Rabu, 21 Desember 2022

SKRIPSI HUBUNGAN MEKANISME KOPING DENGAN KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK ANUGERAH MEDICAL CENTER KOTA METRO LAMPUNG

 


 

 

 

 

 

 

 


HUBUNGAN MEKANISME KOPING DENGAN KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI SECTIO CAESAREA

DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK

ANUGERAH MEDICAL CENTER

 KOTA METRO LAMPUNG

 

 

 

 

 

PROPOSAL SKRIPSI

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

POLTEKKES TANJUNGKARANG KEMENKES RI

JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

BANDAR LAMPUNG

TAHUN 2023

 

 

 

 

 


BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Pre operasi merupakan bagian dari keperawatan perioperative dan merupakan persiapan awal sebelum melakukan tindakan operasi. Menurut Kozier (2010) fase pra operatif dimulai Ketika keputusan untuk melakukan pembedahan dibuat dan berakhir Ketika klien dipindahkan ke meja operasi. Tindakan operasi yang direncanakan dapat menimbulkan respon fisiologi dan psikologi pada pasien. Respon psikologi yang biasanya terjadi pada pasien pre operasi yaitu kecemasan.

Menurut World Health Organization (WHO) 2016, ada sekitar 3,6%  dari seluruh manusia di dunia mengalami gangguan kecemasan. Menurut Riskesdas (2018), prevalensi di Indonesia menunjukkan angka sebesar 9,8% yang terjadi gangguan kecemasan. Prevalensi anggota keluarga yang mengalami kecemasan dari beberapa penelitian rata-rata adalah 35%-73%. Pada penelitian yang dilakukan oleh Astuti, Neneng, Sulastri, Yesi (2012), menunjukkan bahwa sebanyak 72% keluarga mengalami kecemasan dengan tingkat kecemasan yang beragam yaitu ringan, sedang, hingga berat. Penelitian lain yang dilakukan oleh Anggraeni, Baiq, Noviani, Wulan (2015), didapatkan bahwa sebanyak 38,1% keluarga pasien pre operasi sectio caesarea mengalami kecemasan berat.

Beberapa pasien yang mengalami kecemasan berat terpaksa harus menunda waktu operasi karena merasa belum siap secara psikologis untuk operasi. Sehingga perlu dibentuk mekanisme koping untuk membantu pasien mengatasi rasa takut dan cemas, seperti berdoa, kehadiran orang terdekat pasien, tingkat perkembangan pasien, dan factor pendukung seperti usia dewasa, pengetahuan yang baik terkait pengetahuan penyakit, dan status ekonomi adalah salah satu faktor yang berperan besar dalam persiapan operasi. Dimana dana yang cukup dibutuhkan akan mengurangi kecemasan pasien menghadapi operasi yang akan dating (Fazdria & Harahap, 2019).

            Berdasarkan data yang di peroleh dari Word Health Organization (WHO) 2018, menetapkan standar rata-rata sectio caesarea sekitar 5-15% per 1.000

 kelahiran dunia. Tingkat kelahiran sectio caesarea hamper di seluruh negara mengalami peningkatan, baik negara berkembang maupun negara maju. Peningkatan prevalensi sectio caesarea menjadi 46% di Cina dan 25% di Asia, Eropa, dan Amerika Latin  (Viandika & Septiasari, 2020). Sectio caesarea merupakan tindakan yang banyak menimbulkan kecemasan. Kecemasan terjadi Ketika seseorang merasa terancam baik fisik maupun psikologisnya. Pasien yang akan menjalani prosedur pra operasi seringkali merasa gelisah atau tidak tenang, misalnya sulit tidur, detak jantung tidak terartur, perasaan tidak nyaman, sangat khawatir dan dapat menimbulkan kecemasan. Ansietas adalah suatu perasaan takut yang tidak menyenangkan dan tidak dapat dibenarkan yang disertai gejalan fisiologis, sedangkan pada gangguan ansietas terkandung unsur penderitaan yang bermakna dan gangguan fungsi yang disebabkan oleh kecemasan tersebut  (Aziz, Retnaningtyas, & Sindharti, 2020)

Kecemasan dan depresi ibu hamil pada negara maju sekitar 7-20% dan di Negara berkembang sekitar lebih dari 20%. Prevalensi kecemasan selama kehamilan dibeberapa negara yaitu diantaranya di Bangladesh sebesar 18% Cina 20,6% dan Pakistan 18%. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Mandagi dkk (2013) di Indonesia terdapat sekitar 28,7% ibu hamil yang mengalami kecemasan pada trimester III. Kecemasan selama kehamilan berdampak negatif pada ibu hamil sejak masa kehamilan hingga persalinan, seperti kelahiran prematur bahkan keguguran.  

            Prosedur tindakan operasi merupakan suatu terapi dalam dunia medis yang kemungkinan dapat menimbulkan perasaan takut, cemas hingga stress, karena nyeri. Peran perawat sangat penting dalam keberhasilan setiap tindakan operasi atau pembedahan, yaitu salah satunya untuk membantu pasien memahami tentang tindakan-tindakan yang akan dilakukan dengan cara memberikan informasi yang benar agar dapat mengurangi bahkan menghilangkan rasa cemas yang di alami oleh klien (Rismawan 2019). Kecemasan sangat mempengaruhi fungsi tubuh pada tindakan operasi dan dapat mengganggu rencana atau proses pembedahan yang akan dijalani, sehingga perawat perlu mengidentifikasi dan mengurangi kecemasan yang di alami pasien melalui tata laksana mandiri yang dapat di lakukan perawat (Kholifah, 2014). Pada saat setelah pasien menyetujui akan di lakukannya tindakan operasi, pasien akan mengalami kecemasan dengan tindakan yang akan di lakukan terhadap dirinya. Sebagai perawat kita harus mengidentifikasi faktor apa saja yang mempengaruhi pasien mengalami kecemasan dan perawat juga dapat melakukan tindakan yang dapat mengurangi kecemasan pada pasien pre operasi.

            Mekanisme pertahanan diri (koping) adalah cara yang di lakukan individu dalam menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan, serta respon terhadap situasi yang mengancam. Dalam aliran psikoanalisa dari Sigmund Freud, factor penyebab perlunya di lakukan mekanisme pertahanan diri adalah kecemasan, bila kecemasan sudah membuat seseorang merasa sangat terganggu, maka ego perlu menerapkan mekanisme pertahanan diri untuk melindungi individu dari rasa bersalah yang menyertai persaan cemas. Pasien dapat menghadapi kecemasan tergantung mekanisme koping yang di miliki. Pasien  yang tidak menggunakan mekanisme koping dengan benar dapat gagal beradaptasi terhadap masalah, mengakibatkan penyakit fisik dan mental  (Keliat, 2020).

Preoperatif  sectio caesarea  akan  beradaptasi pada  respon    fisiologis  yang  biasanya mengalami  perubahan  pada  sistem kardiovaskuler,  pernapasan, neuromuskular,  gastrointestinal,  serta saluran perkemihan dan respon psikologis biasanya mengalami  perubahan  perilaku, kognitif  dan  afektif. di  samping itu  juga berpengaruh  terhadap  dukungan  dari pasangan  dan  keluarga  (sosial),  serta spiritualitas  (spiritual).  Pasien  nantinya akan  mempertahankan diri    pada   fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dalam kesiapan  ibu  untuk  menjalani  sectio caesarea emergensi  sehingga  terbentuknya mekanisme  koping  adaptif  atau  dapat kemungkinan  maladaptif  (Roy,  1984 dalam Alligood, 2014).  

            Data dari peneliti sebelumnya di beberapa negara maju, misalnya di Belanda, persentase sectio caesarea kecil, yaitu sekitar 9 – 13%. di Amerika sekitar 22%, tetapi di Indonesia, pada tahun 2019 Presentasenya cukup besar, yaitu lebih dari 50%, terutama di rumah sakit-rumah sakit swasta. Berdasarkan data di RSU Delima Medan pada bulan Januari tahun 2015 sampai Januari 2019 tercatat sectio caesarea sebesar 816 persalinan sehingga rata-rata perbulan jumlah ibu bersalin dengan sectio caesarea sebanyak 62 orang dengan presentase setiap bulan sebesar 13,16 % persalinan (Medical Record, 2019). Berdasarkan hasil wawancara dan observasi pada survey pendahuluan pada 5 orang ibu bersalin yang akan menghadapi menghadapi Sectio Caesarea, mengatakan sangat cemas dan stres yang cukup menggangu pada waktu akan menghadapi operasi, sehingga pada saat akan mendekati waktu operasi, pasien pre operatif akan melakukan cara – cara untuk mengatasi rasa cemas dan stres dalam menghadapi Sectio Caesarea yang akan dijalaninya.

            Bagi pasien yang mengalami keluhan utama kecemasan pra operasi, maka pasien akan berusaha melakukan sesuatu untuk meredakan kecemasan, ini adalah bagian dari mekanisme koping. Pasien dapat mengatasi kecemasan sesuai dengan mekanisme koping mereka sendiri. Penderita yang tidak menggunakan mekanisme koping dengan baik tidak akan mampu beradaptasi dengan masalah yang mengakibatkan pada penyakit fisik dan mental. Pasien dengan kemampuan pengendalian diri yang baik akan merespon emosi dalam situasi tertentu dan melakukan tindakan yang tepat melalui mekanisme koping adaptif (Hartanti & Anisa, 2019). Pasien dengan mekanisme koping adaptif akan berbicara dengan orang lain, memecahkan masalah secara efektif, dan melakukan teknik relaksasi dan aktifitas konstruktif, sementara pasien dengan mekanisme maladaptif tidak akan dapat sepenuhnya menyelesaikan maslah seperti tidak makan, marah-marah, mudah tersinggung, menyeraang dan aktifitas destruktif (Stuart, 2016).

Hasil studi Silaen et al. (2014) menyebutkan mekanisme koping yang cenderung adaptif yang dapat di gunakan ibu hamil dengan kecemasan adalah bercerita dengan suami dan keluarga, menggunakan dukungan sosial, beribadah, mencari informasi, dan distraksi deperti dengan cara menonton televisi. Sedangkan mekanisme koping yang cenderung maladaptif yang mungkin di gunakan seperti tindakan berlebihan, ketergantungan alkohol dan obat-obatan, mencelakai diri, dan penolakan terhadap kondisi diri sendiri. Untuk mengatasi kecemasan, maka petugas kesehatan yang memberikan pelayanan Kesehatan wajib memberikan pendidikan kesehatan tantang cara menggunakan strategi koping yang dapat di gunakan saat mengalami kecemasan yang bertujuan agar ibu hamil dapat mengetahui sumber koping dan mekanisme koping yang tepat bagi dirinya  (Fironika, 2018). Penelitian yang di lakukan oleh (Bahsoan, 2013) menunjukkan bahwa responden dengan koping adaptif menunjukkan derajat kecemasan yang paling ringan, sedangkan pasien dengan koping maladaptive menunjukkan kecemasan yang parah, hal ini menunjukkan bahwa semakin adaptif koping pasien maka semakin rendah derajat kecemasan. Sebaliknya, semakin maladaptive kopingnya, kecemasan responden semakin parah.

Menurut penelitian yang di lakukan oleh (Ningsih I, Dewi, Maryati, Suci, 2019) di Rumkit TK IV 02.07.01 Bengkulu, Penelitian ini di lakukan terhadap 42 orang ibu pre operasi Sectio Caesarea. 13 responden mengalami cemas ringan, 5 orang dalam kategori sedang dan 24 orang dengan tingkat kecemasan berat. Penelitian terkait yang dilakukan oleh (Hartanti & Anisa, 2019) berjudul hubungan mekanisme koping dengan tingkat ansietas pasien sectio caesarea di RSUD Sleman Yogyakarta tahun 2018. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sebagian besar responden memiliki mekanisme koping adaptif dan tidak mengalami kecemasan yaitu 4 orang (9,5%). Responden yang menggunakan mekanisme koping maladaptif sebanyak 4 (9,5%) mengalami kecemasan berat, dan 5 (11,9%) responden yang menggunakan mekanisme koing adaptif namun mengalami kecemasan berat.

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan  di Ruang Bersalin Rumah Sakit Ibu dan Anak Anugerah Medical Center Kota Metro untuk data mengenai perpanjangan durasi persalinan berdasarkan catatan persalinan dalam partograf data 3 bulan terakhir tahun 2022 pada bulan September terdapat 14 ibu dengan kecemasan pre operasi sectio caesarea. bulan Oktober sebanyak 19 ibu dan pada bulan November sebanyak 22 ibu. Hal ini menunjukkan angka kejadian perpanjangan durasi kecemasan ada peningkatan setiap bulannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui mekanisme koping terhadap pasien pre operasi sectio caesarea pada di RSIA Anugerah Medical Center Kota Metro.

Berdasarkan data yang diperoleh penulis bermaksud melakukan penelitian untuk mengetahui respon pasien yang mampu menyesuaikan diri terhadap situasi yang mengancam dirinya apakah berpengaruh terhadap kecemasan yang dirasakannya, dengan judul hubungan mekanisme koping dengan kecemasan pasien pre operasi sectio caesarea di RSIA Anugerah Medical Center Kota Metro Provinsi Lampung.

B.     Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: Apakah ada hubungan mekanisme koping dengan kecemasan pada pasien pre operasi Sectio Caesarea di RSIA Anugerah Medical Center Kota Metro Provinsi Lampung.

C.    Tujuan Penelitian

1.      Tujuan Umum

Mengetahui hubungan mekanisme koping dengan kecemasan pasien pre operasi Sectio Caesarea di RSIA Anugerah Medical Center Metro Provinsi Lampung.

2.      Tujuan Khusus

a.       Mengetahui distribusi frekuensi mekanisme koping pasien pre operasi sectio caesarea di RSIA Anugerah Medical Center  Metro Provinsi Lampung.

b.      Mengetahui distribusi frekuensi kecemasan pasien pre operasi section caesarea di RSIA Anugerah Medical Center Metro Provinsi Lampung.

c.       Mengetahui hubungan mekanisme koping dengan kecemasan pasien pre operasi sectio caesarea di RSIA Anugerah Medical Center Metro Provinsi Lampung.

 

D.    Manfaat Penelitian

1.      Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat menjadi masukan dan sebagai pengembangan ilmu keperawatan dalam melakukan penelitian lebih lanjut terutama dibidang keperawatan jiwa, dapat menambah informasi dalam memberikan referensi baru pada kasus kecemasan tentang pentingnya mekanisme koping pasien pre operasi sectio caesarea.

2.      Manfaat Aplikatif

a.       Bagi RSIA Anugerah Medical Center Kota Metro

Penelitian ini di harapkan dapat menjadi sumber informasi dan sebagai masukan bahan pertimbangan untuk alternatif tindakan yang tepat guna meningkatkan pelayanan di rumah sakit.

b.      Bagi Prodi Sarjana Terapan Poltekkes Tanjungkarang

Menambah khasanah penelitian di bidang keperawatan dan sebagai masukan dan informasi, sekaligus data awal untuk melakukan penelitian selanjutnya.

c.       Peneliti berikutnya

Sebagai sumber informasi bagi pengembangan penelitian berikutnya untuk mengoptimalkan fungsi perawat dalam penatalaksanaan asuhan keperawatan kepada pasien pre operasi section caesarea.

 

E.     Ruang Lingkup Masalah

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan mekanisme koping      dengan kecemasan pasien pre operasi section caesarea. Penelitian ini akan  dilaksanakan pada bulan maret 2023 di RSIA Anugerah Medical Center Metro Provinsi Lampung, populasi penelitian ini adalah semua pasien pre operasi sectio caesarea di RSIA Anugerah Medical Center Metro Provinsi Lampung dengan sampel sebanyak 40 responden. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan desain analitik korelasional dan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling dan menggunakan instrument yaitu kuisioner mekanisme koping dan kuisioner kecemasan menggunakan alat ukur ZS-RAS (Zung Self-Rating Anxiety Scale), untuk mengetahui distribusi mekanisme koping dan kecemasan pasien pre operasi sectio caesarea.

 

 

 

 


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

 

A.    Deskripsi Konseptual

1.      Konsep Kecemasan

a.      Definisi Kecemasan

Kecemasan adalah perasaan ketidakpastian, kegelisahan, ketakutan, atau ketegangan yang di alami seseorang dalam berespons terhadap objek atau situasi yang tidak di ketahui. Keputusan “lawan-atau -lari” di buat oleh orang tersebut  dalam upaya untuk mengatasi konflik , stress, trauma, atau frustasi  (Louise, 2012). Menurut American Psychiatric Association (APA, 2013), kecemasan adalah perasaan tidak nyaman, ketakutan atau ketakutan terkait dengan antisipasi bahaya, yang sumbernya sering tidak spesifik atau tidak diketahui. Kecemasan dianggap sebagai gangguan (patologis) ketika ketakutan dan kecemasan berlebihan (dalam konteks budaya) serta ada hubungan dengan gangguan pada fungsi sosial dan pekerjaan (Townsend and Morgan, 2017 dalam, Swarjana, 2022). Kecemasan dapat juga di definisikan sebagai perasaan tidak nyaman, gugup, khawatir tentang sesuatu yang sedang terjadi atau mungkin terjadi di waktu mendatang (Xi, 2020). Kecemasn merupakan keadaan mental dan dapat menjadi reaksi normal dan teratur, dapat di lihat di seluruh budaya manusia dan spesies hewan tertentu. Beberapa masalah medis dan Kesehatan masyarakat yang paling menonjol, seperti kecemasan atau depresi, merupakan kelainan atau gangguan emosi (Wiedemann & Eppendorf, 2015).

b.      Tingkat Kecemasan

Menurut (Stuart, 2013), tingkat ansietas sebagai berikut:

1)   Ansietas ringan, berhubungan dengan gambaran dalam kehidupan sehari-hari, ansietas ini menyebabkan individu menjadi waspada dan meningkatkan lapang persepsinya. Ansietas dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas

2)   Ansietas sedang, memungkinkan individu untuk berfokus pada hal yang

3)   penting dan mengesampingkan yang lain. Ansietas ini mempersempit lapang persepsi individu. Dengan demikian, individu mengalami tidak memperhatikan yang selektif namun dapat berfokus pada lebih banyak area yang diarahkan untuk melakukan.

4)   Ansietas berat, sangat mengurangi lapang persepsi individu. Individu cenderung berfokus pada sesuatu yang spesifik dan spesifik serta tidak berfikir tentang hal lain. Semua perilaku untuk memberikan pesan. Individu tersebut memerlukan banyak arahan untuk berfokus pada area lain.

5)   Tingkat panik dari ansietas berhubungan dengan terperangah, ketakutan, dan terror. Hal yang rinci terpecah dari proporsinya. Karena mengalami kehilangan kendali, individu yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan arahan. Panik jiwa seseorang yang kepribadian dan peningkatan jiwa, menurunnya kemampuan untuk dengan orang lain,, persepsi yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat ansietas ini tidak sejalan dengan kehidupan, jika berlangsung terus dalam waktu yang lama, dapat terjadi mati dan kematian.

c.       Faktor yang mempengaruhi kecemasan

 (Ibrahim, 2012) mendeskripsikan tentang faktor penyebab kecemasan dari faktor biologis dan psikososial yang dapat di uraikan berikut ini:

1)      Faktor Biologis

Neurotransmitter dari otak yang ada di dalam tubuh manusia merupakan pemicu kecemasan. Terjadi penurunan metabolisme pada area ganglia basalis dan substansia putih. Namun sesungguhnya sedikit di dapatkan pasien yang mengalami kecemasan yang penyebabnya hanya dari faktor biologis atau neurologis. Penyebab kecemasan mayoritas akibat faktor lingkungan dan psikososial (Sarwono & Meinarno, 2018).

2)      Faktor Psikologis

Faktor psikologis dapat di lihat dari pandangan psikoanalitik, pandangan interpersonal, dan pandangan perilaku sebagai berikut:

 

 

a)      Pandangan Psikoanalitik

Sigmund Feud teori psikoanalitik menyampaikan bahwa munculnya kecemasan di akibatkan karena hasil dari konflik yang tidak terselesaikan dan tidak di sadari antara implus untuk agresif atau libidinal. Bahkan dalam sebuah teori psikodinamik yang lebih baru menyampaikan bahwa kecemasan adalah adanya interaksi antara temperamen dan faktor lingkungan, seperti keteladanan orang tua, perilaku pengawasan orang tua yang berlebihan, serta juga adanya konflik dalam keluarga.

b)      Pandangan interpersonal

Kecemasan timbul akibat perasaan takut tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal. Kecemasan berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan kelemahan spesifik. Orang yang mengalami harga diri rendah terutama mudah mengalami perkembangan kecemasan yang lebih berat.

c)      Pandangan perilaku

Kecemasan menjadi produk frustasi, yaitu segala sesuatu yang menunggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pakar perilaku menganggap sebagai dorongan belajar berdasarkan keinginan dari dalam untuk menghindari kepedihan. Individu yang terbiasa dengan kehidupan dini dihadapkan pada ketakutan berlebihan, sering menunjukkan ansietas dalam kehidupan selanjutnya.

3)        Sosial Budaya

Kecemasan dapat ditemukan dengan mudah dalam keluarga. Saat kepribadian seseorang berkembang atau kesan tentang dirinya sendiri mungkin negatif atau konsep diri yang rendah. Selanjutnya, hal tersebut berdampak pada orang tersebut sehingga mengalami kesulitan beradaptasi dengan kehidupan sosial sehari-hari atau tuntutan budaya karena konsep diri yang rendah dan mekanisme koping yang tidak memadai. Adanya stimulus stres dari masyarakat dan budaya seseorang, selanjutnya dapat menimbulkan ancaman psikologis bagi orang tersebut, mungkin mengakibatkan perkembangan perilaku yang maladaptif serta dapat menimbulkan gangguan kecemasan.

4)      Faktor Presipitasi

a)    Ancaman integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis yang akan dating atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari.

b)   Ancaman terhadap system diri seseorang dapat membahayakan indentitas, harga diri, dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.

d.      Model Adaptasi Stres

Model Adaptasi Stres Stuart dari Asuhan Kesehatan jiwa memandang perilaku dari perspektif manusia holistik yang mengintegrasikan aspek biologi, psikologis, dan sosial budaya dalam asuhan keperawatan (Stuart, 2016). Komponen biopsikososial yang spesifik dari Model Adaptasi Stres Stuart disajikan dalam Gambar 2-1 dan terdiri atas komponen:

1)      Faktor predisposisi-yaitu faktor biologis, faktor psikologis dan sosial budaya

2)      Stresor presipitasi-yaitu integritas dan sistem diri

3)      Penilaian terhadap stresor-yaitu kognitif, afektif, psikologis, peprilaku dan sosial

4)      Sumber koping-yang ada yaitu keuaangan, keyakinan budaya, dukungan sosial dan kemampuan penyelesaian masalah.

5)      mekanisme koping-yaitu mekanisme koping adaptif dan mekanisme koping maladaptif.

6)      Rentang respon koping-yang sering terjadi adalah antisipasi, ringan, sedang, berat dan panik.

 

 

 

 

 

 

 

 

FAKTOR PREDISPOSISI

         Psikoanalis   Interpersonal     Perilaku   Keluarga        Biologis

 

STRESSOR PRESIPITASI

Integritas Fisik                 Sistem diri

 

PENILAIAN TERHADAP STRESSOR

 

SUMBER SUMBER KOPING

 

MEKANISME KOPING

Orientasi tugas      Orientasi ego

 


                          Konstruktif                  Destruktif

 

RENTANG RESPON ANSIETAS

 


            Respons Adaptif                                      Respons Maladaptif         

                                                                                                                                                                                                                           

                                     Antisipasi      Ringan        Sedang     Panik       Berat

     Sumber: Stuart, 2016

               Gambar 2.1 Model Adaptasi Stress

 

e.       Rentang Respon Kecemasan

Cemas dapat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Rentang respon individu terhadap kecemasan antara respon adaptif dan mal adaptif. Rentang respon yang paling adaptif adalah antisipasi dimana individu siap beradaptasi dengan kecemasan yang  mungkin di alami. Sedangkan rentang yang paling mal adaptif adalah panik, dimana individu tidak lagi berespon terhadap kecemasan yang dihadapi sehingga dapat menimbulkan  gangguan fisik, perilaku maupun kognitif (Stuart, 2017). Seseorang yang berespon adaptif terhadap kecemasannya maka tingkat kecemasannya ringan sedangkan seseorang yang berespons mal adaptif maka tingkat kecemasannya berat yang dialami. Keterkaitan respon individu terhadap tingkat kecemasan digambarkan pada gambar di bawah ini:

 

 


Adaptif                                                   Maladaptif          

                                                                                                                                                                                       

                                    Antisipasi    Ringan       Sedang     Panik       Berat

Sumber: Stuart, 2016

Gambar 2. 2 Rentang Respon kecemasan

 

Tingkat kecemasan adalah suatu rentang responyang membagi individu apakah termasuk cemas ringan, sedang, berat atau bahkan panik. Beberapa kategori kecemasan menurut stuart (2016):

1)      Kecemasan ringan

Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan yang menyebabkan individu menjadi waspada dan meningkatkan lapang persepsinya. Kecemasan ini dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.

2)      Kecemasan sedang

Kecemasan ini dapat memungkinkan individu untuk berfokus pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain. Kecemasan sedang ini mempersempit lapang persepsi individu. Dengan demikian, individu mengalami tidak perhatian yang selektif namun dapat berfokus pada lebih banyak area jika diarahkan untuk melakukannya.

3)      Kecemasan berat

Pada tingkat kecemasan ini sangat mengurangi lapang persepsi individu. Individu cenderung berfokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta tidak berpikir tentang hal lain. Semua perilaku dutujukan untuk mengurangi ketegangan. Individu tersebut memerlukan banyak arahan untuk berfokus pada area lain.

 

 

4)      Tingkat Panik pada Kecemasan

Tingkat paling atas ini berhubungan dengan terperangah, ketakutan, dan terror. Hal yang rinci terpecah dari proporsinya. Karena mengalami kehilangan kendali, individu yang mengalami paniktidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan arahan. Panik mencakup disorganisasi kepribadian dan menimbulkan peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingakat kecemasan ini tidak sejalan dengan kehidupan, jikan berlangsung terus dalam waktu yang lama, dapat terjadi kelelahan dan kematian.

Menurut Stuart (2016), respon kecemasn dibagi menjadi dua yaitu:

a)    Respon Adaptif

Hasil yang positif akan didapatkan jika individu dapat menerima dan mengatur kecemasan. Kecemasn dapat menjadi suatu tantangan, motivasi yang kuat untuk menyelesaikan masalah dan merupakan sarana untuk mendapatkan penghargaan yang tinggi. Strategi adaptif biasanya digunakan seseorang untuk mengatur kecemasan antara lain berbicara kepada orang lain, bedoa, membaca, tidur, latihan, dan teknik relaksasi.

b)   Respon Maladaptif

Ketika kecemasan tidak dapat diatur, individu menggunakan mekanisme koping yang disfungsi dan tidak berkesinambungan dengan yang lainnya. Koping maladaptive mempunyai banyak jenis termasuk perilaku agresif, bicara tidak jelas, isolasi diri, konsumsi alkohol, berjudi, dan penyalahgunaan obat-obatan terlarang.

f.     Alat Ukur Kecemasan

Menurut Hawari (2010), dalam (Y.P. Sari, 2019) mengatakan untuk mengetahui sejauh mana dan mengukur derajat berat ringannya kecemasan seseorang dapat digunakan alat ukur (instrument yang dikenal dengan nama ZS-RAS (Zung Self-Rating Anxiety Scale) yang sudah dikembangkan oleh kelompok Psikiatri Biologi Jakarta (KPBJ)dalam alat ukur Anxiety Analog Scale (AAS). Alat ukur ini terdiri dari 14 kelompok yang rinci lagi dengan gejala-gejala yang lebih spesifik. Masing-masing kelompok gejala diberi penilaian angka (score) antara 0-4, yang artinya adalah: nilai 0= tidak ada gejala (tidak ada keluhan), nilai 1= gejala ringan (hamper separuh dari gejala pilihan yang ada), nilai 2= gejala sedang (separuh dari gejala yang ada), nilai 3= gejala berat (lebih dari separuh gejala yang ada), nilai 4= gejala berat sekali (semua gejala yang ada). Penilaian ataupemakaian alat ukur digunakan melalui teknik teknik wawancara langsung dengan masing-masing (score) dari ke 14 kelompok gejala tersebut dijumlahkan dan dari hasil penjumlahan tersebut dapat diketahui derajat kecemasan seseorang, yaitu:

Total nilai (score):

Kurang dari 14= tidak ada kecemasan

14-20 = kecemasan ringan

21-27 = kecemasan sedang

28-41 = kecemasan berat

42-56 = kecemasan berat sekali (panik)

Score tertinggi 56 dan score terendah 14.

g.      Konsep Kecemasan Ibu Hamil

Kehamilan merupakan tahap baru kehidupan bagi seseorang perempuan yaitu menjadi seorang ibu, yang menyebabkan berbagai perubahan aspek biologis dan psikologis serta transisi status sosial dan keluarga. Pada kehamilan dengan komplikasi seperti kelainan janin, beart badan lahir rendah, kelahiran prematur, lahir mati dan komplikasi kebidanan lainnya dapat memicu stress, kecemasan bahkan depresi (Tang et al., 2019).

Hal-hal yang menjadi kekhawatiran umum pada ibu hamil biasanya adalah rasa takut menyakiti janin dalam kandungan kalua melakukan aktivitas seperti berolahraga. Khawatir menghadapi persalinan, Ketika usia kehamilan sudah trisemester ketiga. Ibu hamil sering tidak dapat menyingkirkan perasaan takutnya menghadapi proses persalinan (Nahar, 2018). Kehamilan adalah suatu peristiwa yang wajar pada seorang perempuan dalam fase produktif. Namun akibat adanya kehamilan akan menimbulkan beberapa perubahan fisik maupun perubahan psikologis yang spesifik sebagai reksi tubuh terhadap kehamilan. Pada setiap trisemester kehamilan akan menimbulkan respons psikologis yang normal (Rinata & Andayani, 2018). Sekitar 13 minggu pertama kehamilan (trisemester pertama) seringa da rasa cemas bercampur Bahagia, sedih, rasa kecewa, sikap penolakan, ketidakyakinan atau ketidakpastian, ambivalen, pperubahan seksual, berfokus pada diri sendiri, stress dan guncangan psikologis sehingga menimbulkan rasa ketidaknyamanan. Sedangkan pada trisemester kedua antara minggu 14 sampai minggu ke-27, ada perubahanemosional akibat perubahan fisik seperti adanya Gerakan janin, perubahan libido dan perut yang semakin besar. Pada tisemester ketiga antara minggu 28 sampai saat kelahiran, reaksi emosional bertambah karna saat ini terjadi perubahan fisik yang menimbulkan ketidaknyamanan. Ibu hamil mencurahkan perhatiannya pada persiapan dana, perlengkapan bayi dan menyiapkan diri untuk berperan sebagai orang tua (Bobak, 2012). Selain itu terdapat perubahan emosional yang kadang tidak terkontrol seperti rasa khawatir dan takut akan proses persalinan (Septiani, et al., 2020).

Secara umum terdapar dua faktor yang mempengaruhi kecemasan pada ibu hamil, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Kepercayaan pada faktor internal adalah tanggapan berupa percaya atau tidak percaya mengenai cerita atau mitos yang didengar dari orang lainyang berkembang didaerah asal atau tempat tinggalnya. Sedangkan faktor eksternal adalah informasi yang didapat dari luar termasuk isu atau berita yang belum jelas sumber dan informasinya. Apabila informasi yang diterima sudah jelas, maka kecemasan biasanya akan berkurang. Apabila kecemasan tidak diatasi dengan baik dapat menyebabkan ibu hamil semakin tertekan yang dapat berdampak negative  bagi ibu dan janin yang dikandungnya. Dampak lebih jauh seperti depresi, menurunnya respon imun, kelahiran bayi premature, bahkan dapat menimbulkan keguguran (Shodiqoh et al., 2014).

h.      Konsep Kecemasan Pre Operasi

1)      Definisi

Menurut sutedjo (2017), kecemasan adalah suatu perasaan takut akan terjadinya sesuatu yang disebabkan oleh antisipasi bahaya dan merupakan

sinyal yang membantu individu untuk bersiap mengambil tindakan untuk menghadapi bahaya. Kecemasan pre operasi adalah kecemasan yang umumnya terjadi pada pasien pre operasi di sebabkan oleh perasaan takut akan terjadinya sesuatu saat proses berlangsungnya operasi.

2)      Menurut Maryunani (2014) faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan dan stress pada saat pra operasi:

a)      Ambigiutas / hal yang mendua: Ambigiutas terjadi akibat adanya ketidakpastian atau hal-hal yang tidak jelas mengenai: Lingkungan rumah sakit, prosedur pra operasi, prosedur intra operatif, peristiwa yang terjadi saat pasca operasi.

b)      Persepsi yang menimbulkan konflik:

Persepsi yang menimbulkan konflik terjadi jika pengalaman operasi yang akan dilaluinya berbeda denga napa yang dipikirkannya.

c)      Kesalahpahaman:

Kesalahpahaman yang timbul misalnya, jika diberikan informasi yang tidak akurat, jika terminology/istilah-istilah yang digunakan tidak sulit, dan peristiwa-peristiwa/ prosedur tidak diinformasikan dengan jelas.

2. Konsep Mekanisme Koping

     a. Definisi Mekanisme Koping

          Koping merupakan upaya kognitif dan perilaku yang selalu berubah dengan tujuan untuk menghadapi tuntutan situasi tertentu yang dinilai sebagai stress (Larazus & Folkman, 1984, dalam Guardino & Schetter, 2014). Pendapat lainnya, koping stress adalah respon individu terhadap berbagai jenis stress yang dialami menggunakan cara tertentu yang berbeda-beda bagi setiap orang (Dewi, 2012). Setiap pasien yang menghadapi kecemasan memiliki cara mengatasinya sesuai pola dan mekanisme koping yang dimiliki. Pasien yang tidak menggunakan mekanisme koping dengan baik tidak dapat beradaptasi dengan masalah sehingga menyebabkan penyakit fisik dan mental (Rasmun, 2011). Koping yang efektif adalah koping yang membantuseseorang dalam  menoleransi dan menerima situasi yang menekan serta tidak menghiraukan tekanan yang tidak dapat dikuasainya (Nasir & Muhith, 2011). Sedangkan mekanisme koping merupakan upaya yang ditujukan pada penatalaksanaan stress, mencakup upaya penyelesaian secara langsung (Stuart, 2016) atau cara individu dalam menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan, dan merupakan respon terhadap situasi  yang mengancam.

 

b. Jenis Mekanisme Koping

Menurut (Stuart, 2016), pada pasien yang mengalami ansietas sedang, berat dan panik, mekanisme koping yang digunakan terbagi atas dua jenis mekanisme koping yaitu:

1)      Koping berfokus pada masalah atau tugas. Mekanisme koping berfokus pada masalah atau tugas merupakan hal yang disengaja untuk memecahkan masalah, menyelesaikan konflik, dan memuaskan kebutuhan. Reaksi-reaksi ini mencakup serangan, penarikan, dan kompromi. Mekanisme koping bertujuan untuk memenuhi tuntutan situasi stress realistis yang dinilai secara objektif. Mekanisme koping diarahkan secara sadar dan berorientasi secara objektif.

2)      Perilaku menyerang merupakan usaha seseorang mencoba untuk      menghilangkan hambatan dalam rangka memenuhi kebutuhan. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk menyerang masalah, dan reaksi ini bersifat destruktif atau konstruktif. Pola destruktif biasanya serupa dengan perasaan kemarahan dan permusuhan yang sangan besar. Perasaan ini dapat dinyatakan dengan perilaku negative atau agresif yang melanggar hak-hak, milik, dan kesejahteraan orang lain. Pola konstruktif mencerminkan pendekatan pemecahan masalah.

3)      Perilaku menarik ini dapat dinyatakan secara fisik atau psikologis. Secara fisik, menarik diridengan penghindaran diri dari sumber ancaman. Reaksi ini dapat bekerja untuk stresor biologis, seperti kamar penuh asap, paparan radiasi, atau kontak rokok penyakit menular. Peserta yang dapat menarik diri dengan cara psikologis, seperti mengakui kekalahan, menjadi apatis atau menurunnya aspirasi dan partisipasi. Dapat pula seperti reaksi yang menyerang, reaksi pengindaran yang bersifat konstruktif atau destruktif.

4)      Kompromi melibatkan perubahan cara berfikir seseorang yang biasa tentang hal-hal tertentu, mengganti tujuan, atau mengorbankan aspek kebutuhan pribadi. Hal ini diperlukan dalam situasi yang tidak dapat diselesaikan melalui serangan atau menarik diri. Reaksi kompromi biasanya bersifat konstruktif dan sering digunakan dalam situasi pendekatan-pendekatan dan penghindaran-penghindaran. Seiring waktu kadang seseorang perlu menyadari bahwa kompromi tidak dapat lagi diterima; sehingga perlu adanya negosiasi ulang solusi atau mengadopsi mekanisme koping yang berbeda.

5)      Mekanisme Pertahanan Emosi/Ego

Mekanisme koping yang berfokus pada emosi atau ego, yang dikenal sebagai pembelian, melindungi orang dari perasaan tidak mampu dan tidak berharga serta mencegah kesadarn ansietas. Semua orang yang menggunakan mekanisme koping berfokus pada emosi dan ego, dan hal ini membantu keberhasilan seseorang mengatasi ansietas tingkat ringan dan sedang.

Jenis-jenis mekanisme pertahanan ego yaitu:

a)      Kompensasi

Proses dimana seseorang menggunakan suatu kelemahan yang dirasakan dengan penekanan yang kuat atas ciri yang tampak lebih menyenangkan.

b)      Peningkatan

Menghindari realitas yang tidak menyenagkan dengan mengabaikan atau menolak untuk mengakuinya: mekanisme pertahanan yang paling sederhana dan palin primitif dari semua pertahan emosi/ego.

c)      Pengalihan

Pengalihan emosi yang seharusnya diarahkan kepada objek atau orang tertentu ke objek atau orang yang kurang berbahaya.

d)     Disosiasi

Pemisahan dari proses kelompok jiwa atau perilaku seora dari sisa kesadaran atau identitas orang tersebut.

e)      Identifikasi

Proses dimana orang mencoba untuk menjadi seseorang yang mereka kagumi dengan mengambil pikiran, tingkah laku, atau selera orang itu.

f)       Intelektualisasi

Penalaran yang berlebihan atau logika yang tidak digunakan untuk menghindari pengalaman perasaan yang mengganggu.

g)      Introjeksi

Mengidentifikasi dengan kuat dimana seseorang menggabungkan kualitas atau nilai-nilai orang lain atau kelompok lain ke dalam struktur egonya sendiri. Ini adalah salah satu mekanisme koping yang paling dini pada anak sehingga penting dalam pembentukan hati Nurani.

h)      Isolasi

Memisahkan komponen emosional dari fikiran, yang mungkin bersifat sementara atau jangka Panjang.

i)        Proyeksi

Menghubungkan pikiran atau implus ke orang lain. Melalui proses ini seseorang dapat menghubungkan keinginan tak tertahankan, perasaan emosional, atau motivasi kepada orang lain.

j)        Rasionalisasi

Menawarkan penjelasan yang dapat diterima secara sosial ataupun masuk akal untuk membenarkan dan membuatnya dapat diterima walaupun implus, perasaan, perilaku, dan motif tidak dapat diterima.

k)      Reaksi formasi

Pengembangan pola perilaku yang berlawanan denga napa yang benar-benar dirasakan atau ingin dilakukan.

l)        Regresi

Karakteristik perilaku pada tingkat perkembangan awal.

m)    Represi

Penekana tak sadar hal-hal yang menyakitkan atau konflik pikiran,implus, atau memori dari kesadaran. Mekanisme pertahanan diri ini adalah pertahanan ego utama, dan kebaikan lainnya cenderung memperkuatnya.

n)      Disosiasi

Mengamati orang dan situasi sebagai baik atau buruk; gagal mengintegrasikan kualitas positif dan negative dari diri sendir.

o)      Sublimasi

Penerimaan tujuan pengganti yang telah disetujui secara sosial untuk dorongan penyaluran ekspresi normal yang terhambat.

p)      Supresi

Proses yang didengar sebagai mekanisme pertahanan, tapi sebenarnya adalah represi yang disadari. Ini merupakan penekanan yang disengaja terhadap hal-hal yang disadari. Kadang-kadang, hal itu dapat menyebabkan represi.

q)      Undoing

Suatu tindakan atau komunikasi yang Sebagian meniadakan kejadian sebelumnya; mekanisme pertahanan primitive.

        Koping berdasarkan penggolongannya dibagi menjadi dua (Potter & Perry, 2017), yaitu mekanisme koping adaptif (konstruktif) dan mekanisme koping maladaptif (destruktif).

(1)   Mekanisme Koping Adaptif

Mekanisme koping adaptif adalah mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar dan mencapai tujuan. Kategorinya adalah berbicara dengan orang lain, memecahkan masalah secara efektif, teknik relaksasi, latihan seimbang dan aktivitas konstruktif.

(2)   Mekanisme Koping Maladaptif

Potter & Perry (2017) mengatakan bahwa mekanisme koping maladaptif merupakan kondisi dimana individu mempunyai pengalaman yang membuatnya tidak mampu mengahadapi stresor. Ciri-ciri dari koping maladaptif ini adalah menyatakan tidak mampu, perasaan lemas, takut, dan tegang. Mekanisme koping maladaptif adalah mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan. Kategorinya adalah makan berlebihan/tidak makan, bekerja berlebihan, menghindar.

c.  Sumber Koping

seseorang dapat mengatasi stress dan ansietas dengan mobilisasi sumber koping yang dimiliki secara internal dan eksternal dilingkungan titik sumber daya seperti asset keuangan, pemecahan masalah, sukungan sosial, dan keyakinan budaya, dapat membantu seseorang mengintegrasikan pengalaman stress dalam hidup dan belajar untuk melakukan strategi koping yang efektif. Hal ini dapat membantu seseorang menemukan makna dari pengalaman stress dan mempertimbangkan strategi alternatif untuk menangani peristiwa yang penuh stres.

d. Mekanisme Koping Ibu Hamil dalam Menghadapi Kecemasan

Beberapa hasil studi menemukan bahwa mekanisme koping berhubungan dengan tingkat kecemasan ibu hamil antara lain (Prasetyo, 2018) menyatakan bahwa mekanisme koping adaptif mempengaruhi tingkat stres karena pemecahan masalah lebih positif dalam menghadapi persalinan. Faktor-faktor yang menentukan strategi atau mekanisme koping yang paling umum atau digunakan tergantung pada tingkat stress yang dialami dan kepribadian orang tersebut. Selain itu, kecemasan pada ibu hamil memang biasanya terjadi karena adanya perubahan fisik akibat reaksi dari kehamilan, takut akan kesulitan persalinan dan mengkhawatirkan keadaan janin yang dikandungnya. Ibu hamil yang mengalami perubahan emosi yang berlebihan beresiko mengalami gangguan psigologis kecemasan (Bobak, 2012).

 Menurut (Stuart, 2012), Ketika mendapat kecemasan, individu menggunakan beragam mekanisme koping sebagai upaya mengatasinya. Apabila tidak mampu mengatasi kecemasan secara positif dan bermanfaat. Maka individu tersebut dapat mengalami gangguan perilaku patologis. Seseorang yang mempunyai koping efektif akan akan mampu menurunkan tingkat kecemasannya.

Hasil studi Silaen et al. (2014) menyebutkan mekanisme koping yang adaptif yang dapat digunakan ibu hamil dengan kecemasan adalah bercerita dengan suami dan keluarga, menggunakan dukungan sosial , beribadah, mecari informasi dan distraksiseperti dengan cara menonton televisi. Sedangkan mekanisme koping yang cenderung maladaptifyang mungkin digunakan ibu hamil seperti tindakan berlebihan, ketergantunagan, alcohol dan obat-obatan, mencelakaidiri, dan penolakan terhadap kondisi diri sendiri.

e. Mekanisme Koping Untuk Mengatasi Kecemasan

Ada dua jenis koping yang digunakan pada seseorang yang mengalami kecemasan yaitu:

1)      Task Orientad Reaction: individu menilai secara objektif.

2)      Ego Oriented Reaction: melindungi diri sendiri, tidak menggunakan secara realitas.

 

 

 Untuk mekanisme koping terhadap kecemasan meliputi hal-hal sebagai berikut:

a)      Menyerang.

Pola konstruktif: berupa memecahkan masalah secara efektif.

Pola destruktif: marah dan bermusuhan.

b)      Menarik diri

Menjauhi sumber stress.

c)      Kompromi

Mengubah cara bekerja atau cara penyelesaian, menyesuaikan tujuan atau mengorbankan salah satu kebutuhan pribadi.

f.                          Hubungan Mekanisme Koping dengan Kecemasan pada ibu hamil

Hasil studi pada ibu hamil yang penulis lakukan dengan uji statistic menemukan adanya kolerasi yang bermakna antara mekanisme koping dengan tingkat kecemasan ibu hamil. Jika mekanisme koping bersifat adaptif maka tingkat kecemasan akan lebih rendah karena pola koping yang tepat merupakan faktor yang dapat menurunkan tingkat kecemasan. Namun, jika mekanisme koping yang digunakan maladaptive, hal itu dapat berkontribusi pada perkembangan gangguan psikologis yang semakin parah. Menurut Manurung (2020) bahwa seseorang dapat mengatasi stress dan kecemasan dengan menggerakkan sumber koping yang ada dilingkungan dengan menggunakan kemampuan menyelesaikan masalah antara lain secara sosial dan keyakinan budaya.

Langkah mekanisme koping adaptif secara signifikan dapat mengurangi kecemasan pada ibu hamil dengan membangkitkan sumber-sumber koping yang fungsional, menggunakan mekanisme koping yang adaptif seperti berbicara dengan orang lain agar dapat menyelesaikan masalah lebih efektif, dengan teknik relaksasi untuk menurunkan rasa cemas yang dirasakan. Hal penting lagi adalah mendapat dukungan keluarga, teman serta kelas prenatal menjadi faktor yangberkontribusi dalam mengurangi tingkat kecemasan ibu hamil. Namun kelas ibu hamil tidak dapat dilaksanakan sesuai kebijakan pemerintah.

Asnayanti, Kumaat dan Wowiling (2013) mengatakan mekanisme koping sebagai suatu pola untuk menahan ketegangan yang mengancam dirinya (pertahanan diri maladaptif) atau untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi (mekanisme koping adaptif). Mekanisme koping bertujuan untuk mengatasi situasi dan tuntutan yang dirasa menekan, menantang, membebani dan melebihi sumber daya (resources) yang dimiliki (Maryam, 2017). Setiap individu memiliki mekanisme koping yang berbeda-beda pada situasi yang berbeda.

                 Saefudin (2012) bahwa pasien dalam penyelesaian masalah pre operasi tidak hanya menggunakan mekanisme koping adaptif dan juga menggunakan mekanisme koping maladaptif. Pasien dengan mekanisme koping mal adaptif adalah pasien yang tidak bekerja atau ibu rumah tangga yang suami berprofesi sebagai buruh. Pasien tidak bekerja cenderung memiliki mekanisme koping maladaptif dibandingkan dengan pasien yang bekerja. Menurut Brunner (2013) bahwa pekerjaan yang menjadi sumber material akan mempengaruhi mekanisme koping dari seseorang. Seseorang yang memiliki sumber material yang memadai akan lebih mudah dalam menghadapi permasalahan sehingga koping adaptif dan sebaliknya apabila sesorang tidak memiliki sumber material yang tidak memadai maka akan lebih sulit menghadapi permasalahan sehingga koping menjadi mal adaptif. Pasien dengan mekanisme koping maladaptif dikarenakan penentuan operasi kurang dari 7 hari. Penentuan waktu operasi berkaitan erat dengan kesiapan pasien untuk menghadapi operasi yang akan dijalaninya. Sectio caesarea memiliki dampak negatif pada psikologis ibu apabila diputuskan secara mendadak. Ibu yang persalinan dengan sectio caesarea akan mengekspresikan kekhawatiran praoperatif seperti takut akan kematian, takut akan keselamatan hidup bayinya, anestesi dan kamar operasi (Sari, 2017). 

Ketidakmampuan untuk mengatasi kecemasan secara konstruktif/mekanisme adaptif merupakan penyebab utama dari masalah psikologis (ansietas). Perawat harus mengenal suatu koping yang digunakan seseorang Ketika mengalami berbagai tingkat kecemasan. Untuk kecemasan ringan, yang disebabkan oleh gangguan hidup sehari-hari, beberapa jenis koping yang umum digunakan termasuk tangisan, tidur, makan menguap, tertawa, memaki, Latihan fisik, dan melamun. Perilaku lisan, merokok, dan minum minuman keras/alcohol, merupakan cara lain untuk kecemasan ringan (Stuart, 2016).

 

 

3. Konsep Sectio Caesarea

a.      Pengertian Sectio Caesarea

Sectio Caesarea atau sering disebut dengan operasi Caesar adalah melahirkan janin melalui abdomen (dinding perut) dan dinding uterus (dinding rahim). Sectio caesarea merupakan suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui depan perut maupun vagina, atau bisa juga disebut histerotomi untuk melahirkan janin dari dalam Rahim (Mochtar, 1998 dikutip dalam padila, 2015). Sectio Caesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding Rahim dengan syarat Rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram (Wiknjosastro, 2005 dalam Jitowiyono, 2010).

1)      Indikasi Sectio Caesarea

Menurut Amin & Hardhi (2013) dalam Nisyah (2020) etiologic sectio caesarea dibagi menjadi 2 yaitu :

a)      Indikasi yang berasal dari ibu

Yaitu para primigravida dengan kelainan letak, primipara tua disertai kelainan letak ada, disporposi sepalo pelvik (disporporsi janin/panggul), ada sejarah kehamilan dan persalinan yang buruk, terhadap kesempitan panggul, solutsio placenta I-II placenta previa terutama pada primigradiva, atas permintaan kehamilan yang disertai

dengan penyakit jantung atau DM, komplikasi kehamilan yaitu pre eklamsia-eklampsia gangguan jalan persalinan seperti kista ovarium, mioma uteri, dan sebagainya.

b)      Indikasi yang berasal dari janin

Beberapa indikasi yang bisa diakibatkan oleh janin sendiri adalah fetal distress/gawat janin, kegagalan persalinan vakum atau forceps ekstraksi, prolapsus tali pusat dengan pembukaan kecil, mal presentasi dan mal posisi kedudukan janin.

2)      Kontraindikasi Operasi Sectio Caesarea

Dalam penelitian (Oxon &Forte, 2010) kontra indikasi dalam operasi sectio caesarea ada 3, yaitu:

a)      Jika jalan lahir ibu mengalami infeksi yang luas dan fasilitas untuk caesarea extraperttoneal tidak tersedia

b)      Jika janin sudah mati atau janin berada dalam keadaan buruk sehingga kemungkinan hidup kecil. Dalam operasi ini tidak ada alas an untuk melakukan operasi berbahaya yang tidak diperlukan.

c)      Jika dokter bedah tidak berpengalaman. Kalau keadaannya tidak menguntungkan bagi pembedahan dan juga tidak adanya tenaga asisten yang memadai.

3)                 Jenis Sectio Caesarea

Jenis sectio caesarea dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu:

a)      Abdomen (Sectio Caesarea Abdominalis)

(1)   Sectio Caesarea transperitonealis Sectio Caaesarea klasik atau corporal dengan insisi memanjang pada korpus uteri.

(2)   Sectio Caesarea atau pofunda atau low cerfikal dengan insisi sertifikal pada dinding bawah Rahim.

(3)   Sectio Caesarea ekstraperitonealis, yaitu tanpa membuka peritonium parietalis, dengan demikian tidak membuka kavum abdominal (Mochtar, Ruslam, 1992 dalam Jitowiyono & Kristiyanasari, 2010).

b)      Vagina (Sectio Caesarea Vaginalis)

Berdasarkan arah sayatan pada Rahim, sectio caesarea dapat dilakukan sebagai berikut:

(1)   Sayatan memanjang (longitudinal)

(2)   Sayatan melintang (transversal)

(3)   Sayatan huruf T (T-indiction) (Mochtar, Ruslam, 1992 dalam Jitowiyono &Kristiyanasari, 2010).

4)      Komplikasi Kelahiran Sectio Caesarea

Komplikasi yang terjadi pada ibu menurut padila (2015), diantaranya infeksi puerperal (ringan, sedang, dan berat), pendarahan yang diakibatkan banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka, perdarahan pada plasenta, serta luka kandung kemih, emboli paru-parudan keluhan kandung kemih bila peritonealisasi terlalu tinggi. Kemungkinan ruptur tinggi spontan pada kehamilan berikutnya. Menurut Lowdermilk, Perry, dan Bobak (2000), masalah yang biasa terjadi setelah dilakukannya operasi antara lain: terjadinya spirasi (25-30%), emboli pulmonari, pendarahan infeksi pada luka, gangguan rasa nyaman nyeri, infeksi uterus, infeksi pada tractus urinarius, cedera pada kandung kemih, tromboflebitis, infark dada, dan pireksia (Solehati & Kosasih, 2015).

5)      Persiapan Pre Operasi

a)      Persiapan fisik

Berbagai persiapan yang harus dilakukan terhadap pasien sebelum dilakukan tindakan operasi menurut Majid (2011), yaitu:

(1)          Pemasangan infus

(2)          Berpuasa selama 8 jam

(3)          Pencukuran daerah operasi

(4)          Pemasangan kateter

(5)          Anestesi

(6)          Latihan nafas

(7)          Penyuntikan

(8)          Pemberian obat-obatan

(9)          Latihan batuk post operasi

(10)      Pengecekan status kesehatan fisik secara umum, meliputi identitas klien penyakit seperti Kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik lengkap, antara lain status

(11)      hemodinamik, status kardiovaskuler, status pernafasan, fungsi ginjal dan hepatik, fungsi imunologi dan lain-lain.

(12)      Status nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan berat badan, lipat kulit trisep, lingkar lengan atas, kadar protein darah (albumin dan globumin) dan keseimbangan nitrogen. Segala bentuk defisiensi nutrisi harus dikoreksi sebelum pembedahan untuk memberikan protein yang cukup untuk perbaikan jaringan.

b.)      Persiapan psikis

Peranan perawat dalam mempersiapkan mental pasien pre operasi menurut Taylor (2010), adalah dengan cara:

(1)   Membantu pasien mengetahui tentang prosedur tindakan yang akan dialami pasien sebelum operasi, memberikan informasi pasien tentang waktu operasi, hal-hal yang akan dialami pasien selama proses operasi, menunjukkan kepada pasien kamar operasi dan lain-lain.

(2)   Dengan mengetahui berbagai informasi selama operasi maka diharapkan pasien menjadi lebih siap menghadapi operasi,

(3)   Memberikan penjelasan terlebih dahulu prosedur tindakan setiap sebelum tindakan persiapan pre operasi.

(4)   Memberikan kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk menanyakan tentang segala prosedur yang ada.

(5)   Dan memberi kesempatan pada pasien dan keluarga untuk berdoa bersama-sama sebelum pasien diantar ke kamar operasi.

 

B.     Hasil Penelitian yang Relevan

Berdasarkan penelitian (Hartati & Anisa, 2019), yang berjudul hubungan mekanisme koping dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi sectio caesarea di RSUD Sleman Yogyakarta, penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, dengan desain penelitian deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi yang digunakan seluruh pasien operasi elektif yang menjalani operasi sectio caesarea di RSUD Sleman Yogyakarta pada bulan maret 2018 berjumlah 47 orang. Hasil penelitian didapatkan bahwa mekanisme koping pasien

pre operasi sectio caesarea dengan kategori adaptif sebanyak 29 orang (69%) dan kategori maladaptive sebanyak 13 orang (31%). Tingkat kecemasan yang dialami oleh pasien pre operasi sectio caesarea dengan cemas berat sebanyak 9 orang (21,4%), cemas sedang sebanyak 17 orang (40,5%), cemas ringan sebanyak 12 orang (28,6%) dan tidak cemas sebanyak 4 orang (9,5%). Simpulan dan saran ada hubungan signifikan antara mekanisme koping dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi sectio caesarea  di RSUD Sleman Yogyakarta tahun 2018 (p=0,0008).

Berdasarkan penelitian (Tholib, Muhamad , Maulidah, 2022) yang berjudul hubungan pengetahuan spinal anestesi dengan tingkat kecemasan pre operasi pada pasien sectio caesarea di RSKIA Sadewa Yogyakarta, penelitian ini menggunakan metode korelasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah pasien sectio caesarea dengan kriteria inklusi dan ekslusi di Instalasi Bedah Sentral RSKIA Sadewa Yogyakarta. Jumlah sampel penelitian ini sebanyak 32 responden yang diperoleh dengan consecutive sampling. Instrumen pengetahuan menggunakan kuesioner dan kecemasan pasien pre operasi menggunakan instrument APAIS. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan Uji Spearman rho dengan α= 0,05.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Rondonuwu et al., (2014) di Balai Kesehatan Mata Masyarakat menunjukan terdapat 16 responden (38,1%) pre operasi yang mengalami kecemasan ringan 2 (4.8%) responden tidak mengalami kecemasan pre operasi, 14 responden (33.3%) mengalami kecemasan sedang, dan 10 responden (23.8%) mengalami kecemasan berat. Pre operasi merupakan pengalaman baru bagi responden yang akan dilakukan tindakan operasi. Tingkat kecemasan pre operasi pada pasien sectio caesarea dengan tindakan spinal anestesi di RSKIA Sadewa Yogyakarta paling banyak dalam kategori ringan yatiu 18 responden dengan persentase sebesar (56.3%) dan dengan kecemasan sangat berat sebanyak 5 responden dengan persentase sebesar (15.6%). Terdapat hubungan pengetahuan spinal anestesi dengan tingkat kecemasan pre operasi pada pasie sectio caesarea di RSKIA Sadewa Yogyakarta.dapat dilihat dari nilai signifikan sebesar 0.000 (p<0,05).

Hasil penelitian  (Elfriska & Simbolon, 2021) yang berjudul mekanisme pertahanan diri (coping) yang digunakan ibu dalam menghadapi sectio caesarea di RSU Delima Medan, penelitian ini menggunakan desain deskriptif dengan pengambilan sampel secara accidental sampling dengan jumlah 31 sampel. Alat pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuisioner yang terdiri dari 18 pertanyaanmengenai mekanisme pertahanan diri (koping) denial, rasionalisasi, introyeksi, acestisisme, kompromi dan spiritual yang digunakan ibu dalam menghadapi section caesarea menggunakan mekanisme pertahanan diri (koping) yang bervariasi dalam menghadapi sectio caesarea. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan kepada 31 ibu yang akan menghadapi sectio caesarea di RSU Delima Medan bahwa yang menggunakan koping rasionalisasi 24 orang (77,4%) dan yang tidak menggunakannya 7 orang (22,6%), sehingga dapt disimpulkan bahwa Sebagian besar ibu yang akan menghadapi sectio caesarea menggunakan koping rasionalisasi.

C.    Kerangka Teori

kerangka teori merupakan gambaran atau Batasan teori tentang teori-teori yang digunakan sebagai landasan atau dasar dalam penelitian  (Hidayat, 2017). Kerangka teori pada penelitian ini adalah mekanisme koping sebagai variable independent dan kecemasan pasien pre operasi sectio caesarea sebagai variable dependen. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan yaitu, faktor presdiposisi (faktor biologis dan psikologis), faktor presipitasi, penilaian stressor, dan sumber koping (sumber daya aset keuangan, serta kemampuan pemecahan masalah, dukungan sosial, dan keyakinan budaya (Stuart, 2016).

Kerangka teori penelitian ini adalah sebagai berikut:

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Sumber : (Ahyar. 2010, Peplau dalam Stuart and Sudeen, Prawirohardjo. 2016)

Gambar 2.3 Kerangka Teori

 

D.    Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan gambaran dan arahan asumsi mengenai variabel-variabel yang akan diteliti (Supriyanto, 2008 dalam Hidayat, 2017).

Kerangka konsep pada penelitian ini adalah X sebagai variabel independent yang mempengaruhi Y sebagau sebagai variabel dependen, yaitu mekanisme koping mempengaruhi kecemasan ibu pre operasi seperti pada gambar dibawah ini:

 

                  Variabel Independen (X)                 Variabel Dependen (Y)

 

 

 


                                                                                                              

Gambar 2.4 : Kerangka Konsep

 

E.     Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan suatu kesimpulan sementara atau jawaban sementara dari suatu penelitian  (Hidayat, 2017). Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Ho: Tidak ada hubungan mekanisme koping dengan kecemasan pasien pre operasi sectio caesarea di RSIA Anugerah Medical Center Kota Metro Tahun 2023.

Ha: Ada hubungan mekanisme koping dengan kecemasan pasien pre operasi sectio caesarea di RSIA Anugerah Medical Center Kota Metro Tahun 2023.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


BAB III

METODE PENELITIAN

 

A.    Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, penelitian ini menggunakan metode ilmiah yang memiliki kriteria seperti berdasarkan fakta, bebas prasangka, menggunakan prinsip analisa, menggunakan hipotesa, menggunakan ukuran objektif dan menggunakan data kuantitatif atau yang di kuantitatifkan  (Hidayat, 2017). Penelitian ini bertujuan  untuk mengetahui  adanya hubungan antara variabel independen yaitu mekanisme koping dan variabel dependen tingkat kecemasan pada pasien pre operasi sectio caesarea di RSIA Anugerah Medical Center Kota Metro.

B.     Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian korelasi dengan pendekatan cross sectional. Pendekatan cross sectional merupakan rancangan penelitian dengan melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan, atau melakukan pemeriksaan status paparan dan status penyakit pada titik yang sama  (Hidayat, 2017). Penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dan dependen yaitu hubungan mekanisme koping dengan kecemasan pada pasien pre operasi sectio caesarea di RSIA Anugerah Medical Center Kota Metro Lampung Tahun 2023.

 

C.    Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di RSIA Anugerah Medical Center Kota Metro Lampung Tahun 2023 pada bulan Februari-Maret di ruang bersalin pada pasien pre operasi sectio caesarea.

 

 

 

D.    Populasi dan Sampel

1.      Populasi Penelitian

Populasi adalah sebuah subjek besar yang mempunyai karakteristik tertentu. Karakteristik subjek ditentukan sesuai dengan ranah dan tujuan penelitian. Populasi atau disebut dengan istilah universe atau universum atau keseluruhan, adalah sekelompok individua tau objek yang memiliki karakterisktik yang sama, yang mungkin diselidiki atau diamati (Sutriyawan, 2021). Populasi dalam penelitian ini adalah 50 pasien pre operasi sectio caesarea di RSIA Anugerah Medical Center Kota Metro tahun 2023.

2.      Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari populasi yang mana data atau informasi yang dibutuhkan dapat diperoleh secara langsung  (Sutriyawan, 2021). Sampel pada penelitian ini adalah 40 responden yaitu pasien pre operasi sectio caesarea di RSIA Anugerah Medical Center Kota Metro pada Tahun 2023. Agar karakteristik sampel tidak menyimpang dari populasinya, sebelum dilakukan pengambilan sampel maka diperlukan kriteria inklusi dan ekslusi.

Kriteria inklusi adalah penentuan sampel yang didasarkan atas karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau akan diteliti  (Sutriyawan, 2021).

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:

a.       Pasien pre operasi sectio caesarea elektif;

b.      Dalam keadaan Composmentis (kesadaran penuh);

c.       Dapat berorientasi pada tempat waktu dan orang

d.      Pasien dapat berkomunikasi dengan baik dan aktif atau tidak mengalami gangguan komunikasi seperti kesulitan berbicara.

Sedangkan kriteria eksklusi adalah ciri-cri anggota populasi yang tidak dapat diambil sebagai sampel.

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah:

a.       Tidak dalam kondisi sadar;

b.      Bukan dalam rentang usia anak-anak;

c.       Tidak dapat berorientasi pada tempat waktu, dan orang;

d.      Tidak dapat berkomunikasi dengan baik dan aktif dan mengalami gangguan komunikasi seperti kesulitan berbicara.

3.      Besar Sampel dan Teknik Sampel

Pada penelitian ini, saat mengambil sampel menggunakan teknik non random sampling yaitu pengambilan sampel yang tidak memberi peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel  (Sutriyawan, 2021). Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan Purposive Sampling yang didasarkan pada kriteria tertentu dari suatu tujuan yang spesifik yang sebelumnya ditetapkan oleh peneliti, subjek yang memenuhi kriteria tersebut menjadi anggota sampel  (Sutriyawan, 2021).

     Berdasarkan data pre survey pada tahun 2022 di Ruang Rawat Inap RSIA MAnugerah Medical Center Kota Metro tahun 2022 terdapat ibu hamil yang akan melakukan persalinan sectio caesarea pada bulan Maret sampai dengan bulan Mei tahun 2022 berjumlah 75 orang dengan rata-rata perbulan 50 orang. Maka rumus yang digunakan untuk besar sampel yang akan diambil menggunakan rumus lameshow.

 

                                

 

Keterangan :

n               : Besar sampel

   : Derajat kemaknaan (biasanya 95% = 1,96)

P               : Proporsi bila tidak diketahui ditetapkan  (50% = 0,5)

d               : derajat penyimpangan 0,05

N              : Jumlah populasi

 

Jadi jumlah sampel yang digunakan pada penelitian ini diambil sebanyak 40 responden.

E.     Variabel Penelitian

Variabel adalah atribut objek yang akan diukur atau diamati yang sifatnya bervariasi antara satu objek ke objek lainnya  (Sutriyawan, 2021). Berdasarkan hubungan fungsional atau perannya variabel dibedakan menjadi 2, yaitu:

1.      Variabel bebas (independen variabel)

Variabel bebas atau variabel independent adalah variabel yang sering disebut juga sebagai variabel stimulus, predictor atau antecedent. Merupakan variabel yang menjadi keterangan situasi masalah atau dapat mempengaruhi (menjadi sebab) perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat)  (Sutriyawan, 2021). Variabel bebas dari penelitian ini adalah mekanisme koping.

2.      Variabel terikat (dependen variabel)

Variabel dependen : merupakan variabel terikat yang besarnya tergantung dari variabel independen (bebas)  (Sutriyawan, 2021). Dalam penelitian ini menggunakan variabel terikat yaitu kecemasan pasien pre operasi sectio caesarea.

 

F.     Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan mendefinisikan variabel secara operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena  (Hidayat, 2017).

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

variabel

Definisi operasional

Cara ukur

Alat ukur

Hasil ukur

Skala ukur

Variabel bebas

 

Mekanisme Koping

 

 

 

Mekanisme koping ialah pola yang dikembangkan pasien pre operasi sectio caesarea untuk menahan ketegangan atau untuk beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan perubahan, menghadapi masalah kecemasan, serta respon terhadap situasi yang mengancam.

 

 

 

Wawancara

 

 

 

kuisioner

 

 

 

1= Maladaptif

      (jika T

       Skor < 50

 

2=Adaptif

    (jika T skor

    > 50)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Ordinal

Variabel terikat

 

Kecemasan pre operasi

 

 

 

Kecemasan adalah perasaan ketidaknyamanan, was-was, gelisah, ketakutan, dan firasat putus asa yang dirasakan oleh pasien dalam menghadapi proses operasi sectio caesarea yang akan dilakukan.

 

 

 

Wawancara

 

 

 

a Lembar

   yang      digunakan adalah Zung Self-Rating Anxiety Scale (SAS/SR AS)

 

 

 

Total Nilai (Score):

1=kecemasan

    berat (skor

    75- 80)

2=kecemasan

    Sedang

    (skor

    60- 74)

3=kecemasan

    ringan

    (skor 45-

    59)

4 =tidak ada

    kecemasan

     (skor 20-

      44)

 

 

 

Ordinal

Definisi Operasional

Tabel 3.1

 

G.    Teknik Pengumpulan Data

1.      Instrument Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2019), Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Dalam penelitian ini peneliti penggunakan istrumen penelitian dapat berupa: formulir observasi, formulir kuesioner formulir-formulir lain yang berkaitan dengan pencatatan data dan sebagainya.

a.       Mekanisme Koping

Pengukuran mekanisme koping menggunakan kuesioner yang  dikembangkan oleh penelitian terdahulu (Kristianto, 2012) terdiri dan 20 pertanyaan mengenai masalah koping yang dialami responden dengan nilai Cronbach’s Alpha 0,516. Pengukuran ini juga sudah digunakan pada penelitian sebelumnya (Renaldo, 2016). Terdapat dua karakter pertanyaan yaitu pertanyaan positif dan pertanyaan negatif dengan alternatif yaitu tidak pernah, jarang, sering, dan selalu.

Pertanyaan positif yaitu: tidak pernah = poin 1, jarang = poin 2, sering = poin 3, dan selalu = poin 4. Sedangkan untuk pertanyaan negatif yaitu: tidak pernah = poin 4, jarang = poin 3, sering = poin 2, selalu = poin 1. Kisi-kisi pertanyaan yang diajukan adalah pertanyaan mekanisme koping yang berfokus pada masalah/tugas dan mekanisme koping yang berfokus pada ego/emosi yang terdiri dari 8 pertanyaan positif (pertanyaan nomor 4, 7, 9, 15, 16, 17, 18, dan 20) dan 12

pertanyaan negatif (pertanyaan nomor 1, 2, 3, 5, 6, 8, 10, 11, 12, 13, 14, 19). Responden hanya memberi tanda check list (ü) pada kolom penilaian. Tingkatan koping dinilai dari hasil jawaban kuesioner dengan model skala likert yang dikategorikan menjadi koping positif atau adaptif dan negatif atau maladaptif. Agar perbandingan ini mempunyai arti, haruslah dinyatakan dalam satuan deviasi standar kelompok itu sendiri yang berarti harus mengubah skor individu menjadi skor standar.

 Rumus Skor T menurut Azwar (2015) dalam (Renaldo, 2016):

                                   

                         

 

Keterangan :

T = Skor yang didapat

            X = Skor responden pada skala sikap yang hendak diubah

                           Menjadi skor T

                               = Mean skor kelompok

S   = Deviasi standar skor kelompok

Untuk mengetahui koping responden relatif lebih positif atau adaptif bila nilai skor T > mean T, sedangkan pada koping relatif negatif atau maladaptif bila nilai skor T < mean T, yaitu koping adaptif jika T skor > 50, koping maladaptif jika T skor < 50 (Azwar, 2015) dalam (Renaldo, 2016).

b.      Kecemasan

                Alat ukur Zung Self-Rating Anxiety Scale (SAS/SRAS) adalah penilaian kecemasan pada pasien dewasa yang dirancang oleh William W. K Zung, dikembangkan berdasarkan gejala kecemasan dalam Diagnostic And Statistical Manual Of Mental Disorders (DSM-II) dalam buku (Nursalam, 2015). Terdapat 20 pertanyaan, dimana 15 pertanyaan ke arah peningkatan kecemasan yaitu pertanyaan nomer (1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 10, 11 ,12, 14, 15, 16, 18, dan 20) dengan point 1: tidak pernah, 2:kadang-kadang, 3: sering dan 4: selalu dan 5 pertanyaan ke arah penurunan kecemasan yaitu pertanyataan nomer (5, 9, 13, 17 dan 19) dengan point 4: tidak pernah, 3: kadang-kadang, 2: sering dan 1: selalu.Rentang   penilaian          20        sampai 80,       dengan pengelompokan- pengelompokan antara lain:

1)     Skor 20- 44 : sama dengan normal/tidak cemas;

2)     Skor 45-59 : kecemasan ringan;

3)     Skor 60-74 : kecemasan sedang;

4)     Skor 75-80: kecemasan berat.

Alat pengumpulan data dilakukan dengan cara pengisian lembar kuesioner mengenai hubungan mekanisme koping dengan kecemasan pada pasien pre operasi sectio caesarea di RSIA Anugerah Medical Center Kota Metro Tahun 2023.

2.      Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan sendiri oleh peneliti. Tindakan awal yang dilakukan peneliti adalah menentukan calon responden yang sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan, kemudian peneliti memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan kepada calon responden, jika calon responden bersedia menjadi responden maka calon responden menandatangani informed consent dan peneliti memberikan kuesioner untuk diisi oleh responden.

3.      Tahapan Pengumpulan Data

a.     Mengidentifikasi sejumlah responden yang terlibat

b.    Responden dibagikan kuisioner untuk diisi, saat pengisian peneliti

ada didekat responden sehingga jika ada hal yang perlu ditanyakan

oleh responden peneliti berada ditempat.

c.     Kuesioner diisi oleh responden sendiri

d.    Responden diminta untuk mengisi seluruh kuesioner atau pertanya-

an yang ada.

e.     Peneliti melakukan pengumpulan kuesioner yang diisi oleh respo-

nden kemudian dilakukan langkah pengolahan dan analisa data.

4.      Etika Penelitian

Menurut (Sutriayawan Agung, 2021) didalam melakukan penelitian, peneliti mendapatkan izin dari di RSIA Anugerah Medical Center Kota Metro Tahun 2023 untuk melakukan penelitian. Setelah mendapatkan izin, peneliti melakukan penelitian dengan menekankan masalah etika. Pelaku penelitian dalam menjalankan tugas hendaknya memegang teguh sikap ilmiah, serta berpegang teguh pada etika penelitian, meskipun mungkin penelitian yang dilakukan tidak akan merugikan atau membahayakan bagi subjek penelitian. Terdapat 4 prinsip utama yang perlu dipahami oleh peneliti yaitu:

 

a.         Menghormati harkat dan martabat manusia (Respect for human dignity)

Peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak subjek untuk mendapatkan informasi yang terbuka berkaitan dengan jalannya penelitian serta memiliki kebebasanmenentukan pilihan dan bebas dari paksaan untukberpartisipasi dalam kegiatan penelitian. Peneliti wajib menyediakan formular persetujuan subjek (Informed Consent).

b.        Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (Respect for privacy and confidentialy)

Pada dasarnya penelitian akan memberikan akibat terbukanya informasi individu termasuk informasi yang bersifat pribadi, sedangkan tidak semua orang menginginkan informasinya diketahui oleh orang lain, sehingga peneliti perlu memperhatikan hak-hak dasar individu tersebut.

c.       Keadilan dan inklusivitas/ keterbukaan (Respect for justicean inclusiveness)

Untuk memenuhi prinsip keterbukaan, penelitian dilakukan secara jujur, hati-hati, professional, berperikemanusiaan dan memperhatikan faktor-faktor ketepatan, keseksamaan, kecermatan, intimitas, psikologis serta perasaan religious subjek penelitian.

d.      Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (Balacing harms and benefits)

Peneliti meminimalisi dampak yang merugikan bagi subjek (nonmaleficence). Apabila intervensi penelitian berpotensi mengakibatkan cedera atau stress tambahan maka subyek dikeluarkan dari kegiatan penelitian untuk mencegah terjadinya cedera, kesakitan, stress maupun kematian subjek penelitian.

5.      Tahapan Pengolahan Data

Pengolahan data secara manual pada saat ini memang jarang dilakukan. Namun dalam keterbatasan-keterbatasan sarana dan prasarana atau kalua data tidak terlalu besar, pengolahan data secara manual masih diperlukan Langkah-langkah pengolahan data secara manual pada umumnya melalui Langkah-langkah sebagai berikut:

a.    Editing

Hasil wawancara atau angket yang diperoleh atau dikumpulkan melalui kuisioner perlu disunting (edit) terlebih dahulu. Kalua ternyata masih ada data atau informasi yang tidak lengkap, dan tidak mungkin dilakukan wawancara ulang, maka kuisioner tersebut dikeluarkan (drop out).

b.      Coding

Peneliti melakukan pengkodean atau coding dengan cara mengubah data berbentuk kalimat menjadi data angka. Pada variabel mekanisme koping bila mekanisme koping adaptif diberi kode dua (2) dan nilai  skor T > 50, sedangkan mekanisme koping maladaptif diberi kode satu dan nilai skor T < 50. Sedangkan pada variabel kecemasan berisi nomor responden dan nomor-nomor pertanyaan.

4     = Jika tidak ada kecemasan (skor 20-44)

3     = Jika kecemasan ringan (skor 45-59)

2     = Jika kecemasan sedang (skor 60-74)

1  = Jika kecemasan berat (skor 75-80)

3        Memasukkan data (data entry) atau processing

Pada proses ini peneliti memasukan data-data hasil dari penelitian pada program komputerisasi, setelah selesai dilakukan pengkodingan pada lembar jawaban responden data kemudian di entry kedalam program komputer sesuai pengkodingan sebelumnya. Sehingga hasil yang didapatkan adalah terdapat hubungan antara variabel yang diteliti.

d.  Pembersihan data (cleaning)

Peneliti mengecek kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan kode, ketidak lengkapan, signifikan atau tidak.kemudian dilakukan analisis. Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai dimasukkan, perlu dicek Kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode ketidaklengkapan, dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.

 

H.    Analisis Data

Sebelum data penelitian dianalaisis secara efektif, peneliti perlu memperjelas bagaimana data di-construct. Minimal data penelitian yang telah tersedia memenuhi standar yang dapat diterima untuk memenuhi tujuan penelitian atau sebaliknya data tersebut akan menjadi data dengan nilai yang terbatas. Dalam penelitian terutama dalam hal analisis data (Sutriyawan, Agung, 2021).

1.      Analisis Univariat

Pada analisis ini biasanya peneliti hanya melihat gambaran dari variable yang diteliti baik data kategorik maupun data numerik  (Sutriyawan, 2021). Analisis univariat sendiri memiliki tujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian yang berbentuk analisis univariat tergantung dari jenis datanya. Penelitian ini dilakukan analisis untuk mengetahui nilai mean, median, modus dan standart devisiasi pada mekanisme koping dengan kecemasan pada pasien pre operasi sectio caesarea di RSIA Anugerah Medical Center Kota Metro Tahun 2023.

2.      Analisis Bivariat

Analisis bivariat adalah analisis statistic yang terdiri dari sebuah set teknik statististik yang memberikan prediksi tentang karakteristik populasi berdasarkan informasi dari sebuah sampel yang berasal dari populasi tersebut  (Sutriyawan, 2021).

Analisa bivariat dalam penelitian ini ini dilakukan untuk mengetahui hubungan mekanisme koping dengan kecemasan pada pasien pre operasi sectio caesarea. Penelitian ini menggunakan perhitungan sampel pada program komputer, dengan menggunakan uji chi square untuk dapat mengetahui hubungan antara dua variabel. Uji chi square termasuk statistik non parametrik yang menggunakan data kategori, uji chi square adalah uji yang membahas apakah ada hubungan diantara dua variabel tertentu ataukah tidak, dan tidak membahas seberapa jauh hubungan tersebut  (Hastono, 2020). Didalam uji chi square, kemungkinan ada hubungan antara dua variabel adalah jika Probalitas 𝜌 value (0,000) < α (0,05).

 

 

 


DAFTAR PUSTAKA

Ahsan, Lestari, R., & Sriati. (2014). faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan pre operasi sectio caesarea. ejournal umm Volume 8, Nomor.1, 1-12.

Alwi Tholib, M. A. (2022). Hubungan Pengetahuan Spinal Anastesi dengan Tingkat Kecemasan Pre Operasi pada Pasien Sectio Caesarea di RSKIA Sadewa Yogyakarta. Naskah Publikasi, 1-13.

Aprina, & Puri, A. (2016). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Persalinan Sectio Caesarea di RSUD dr.H.Abdul MoeloekProvinsi Lampung. ejournal poltekkes tjk, 1-7.

Aziz, H. A., Retnaningtyas, E., & Sindharti, G. M. (2020). pengaruh Deep Breathing Exercise terhadap tingkat kecemasan pada pasien pre operasi Sectio Caesarea di Rumah Sakit Lavalette Kota Malang. JURNAL PENDIDIKAN KESEHATAN, VOLUME 9, NO.2, 1-10.

Barbara, K., Karyuni, P. E., & Widiarti, D. (2010). Buku Ajara Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, & Praktik. Jakarta: EGC 1605.

Bobak, Lodwermilk, & Jensen. (2015). Keperawatan Maternitas Edisi IV. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran : EGC.

Elfriska, & Simbolon, S. M. (2021). Mekanisme Pertahanan Diri (Coping) yang Digunakan Ibu Dalam Menghadapai Sectio Caesarea di RSU Delima Medan. Jurnal kesehatan Surya Nusantara, 230-247.

Fazdria, & Harahap, M. S. (2019). Gambaran Tingkat Kecemasan pada Ibu Hamil dalam Menghadapi Persalinan di Desa Tualang Tengoh Kecamatan Langsa Kota Kabupaten Kota Langsa. Repository Politeknik Kemenkes Aceh, 6-13.

Fironika, Y. A. (2018). Identifikasi Tingkat Kecemasan Menghadapi Masa Persalinan Ditinjau dari Dukungan Suami. NASKAH PUBLIKASI, 21-30.

Ghufron, M., & Risnawati S, R. (2020). Teori-Teori Psikologi. Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA.

Hartanti, R. W., & Anisa, D. N. (2018). Hubungan Mekanisme Koping denga Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi Sectio Caesarea di RSUD Sleman Yogyakarta Tahun 2018. UNISA, 1-10.

Hastono, D. P. (2020). Analisis Data Pada Bidang Kesehatan. Depok: Rajawali Persada.

Hidayat, A. A. (2017). Metodologi Penelitian Keperawatan dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.


Ibrahim. (2012). Mekanisme Koping, Pengetahuan dan Kecemasan Ibu Hamil. Yogyakarta: DEEPUBLISH.

Jitowiyono, S.kep, Ns, S., & Kristiyanasari, S.Kep, Ns, W. (2010). Asuhan Keperawatan Post Operasi. Yogyakarta: Nuha Medika.

Keliat. (2020). Mekanisme Koping yang digunakan ibu dalam menghadapi sectio caesarea. Jurnal Kesehatan Surya Nusantara, 230-231.

Kusumawati, F., & Hartono, Y. (2012). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.

Louise. (2012). Konsep Kecemasan. Yogyakarta: ANDI.

Maryunani S.Kep, N. (2014). Asuhan Keperawatan Perioperatif-Pre Operasi (Menjelang Pembedahan). Jakarta: CV. Trans Info Media.

Padila. (2015). Asuhan Keperawatan Maternitas II. Yogyakarta: Nuha Medika.

Perangin Angin, S. Y. (2020). Pengaruh Tingkat Kecemasan dan Mekanisme Koping Ibu Primigravida Terhadap Lamanya Kala I Persalinan Spontan. Jurnal Kebidanan (Nov 2020), Volume 12, Nomor 2, 119-128.

Sahradesi, T, SST, M.Kes, Y., S.Kep, Ners, M.Kep, Y., SST, M.K.M, N., & SYM, S.Kep, M.K.M, N. (2020). Mekanisme Pertahan Diri (koping) Ibu dalam Menghadapi Sectio Caesarea di Lantai IV RSU Advent Tahun 2020. Jurnal Stindo Profesional, 30-41.

Sari, F. S., Malini, H., & Basmanelly. (2017). Mekanisme Koping Primipara Pada Primipara Saat Diputuskan Sectio Caesarea Darurat. IPTEKS TERAPAN, 1-11.

Sari, R. M., & Absari, N. (2017). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Tindakan Sectio Caesarea di Rumah Sakit DKT Bengkulu. midwiferia umsida, 1-14.

Stuart. (2012). Mekanisme Koping Pengetahuan dan Kecemasan Ibu Hamil. Yogyakarta: DEEPUBLISH (Drup Penerbitan CV BUDI UTAMA.

Stuart, G. W., Keliat, B. A., & Pasaribu, J. (2016). Prinsip dan Praktik Keperawatan Jiwa Stuart. Singapore: ELSEVIER.

Surinah. (2019). Psikologis Ibu dalam Menghadapi Sectio. Dibuka pada Website Http/www.Info Ibu.Com., 50-62.

Sutriyawan, A. (2021). Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Bandung: 2021.


Viandika, N., & Septiasari, R. M. (2020). Pengaruh Continuity Of Care Terhadap Angka Kejadian Sectio Caesarea. Quality in Women's Health, 1-8.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

LAMPIRAN

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Lampiran 1

 

untitledPOLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG

JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

Jl. Soekarno Hatta No.6 Bandar Lampung

Telp : 0721-783852 Facsimile : 0721 – 773918

Website :ww.bppsdmk.depkes.go.id/poltekkestanjungkarang E-mail : poltekkestanjungkarang@yahoo.co.id

 

 

INFORMED CONSENT

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama               :

Usia                 :

Menyatakan bersedia menjadi subjek penelitian :

Nama Peneliti  : Elva Nuri Sakinah

Institusi           : Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Tanjungkarang

 

Bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian, dengan judul “Hubungan Mekanisme Koping dengan Kecemasan Pasien Pre Operasi Sectio Caesarea di RSIA Anugerah Medical Center Kota Metro Lampung Tahun 2023” dan saya yakin tidak membahayakan bagi kesehatan dan dijamin kerahasiaannya.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa paksaan.

 

Bandar Lampung,...................... 2023

Menyetujui,

Peneliti                                                                                    Responden                                                                                 

 

   (Elva Nuri Sakinah)                                                             ………………………

 

 

 

 

Lampiran 2

 

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA

KESEHATAN

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG

Jl. SoekarnoHatta No. 6 Bandar Lampung

Telp : 0721-783852 Faxsimile : 0721-773918

Website: ww.bppsdmk.depkes.go.id/poltekkestanjungkarang E-mail :

PETUNJUK UMUM DAN PENJELASAN

  1. Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan mekanisme koping dengan kecemasan pada pasien pre operasi section caesarea di RSIA Anugerah Medical Center Kota Metro Provinsi Lampung Tahun.
  2. Bapak/Ibu Saudara/I yang terpilih dan bersedia menjadi responden dimohon untuk mengisi seluruh instrument ini sesuai dengan pengalaman, perasaan, persepsi, dan keadaan yang sebenarnya.
  3. Jawaban dari Bapak/Ibu Saudara/I tidak memiliki dampak egative bagi siapapun.
  4. Partisipasi Bapak/Ibu Saudara/I untuk mengisi instrument secara ojektif sangat besar artinya bagi perkembangan ilmu pengetahuan guna mendapatkan masukan yang akurat dalam menyelesaikan skripsi Sarjana Terapan di Politeknik Kesehatan Tanjungkarang.
  5. Manfaat penelitian ini bagi respoden untuk mengetahui respon dan rentan kecemasan pasien pre operasi section caesarea dan mekanisme koping yang dirasakan pasien agar pasien merasa lebih tenang dalam menghadapi operasi.
  6. Keterangan pengisian kuisioner:

a.       Tidak Pernah : Tidak pernah anda rasakan

b.      Kadang-kadang : Dirasakan 1-2 kali dalam sehari

c.       Sering : Dirasakan 3-4 kali dalam sehari

d.      Selalu : Dirasakan > 5 kali dalam sehari

 

 

Lampiran 3

 

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN MEKANISME KOPING DENGAN KECEMASAN

PASIEN PRE OPERASI SECTIO CAESAREA

DI RSIA ANUGERAH MEDICAL CENTER

KOTA METRO LAMPUNG

Petunjuk Pengisian

1.      Mohon dengan hormat untuk mengisi semua pernyataan yang telah  disediakan

2.      Bacalah dengan teliti pertanyaan terlebih dahulu

3.      Isilah pertanyaan berikut ini dengan tanda ( )

4.      Bila ada yang kurang dimengerti dapat ditanyakan kepada peneliti.

 

A.    Data Demografi

 

1.      Nama responden:

2.      Jenis kelamin      :              laki-laki

     Perempuan

3.      Usia                    :       ……Tahun

4.      Kehamilan ke     :               pertama                kedua/lebih

5.      Pendidikan         :               SD tamat

       SMP tamat

       SMA/SMK tamat

       Diploma

       Sarjana

6.      Pekerjaan            :               Ibu Rumah Tangga

       Buruh/Petani

       Wiraswasta

       PNS

       Karyawan Swasta

       Lain-lain ………….. (mohon diisi)

7.      Apakah pernah menjalani operasi section caesarea sebelumnya:

       Ya                                        Tidak

8.      Jika ya, berapa kali: …..kali

KUISIONER VARIABEL INDEPENDEN

MEKANISME KOPING

B.     Mekanisme Koping

1.      Petunjuk pengisian

Anda diminta untuk menjawab yang paling sesuai denga napa yang anda alami/rasakan. Pastikan tidak ada satupun pernyataan yang terlewatkan. Berilah tanda contreng () pada setiap pernyataan di bawah ini:

2.      Keterangan

a.       Tidak Pernah     : Tidak pernah anda rasakan

b.      Kadang-kadang : Dirasakan 1-2 kali dalam sehari

c.       Sering                : Dirasakan 3-4 kali dalam sehari

d.      Selalu                : Dirasakan > 5 kali dalam sehari

NO

PERNYATAAN

Selalu

 

Sering

Kadang-     kadang

Tidak Pernah

1.

Menjelang operasi, saya sering menyendiri

 

 

 

 

2.

Saya merasa cemas, kuatir dan putus asa dengan kondisi saya saat ini

 

 

 

 

3.

Saya sangat tidak terima dengan kondisi saya saat ini, yang harus menjalani operasi

 

 

 

 

4.

Meski saya harus menjalani operasi, saya tetap mengisi hari-hari luang saya dengan hal yang positif (beribadah, bekerja ringan dll)

 

 

 

 

5.

Saya berusaha menghindari pertanyaan dari orang lain mengenai kehamilan saya

 

 

 

 

6.

Saya marah-marah kepada anggota keluarga, tanpa sebab yang pasti

 

 

 

 

7.

Saya sudah pasrah dengan kondisi saya saat ini kepada Tuhan YME

 

 

 

 

8.

Saya kesal dengan kondisi saya saat ini

 

 

 

 

9.

Saya bercerita dengan anggota keluarga dengan apa yang saya rasakan saat ini

 

 

 

 

10.

Saya merasa takut bila harus menjalani operasi section caesarea

 

 

 

 

11.

Saya merasa tidak berguna lagi

 

 

 

 

12.

Bila malam saya sulit tidur, karena memikirkan operasi  saya saat ini

 

 

 

 

13.

Saya malu ketika saya berkumpul  dengan teman-teman dan keluarga saya

 

 

 

 

14.

saya beribadah kepada tuhan agar proses persalinan saya dilancarkan

 

 

 

 

15.

Saya berharap tidak ada kendala/masalah saat proses persalinan nanti

 

 

 

 

16.

Saya tetap menjalankan kewajiban saya sebagai seorang istri dengan menyediakan makanan untuk keluarga saat dirumah

 

 

 

 

17.

Saya melakukan pekerjaan rumah seperti menyapu, mengepel, dan mencuci setiap hari

 

 

 

 

18.

Saya ditemani oleh suami Ketika melakukan pemeriksaan kehamilan

 

 

 

 

19.

Saya mendapat masukan dari keluarga untuk memecahkan masalah kehamilan saya

 

 

 

 

20.

Saya mendapatkan perhatian tentang kehamilan saya dari tetangga sekitar

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

LEMBAR KUISIONER DEPENDEN

KECEMASAN

ZS-RSA (Zung Self-Rating Scale Anxiety)

 

A.    Tujuan

Untuk mengetahui kecemasan pada pasien pre operasi.

B.     Petunjuk Pengisian Kuisioner

Berilah tanda () pada kolom yang sesuai dengan kondisi anda.

C.     Keterangan

a.       Tidak Pernah     : Tidak pernah anda rasakan

b.      Kadang-kadang : Dirasakan 1-2 kali dalam sehari

c.       Sering                : Dirasakan 3-4 kali dalam sehari

d.      Selalu                 : Dirasakan > 5 kali dalam sehari

 

No

Peran yang saya rasakan saat memikirkan

operasi?

Tidak Pernah

Kadang-kadang

Sering

Selalu

1.

Saya merasa lebih gugup dan cemas dari biasanya

 

 

 

 

2.

Saya merasa takut tanpa alasan

 

 

 

 

3.

Saya mudah marah atau merasa panik

 

 

 

 

4.

Saya merasa tidak berdaya

 

 

 

 

5.

Saya merasa baik-baik saja dan tidak ada sesuatu yang buruk akan terjadi

 

 

 

 

6.

Tangan dan kaki saya gemetar akhir-akhir ini

 

 

 

 

7.

Saya merasa terganggu dengan sakit kepala, leher, dan nyeri punggung

 

 

 

 

8.

Saya merasa mudah lemah dan Lelah

 

 

 

 

9.

Saya merasa tenang dan dapat duduk dengan santai

 

 

 

 

10.

Saya merasa jantung saya berdetak lebih cepat

 

 

 

 

11.

Saya merasa terganggu karena pusing

 

 

 

 

12.

Saya merasa seperti mau pingsan

 

 

 

 

13.

Saya dapat bernafas dengan  mudah

 

 

 

 

14.

Saya merasa mati rasa dan kesemutan pada jari tangan dan kaki

 

 

 

 

15.

Saya merasa perut saya sakit

 

 

 

 

16.

Saya sering buang air kecil

 

 

 

 

17.

Tangan saya kering dan hangat

 

 

 

 

18.

Wajah saya terasa panas dan kemerahan

 

 

 

 

19.

Saya dapat tidur dengan nyenyak

 

 

 

 

20.

Saya mengalami mimpi buruk

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tidak ada komentar: