguna untuk merawat kebersihan dan menjaga kesehatan kulit, yan terdiri dari kosmetik: pembersih kulit (cleanser), sabun, cleansing, cream, cleansing milk, dan penyegar kulit (freshener). Pelembab kulit (mozturizer) : mozturizer cream, night cream, anti wrincle cream. Pelindung kulit, misalnya sunscreen cream, sunscreen foundation, sunblock cream/lotion. Penipis alat untuk mengelupas kulit (peeling), misalnya scrub cream yang berisi butiran halus yang berguna sebagai pengamplas (abrasiver).

b.      Kosmetik riasan (dekoratif atau make-up)

Jenis ini digunakan untuk merias atau menutup kekurangan pada kulit sehinga menghasilkan penampilan yang lebih menarik serta menambah kepercayaan diri. Peran zat pewarna dan pewangi sangat besar dalam kosmetik dekoratif. Kosmetik dekoratif terbagi menjadi dua, yaitu: Kosmetik dekoratif yang menimbulkan efek pada permukaan dan pemakaian sebentar misalnya bedak, lipstik, blush on, eyes shadow dan lain-lain. Kosmetik dekoratif yang memiliki efek mendalam dan biasanya bertahan lama misalnya kosmetik pemutih kulit, cat rambut, penggeriting rambut, danpreparat penghilang rambut.

D.    Kelor

Kelor merupakan tanaman asli kaki bukit Himalaya Asia selatan, dari timur laut Pakistan (33° N, 73° E), sebelah utara Benggala Barat di India dan timur laut Bangladesh di mana sering ditemukan pada ketinggian 1.400 m dari permukaan laut, di atas tanah aluvial baru atau dekat aliran sungai (Nasir, E.; Ali, S. I. (eds.), 1972 dalam Krisnadi, 2015:10). Ada julukan yang diberikan kepada pohon kelor, diantaranya pohon banyak guna dan pohon banyak manfaat. Hasil studi yang dilakukan di beberapa negara, menunjukkan bahwa hampir semua bagian dari pohon kelor mempunyai manfaat yang besar (Suwahyono, 2018: 2)

 

  

Sumber: https://images.app.goo.gl/4UeJ2vsaXEMBfGaP6 dan

https://images.app.goo.gl/7FvmyEEZY1iM8Ym89

Gambar 2.2 Pohon Kelor & Minyak Kelor

1.      Klasifikasi

Kingdom               : Plantae (Tumbuhan)

Divisi                     : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas                     : Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil)

Ordo                      : Capparales

Famili                    : Moringaceae

Genus                    : Moringa

Spesies                  : Moringa oleifera Lam

(Krisnadi, 2015: 8)

2.      Morfologi Tumbuhan

Kelor termasuk jenis tumbuhan perdu yang dapat memiliki ketinggian batang 7 – 12 meter. Merupakan tumbuhan yang berbatang dan termasuk jenis batang berkayu, sehingga batangnya keras dan kuat. Bentuknya sendiri adalah bulat (teres) dan permukaannya kasar. Arah tumbuhnya lurus ke atas atau biasa yang disebut dengan tegak lurus (erectus) (Krisnadi, 2015: 7).

Daun majemuk, bertangkai panjang, tersusun berseling (alternate), beranak daun gasal (imparipinnatus), helai daun saat muda berwarna hijau muda - setelah dewasa hijau tua, bentuk helai daun bulat telur, panjang 1 – 2 cm, lebar 1 – 2 cm, tipis lemas, ujung dan pangkal tumpul (obtusus), tepi rata, susunan pertulangan menyirip (pinnate), permukaan atas dan bawah halus (Krisnadi, 2015: 10-11).

Bunga muncul di ketiak daun (axillaris), bertangkai panjang, kelopak berwarna putih agak krem, menebar aroma khas. Bunganya berwarna putih kekuning-kuningan terkumpul dalam pucuk lembaga di bagian ketiak dan tudung pelepah bunganya berwarna hijau. Malai terkulai 10 – 15 cm, memiliki 5 kelopak yang mengelilingi 5 benang sari dan 5 staminodia. Bunga kelor keluar sepanjang tahun dengan aroma bau semerbak (Krisnadi, 2015:12).

Akar tunggang, berwarna putih. Kulit akar berasa pedas dan berbau tajam, dari dalam berwarna kuning pucat, bergaris halus tapi terang dan melintang. tidak keras, bentuk tidak beraturan, permukaan luar kulit agak licin, permukaan dalam agak berserabut, bagian kayu warna cokelat muda, atau krem berserabut, sebagian besar terpisah (Krisnadi, 2015:10).

Biji berbentuk bulat dengan lambung semi-permeabel berwarna kecoklatan. Lambung sendiri memiliki tiga sayap putih yang menjalar dari atas ke bawah. Setiap pohon dapat menghasilkan antara 15.000 dan 25.000 biji/tahun. Berat rata-rata per biji adalah 0,3 g (Makkar dan Becker, 1997 dalam Krisnadi, 2015:12).

 

3.      Manfaat

Berbagai bagian dari tanaman kelor seperti daun, akar, biji, kulit kayu, buah, bunga dan polong dewasa, bertindak sebagai stimulan jantung dan peredaran darah, memiliki anti-tumor, anti-piretik, anti-epilepsi, anti-inflamasi, anti-ulcer, anti-spasmodik, diuretik, anti-hipertensi, menurunkan kolesterol, antioksidan, anti-diabetik, hepatoprotektif, anti-bakteri dan anti-jamur. Minyak yang diambil dari bijinya digunakan untuk memasak dan bahan kosmetik, khususnya perawatan kulit sebagai nutrisi kulit, anti aging, pelembab dan tabir surya (Krisnadi, 2015:12).

4.      Kandungan Kimia

Kelor mengandung 46 antioksidan kuat (Krisnadi, 2015). Salah satu kandungan pada minyak kelor (Moringa oleifera L.) adalah asam oleat yang berfungsi sebagai pelembab dan antioksidan yang bermanfaat bagi kulit (Li, 2015; Warra, 2015 dalam Adiwibowo, 2020: 34). Minyak kelor juga mengandung polifenol yang memiliki aktivitas antioksidan (Marfil, dkk 2011 dalam dzakwan, Priyanto, dan Ekowati, 2019:85).

a.       Asam Oleat

Asam oleat merupakan asam lemak tidak jenuh yang mengandung omega-9 dan dapat diperoleh dari hewan ataupun tumbuhan. Nama IUPAC dari asam lemak ini adalah asam cis-9-oktadekenoat. Berat molekul dari asam lemak ini adalah 282.46 g/mol (Hudaya & Wiratama, 2014:10).

b.      Polifenol

Polifenol adalah kelompok zat kimia yang ditemukan pada tumbuhan. Zatini memiliki tanda khas yaitu memiliki banyak gugus fenol dalam molekulnya. Polifenol sering terdapat dalam bentuk glikosida polar dan mudah larut dalam pelarut polar (Hosttetman, dkk.,1985 dalam Novita, 2016:8).

E.     Virgin Coconut Oil (VCO)

Minyak kelapa murni (VCO) merupakan produk olahan dari buah kelapa yang dibuat dengan metode fisika atau biokimia untuk menghasilkan minyak kelapa murni dengan karakter kadar air dan asam lemak bebas yang rendah, berbau harum dan daya simpan yang lebih dari 12 bulan (Rahmawati dan Khaerunnisya, 2018:1-6).

 

Sumber: https://images.app.goo.gl/gUfLw8eBSCfeLiZz9 dan

https://amzn.to/3nHrtXw

Gambar 2.3 Pohon Kelapa & Minyak Kelapa

1.      Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub Divisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledonae

Ordo : Palmales

Famili : Palmae

Genus : Cocos

Spesies : Cocos nucifera  L.

(Sumber : Gun Mardiatmoko, 2018)

2.      Metode Pengolahan VCO

Buah kelapa tua variates dalam (berumur 11-12 bulan) dikeluarkan sabut dan tempurungnya. Kemudian testanya (bagian yang berwarna coklat) dikeluarkan dengan sikat agar tidak mempengaruhi warna santan. Daging kelapa bersih diparut dengan mesin pemarut kelapa. Untuk mendapatkan sanan kental, hasil parutan dilakukan dengan pemerasan langsung menggunakan kain saring tanpa penambahan air (Ahmad dkk, 2013: 4).

VCO dapat dibuat melalui beberapa proses yaitu diantaranya adalah dengan cara konvensional atau tradisional, dengan cara fermentasi dan enzimatis. Pada karya tulis ilmiah ini akan disajikan sintesis VCO dengan metode pemanasan, sentrifugasi, fermentasi, dan enzimatis.

a.       Metode pemanasan

Cara konvensional melibatkan prinsip secara fisika, dimana tahap awal dari pembuatan VCO ini adalah dengan mendapatkan santan kelapa. Santan kelapa umumnya akan diberikan perlakuan pemanasan pada temperatur sekitar 100°-110°C. Pada suhu demikan idealnya air akan menguap, protein yang berikatan akan pecah atau terjadi denaturasi protein (rusak), dan melepas ikatannya dengan asam lemak pada santan kelapa. Minyak akan dibebaskan dari emulgatornya, sehingga minyak akan mengumpul menjadi satu dan protein pun akan berkumpul menjadi satu, protein ini sering disebut dengan blondo (Rahmawati, E., dan N. Khaerunnisya, 2018:2).

b.      Metode sentrifugasi

Metode pembuatan VCO secara fisika tidak hanya menggunakan proses pemanasan, melainkan dapat pula menggunakan metode sentrifugasi. Metode ini didasarkan pada prinsip gaya sentrifugal. Santan kelapa yang telah dibuat dimasukan kedalam sentrifugator, lalu dilakukan pemutaran pada angka 5000, 7500, dan 10.000 rpm. Dan masing masing waktu yaitu 10, 15 dan 20 menit. Setelah dilakukan sentrifugasi maka akan terbentuk tiga fasa yaitu protein (blondo), air dan minyak (Anwar dan Salima,2016: 51-60).

c.       Metode fermentasi

Metode fermentasi merupakan salah satu metode dalam proses pembuatan VCO. Proses ini melibatkan penambahan ragi tape sebagai starter dalam proses pemecahan emulsi santan atau krim untuk memisahkan antara minyak dan protein yang ada dalam VCO. Selain daripada itu, dapat pula menggunakan metode enzimatis, metode ini dengan menambahkan suatu enzim yang dapat memecah protein, sebagai salah satu contoh adalah enzim yang ada pada papain yaitu enzim proteolitik, enzim ini mengkatalisis reaksi denaturasi protein dengan menghidrolisa ikatan peptidanya menjadi senyawa- senyawa yang lebih sederhana (Rahmawati dan Khaerunnisya, 2018:2).

 

 

 

d.      Metode cold-pressed

Metode pembuatan VCO yang dilakukan tanpa menggunakan pemanasan, penyulingan, pemutihan dan penghilangan bau pada minyak yang dihasilkan. Metode ini tergolong ramah lingkungan,  murah dan dapat dilakukan dengan skala rumah tangga. VCO yang dihasilkan memiliki penampakan fisik tidak berwarna, dengan bau dan rasa khas minyak kelapa segar yang sesuai dengan SNI-7381 tahun 2008, dan metode cold-pressed menghasilkan minyak kelapa murni dengan karakteristik lebih baik. (Pranata; dkk, 2020:11)

3.      Manfaat VCO

VCO ini sangat berguna untuk menjaga dan mempertahankan kesehatan manusia secara alamiah bahkan dapat menjadi obat bagi penderita penyakit-penyakit kronis. VCO banyak membantu mengatasi isu-isu kesehatan diantaranya ialah mengendalikan kencing manis, mencegah bakteri, kuman, virus, dan infeksi jamur. Mendukung sistem kekebalan tubuh melawan virus-virus berbahaya yang mencakup hepatitis C, herpes, dan HIV. Membantu penurunan berat badan dan kolesterol; meningkatkan metabolisme, pencernaan, penyerapan bahan gizi, membantu meningkatkan kesehatan kelenjar gondok, menghaluskan dan melembutkan kulit serta untuk menyehatkan rambut (hair conditioning) dan yang penting VCO ini merupakan minyak kelapa yang tidak mengandung bahaya lemak (trans-fats) Umumnya produk VCO  yang berkualitas mengandung senyawa antioksidan, vitamin dan asam laurat. VCO juga diketahui dapat menurunkan kadar kolesterol dalam serum darah karena kandungan asam laurat dan aktivitas antioksidan yang tinggi (Syukur et.al, 2017: 1077).

F.     Lidah Buaya (Aloe Vera)

Tanaman lidah buaya (Aloe vera L.) merupakan jenis tanaman berduri yang berasal dari daerah kering di benua Afrika. Tanaman lidah buaya telah dikenal dan digunakan sejak ribuan tahun yang lalu karena khasiat dan manfaatnya yang luar biasa. Banyak literatur yang menyebutkan bahwa tanaman lidah buaya pertama kali ditemukan pada tahun 1500 SM. Lidah buaya mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai tanaman obat dan bahan baku industri. Lidah buaya banyak digunakan sebagai penyubur rambut, penyembuh luka dan untuk perawatan kulit (Maisarah, 2019: 1-5).

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Gambar 2.4 Aloe vera L.

1.      Klasifikasi

Kingdom   : Plantae

Divisi         : Spermatophyta

Kelas         : Monocotyledonae

Bangsa      : Liliflorae

Suku          : Liliaceae

Genus        : Aloe

Spesies      : Aloe vera

(Rahayu, 2019 : 7)

 

2.      Morfologi Tumbuhan

Tanaman lidah buaya tumbuh liar didaerah yang berhawa panas, tapi sering juga ditanam orang di pot atau pekarangan rumah sebagai tanaman hias. Tanaman lidah buaya termasuk semak rendah dan tergolong tanaman yang bersifat sukulen (Rahayu, 2019: 6).

Tanaman lidah buaya mempunyai batang yang pendek. Batangnya tertutup rapat oleh daun dan sebagian terbenam dalam tanah. Namun, terdapat juga beberapa jenis tanaman lidah buaya dengan ketinggian mencapai 3-5 meter, dijumpai di gurun Afrika Utara dan Amerika (Rahayu, 2019: 9-10).

Daun tanaman lidah buaya agak runcing dan berbentuk taji, berdaging tebal, tidak bertulang, berwarna hijau keabu-abuan, bersifat sukulen, dan banyak mengandung getah atau lendir (gel) sebagai bahan baku obat dan kosmetik. Bentuk daunnya menyerupai pedang dengan ujung meruncing dilapisi lilin dengan duri lemas di pinggirnya. Panjang daun mencapai 50-75 cm dengan berat 0,5-1 kg. Daun melingkar rapat di sekeliling batang bersaf-saf (Rahayu, 2019:    11-12).

Bunga lidah buaya berwarna kuning atau kemerahan berbentuk terompet atau pipa yang mengumpul dan keluar dari ketiak daun. Bunga ini muncul dalam rangkaian yang berbentuk tandan dan panjangnya dapat mencapai 50-100 cm. Pada umumnya hanya tanaman lidah buaya yang tumbuh di pegunungan yang mempunyai bunga. (Rahayu, 2019:12-13).

Lidah buaya mempunyai akar serabut yang pendek dan berada di sekitar permukaan tanah. Panjang akar mencapai 10-100 cm. Oleh karena itu, pada musim kemarau, embun yang menempel di sekitar tanah pun dapat diserap langsung oleh akar tanaman. Untuk pertumbuhannya, tanaman menghendaki tanah yang subur dan gembur di bagian atasnya (Rahayu, 2019:13).

3.      Manfaat Aloe Vera

Gel lidah buaya mengandung mannose yang berfungsi sebagai pertahanan tubuh yang dapat menghambat kerja virus HIV dengan menstimulasi sistem kerja kekebalan tubuh penderita. Lidah buaya juga mampu menurunkan gula darah pada penderita diabetes yang tidak tergantung insulin. Jus lidah buaya berguna untuk mengatur keasaman lambung, meningkatkan kerja lambung, dan menekan populasi mikroorganisme usus tertentu, serta menghilangkan sembelit dan luka dinding usus. Lendir yang dihasilkan lidah buaya dapat digunakan untuk menyuburkan rambut. Eksudat (getah daun yang keluar bila dipotong) secara tradisional dapat langsung digunakan untuk pemeliharaan rambut. Pada kulit lidah buaya dapat melembabkan dan membantu penyembuhan luka (Rahayu, 2019 36-39). Keistimewaan lidah buaya terletak pada gelnya yang dapat membuat kulit agar tidak cepat kering dan selalu terasa lembab. Lendir lidah buaya kaya akan nutrisi dan zat pelembab yang dapat memberikan lapisan perlindungan pada bagian kulit yang rusak serta dapat mempercepat tingkat penyembuhan (Wistari, 2016:37).

4.      Kandungan Kimia

Lidah buaya merupakan salah satu bahan alam yang berfungsi sebagai pelembab kulit, penyembuh luka, antioksidan, antiinflamasi, antiaging, dan antiseptik. Lidah buaya mengandung vitamin, enzim, mineral, monosakarida (glukosa dan fruktosa), polisakarida (glukomanan dan polmannosa), lignin, saponin, asam salisilat dan asam amino.

Kandungan Mukopolisakarida pada lidah buaya dapat membantu dalam mengikat kelembaban kulit, merangsang fibroblas yang memproduksi kolagen dan elastin sehingga membuat kulit lebih elastis (Surjushe, Vasani, dan Saple, 2015:2-3). Aloe vera mengandung zat aktif lignin yang mempunyai kemampuan penyerapan tinggi sehingga memudahkan peresapan gel ke dalam kulit atau mukosa (Furnawanthi, 2002 dalam Khoirini, 2018: 73)

G.    Krim

1.      Definisi Krim

Krim adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi kental mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar (Depkes RI, 1979: 312). Sedangkan menurut Farmakope Indonesia Edisi VI (2020) Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai konsistensi relatif cair diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air.

Ada dua tipe krim yaitu, krim tipe minyak air (M/A) dan krim tipe air minyak (A/M). Pemilihan zat pengemulsi harus disesuaikan dengan jenis dan sifat krim yang dikehendaki. Untuk krim tipe A/M digunakan sabun polivalen, span, adeps lanae, kolesterol, dan cera. Sedangkan untuk krim tipe M/A digunakan sabun monovalen seperti : trietanolamin, natrium laurisulfat, kuning telur, gelatinum, caseinum, CMC, dan emulgidum (Murtini G, 2016:98). Untuk penstabilan krim ditambah zat antioksidan dan zat pengawet. Zat pengawet yang sering digunakan ialah Nipagin 0,12–0,18%, Nipasol 0, 02–0,05% (Anief, 2010: 72).

H.    Formulasi Sediaan Krim

Beberapa formula dari sediaan krim tipe minyak dalam air diantaranya adalah :

a.       Formula Standar (Depkes RI, 1978:100)

R/ Acid Stearin                             142

Glycerin                                  100

Natrium Biborat                      2,5

            Triatehanolamin                      10

            Nipagin                                   q.s

Aquadest                                 ad 750

b.      Formulasi krim M/A dalam Formula Kosmetika Indonesia (Kemenkes RI, 2012: 100)

%

Asam stearat                           8,0

Stearil alkohol                         4,0

Butil stearat                             6,0

BHA/BHT/tocopherol            q.s

Gliserin monostearat               2,0

Propilen glikol                         5,0

KOH                                       0,4

Pengawet                                q.s

Air                                           ad 100

Pewangi                                  q.s

c.       Formulasi krim M/A dalam Ilmu Meracik Obat (Anief, 2016: 72)

Acid stearinici                         15,0

Cerae albi                                2

Vaselini albi                            8

Triethanolamini                       1,5

Propylene glycoli                    8,0

Aquadest                                 65,5

d.      Formulasi krim M/A dalam penelitian (Andini, 2021: 52)

Acidi Sterainci                        15,0

Cerae Albi                               2,0

Minyak Biji Kelor                   4,0

Emulsifying wax                     1,5

Gel Lidah Buaya                     8,0

Propylene glycoli                    8,0

Aquadest                                 61,5

Nipagin                                   q.s

Nipasol                                    q.s

      Berdasarkan pemilihan bahan oleh peneliti, maka peneliti menggunakan formula nomor ke 4 yaitu Formula Krim M/A dalam penelitian (Andini, 2021: 52), dengan modifikasi (lampiran nomor 3). Dalam penelitian ini digunakan konsentrasi VCO 1%, 5%, dan 7%, minyak biji kelor (Moringa oleifera L) 3% dan gel lidah buaya 8%.

I.         Bahan Pembuatan Krim Tipe Minyak dalam air

a.       Asam Stearat

Pemerian              :  Zat padat keras mengkilat menunjukkan susunan hablur,                                           

                           Putih atau kuning pucat, mirip lemak lilin.

Kelarutan             :  Praktis tidak larut dalam air, larut dalam 20 bagian etanol                 (95%) P, dalam 2 baian kloroform P dan dalam 3 bagian eter P (Depkes RI, 1979)

Kegunaan             :  Pengemulsi (Depkes RI, 2020: 47).

b.      Cera Alba

Pemerian              :  Padatan putih kekuningan, sedikit tembus cahaya dalam                         keadaan lapis tipis; bau khas lemah dan bebas bau tengik.

Kelarutan              : Tidak larut dalam air; agak sukar larut dalam etanol dingin. Larut smpurna dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak lemak dan minyak atsiri (Depkes RI, 2020:1084)   

Kegunaan             : Pengemulsi (Rowe, Sheskey, & Quinn, 2009:772).

c.       Vaselin Album

Pemerian               : Zat padat, lapisan tipis bening, putih kekuningan, bau khas lemah.

Kelarutan              : Tidak larut dalam air, sukar larut dalam etanol dingin atau panas dan dalam etanol mutlak dingin; mudah larut dalam benzen,  dalam karbon disulfida, dalam kloroform; larut dalam heksana, dan dalam sebagian besarminyak lemak dan minyak atsiri.

Kegunaan             : Emolien (Farmakope Indonesia Edisi VI, 2020: 1771)

d.      Propilenglikol

Pemerian               : Cairan kental, jernih, tidak berwarna, rasa khas, praktis tidak berbau, menyerap air pada udara lembab.

Kelarutan             : Dapat bercampur dengan air, dengan aseton, dan dengan kloroform; larut dalam eter dan dalam beberapa minyak esensial; tidak dapat bercampur dengan minyak (Depkes RI, 2020 : 1446).

Khasiat                 : Zat tambahan; pelarut(Depkes RI, 1979: 534).

e.       Emulsifying Wax

Pemerian               : Zat berwarna hamper putih atau kuning pucat, padat berlilin, bau khas samar dan rasa yang hambar (Rowe at all, 2009:770).

f.       Aqua desilata

Pemerian               : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau ; tidak mempunyai rasa (Depkes RI, 1979: 96).

J.      Evaluasi Sediaan Krim

1.      Uji Organoleptik

Pengujian stabilitas terhadap pengamatan organoleptis dilakukan oleh peneliti dengan mengamati warna, bau, dan tekstur apakah terjadi perubahan selama penyimpanan pada suhu kamar. Perubahan dapat disebabkan oleh oksigen dari udara yang mengoksidasi lemak atau minyak, selain itu cahaya merupakan salah satu katalisator yang juga dapat menimbulkan reaksi oksidasi (Tiwari, 2014 dalam Wulandari, 2016:44).

2.      Uji pH

Evaluasi pH dilakukan dengan menggunakan alat bernama pH meter. Karena pH meter hanya bekerja pada zat yang berbentuk larutan, maka krim harus dibuat dalam bentuk larutan terlebih dahulu. Krim dan air dicampur dengan perbandingan 60g: 200ml air, kemudian diaduk hingga homogen dan didiamkan agar mengendap. Setelah itu, pH krim diukur dengan pH meter. Nilai pH akan tertera pada layar pH meter. Jika pH krim dibawah 4.5 krim bersifat asam yang dapat mengiritasi kulit dan jika pH krim diatas 6.5 maka krim bersifat basa yang dapat menimbulkan kulit kering dan bersisik (Swastika et al, 2013; Parwanto et al, 2013; Edy et al, 2016: 9-16)

3.      Uji Homogenitas

Pengujian stabilitas terhadap homogenitas krim dilakukan oleh peneliti dengan mengamati ada atau tidaknya partikel-partikel kasar pada kaca objek selama penyimpanan pada suhu kamar. Sediaan krim yang stabil menunjukkan homogenitas yang baik selama penyimpanan (Idson, 1994 dalam Pratama, 2018:72).

4.      Uji Daya sebar

Text Box: Perawatan/SkincareEvaluasi ini dilakukan dengan cara sejumlah zat tertentu diletakkan di atas kaca yang berskala. Kemudian, bagian atasnya diberi kaca yang sama dan ditingkatkan bebannya, dengan diberi rentang waktu 1-2 menit. Selanjutnya,diameter penyebaran diukur pada setiap penambahan beban, saat sediaan berhenti menyebar (dengan waktu tertentu secara teratur) (Widodo, 2013:174).

5.      Uji Stabilitas

Uji stabilitas dilakukan dengan penyimpanan pada suhu kamar (20°C± 28°C). Formula krim disimpan selama 28 hari pada temperatur kamar (20°C± 28°C). Kemudian dievaluasi pada hari ke 1, 7, 14, 21, dan 28 meliputi pengukuran terhadap pH, daya sebar, homogenitas, dan organoleptik sediaan (warna, bentuk dan bau) (Pratama, 2018: 43).

 

 

K.      Kerangka Teori

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Text Box: Formulasi krim M/A dalam penelitian Andini 2021       Acidi Sterainci		15,0 Cerae Albi		2,0 Minyak Biji Kelor	4,0 Emulsifying wax		1,5 Gel Lidah Buaya		8,0 Propylene glycoli		8,0  Aquadest		61,5 Nipagin			q.s Nipasol			q.s

 

 

 

 

 

 

 

 


Text Box: Evaluasi sifat fisik sediaan:
1.	Organoleptik
2.	Homogenitas
3.	pH
4.	Daya sebar
5.	Uji Stabilitas
(Widodo, 2013)
 

 

 

Gambar 2.5 Kerangka Teori

Sumber: Anief, 2016. Setyaningsih, Apriyanto, dan Sari, 2010. Garg at all, 2002. Tranggono dan Latifah, 2007. Pratama, 2018, Sasniwiati 2011

 

L.     Kerangka Konsep

 

 

 

 

 

 


Gambar 2.6 Kerangka Konsep

 

                                                                                                                              

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

M.   Definisi Operasional

Tabel 2.1 Definisi Operasional

No

Variabel

Definisi

Cara ukur

Alat Ukur

Hasil Ukur

Skala

1

Formula sediaan krim kombinasi minyak biji kelor dan minyak kelapa murni

Konsentrasi minyak biji kelor dan minyak kelapa murni ditambahkan pada sediaan krim yang dibuat

Melihat hasil ukur neraca

Neraca analitik

3 Formula krim minyak biji kelor (Moringa oleifera L) 3% dan minyak kelapa murni (VCO) 1%, 5% dan 7% dan gel lidah buaya 8%.

 

Rasio

2

Organoleptis

a.       Warna

Tampilan yang dapat diukur dengan visual

Melihat warna dari krim yang telah dibuat

Checklist

1 = Putih

2 = Kuning gading

3 = Kuning

Nominal

 

b.       Aroma

Sensasi aroma melalui indra penciuman terhadap bau khas yang dapat diukur melalui indra penciuman.

Mencium bau krim yang telah dibuat

Checklist

1 = Bau khas

2 = Tidak berbau

Nominal

c.        Tekstur

Bentuk yang timbul saat dirasakan dengan 2 ujung jari.

Merasakan tekstur dari krim yang telah dibuat

Checklist

1=setengah padat cenderung padat

2=setengan padat

3= setengah padat cenderung cair

Ordinal

3

Homogenitas

Ada atau tidaknya susunan partikel kasar pada sediaan krim yang diamati pada kaca objek.

Melihat dan mengamati krim yang dioleskan pada kaca objek

Checklist

1= homogen

2= tidak homogen

Ordinal

4

pH

Besarnya nilai keasaman-basaan krim

Melihat nilai pH krim dengan alat pH meter

pH meter

Nilai pH(dalam angka)(0-14)

Rasio

5

Daya sebar

Ukuran yang menyatakan diameter penyebaran krim kombinasi minyak biji kelor (Moringa oleifera L) 2% dan VCO 0%, 2%, 6%, dan 10%

 

Melihat penyebaran krim pada kaca

penggaris

Centimeter (cm)

Rasio

6

Uji Stabilitas

Ada tidaknya perubahan fisik krim meliputi organoleptik, homogenitas, dan daya sebar setelah pengujian 5 siklus

Melakukan organoleptik, mengamati homogenitas,dan mengukur daya sebar

Checklist dan Penggaris

S = Stabil

TS = Tidak stabil

Ordinal

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


BAB III

METODELOGI PENELITIAN

 

 

A.    Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan bersifat eksperimental. Percobaan eksperimen atau percobaan (experimental research) adalah suatu penelitian dengan melakukan percobaan yang bertujuan untuk mengetahui gejala atau pengaruh yang timbul, sebagai akibat dari adanya perlakuan tertentu atau ekperimen tersebut. Penelitian ini tidak digunakan kelompok pembanding hanya menggunakan kelompok eksperimen saja. Setelah kelompok diberi perlakuan atau intervensi selajutnya hasil tersebut dilakukan observasi.

Penelitian ini dilakukan dengan merancang, membuat formulasi, dan mengevaluasi sediaan krim kombinasi minyak biji kelor dan VCO yang dibuat menjadi empat formula dengan konsentrasi VCO 1%, 5%, dan 7%, minyak biji kelor (Moringa oleifera L.) 3% dan gel lidah buaya 8%.

B.     Subjek Penelitian

            Subjek pada penelitian ini adalah sediaan krim kombinasi minyak biji kelor dan VCO yang dibuat menjadi empat formula dengan konsentrasi  VCO 1%, 5%, dan 7%, minyak biji kelor (Moringa oleifera L.) 3% dan gel lidah buaya 8%.

C.    Lokasi dan Waku Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmasetika dan Farmakognosi Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Tanjungkarang untuk membuat formulasi sediaan krim xerosis pada tumit kaki yang dilakukan pada bulan Mei-Juni  2022.

D.    Alat dan Bahan

1.      Alat

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah neraca analitik (merek quattro), blender, gelas ukur 10 ml, beaker glass 1000 ml, beaker glass 100 ml, beaker glass 50 ml, kaca arloji, mixer portable, pisau, cawan porselen, kasa steril, kertas perkamen, hot plate (merek KIA, Germany), batang pengaduk, kaca objek, pH meter digital (merek atc), sudip, spatula, pipet tetes, dan wadah krim.

2.      Bahan

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah minyak biji kelor (Moringa oleifera L.), VCO, gel lidah buaya, asam stearat, cera alba, emulsifying wax, propilenglikol, nipagin, nipasol, aquadest.

E.     Prosedur Kerja Penelitian

1.      Pembuatan Virgin Coconut Oil

Metode cold-pressed

Daging buah kelapa yang telah diparut sebanyak 3 kg ditambahkan 3 liter air kemudian diperas dan didiamkan hingga terbentuk dua lapisan (air dan santan). Santan yang telah terpisah dengan air kemudian didiamkan dalam pendingin selama 12 jam. Setelah membeku, santan dipindahkan pada suhu kamar 20°-25°C selama 12 jam hingga terbentuk 3 lapisan (minyak pada lapisan atas, blondo pada lapisan tengah dan air pada lapisan bawah). Minyak yang didapatkan dipisahkan dan disaring dari lapisan lainnya.

2.      Pembuatan Jus Lidah Buaya

a.       Daun segar lidah buaya (Aloe vera L.) disortasi basah dengan memilih bahan baku dari bahan baku yang tidak layak lagi maupun kotoran-kotoran.

b.      Dicuci bersih dengan air mengalir kemudian didiamkan sampai getah kuning lidah buaya keluar.

c.       Dicuci kembali menggunakan air mengalir kemudian dikupas kulitnya lalu diambil daging gel lidah buaya.

d.      Dimasukkan daging gel lidah buaya yang telah dikupas kulitnya kedalam blender.

e.       Di blender daging gel lidah buaya sampai hancur

f.       Kemudian gel lidah buaya yang telah selesai di blender disaring

g.      Didapatkan hasil dan dimasukkan ke dalam wadah

 

 

 

 

3.      Formulasi krim

Tabel 3.1 Formula sediaan krim kombinasi minyak biji kelor dan VCO dalam %

Komposisi

Kegunaan

Formula %

F0

(%)

F1

(%)

F2

(%)

F3

(%)

Fase A

VCO

Zat Aktif

0

1

5

7

Minyak Biji Kelor

Zat Aktif

3

3

3

3

Asam Stearat

Pengemulsi

10

10

10

10

Cera Alba

Pengemulsi

2

2

2

2

Emulsifying wax

Emulgator

1,5

1,5

1,5

1,5

Nipasol

Pengawet

0,015

0,015

0,015

0,015

Fase B

Gel Lidah Buaya

Zat Aktif

8

8

8

8

Propilenglikol

Pelarut

8

8

8

8

Nipagin

Pengawet

0,1

0,1

0,1

0,1

Aquadest

Pelarut

67,4

66,4

62,4

60,4

Sumber : Andini, 2021

Tabel 3.2 Formula Krim Kombinasi Minyak Biji Kelor dan VCO dalam 30 gram

Komposisi

Kegunaan

Formula (gram)

F0

(gram)

F1

(gram)

F2

(gram)

F3

(gram)

Fase A

VCO

Zat Aktif

0

0,01

1,5

2,1

Minyak Biji Kelor

Zat Aktif

0,6

0,6

0,6

0,6

Asam Stearat

Pengemulsi

3

3

3

3

Cera Alba

Pengemulsi

0,6

0,6

0,6

0,6

Emulsifying wax

Emulgator

0,45

0,45

0,45

0,45

Nipasol

Pengawet

0,0045

0,0045

0,0045

0,0045

Fase B

Gel Lidah Buaya

Zat Aktif

2,4

2,4

2,4

2,4

Propilenglikol

Pelarut

2,4

2,4

2,4

2,4

Nipagin

Pengawet

0,03

0,03

0,03

0,03

Aquadest

Pelarut

20,22

19,92

18,72

18,12

Sumber : Andini, 2021

4.      Penimbangan Bahan

a.       Formula untuk konsentrasi minyak biji kelor 3% dan VCO 0% dengan gel aloe vera 8%

1)      Ditimbang gel lidah buaya sebanyak 2,4 gram dalam kaca arloji dengan neraca analitik.

2)      Ditimbang asam stearat sebanyak 3 gram dalam kaca arloji dengan neraca analitik.

3)      Ditimbang cera alba sebanyak 0,6 gram dalam kaca arloji dengan neraca analitik.

4)      Ditimbang emulsifying wax sebanyak 0,45 gram dalam kaca arloji dengan neraca analitik.

5)      Ditimbang nipagin sebanyak 0,03 gram dalam kaca arloji dengan neraca analitik.

6)      Ditimbang nipasol sebanyak 0,0045 gram dalam kca arloji dengan neraca analitik.

7)      Diambil aquadest sebanyak 20,22 ml menggunakan gelas ukur.

Cara yang sama dilakukan untuk penimbangan formula F1, F2 dan F3 sesuai dengan berat yang tertera dalam tabel 3.1 (formula krim kombinasi VCO dan minyak biji kelor dalam 30 gram).

5.      Pembuatan Krim

a.       Formula untuk konsentrasi minyak biji kelor 3% dan VCO F0(0%) ,F1(1%), F3(5%), dan F4(7%) dengan lidah buaya 8%

1)      Disiapkan alat dan bahan yang telah ditimbang sebelumnya.

2)      Dilebur fase A (Minyak biji kelor,minyak kelapa murni, asam stearat, cera alba, emulsifying wax,nipasol) dipenangas air hingga suhu 70ºC.

3)      Dilarutkan fase B (Gel lidah buaya, propilenglikol, nipagin, dan aquades) dipanaskan hingga suhu 70ºC.

4)      Dimasukkan fase B kedalam fase A sedikit demi sedikit, kemudian mixer hingga terbentuk massa krim.

5)      Masukkan kedalam wadah.

6)      Lakukan cara diatas untuk formula F0, F1, F2, dan F3 masing-masing tiga kali pengulangan.

6.      Evaluasi Krim

Evaluasi krim yang dilakukan yaitu :

1)      Uji Organoleptik

Pengujian ini dilakukan untuk melihat secara visual penampilan fisik dari sediaan yang dibuat. Pengujian organoleptis dilakukan dengan mengamati sediaan tekstur, warna dan bau sediaan menggunakan pancaindra. Uji ini dilakukan oleh peneliti, data yang diperoleh dimasukkan ke dalam tabel (Setyaningsih dkk, 2010 :7-11)

2)      Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan dengan cara mengoleskan sedikit sediaan krim pada objek glass dan diamati sususan partikel yang masih menggumpal atau tidak tercampur sempurna (Depkes RI, 1979 :33). Kemudian data dimasukkan kedalam tabel dengan memberi kode 1= homogen dan 2= tidak homogen.

3)      Uji Daya Sebar

Daya sebar dilakukan dengan cara mengukur diameter dari sampel yang diletakan sekitar 1 g di antara dua kaca horizontal (10 x 10 cm) setelah penambahan beban 125 g di bagian atas piringan selama 1 menit. Kemudian diukur secara vertikal dan horizontal menggunakan penggaris. Nilai rata-rata keduanya ditetapkan sebagai diameter daya sebar. Daya sebar krim yang baik yaitu 5 sampai 7 cm (Garg; At All, 2002:84-102).

4)      Uji Derajat Keasaman (pH)

Pengujian pH pada sediaan krim yang telah dibuat dilakukan dengan cara melarutkan sediaan yang ditimbang sebanyak 1 gram dengan aquades 10 ml. Kemudian dilakukan kalibrasi terhadap pH meter yang akan digunakan. Cara mengukur pH adalah sebagai berikut :

a.       Elektroda pH meter dikalibrasi dengan cara :

a)      Dilarutkan serbuk buffer pH 4,01 dan buffer pH 7,00 dengan aquadest

b)      Dihidupkan pH meter dengan menggeser tombol on kekanan yang ada diatas pH meter

c)      Dicelupkan elektroda kedalam larutan buffer pH 4,01, ditunggu hingga angka tidak berubah. Jika pH belum sesuai dengan angka pH pada buffer yang digunakan, disetting pH meter menggunakan alat berupa obeng kecil dan disetting sesuai angka buffer pH.

d)     Dicelupkan elektroda kedalam larutan buffer pH 7,00, dilakukan hal yang sama pada saat dicelupkan pada buffer pH 4,01

b.      Dicelupkan elektroda dalam sediaan krim

c.       Angka yang muncul pada pH meter menjadi pH sediaan (Sari, R. A, 2020:96).

5)      Uji Stabilitas

Uji stabilitas dilakukan dengan menyimpan krim pada suhu kamar. Formula krim disimpan selama 28 hari pada temperatur kamar. Kemudian dievaluasi pada hari ke 1, 7, 14, 21, dan 28 meliputi pengukuran terhadap organoleptik sediaan (warna, bentuk, dan bau), homogenitas, dan daya sebar (Pratama, 2018 :21).

F.     Pengumpulan Data

Pada penelitian ini dilakukan uji organoleptik, uji homogenitas, uji daya sebar, pengukuran pH, dan uji stabilitas. Uji organoleptik dilakukan oleh peneliti meliputi warna, tekstur dan aroma dari sediaan krim kombinasi VCO, minyak biji kelor dan gel lidah buaya. Data dikumpulkan dengan tabel checklist.

Uji homogenitas terhadap krim kombinasi VCO, minyak biji kelor dan gel lidah buaya dilakukan untuk mengetahui susunan partikel dan mengetahui susunan partikel dan mengetahui ada tidaknya butir-butir kasar. Pada uji ini teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode checklist yang dilakukan oleh peneliti lalu data dimasukkan ke dalam tabel dengan memberi kode 1= homogen dan 2= tidak homogen.

Pengumpulan data daya sebar dilakukan oleh peneliti terhadap sediaan krim kombinasi VCO, minyak biji kelor dan gel lidah buaya yang telah dibuat. Data dikumpulkan dan ditulis dalam bentuk tabel terhadap hasil pengukuran penyebaran krim kombinasi VCO dan minyak biji kelor.

Pengumpulan data pH dilakukan oleh peneliti dengan pengukuran menggunakan pH meter terhadap sediaan krim kombinasi VCO, minyak biji kelor dan gel lidah buaya dan dicatat nilai pH yang tertera pada pH meter.

Uji stabilitas dilakukan oleh peneliti dengan menyimpan krim pada suhu kamar. Formula krim disimpan selama 28 hari pada temperatur kamar yaitu 20°-25°C. Kemudian dievaluasi pada hari ke 1, 7, 14, 21, dan 28 meliputi pengukuran terhadap organoleptik sediaan (warna, tekstur, bau) homogenitas, dan daya sebar.

 

G.    Pengolahan dan Analisa Data

1.      Pengolahan data

a.      Editing

Pengecekan kembali data yang diperolah dari hasil pengamatan. Pengecekan dilakukan terhadap semua lembar pengujian yang meliputi organoleptis, homogenitas, dan pH.

b.      Coding

Setelah data diedit, dilakukan pengkodean yakni merubah bentuk kalimat atau huruf atau menjadi data angka / bilangan yang dimaksudkan untuk memudahkan dalam melakukan analisis.

c.       Entrying

Data-data yang telah selesai di editing dan coding selanjutnya dimasukkan ke dalam komputer untuk dianalisis. Data dimasukkan kedalam program komputer pengolahan tabel dan data disesuaikan dengan kode yang sudah diberikan untuk masing-masing evaluasi seperti organoleptis, homogenitas, pH, dan stabilitas untuk mendapatkan persentase.

d.      Tabulasi

Setelah data dianalasis, hasil yang diperoleh dibuat dalam bentuk tabel dan grafik. Data pada program komputer pengolah tabel dan data dibuat dalam bentuk tabel agar mempermudah dalam menganalisis dan disajikan dalam bentuk grafik agar lebih mudah dalam pemahaman.

2.      Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis univariat yaitu analisis dilakukan terhadap setiap variable dari hasil penelitian. Penelitian bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variable penelitian, meliputi persentase uji organoleptik, dan variable homogenitas, pH, dan daya sebar (Notoatmodjo, 2012;182).

 

 

 


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

 

A.    Hasil

Sampel minyak virgin coconut oil (VCO) yang digunakan pada penelitian ini diperoleh dari Desa Yosodadi Kota Metro, sampel minyak biji kelor (Moringa oleifera L.) yang digunakan pada penelitian ini diperoleh dari CV. Happy Green dan sampel lidah buaya (Aloe vera L.) yang digunakan pada penelitian ini diperoleh dari Desa Yosodadi Kota Metro. Setelah itu, kelapa sebanyak 3 kg ditambahkan 3 liter air kemudia diperas dan didiamkan hingga terbentuk dua lapisan (air dan santan). Santan  yang telah terpisah dengan air kemudian didiamkan dalam pendingin selama 12 jam. Setelah membeku, santan dipindahkan pada suhu kamar selama 12 jam hingga terbentuk 3 lapisan (minyak pada lapisan, blondo pada lapisan tengah dan air pada lapisan bawah). Minyak yang didapatkan dipisahkan dan disaring dari lapisan lainnya. Diperoleh minyak sebanyak 280 ml. Selanjutnya, lidah buaya (Aloe vera L.) sebanyak 500 gram disortasi basah lalu dicuci menggunakan air mengalir dan didiamkan diatas nampan sampai getah kuning lidah buaya keluar, kemudian dicuci kembali menggunakan aquades kemudian lidah buaya keluar, kemudian dicuci kembali menggunakan aquades kemudian lidah buaya dikupas dan diambil gel nya kemudian diblender.  Setelah diblender, lidah buaya yang sudah hancur disaring. Diperoleh 250 ml jus lidah buaya dengan pH gel lidah buaya 5,1.

1.      Pengamatan Organoleptis

Penilaian organoleptik oleh peneliti meliputi warna, aroma dan tekstur krim.Hasil pengamatan krim kaki kombinasi VCO, minyak biji kelor dan gel lidah buaya sebagai berikut :

a.       Warna

Hasil pengujian organoleptik berupa warna terhadap krim adalah sebagai berikut :

 

Tabel 4.1 Uji Organoleptik Warna

 

Pengulangan

Formula

F0

F1

F2

F3

1

Putih

Putih

Putih

Putih

2

Putih

Putih

Putih

Putih

3

Putih

Putih

Putih

Putih

            Keterangan :

      F0 : Formula krim kaki kombinasi VCO 0%                                                  F1 : Formula krim kaki kombinasi VCO 1 %                                                  F2 : Formula krim kaki kombinasi VCO 5 %                                           F3 : Formula krim kaki kombinasi VCO 7%                                                              Berdasarkan organoleptis warna yang diamati oleh peniliti hasil menunjukan bahwa seluruh formula krim memiliki warna putih.

b.      Aroma

Tabel 4.2 Uji Organoleptik Aroma

Pengulangan

Formula

F0

F1

F2

F3

1

Khas

Khas

Khas

Khas

2

Khas

Khas

Khas

Khas

3

Khas

Khas

Khas

Khas

Hasil pengamatan organoleptis aroma bahwa semua formula memiliki aroma khas VCO.

c.       Tekstur

Tabel 4.3 Uji Organoleptik Tekstur

Pengulangan

Formula

F0

F1

F2

F3

1

Setengah padat cenderung padat

Setengah padat

Setengah padat

Setengah padat cenderung padat

2

Setengah padat cenderung padat

Setengah padat

Setengah padat

Setengah padat cenderung padat

3

Setengah padat cenderung padat

Setengah padat

Setengah padat

Setengah padat cenderung padat

 

2.      Pengujian Homogenitas

Hasil pengujian homogenitas yang dilakukan oleh peneliti sebagai berikut:

Tabel 4.4 Uji Homogenitas

Pengulangan

Formula

F0

F1

F2

F3

1

Homogen

Homogen

Homogen

Homogen

2

Homogen

Homogen

Homogen

Homogen

3

Homogen

Homogen

Homogen

Homogen

Berdasarkan hasil penelitian, menunjukan bahwa seluruh formula krim memiliki homogenitas yang baik dari segi ada tidaknya susunan partikel yang terdispersi secara merata.

3.      Pengujian Daya Sebar

Hasil pengujian daya sebar krim dilakukan oleh peneliti sebagai berikut:

Tabel 4.5 Uji Daya Sebar

 

Pengulangan

 

Formula

F0

F1

F2

F3

1

5,3 cm

5,9 cm

5,8 cm

5,5 cm

2

5,4 cm

6,1 cm

6,0 cm

5,5 cm

3

5,6 cm

5,9 cm

6,0 cm

5,4 cm

Rata-rata

5,4 cm

5,9 cm

5,9 cm

5,4 cm

Hasil

MS

MS

MS

MS

Keterangan :

MS       : Memenuhi Syarat

TMS    : Tidak Memenuhi Syarat

             

 

 

Gambar 4.1. Grafik rata-rata uji daya sebar

Berdasarkan hasil pengujian daya sebar krim, seluruh formula krim memenuhi syarat uji daya sebar.

4.      Pengujian Derajat Keasaman (pH)

Hasil pengujian pH krim yang dilakukan oleh peniliti adalah sebagai berikut:

Tabel 4.6 Uji pH

Pengulangan

 

Formula

F0

F1

F2

F3

1

5,8

5,8

6,2

6,1

2

5,8

5,9

6,2

6,1

3

5,9

6,0

6,1

6,2

Rata-rata

5,8

5,9

6,1

6,1

Hasil

MS

MS

MS

MS

 

Keterangan :

MS       : Memenuhi Syarat

TMS    : Tidak Memenuhi Syarat

 

Gambar 4.2 Grafik rata-rata pengujian pH

Berdasarkan hasil pengujian derajat keasaman (pH) krim seluruh formula krim memenuhi syarat pH untuk sediaan.

 

5.      Pengujian Stabilitas

Hasil pengujian stabilitas krim meliputi organoleptik, homogenitas, dan daya sebar adalah sebagai berikut :

a.       Oragnoleptik

Tabel 4.7 Uji Stabilitas Organoleptik Warna

 

Formula

Warna

Keterangan

Hari Ke-

1

7

14

21

28

F0

Putih

Putih

Putih

Putih

Putih

S

F1

Putih

Putih

Putih

Putih

Putih

S

F2

Putih

Putih

Putih

Putih

Putih

S

F3

Putih

Putih

Putih

Putih

Putih

S

Keterangan :

S    : Stabil

TS  : Tidak Stabil

 

 

 

 

 

Tabel 4.8 Uji Stabilitas Organoleptik Aroma

 

Formula

Warna

Keterangan

Hari Ke-

1

7

14

21

28

F0

Khas

Khas

Khas

Khas

Khas

S

F1

Khas

Khas

Khas

Khas

Khas

S

F2

Khas

Khas

Khas

Khas

Khas

S

F3

Khas

Khas

Khas

Khas

Khas

S

Keterangan :

S    : Stabil

TS  : Tidak Stabil

Tabel 4.9 Uji Stabilitas Organoleptik Tektur

 

Formula

Warna

Keterangan

Hari Ke-

1

7

14

21

28

F0

Setengah padat

Setengah padat

Setengah padat

Setengah padat

Setengah padat

S

F1

Setengah padat

Setengah padat

Setengah padat

Setengah padat

Setengah padat

S

F2

Setengah padat

Setengah padat

Setengah padat

Setengah padat

Setengah padat

S

F3

Setengah padat cenderung padat

Setengah padat cenderung padat

Setengah padat cenderung padat

Setengah padat cenderung padat

Setengah padat cenderung padat

S

Keterangan :

S    : Stabil

TS  : Tidak Stabil

Hasil pengujian stabilitas krim terhadap pengamatan perubahan kestabilan fisik berupa warna,bau, tekstur selama penyimpanan krim tidak mengalami perubahan, krim berwarna putih, berbau ciri khas VCO, dan bertekstur setengah padat.

 

 

 

 

b.      Homogenitas

Tabel 4.10 Uji Stabilitas Homogenitas

Formula

Warna

Ket

Hari Ke-

1

7

14

21

28

F0

Homogen

Homogen

Homogen

Homogen

Homogen

S

F1

Homogen

Homogen

Homogen

Homogen

Homogen

S

F2

Homogen

Homogen

Homogen

Homogen

Homogen

S

F3

Homogen

Homogen

Homogen

Homogen

Homogen

S

Keterangan :

S    : Stabil

TS  : Tidak Stabil

Hasil pengujian stabilitas krim terhadap homogenitas selama penyimpanan krim tidak perubahan, krim tetap homogen.

c.       Daya Sebar

Hasil pengujian stabilitas krim terhadap daya sebar adalah sebagai berikut:

Tabel 4.11 Hasil Pengamatan Daya Sebar Krim

Formula

Daya Sebar

Ket

Hari Ke-

1

7

14

21

28

MS

F0

1

5,5

5,5

5,3

5,3

5,2

2

5,7

5,6

5,6

5,5

5,3

3

5,6

5,5

5,3

5,3

5,1

Rata-rata

5,6

5,5

5,4

5,3

5,2

F1

1

5,7

5,6

5,5

5,4

5,3

MS

2

5,7

5,5

5,5

5,4

5,3

3

5,9

5,8

5,6

5,5

5,3

Rata-rata

5,7

5,6

5,5

5,4

5,3

F2

1

6,2

6,0

5,8

5,7

5,5

MS

2

6,0

5,9

5,7

5,6

5,4

3

5,9

5,9

5,7

5,6

5,5

Formula

Daya Sebar

Hari Ke-

 

1

7

14

21

28

Rata-rata

6,0

5,9

5,7

5,6

5,5

F3

1

5,7

5,5

5,3

5,3

5,2

MS

2

5,7

5,6

5,5

5,5

5,4

 

3

5,8

5,7

5,6

5,6

5,5

 

Rata-rata

5,7

5,6

5,4

5,4

5,3

 

Keterangan:  MS   = Memenuhi Syarat

                      TMS = Tidak Memenuhi Syarat

 

Gambar 4.3 Gambar Perubahan Rata-rata Daya Sebar Krim

Berdasarkan tabel daya sebar krim selama penyimpanan mengalami penurunan. Pada F0 daya sebar hari ke-1 dengan rata-rata 5,6 dan pada hari ke-28 5,2. Pada F1 daya sebar hari ke-1 5,7 dan pada hari ke-28 5,3. Pada F2 daya sebar hari ke-1 6,0 dan pada hari ke-28 5,5. Pada F3 daya sebar hari ke-1 5,7 dan pada hari ke-28 5,2.

 

B.     Pembahasan

Penelitian ini menggunakan VCO yang diolah dari kelapa tua dengan  ciri- ciri kelapa yaitu kulit ari coklat tua, belum terdapat tunas, memiliki air kelapa yang banyak, setelah dibuka tidak terdapat kentos (haustorium) (Banowati, Galuh, dkk, 2021:62). Kelapa tua yang diolah diperoleh dari desa Yosodadi Kota Metro. Kelapa tua diolah dengan metode cold-pressed, metode ini dilakukan pada suhu dingin dengan tanpa bantuan pengadukan. Pada metode cold-pressed stabilitas emulsi santan dipecah dengan teknik pendinginan, pembekuan dan pelelehan (Agarwal dan Bosco, 2017: 1-3).

Pembuatan VCO pada penelitian ini menggunakan kelapa parut dan air dengan perbandingan massa kelapa (kg) dan volume air (L) yaitu1:1. Daging kelapa yang telah diparut sebanyak 3 kg ditambahkan 3 liter air kemudian diperas dan didiamkan hingga terbentuk 2 lapisan (air dan santan). Santan yang telah terpisah dengan air kemudian didiamkan dalam pendingin selama 12 jam. Setelah membeku, santan difermentasi pada suhu kamar selama 12 jam hingga terbentuk 3 lapisan (minyak pada lapisanatas, blondo pada lapisan tengah dan air pada lapisan bawah). Minyak yang didapatkan dipisahkan dan disaring dari lapisan lainnya.

Penelitian ini juga menggunakan minyak biji kelor yang diperoleh dari CV. Happy Green dan sampel lidah buaya (Aloe vera L.) yang digunakan pada penelitian ini diperoleh dari Desa Yosodadi Kota Metro. Sebelum diolah lidah buaya (Aloe vera L.) sebanyak 500 gram disortasi basah lalu dicuci menggunakan air mengalir dan didiamkan diatas nampan sampai getah kuning lidah buaya keluar, hal ini dilakukan karena getah kuning mengandung antharquinone yaitu aloin yang dapat menyebabkan iritasi dan menimbulkan bau yang tidak sedap (Septiani, 2015: 5). Selanjutnya lidah buaya dibuat jus untuk diambil gelnya. Pemilihan pembuatan jus pada lidah buaya karena caranya yang sederhana dapat menghemat biaya dan waktu penelitian.

Pada penelitian ini, krim dipilih sebagai sediaan topikal karena memiliki beberapa keunggulan yaitu mudah menyebar rata, praktis, mudah dibersihkan, cara kerja yang berlangsung pada jaringan setempat, dan tidak lengket terutama pada krim tipe minyak dalam air (m/a) (Widodo, 2013: 170).

Pembuatan sediaan krim menggunakan prinsip peleburan dan emulsifikasi. Komponen yang tidak bercampur dengan air (fase minyak) seperti minyak dan lilin, dicairkan bersama-sama di dalam hot plate pada suhu 70-75°. Sementara itu, semua larutan berair (fase  air) yang tahan panas dan komponen yang larut dalam air dipanaskan pada suhu yang sama dengan fase minyak. Kemudian, fase air secara perlahan-lahan ditambahkan ke dalam fase minyak yang telah dipanaskan di dalam beaker glass sambil dimikser hingga terbentuk korpus emulsi dan terbentuk krim. Tujuan dilakukannya pencampuran fase minyak dan fase air pada beaker panas adalah untuk mencegah kristalisasi dari lilin/lemak (Widodo,2013 dalam Dilasari, 2019:6).

Masing-masing formula krim kemudian dievaluasi meliputi uji organoleptik yang terdiri dari warna, bau, dan tekstur, homogenitas, daya sebar, pH, dan uji stabilitas.

1.      Pengamatan Organoleptik (Warna, Bau, dan Tekstur)

Pengujian organoleptis dilakukan dengan menggunakan 3 indra yaitu penglihatan untuk melihat warna pada krim, penciuman untuk merasakan bau pada krim, dan perabaan untuk merasakan tekstur dari krim. Ini dilakukan untuk mengetahui krim yang dibuat sesuai dengan warna dan tekstur yang diguanakan (Soeba, 2018).

Hasil pengamatan warna pada seluruh formula yaitu berwarna putih. Warna putih yang dihasilkan disebabkan karena warna dari minyak VCO adalah putih, warna dari minyak biji kelor adalah kuning bening, namun tidak terbentuk warna kekuningan dan warna dari gel lidah buaya putih bening. Hal ini dikarenakan konsentrasi dari minyak biji kelor yang digunakan rendah.

Hasil pengamatan bau pada seluurh formula yaitu bau khas VCO. Bau yang dihasilkan disebabkan karena ada penambahan VCO yang pada dasarnya memiliki bau khas kelapa.

Hasil pengamatan tekstur pada seluruh formula menghasilan tekstur setengan padat. Gel lidah buaya uang ditambahkan tidak mempengaruhi tekstur dari sediaan krim karena yang ditambahkan dalam sediaan krim hanya dalam jumlah sedikit yaitu 8%. Sedangkan semakin tinggi konsentrasi VCO dihasilkan tekstur yang lebih padat.

2.      Homogenitas

Suatu sediaan dikatakan homogen apabila pada sediaan tersebut tidka terdpat butir-butir kasar dan warna tercampur merata, begitupun sebaliknya  (Rahma, M.A, 2020:55). Hasil uji homogenitas pada seluruh sediaan formula menghasilkan sediaan yang homogen, tidak terdap butir-butir kasar dan warna yang dihasilkan tercampur merata.

Homogenitas memperngaruhi efektivitas terapi, hal ini berhubungan dengan kadar obat yang sama pada setiap pemakaian. Kadar zat aktif dapat diasumsikan bahwa pada setiap pemakaian atau pengambilan akan selalu sama apabila sediaan krim yang digunakan telah homogen. Setiap bagian zat harus memiliki kesempatan yang sama untuk menempati tempat terapi dan begitupun sebaliknya setiap bagian terapi harus memiliki kesempatan yang sama pula untuk dapat kontak denga zat akti, karena pada dasarnya sediaan krim merupakan sediaan yang cara penggunaannya dioleskan pada tempat terapi. Kondisi ini dapat tercapai apabila sediaan krim yang digunakam sudah memenuhi syarat homogenitas (Swastika, 2013:137).

3.      Daya Sebar

Pengujian daya sebar dilakukan untuk mengetahui kecepatan penyebaran dari sediaan krim yang dihasilkan. Kemampuan penyebaran krim yang baik akan memberikan kemudahan saat sediaan diaplikasikan kekulit. Daya sebar yang baik yaitu 5 cm sampai 7 cm. Hasil pengukuran yang dilakukan oleh peneliti pada semua sediaan mulai dari F0 hingga F3 masing-masing memiliki rata-rata terendah 5,2 cm dan tertinggi 6,2 cm yang menunjukkan bahwa hasil pengukuran tersebut memenuhi range persyaratan nilai daya sebar yaitu 5-7 cm.

Semakin besar daya sebar, luas permukaan kulit yang kontak dengan krim akan semakin luas dan zat aktif terdistribusi dengan baik. Krim dapat dikatakan baik apabila memiliki daya sebar yang besar sehingga dapat diaplikasikan pada permukaan kulit yang luas tanpa penekanan yang berlebihan pada dasarnya daya sebar berkaitan dengan sifat penyebaran krim ketika digunakan pada sediaan topikal (Swastika, 2013:137).

 

4.      Derajat Keasaman (pH)

Pengukuran pH bertujuan untuk mengetahui apakah krim yang dibuat telah aman dan tidak mengiritasi kulit saat digunakan. Hasil pengujian pH dari semua sediaan yang dihasilkan memenuhi syarat pH kulit, yaitu antara 4,5-6,5. Nilai pH formula F0 sebesar 5,9, F1 sebesar 6,0, F2 sebesar 6,2, dan F3 sebesar 6,3. Semakin banyak VCO yang digunakan, maka pH akan semakin tinggi (Widyasanti, Qurrratu:ain, dan Nurjanah, 2017:79).

 

 

5.      Stabilitas

Pengujian stabilitas dilakukan oleh peneliti dengan cara dievaluasi selama 28 hari yang meliputi organoleptik, homogenitas, dan day asebar apakah terjadi perubahan selama penyimpanan pada suhu kamar.

Hasil pengujian stabilitas yang dilakukan oleh peneliti sebagai berikut:

a.       Pengujian organoleptik (Warna, Bau, dan Tekstur)

Pengujian stabilitas terhadap pengamatan organoleptis dilakukan oleh peneliti dengan mengamati warna, bau, dan tekstur apakah terjadi perubahan selama penyimpanan pada suhu kamar. Perubahan dapat disebabkan oleh oksigen dari udara yang mengoksidasi lemak atau minyak, selain itu cahaya merupakan salah satu kasilitator yang juga dapat menimbulkan reaksi oksidasi (Tiwari, 2014 dalam Wulandari, 2016:44). Kemudian diamati hari ke-1, ke-7, ke-14, ke-21 dan ke-28. Hasil yang didapatkan bahwa seluruh formula tidak mengalami perubahan baik itu perubahan warna, bau, dan tekstur. Krim berwarna putih, bertekstur setengah padat dan tidak menimbulkan bau tengik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa fase minyak yang terdapat dalam sediaan krim tidak mengalami oksidasi. Dengan demikian sediaan krim kombinasi VCO, minyak biji kelor dan gel lidah buaya dari pengamatan stabilitas berupa warna, bau, dan tekstur menunjukan hasil yang stabil.

b.      Homogenitas

Pengujian stabilitas terhadap homogenitas krim dilakukan oleh peneliti dengan mengamati ada atau tidaknya partikel-partikel kasar pada kaca objek selama penyimpanan pada suhu kamar. sediaan krim yang stabil menunjukan homogenitas yang baik selama penyimpanan (Idson, 1994 dalam Pratama, 2018:72). Kemudian diamati pada hari ke-1, ke-7, ke-14, ke-21, ke-28. Hasil pengamatan selama penyimpanan sediaan krim tidak ada perubahan homogenitas. Dengan demikian sediaan krim kombinasi VCO, minyak biji kelor, dan gel lidah buaya dari pengamatan stabilitas berupa homogenitas menunjukan hasil stabil.

c.       Daya Sebar

Dari hasil pengamatan kestabilan daya sebar krim kombinasi VCO, minyak biji kelor, dan gel lidah buaya selama 28 hari penyimpanan di suhu kamar pada keempat formula dapat dilihat rentang daya sebar sediaan sebesar 5,2 cm- 6 cm, pengamatan dilakukan pada hari ke-1, hari ke-7, hari ke-14, hari ke-21, dan hari ke-28. Dengan rincian pada formula 5,5 cm- 5,2 cm, formula F1 5,7 cm- 53 cm, formula F2 6,0 cm – 5,5 cm, dan formula F3 5,7 cm-5,3 cm. Daya sebar krim cenderung mengalami penurunan setelah disimpan selam 28 hari. Hal ini disebabkan karena komponen air dalam krim berkurang sehingga kekentalan krim meningkat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa selama penyimpanan pada sediaan mulai dari F0 hingga F3 telah memenuhi persyaratan daya sebar yakni berkisar 5 cm- 7 cm.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

 

 

A.    Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:

1.      Seluruh sediaan krim kombinasi VCO, minyak biji kelor dan gel lidah buaya berwarna putih, berbau khas VCO dan tekstur yang dihasilkan setengah padat.

2.      Seluruh sediaan krim kombinasi VCO, minyak biji kelor dan gel lidah buaya merata homogen.

3.      Seluruh sediaan krim kombinasi VCO, minyak biji kelor dan gel lidah buaya memenuhi syarat diameter daya sebar.

4.      Seluruh sediaan krim kombinasi VCO, minyak biji kelor dan gel lidah buaya memenuhi syarat pH kulit.

5.      Hasil uji stabilitas yang meliputi uji organoleptik (warna, aroma dan tekstur), uji daya sebar, uji homogenitas yang dilakukan selama 28 hari bahwa selurug sediaan stabil dan memenuhi syarat mutu krim.

B.     Saran

Dari penelitian yang telah dilakukan, peneliti menyarankan untuk:

1.      Disarankan bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan uji iritasi untuk menentukan ada tidaknya efek iritasi pada kulit.

2.      Disarankan bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan uji kesukaan

3.      Disarankan bagi peneliti selanjutnya untuk penggunaan gel lidah buaya bisa diganti dengan pembuatan ekstrak gel lidah buaya.

 

 

 

 

 


DAFTAR PUSTAKA

 

Ahmad, M.I., Mandey, L.C., Langi, T.M., dan Kandou, J.E. 2013. Pengaruh Perbandingan Santan dan Air terhadap Rendemen, Kadar Air dan Asam Lemak Bebas (FFA) Virgin Coconut Oil (VCO). Dalam COCOS (Vol. 3, No. 6).

 

Aryani, R. (2019). UJI EFEKTIVITAS KRIM PELEMBAB YANG MENGANDUNG GEL DAUN LIDAH BUAYA (Aloe vera Linn.) DAN ETIL VITAMIN C. Jurnal Ilmiah Farmasi Farmasyifa, 2(1), 52–61. https://doi.org/10.29313/jiff.v2i1.4203

 

Anief, M. 2010. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 231 Halaman

 

Anwar, C dan Reza, S. 2016. Perubahan Rendemen dan Mutu Virgin Coconut Oil (VCO) pada Berbagai Kecepatan Putar dan Lama Waktu Sentrifugasi. Jornal Teknotan. 10(2): 51-61.

 

Draelos, Z. D. (2013). Modern Moisturizer Myths, Misconceptions, and Truths.Therapeutics for the Clinician. 91 (2): 308-314

 

Draelos, Z.D. dan Thaman L.A. (2006).Cosmetic Formulation of Skin CareProducts.New York Taylor & Francis. Halaman 89, 96-98

 

Dzakwan, M, 2019, Nanoenkapsulasi Minyak Biji Kelor, Jurnal Ilmiah Farmasi Farmasyifa, Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi, Surakarta.

 

Garg, Alka, at all. 2002. Spreading of Semisolid Formulations. USA: Pharmaceutical Technology

 

Garg A., Aggarwal D., Garg S., Sigla A.K. 2002. Spreading of Semisolid Formulation: An Update. Pharmaceutical Technology. September 2002: 84-102

 

Khoirini, F, 2018, Gel Lidah Buaya Dalam Mengurangi Pruritus. Journal Of Nursing and Public Health, Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Bengkulu.

 

Krisnadi, A Dudi.2015. Kelor Super Nutrisi. Blora: Pusat Informasi dan Pengembangan Tanaman Kelor Indonesia.36 halaman.

 

Kemenkes RI. (2020). Farmakope Indonesia edisi VI. In Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

 

Maisarah, 2019. Panduan Budidaya Lidah Buaya. Jawa Tengah: Desa Pustaka Indonesia. 86 halaman.

 

Menteri Kesehatan RI. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1176/Menkes/Per/VIII/2010 Tentang Notifikasi Kosmetika. Jakarta:

 

Muliyawan, D dan N. Suriana2013. A-Z Tentang Kosmetik.PT.Gramedia. Pustaka Utama.Jakarta. Hal 241

 

Natalia, Rafika Sari, Liza Pratiwi, 2015. Formulasi Krim Antiacne dari Ekstrak Rimpang Temulawak dengan Variasi Emulgator Span 80 dan Tween 80. Penelitian. Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura. Pontianak

 

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. 236 halaman

 

Novita, D, 2016, Aktivitas Antioksidan Senyawa Flavonoid dan Vitamin C Ekstrak Buah Kersen (Muntingia calabura), Skripsi, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember.

 

Novilla, A. Perdina, N dan Wikan, M. KomposisiAsam Lemak MinyakKelapaMurni (Virgin Coconut Oil) yang Berpotensi Sebagai Anti Kandidiasis. Jurnal Kimia dan Pendidikan. 2(2): 161-173.

 

Pratama, A. S, 2018, Formulasi dan Evaluasi Krim Ekstrak Kulit Mangium (Acacia mangium W.) dengan Variasi Tween 80 dan Span 80 Sebagai Emulgator, Karya Tulis Ilmiah, Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Palembang.

 

Purwatiningrum, 2015. Formulasi dan Uji Sifat Fisik Emulsi Minyak Jarak (Oleum ricini) dengan Perbedaan Emulgator Derivat Selulosa. e-journal, Politeknik Harapan Bersama, Tegal.

 

Prianto.J. (2014).Cantik Panduan Lengkap Merawat Kulit Wajah. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama . Halaman 60, 118-145 

 

Rahayu, 2019. Budidaya Lidah Buaya Si Tanaman Ajaib. Tangerang: Loka Aksara. 65 halaman.

 

Rahmawati,E.,danN.Khaerunnisya.(2018).PembuatanVCO(VirginCoconutOil)denganProsesFermentasidanEnzimatis.JurnalofFoodandCulinary.1(1):1-6.http://journal2.uad.ac.id/index.php/jfc/article/view/1575.

 

Rahma, M. A, 2020. Formulasi Sediaan Krim Antijerawat Ekstrak Rimpang Temulawak (Curcuma Xanthorrhiza Roxb.) Dengan Variasi Formula, Laporan Tugas Akhir, Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Tanjungkarang.

 

Rowe, R. C., Sheskey, P. J., & Quinn, M. E. (Ed). 2009. Pharmaceutical of Handbook Excipients. Pharmaceutical Press. 917 Halaman.

 

Rowe, R.C., Sheskey, P.J., dan Quinn, M.E. (2009). Handbook of Pharmaceutical Excipients.Edisi Keenam. London: Pharmaceutical Press. Halaman 75, 155, 243,290, 441-442, 428,754.

 

Sari, A. N, 2015, Antioksidan Alternatif Untuk Menangkal Bahaya Radikal Bebas Pada Kulit, Journal of Islamic Science and Technology, Universitas Islam Negeri Ar Raniry, Banda Aceh.

 

Sari, R.A, 2020, Formulasi Sediaan Gel Facial Wash Anti Jerawat Ekstrak Etanol Daun Pepaya (Carica Papaya L.) Dengan Variasi Konsentrasi Carbopol, Laporan Tugas Akhir, Jurusan Farmasi Poltekkes Tanjungkarang

 

Setyaningsih, D., Apriyantono, A., dan Sari, M. P, 2018. Analisis Sensori Untuk Industri Pangan dan Agro. Bogor: IPB Press. 177 halaman.

 

Suryani, A., Hambali, E., & Kurniadewi, H, 2005, Kajian Penggunaan Lidah Buaya (Aloe Vera) dan Bee Pollen Pada Pembuatan Sabun Opaque. Jurnal Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor, Jawa Barat.

 

Surjushe, A., Vasani, R., dan Saple, D. G, 2015, Aloe Vera: A Short Review. Indian Journal Of Dermatology

 

Suwahyono, U, 2008. Khasiat Ajaib si Pohon Gaib. Yogyakarta: Lily Publisher. 92 halaman.

 

Swastika, A., Mufrod., & Purwanto, 2013. Aktivitas Antioksidan Krim Ekstrak Sari Tomat. Fakultas Farmasi, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

 

Tranggono R.I dan Latifah F. 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama. 223 halaman.

 

Tricaesario, C., & Widayati, R, 2016, Efektivitas Krim Almond Oil 4% Terhadap Tingkat Kelembapan Kulit, Jurnal Kedokteran Diponegoro, Semarang.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

LAMPIRAN


 

 

 

 

 

 

 

 

 

Lampiran 1. Skema Kerja Pembuatan Virgin Coconut Oil (VCO)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Lampiran 2. Skema Kerja Pembuatan Jus Lidah Buaya (Aloe vera L.)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Text Box: Didapatkan hasil dan dimasukkan ke wadah 

 

 

 

 

 

 

 

 

Text Box: Ditimbang masing – masing bahan sesuai formulasiLampiran 3. Skema Kerja Pembuatan Krim Kombinasi Virgin Coconut Oil (VCO) dan Minyak Biji Kelor (Moringa oleifera L.)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Lampiran 4. Perhitungan Penimbangan Bahan

PERHITUNGAN PENIMBANGAN BAHAN FORMULA SEDIAAN KRIM KOMBINASI VCO DAN MINYAK BIJI KELOR (Moringa oleifera L.)

Formula yang digunakan:

Acidi Sterainci            10

Cerae albi                    2

VCO                           1

Minyak biji kelor         3

Aloe vera                     8

Emulsifying                 1,5

Propylene glycoli        8,0

Aquadest                     ad 100

Nipagin                       q.s

Nipasol                        q.s

Formula krim kombinsi VCO dan minyak biji kelor dalam %

Komposisi

Kegunaan

Formula %

F0

(%)

F1

(%)

F2

(%)

F3

(%)

Fase A

VCO

Zat Aktif

0

1

5

7

Minyak Biji Kelor

Zat Aktif

3

3

3

3

Asam Stearat

Pengemulsi

10

10

10

10

Cera Alba

Pengemulsi

2

2

2

2

Emulsifying wax

Emulgator

1,5

1,5

1,5

1,5

Nipasol

Pengawet

0,015

0,015

0,015

0,015

Fase B

Gel Lidah Buaya

Zat Aktif

8

8

8

8

Propilenglikol

Pelarut

8

8

8

8

Nipagin

Pengawet

0,1

0,1

0,1

0,1

Aquadest

Pelarut

67,4

66,4

62,4

60,4

Perhitungan bahan formulasi krim kombinasi VCO dan minyak biji kelor dari formula dalam % ke dalam sediaan 30 gram :

1.      F0

VCO                           = x 30 g     = 0 g

Aquadest                     =x 30 g     = 20,22 g

2.      F1

VCO                           = x 30 g     = 0,3 g

Aquadest                     = x 30 g    = 19,92 g

3.      F2

VCO                           = x 30 g = 1,5 g

Aquadest                     =x 30 g = 18,72 g

4.      F3

VCO                           = x 30 g = 2,1 g

Aquadest                     =x 30 g = 18,12 g

5.      Minyak BijiKelor        =  x 30 g = 0,6 g

6.      Asam stearat               =   x 30 g = 2 g

7.      Cera alba                     =   x 30 g = 0,6 g

8.      Emulsifying wax         =  x 30 g = 0,45 g

9.      Gel lidah buaya           =  x 30 g = 2,4 g

10.  Propilenglikol              = x 30 g = 2,4 g

11.  Nipagin                       =  x 30 g = 0,03 g

12.  Nipasol                        =  x 30 g = 0,0045 g

 

 

 

Lampiran 5. Dokumentasi Pembuatan VCO

 

Text Box: Kelapa yang sudah diparut sebanyak 3 kg dan diberi air 3 L , disaring hingga didapatkan santanText Box: Santan dimasukkan ke plastik lalu Didiamkan dalam pendingin 2°-10°C selama 12 jam

                              

Text Box:  Didiamkan kemudian dipindahkan ke suhu kamar 20°-25°C selama 12 jam dan Terbentuk 3 lapisan
 

 


 

                       

Text Box: Minyak dipisahkan dari lapisan lainya

Text Box: Didapatkan minyak sebanyak 280 ml
 

 

 


Link video pembuatan VCO

https://drive.google.com/file/d/1mBLj7aWDL_mmooXm0xx2IheaLs2Hlyet/view?usp=drivesdk

Lampiran 6. Dokumentasi Pembuatan Jus Lidah Buaya

Text Box: Dihancurkan lidah buaya menggunakan blenderText Box: Lidah buaya segar diambil gelnyaText Box: Lidah buaya segar yang telah disortasi basah sebanyak 500 gr              

 

 

 

Text Box: Diperoleh jus lidah buaya sebanyak 250 mlText Box: Penyaringan lidah buaya setelah diblender       

 

 

 

 

 

Lampiran 7. Dokumentasi Pembuatan Sediaan

Text Box: Dilebur fase minyak dan dipanaskan fase airText Box: Timbang semua bahan-bahan yang dibutuhkan untuk pembuatan krim                          

 

 

Text Box: Dimasukkkan ke dalam wadah krim                           

Text Box: Dicampurkan kedua fase kemudian mixer 

 


               

                   

Lampiran 8. Dokumentasi Evaluasi Sediaan

Text Box: Uji Organoleptis

 

 

Text Box: Uji Homogenitas
 

 


Text Box: Uji Daya Sebar 

 


Text Box: Uji pH
 

 


Text Box: Uji Stabilitas Hari Ke-0Text Box: Uji Stabilitas Hari Ke-7

 

Text Box: Uji Stabilitas Hari Ke-21Text Box: Uji Stabilitas Hari Ke-14    

 

Text Box: Uji Stabilitas Hari Ke-28

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Lampiran 9. Sertifikat Analisis Minyak Biji Kelor

 

 

 

 

 

Lampiran 10. Surat Izin Penelitian

 

Lampiran 11. Lembar Perbaikan

 

 

Lampiran 12. Lembar Konsul

Tidak ada komentar: