Rabu, 14 Desember 2022

CONTOH LTA GAMBARAN ASUPAN ENERGI DAN PROTEIN, POLA ASUH, DAN RIWAYAT PENYAKIT INFEKSI DENGAN KEJADIAN STUNTING BALITA USIA 24-59 BULAN DI PEKON TANJUNG JATI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PASAR SIMPANG

 

 

 

GAMBARAN ASUPAN ENERGI DAN PROTEIN, POLA ASUH, DAN RIWAYAT PENYAKIT INFEKSI DENGAN

KEJADIAN STUNTING BALITA USIA 24-59 BULAN

DI PEKON TANJUNG JATI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS PASAR SIMPANG

 

 

 

 

 

 

 

 

Oleh

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

PROPOSAL TUGAS AKHIR

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG

PRODI DIII GIZI JURUSAN GIZI

2023


 


KATA PENGANTAR

 

 

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal tugas akhir yang berjudul “Gambaran Asupan Energi dan Protein, Pola Asuh, dan Riwayat Penyakit Infeksi dengan Kejadian Stunting Balita Usia 24-59 Bulan di Pekon Tanjung Jati Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Simpang”. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1.    Bapak Warjidin Aliyanto, SKM., M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan Tanjungkarang.

2.    Ibu Bertalina, SKM., M.Kes selaku Ketua Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Tanjungkarang dan sebagai Pembimbing Utama yang telah memberikan arahan, bimbingan, dan motivasi selama penulisan proposal tugas akhir ini.

3.    Ibu Nawasari Indah P, S.TP., M.SI selaku Pembimbing Pendamping yang telah memberikan arahan, bimbingan, dan motivasi selama penulisan proposal tugas akhir ini.

4.    Kedua orangtua yaitu Bapak Bunyani dan Ibu Syamsiah serta kakak-kakak, adik, dan keluarga besar yang menjadi sumber motivasi, selalu memberikan do’a, dukungan, pengorbanan, serta kasih sayang kepada penulis.

5.    Sahabat saya Renisa Kasifa dan teman-teman yang telah memberikan masukan, bantuan, serta selalu memberi semangat dalam setiap proses perjalanan penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan proposal tugas akhir ini tidak terlepas dari kesalahan dan kekurangan. Akhir kata, penulis ucapkan terima kasih dan semoga proposal tugas akhir ini dapat bermanfaat, baik bagi penulis maupun bagi  pembaca.

Bandar Lampung, Desember 2022

 

 

 

 

 

 


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG

JURUSAN GIZI

Proposal Tugas Akhir, Desember 2022

 

 

Gambaran Asupan Energi dan Protein, Pola Asuh, dan Riwayat Penyakit Infeksi dengan Kejadian Stunting Balita Usia 24-59 Bulan di Pekon Tanjung Jati Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Simpang

 

xii+  36 halaman + 3 tabel, 2 gambar, 4 lampiran

 

ABSTRAK

 

Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak yang ditandai dengan tinggi badan yang lebih pendek dari anak seusianya. Stunting disebabkan oleh multi faktor seperti asupan makanan, ASI eksklusif, hygiene dan sanitasi lingkungan, serta penyakit infeksi. Stunting akan memberikan dampak buruk pada kehidupan balita di masa yang akan datang. Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021 di Provinsi Lampung, persentase balita stunting sebesar 18,5%, sedangkan di Kabupaten Tanggamus sebesar 25%. Data Dinas Kesehatan Kabupaten Tanggamus bulan Februari tahun 2022 menunjukan prevalensi stunting yaitu sebesar 3,19%. Prevalensi balita stunting di Puskesmas Pasar Simpang berada di atas angka Kabupaten yaitu 7,71%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran asupan energi dan protein, pola asuh, dan riwayat penyakit infeksi dengan kejadian stunting balita usia 24-59 bulan di pekon tanjung jati wilayah kerja puskesmas pasar simpang.

Jenis penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif untuk mengetahui gambaran asupan energi dan protein, pola asuh, dan riwayat penyakit infeksi dengan kejadian stunting balita usia 24-59 bulan di pekon tanjung jati wilayah kerja puskesmas pasar simpang. Subjek penelitian adalah balita stunting yang berusia 24-59 bulan di pekon Tanjung Jati. Penelitian akan dilakukan di pekon Tanjung Jati pada bulan April - Mei 2023. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah total sampling atau sampling jenuh dimana suatu populasi diambil semua menjadi subjek penelitian.

 

 

Kata kunci       : stunting, anak balita, status gizi

Daftar bacaan  : 28 (2012-2022)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG

JURUSAN GIZI

Final Project Proposal, December 2022

 

 

Overview of Energy and Protein Intake, Parenting Patterns, and History of Infectious Diseases with Incidence of Stunting Toddlers Age 24-59 Months in Pekon Tanjung Jati Working Area of ​​Pasar Simpang Health Center

 

 xii+  36 pages + 3 tables,  2 pictures,  4 attachments

 

ABSTRACT

 

Stunting is a condition of failure to thrive in children which is characterized by a shorter height than children of their age. Stunting is caused by multiple factors, such as food intake, exclusive breastfeeding, environmental hygiene and sanitation, and infectious diseases. Stunting will have a negative impact on the lives of toddlers in the future. Based on the 2021 Indonesian Nutrition Status Survey (SSGI) in Lampung Province, the percentage of stunted toddlers is 18.5%, while in Tanggamus Regency it is 25%. Data from the Tanggamus District Health Office for February 2022 shows the prevalence of stunting is 3.19%. The prevalence of stunting under five at Pasar Simpang Health Center is above the regency figure, namely 7.71%. This study aims to determine the description of energy and protein intake, parenting style, and history of infectious diseases with the incidence of stunting in toddlers aged 24-59 months in Tanjung Jati Village, Pasar Simpang Health Center working area.

The type of research conducted was descriptive in nature to describe energy and protein intake, parenting styles, and history of infectious diseases with the incidence of stunting in toddlers aged 24-59 months in Pekon Tanjung Jati working area of ​​Pasar Simpang Health Center. The research subjects were stunted toddlers aged 24 -59 months in the village of Tanjung Jati. The research will be conducted in Tanjung Jati village in April - May 2023. The sampling technique used in this study is total sampling or saturated sampling where all of a population is taken as a research subject.

 

 

Keywords       : stunting, children under five, nutritional status

Reference        : 28 (2012-2022)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR ISI

 

                                                                                                                          Halaman

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS                                                         iii

LEMBAR PERSETUJUAN   iv

KATA PENGANTAR   v

BIODATA PENULIS  vi

ABSTRAK   vii

ABSTRACT  viii

DAFTAR ISI  ix

DAFTAR TABEL                                                                                                    x

DAFTAR GAMBAR                                                                                              xi

DAFTAR LAMPIRAN                                                                                          xii

 

BAB I PENDAHULUAN   1

A. Latar Belakang Masalah  1

B. Rumusan Masalah  4

C. Tujuan Penelitian  4

D. Manfaat Penelitian  5

E. Ruang Lingkup  6

 

BAB II TINJAUAN PUSTAKA   7

A. Pengertian Status Gizi 7

B. Stunting  8

C. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Stunting Pada Balita  12

D. Keranga Teori 19

E. Kerangka Konsep  20

F. Definisi Operasional 21

 

BAB III METODE PENELITIAN   23

A. Rancangan Penelitian  23

B. Subjek Penelitian  23

C. Waktu dan Tempat Penelitian  24

D. Pengumpulan Data  24

E. Pengolahan Data  25

F.Analisis Data  28

DAFTAR PUSTAKA   29

LAMPIRAN

 

 

 

 

DAFTAR TABEL

 

Nomor Tabel                                                                                                   Halaman

Tabel 1       Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan Indeks PB/U atau TB/U Anak Umur 0-60 Bulan  10

 

Tabel 2       Angka Kecukupan Energi dan Protein di Indonesia                           14

 

Tabel 3       Definisi Operasional                                                                             21

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR GAMBAR

 

Nomor Gambar                                                                                                  Halaman

Gambar 1 Kerangka Teori                                                                                      19

Gambar 2 Kerangka Konsep                                                                                  20

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR LAMPIRAN

 

Nomor Lampiran                                                                                                Halaman

Lampiran 1 Lembar Kuesioner Balita                                                                     31

Lampiran 2 Formulir Food Recall 24 jam                                                               34

Lampiran 3 Naskah PSP                                                                                         35

Lampiran 4 Form Informed Consent                                                                      36

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


BAB I

PENDAHULUAN

 

 

 

A.      Latar Belakang Masalah

              Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis terutama pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Kondisi gagal tumbuh pada anak balita disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu lama serta terjadinya infeksi berulang, dan kedua faktor penyebab ini dipengaruhi oleh pola asuh yang tidak memadai terutama dalam 1.000 HPK. Anak tergolong stunting apabila panjang atau tinggi badan menurut umurnya lebih rendah dari standar nasional yang berlaku. Standar dimaksud terdapat pada buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan beberapa dokumen lainnya (Bapennas, 2018).

              Stunting akibat kekurangan gizi yang terjadi pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) tidak hanya menyebabkan hambatan pada pertumbuhan fisik dan meningkatkan kerentanan terhadap penyakit, namun juga mengancam perkembangan kognitif yang akan berpengaruh pada tingkat kecerdasan dan produktivitas anak serta risiko terjadinya gangguan metabolik yang berdampak pada risiko terjadinya penyakit degeneratif (diabetes melitus, hiperkolesterol, hipertensi) di usia dewasa (Kemenkes RI, 2018).

Indonesia termasuk dalam lima negara dengan jumlah kasus stunting tertinggi secara global (Kemensos, 2021). Indonesia juga merupakan salah satu negara dengan permasalahan gizi balita yaitu stunting (pendek) dan wasting (gizi kurang) yang cukup tinggi. Di antara negara ASEAN, stunting di Indonesia (30,8%) masih lebih tinggi jika dibandingkan negara tetangga seperti Thailand (10,5%) dan Malaysia (20,7%). Pada Tahun 2019, diperkirakan ada sekitar 6,6 juta balita stunting atau 3 dari 10 anak di Indonesia mengalami stunting  (Pusdatin Kemenkes RI, 2020).

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan sebanyak 30,8 % balita mengalami stunting. Walaupun pada tahun 2019 prevalensi stunting menjadi 27,7 % dan pada tahun 2021 sebesar  24,4 % (SSGI, 2021) angka tersebut masih jauh dari target nasional sebesar 14 persen pada tahun 2024 (Kemenkes, 2021).

              Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), di Provinsi Lampung persentase balita stunting pada tahun 2021 sebesar 18,5%, sedangkan di Kabupaten Tanggamus angka stunting pada tahun 2021 sebesar 25%. angka tersebut pun masih jauh dari target nasional sebesar 14% pada tahun 2024 (Kemenkes, 2021).

Faktor Penyebab stunting dapat dipengaruhi oleh pekerjaan ibu, tinggi badan ayah, tinggi badan ibu, pendapatan, jumlah anggota rumah tangga, pola asuh, dan pemberian ASI eksklusif, selain itu stunting juga disebabkan oleh beberapa faktor lain seperti pendidikan ibu, pengetahuan ibu mengenai gizi, pemberian ASI eksklusif, umur pemberian MP-ASI, tingkat kecukupan zink dan zat besi, riwayat penyakit infeksi serta faktor genetik (Kemenkes RI, 2022).

Kekurangan gizi pada awal kehidupan atau usia dini akan berdampak serius terhadap kualitas SDM di masa depan. Kondisi kekurangan gizi pada usia dini menyebabkan kegagalan pertumbuhan sehingga mengakibatkan berat badan lahir rendah, pendek, kurus, serta daya tahan tubuh yang rendah. Selain itu anak yang kurang gizi akan mengalami hambatan perkembangan otak/kognitif sehingga kesulitan dalam mengikuti pendidikan, yang pada akhirnya berakibat pada rendahnya produktivitas di masa dewasa (Kemenkes RI, 2019).

Penyakit infeksi memiliki pengaruh hambatan langsung pada proses metabolisme, termasuk lempeng epifisis pertumbuhan yang dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan pada anak melalui kekurangan gizi. Penyakit infeksi merupakan faktor dominan penyebab stunting pada anak balita. Penyakit infeksi dapat disebabkan karena asupan gizi yang kurang pada anak dan ibu saat hamil serta akses sanitasi dan air bersih yang tidak memadai. Kurangnya akses sanitasi dan air bersih serta perilaku higiene yang buruk pada anak dapat menyebabkan diare sehingga terjadi malabsorpsi gizi dan berdampak pada pertumbuhan.

Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Desyanti dan Nindya (2017) menyatakan bahwa riwayat diare yang terjadi secara sering dalam 3 bulan terakhir meningkatkan risiko sebesar 3,619 kali terhadap kejadian stunting pada balita usia 24-59 bulan. Selain itu, infeksi saluran pernapasan juga dapat menyebabkan stunting kemungkinan akibat kekurangan nutrisi selama sakit dan hilangnya nafsu makan pada anak. Pada penelitian lain ditemukan bahwa anak balita yang memiliki riwayat penyakit infeksi (ISPA atau diare kronik) memiliki risiko 6,61 kali untuk mengalami stunting dibandingkan anak balita yang tidak memiliki riwayat penyakit infeksi (ISPA dan diare kronik). Penyakit infeksi lainnya yang dapat menyebabkan stunting adalah malaria dan campak.

Hasil Peneilitian yang dilakukan oleh Iseu dan Andi (2021) pada Anak Usia 24-59 Bulan di Kelurahan Karanganyar Kecamatan Kewalu Kota Tasikmalaya menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan asupan energi dan protein terhadap kejadian stunting. Asupan energi yang kurang pada balita beresiko sebesar 6,111 kali dibandingkan dengan asupan yang cukup. Selain itu, asupan protein yang kurang juga beresiko 5,160 kali terhadap kejadian stunting.

Hasil Peneilitian yang dilakukan oleh Pagdya dan Kartika (2021) pada Anak Usia 24-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Suliki Kanagarian Tanjung Bungo Kabupaten Lima Puluh Kota menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh dalam keluarga berupa pemberian makan, rangsangan prokososial, kebersihan, sanitasi lingkungan, dan pemanfaatan pelayanan kesehatan terhadap kejadian stunting.

Data Dinas Kesehatan KabupatenTanggamus Bulan Februari Tahun 2022 menunjukan prevalensi stunting yaitu sebesar 3,19%. Dan  prevalensi balita stunting tertinggi yaitu di Puskesmas Kelumbayan sebesar 23,92%, Puskesmas Pasar Simpang Sebesar 7,71%, Puskesmas Sumanda sebesar 5,12%. (Dinas Kesehatan Kabupaten Tanggamus, 2021). Hal ini menunjukkan bahwa prevalensi balita stunting di Puskesmas Pasar Simpang berada di atas angka kabupaten yaitu 3,19% yang artinya memerlukan perhatian khusus.

Stunting di Kecamatan Kotaagung Timur juga menjadi perhatian Pemerintah Daerah dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Bupati Tanggamus Nomor: B.352/41/08/2021 tentang Penetapan Pekon lokus stunting pada tahun 2022, menerangkan bahwa Pekon lokus stunting di Kecamatan Kotaagung Timur sebanyak 3 Pekon, yaitu Pekon Kagungan, Batu Keramat dan Tanjung Jati. (Bapeda Tanggamus, 2021).

              Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Gambaran Asupan Energi dan Protein, Pola Asuh, dan Riwayat Penyakit Infeksi dengan Kejadian Stunting Balita Usia 24-59 Bulan di Pekon Tanjung Jati Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Simpang”.

 

B.       Rumusan Masalah

Data Dinas Kesehatan Kabupaten Tanggamus Bulan Februari Tahun 2022 menunjukan prevalensi stunting yaitu sebesar 3,19%. Prevalensi balita stunting di Puskesmas Pasar Simpang berada di atas angka kabupaten yaitu 7,71% yang artinya memerlukan perhatian khusus. Surat Keputusan Bupati Tanggamus Nomor: B.352/41/08/2021 tentang Penetapan Pekon lokus stunting pada tahun 2022, menerangkan bahwa Pekon lokus stunting di Kecamatan Kotaagung Timur sebanyak 3 Pekon yaitu Pekon Kagungan, Batu Keramat dan Tanjung Jati.

Berdasarkan masalah yang di dapat, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “Bagaimana Gambaran Asupan Energi dan Protein, Pola Asuh, dan Riwayat Penyakit Infeksi Dengan Kejadian Stunting Balita Usia 24-59 Bulan di Pekon Tanjung Jati Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Simpang?”.

 

C.      Tujuan Penelitian

1.    Tujuan Umum

   Tujuan umum penelitian ini untuk mengetahui gambaran asupan energi dan protein, pola asuh, dan riwayat penyakit infeksi dengan kejadian stunting Balita usia 24-59 bulan di Pekon Tanjung Jati wilayah kerja Puskesmas Pasar Simpang.

2.    Tujuan Khusus

      Tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut:

a.    Untuk mengetahui gambaran kejadian stunting pada balita usia 24-59 bulan di Pekon Tanjung Jati wilayah kerja Puskesmas Pasar Simpang.

b.    Untuk mengetahui gambaran asupan energi dan protein pada balita usia 24-59 bulan di Pekon Tanjung Jati wilayah kerja Puskesmas Pasar Simpang.

c.    Untuk mengetahui gambaran pola asuh makan (riwayat ASI eksklusif) pada balita usia 24-59 bulan di Pekon Tanjung Jati wilayah kerja Puskesmas Pasar Simpang.

d.   Untuk mengetahui gambaran pola asuh kesehatan (hiegine dan sanitasi lingkungan) pada keluarga balita usia 24-59 bulan di Pekon Tanjung Jati wilayah kerja Puskesmas Pasar Simpang.

e.    Untuk mengetahui gambaran riwayat penyakit infeksi (penyakit diare dan ISPA) pada balita usia 24-59 bulan di Pekon Tanjung Jati wilayah kerja Puskesmas Pasar Simpang.

 

D.      Manfaat Penelitian

1.    Manfaat Teoritis

            Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang gambaran asupan energi dan protein, pola asuh, dan riwayat penyakit infeksi dengan kejadian stunting Balita usia 24-59 bulan di Pekon Tanjung Jati wilayah kerja Puskesmas Pasar Simpang.

2.    Manfaat Aplikatif

a.       Bagi Puskesmas

Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pihak puskesmas untuk menggalakkan upaya promotif dan preventif terkait stunting pada balita.

b.      Bagi Pekon

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan informasi dalam menyusun kebijakan dan strategi program kesehatan untuk menanggulangi masalah stunting.

 

E.       Ruang Lingkup

              Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Gambaran Asupan Energi dan Protein, Pola Asuh, dan Riwayat Penyakit Infeksi dengan Kejadian Stunting Balita Usia 24-59 Bulan di Pekon Tanjung Jati Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Simpang. Sampel pada penelitian ini adalah balita stunting yang berusia 24-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Pasar Simpang. Variabel yang digunakan adalah status gizi dengan menggunakan indeks antropometri TB/U, gambaran asupan energi dan protein, gambaran pola asuh makan (riwayat ASI eksklusif), gambaran pola asuh kesehatan (hiegine dan sanitasi lingkungan), gambaran riwayat penyakit infeksi (penyakit diare dan ISPA). Penelitian dilakukan di Pekon Tanjung Jati Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Simpang pada bulan November-Desember 2022 dan dilanjutkan pada bulan Apri­l-Mei 2023 dengan jenis penelitian deskriptif.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

 

 

A.      Pengertian Status Gizi

Status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh keseimbangan antara asupan zat gizi dari makanan dengan kebutuhan zat gizi yang diperlukan untuk metabolisme tubuh. Setiap individu membutuhkan asupan zat gizi yang berbeda antar individu, hal ini tergantung pada usia orang tersebut, jenis kelamin, aktivitas tubuh dalam sehari, berat badan dan lainnya (Kemenkes RI, 2017).

Status gizi adalah cerminan ukuran terpenuhinya kebutuhan gizi yang diperoleh dari asupan dan penggunaan zat gizi oleh tubuh (Penuntun Diet Anak, 2016). Status gizi anak batita diukur berdasarkan umur, berat badan (BB) dan tinggi badan (TB). Berat badan anak batita ditimbang menggunakan timbangan dacin dan tinggi badan menggunakan infantometer. Variabel BB dan TB anak batita disajikan dalam bentuk 4 indeks antropometri, yaitu BB/U, PB TB/U, BB/PB TB, dan IMT/U. Untuk memperoleh status gizi anak batita, maka jumlah berat badan dan tinggi badan setiap anak batita dikonversikan kedalam nilai standar (Z-score) menggunakan standar antropometri penilaian status gizi anak 2017 (Riskesdas, 2018).

 

1.      Penilaian Status Gizi Secara Antropometri

Antropometri berasal dari kata "antropos" yang artinya manusia dan "metri" yang berarti ukuran. Antropometri adalah suatu metode yang digunakan untuk menilai ukuran, proporsi, dan komposisi tubuh manusia. Penilaian status gizi secara antropometri merupakan penilaian status gizi secara langsung yang paling sering digunakan di masyarakat. Antropometri dikenal sebagai Indikator untuk penilaian status gizi perseorangan maupun masyarakat (Kemenkes, 2020).

Antropometri (ukuran tubuh) merupakan salah satu cara langsung menilai status gizi, khususnya keadaan energi dan protein tubuh seseorang. Dengan demikian, antropometri merupakan indikator status gizi yang berkaitan dengan masalah kekurangan energi dan protein yang dikenal dengan KEP. Antropometri dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor lingkungan. Konsumsi makanan dan kesehatan (adanya infeksi) merupakan faktor lingkungan yang mempengaruhi antropometri (Aritonang I, 2013).

Standar Antropometri Anak digunakan untuk menilai atau menentukan status gizi anak. Penilaian status gizi Anak dilakukan dengan membandingkan hasil pengukuran berat badan dan panjang/tinggi badan dengan Standar Antropometri Anak (Kemenkes, 2020). Standar Antropometri Anak didasarkan pada parameter berat badan dan panjang/tinggi badan terdiri atas 4 (empat) indeks, meliputi:

a.    Indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U) yang menggambarkan berat badan relatif dibandingkan dengan umur anak.

b.    Indeks Panjang Badan menurut Umur atau Tinggi Badan menurut Umur (PB/U atau TB/U) yang menggambarkan pertumbuhan panjang atau tinggi badan anak berdasarkan umurnya.

c.    Indeks Berat Badan menurut Panjang Badan/Tinggi Badan (BB/PB atau BB/TB) yang menggambarkan apakah berat badan anak sesuai terhadap pertumbuhan panjang/tinggi badannya.

d.   Indeks Masa Tubuh menurut Umur (IMT/U) untuk menentukan kategori gizi buruk, gizi kurang, gizi baik, berisiko gizi lebih, gizi lebih dan obesitas.

 

B.       Stunting

1.      Pengertian Stunting

Stunting merupakan gangguan pertumbuhan fisik yang ditandai dengan penurunan kecepatan pertumbuhan dan merupakan dampak dari ketidakseimbangan gizi. Menurut World Health Organization (WHO, 2020) Child Growth Standart, stunting didasarkan pada indeks panjang badan dibanding umur (PB/U) atau tinggi badan dibanding umur (TB/U) dengan batas (z-score) kurang dari -2 SD. Stunting masih merupakan satu masalah gizi di Indonesia yang belum terselesaikan. Stunting akan menyebabkan dampak jangka panjang yaitu terganggunya perkembangan fisik, mental, intelektual, serta kognitif. Anak yang terkena stunting hingga usia 5 tahun akan sulit untuk diperbaiki sehingga akan berlanjut hingga dewasa dan dapat meningkatkan risiko keturunan dengan berat badan lahir yang rendah (BBLR) (WHO, 2020).

Menurut Kemenkes RI (2022), balita bisa diketahui stunting bila sudah diukur panjang atau tinggi badannya, lalu dibandingkan dengan standar, dan hasil pengukurannya ini berada pada kisaran di bawah normal. Seorang anak termasuk dalam stunting atau tidak, tergantung dari hasil pengukuran tersebut. Jadi tidak bisa hanya dikira-kira atau ditebak saja tanpa pengukuran. Selain tubuh yang berperawakan pendek dari anak seusianya, ada juga ciri-ciri lainnya yakni:

a.    Pertumbuhan melambat.

b.    Wajah tampak lebih muda dari anak seusianya

c.    Pertumbuhan gigi terlambat

d.    Performa buruk pada kemampuan fokus dan memori belajarnya.

e.    Gangguan konsentrasi terutama pada anak bisa menimbulkan pengaruh negatif.

f.     Usia 8-10 tahun anak menjadi lebih pendiam, tidak banyak melakukan kontak mata terhadap orang di sekitarnya

g.    Berat badan balita tidak naik bahkan cenderung menurun.

h.    Perkembangan tubuh anak terhambat, seperti telat menarche (menstruasi pertama anak perempuan).

i.      Anak mudah terserang berbagai penyakit infeksi.

            Pengalaman dan bukti Internasional menunjukkan bahwa stunting dapat menghambat pertumbuhan ekonomi dan menurunkan produktivitas pasar kerja, sehingga mengakibatkan hilangnya 11% GDP (Gross Domestic Products) serta mengurangi pendapatan pekerja dewasa hingga 20%. Selain itu, stunting juga dapat berkontribusi pada melebarnya kesenjangan/inequality, sehingga mengurangi 10% dari total pendapatan seumur hidup dan juga menyebabkan kemiskinan antar-generasi (Kemendikbud, 2019).

            Anak pendek yang terjadi di Indonesia sebenarnya tidak hanya dialami oleh rumah tangga/keluarga yang miskin dan kurang mampu, karena stunting juga dialami oleh rumah tangga/keluarga yang tidak miskin/yang berada di atas 40% tingkat kesejahteraan sosial dan ekonomi. Periode 1000 hari pertama kehidupan (1000 HPK) merupakan simpul kritis sebagai awal terjadinya stunting yang selanjutnya akan memberikan dampak jangka panjang hingga akan berulang dalam siklus kehidupan (Kemenkes RI, 2022).

            Stunting pada anak menjadi permasalahan karena berhubungan dengan meningkatnya risiko terjadinya kesakitan dan kematian, gangguan pada perkembangan otak, gangguan terhadap perkembangan motorik dan terhambatnya pertumbuhan mental anak. Pertumbuhan tidak optimal dalam masa janin dan atau selama periode 1000 HPK memiliki dampak jangka panjang. Bila faktor eksternal (setelah lahir) tidak mendukung, pertumbuhan stunting dapat menjadi permanen sebagai remaja pendek. Anak balita dikatakan pendek jika nilai z-score panjang badan menurut umur (PB/U) atau tinggi badan menurut umur (TB/U) kurang dari -2SD/standar deviasi (stunted) dan kurang dari -3SD (severely stunted) (Kemenkes, 2020). Kondisi stunting baru nampak setelah anak berusia 2 tahun (TNP2K, 2017).

            Klasifikasi status gizi balita berdasarkan indeks PB/U atau TB/U dapat di lihat pada tabel 2 berikut.

 

Tabel 1.

Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan Indeks PB/U atau TB/U Anak Umur 0-60 Bulan

 

 

Indeks

Status Gizi

Ambang Batas

Panjang badan atau tinggi badan menurut umur (PB/U atau TB/U) anak usia 0-60 bulan

Sangat pendek (severely stunted)

<-3SD

 

Pendek (stunted)

-3SD s.d <-2SD

Normal

-2SD s.d +3SD

Tinggi

>+3SD

Sumber : Kemenkes, 2020

 

 

 

2.      Dampak Stunting

Anak balita (bawah lima tahun) yang mengalami stunting akan memiliki tingkat kecerdasan tidak maksimal, menjadikan anak lebih rentan terhadap penyakit dan berisiko menurunnya produktivitas di masa depan. Pada akhirnya secara luas stunting akan dapat menghambat pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kemiskinan, dan memperlebar ketimpangan (Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan, 2017).

Balita yang mengalami stunting akan mengalami kecerdasan dan pertumbuhan yang tidak optimal dan menjadikan anak lebih rentan terhadap penyakit, di masa depan dapat beresiko menurunya tingkat produktifitas. Menurut Kemenkes (2018), dampak yang ditimbulkan stunting dapat dibagi menjadi dampak jangka pendek dan jangka panjang.

a.    Dampak Jangka Pendek

1)   Peningkatan kejadian kesakitan dan kematian

2)   Perkembangan kognitif, motorik, dan verbal pada anak tidak optimal

3)   Peningkatan biaya kesehatan

b.    Dampak Jangka Panjang

1)   Postur tubuh yang tidak optimal saat dewasa (lebih pendek pendek dibandingkan pada umumnya)

2)   Meningkatnya risiko obesitas dan penyakit lainnya

3)   Menurunnya kesehatan reproduksi

4)   Kapasitas belajar dan performa yang kurang optimal saat masa sekolah

5)   Produktivitas dan kapasitas kerja yang tidak optimal

 

3.      Pencegahan Stunting

Stunting merupakan salah satu target Sustainable Development Goals (SDG's) yang termasuk pada tujuan pembangunan berkelanjutan ke-2 yaitu menghilangkan kelaparan dan segala bentuk malnutrisi pada tahun 2030 serta mencapai ketahanan pangan. Target yang ditetapkan adalah menurunkan angka stunting hingga 40% pada tahun 2025. Untuk mewujudkan hal tersebut, pemerintah menetapkan stunting sebagai salah satu program prioritas (Sustainable, T., & Goals, D, 2016).

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 39 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga yaitu upaya yang dilakukan untuk menurunkan prevalensi stunting sebagai berikut:

a.    Ibu Hamil dan Bersalin

1)   Intervensi pada 1.000 hari pertama kehidupan;

2)   Mengupayakan jaminan mutu Antenatal Care (ANC) terpadu;

3)   Meningkatkan persalinan di fasilitas kesehatan;

4)   Menyelenggarakan program pemberian makanan tinggi kalori, protein, dan mikronutrien (TKPM);

5)   Deteksi dini penyakit (menular dan tidak menular);

6)   Pemberantasan kecacingan;

7)   Meningkatkan transformasi Kartu Menuju Sehat (KMS) ke dalam Buku KIA;

8)   Menyelenggarakan konseling Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI eksklusif; dan Penyuluhan dan pelayanan KB.

b.    Balita

1)   Pemantauan pertumbuhan balita;

2)   Menyelenggarakan kegiatan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) untuk balita;

3)   Menyelenggarakan stimulasi dini perkembangan anak; dan

4)   Memberikan pelayanan kesehatan yang optimal.

 

C.      Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Stunting Pada Balita

1.    Asupan Energi

Energi adalah suatu kapasitas untuk melakukan pekerjaan dengan jumlah energi yang dibutuhkan seseorang tergantung pada usia, jenis kelamin, berat badan dan bentuk tubuh. Karbohidrat merupakan sumber energi yang paling penting dalam tubuh, dimana karbohidrat menyediakan energi untuk seluruh jaringan dalam tubuh. Energi didalam tubuh manusi timbul karena pembakaran karbohidrat, protein dan lemak. Dalam 1 gram karbohidrat menghasilkan 4 kalori. Sebagian karbohidrat di dalam tubuh berada dalam sirkulasi darah sebagai glukosa untuk keperluan energi (Almatsier, 2016).

Fungsi energi yaitu sebagai berikut:

a.         Sebagai zat tenaga untuk metabolisme

b.         Sebagai zat tenaga untuk pertumbuhan.

Sumber energi berupa karbohidrat dan lemak, yang kaya akan lemak anatara lain lemak/gajih dan minyak, alpokat, biji berminyak (wijen, bunga matahari, kemiri), santan, coklat, kacang-kacangan dengan kadar air rendah (kacang tanah dan kacang kedele), dan aneka pangan produk turunannya. Pangan sumber energi yang kaya karbohidrat anatara lain beras, jangungm oat, serealia, umbiumbian, tepung, gula.

Asupan energi merupakan salah satu cara untuk menilai konsumsi makanan pada anak. Ada hubungan yang signifikan antara konsumsi energi dan kejadian stunting pada balita. Hal tersebut dikarenakan asupan gizi yang tidak adekuat, terutama dari total energi, berhubungan langsung dengan deficit pertumbuhan fisik pada anak. Rendahnya konsumsi energi pada kelompok anak balita pendek diperkirakan karena beberapa faktor antara lain kurangnya pengetahuan ibu tentang stunting yang berpengaruh dalam pemberian gizi seimbang pada anak, nafsu makan anak berkurang karena adanya penyakit infeksi (Mugianti, 2018).

Kekurangan energi pada anak balita atau baduta dapat menyebabkan berat badannya menurun dalam waktu yang sebentar, terhambatnya pertumbuhan tulang dan menyebabkan gangguan gizi akut seperti gizi kurang dan gizi buruk. Kelebihan energi akan menyebabkan kegemukan pada balita (Almatsier, 2016).

 

2.      Asupan Protein

Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian terbesar tubuh sesudah air, terdiri dari berbagai jenis protein yang diperoleh dari berbagai makanan sumber protein baik yang berasal dari hewai maupun nabati. Selanjutnya tubuh akan memecah protein dari makanan menjadi unit terkecil, yaitu rantai-rantai asam amino yang dibawa kedalam sel untuk kemudian digunakan membentuk berbagai jenis protein yang dibutuhkan oleh tubuh. (Almatsier, 2016).

Fungsi protein yaitu sebagai berikut:

a.         Pertumbuhan dan pemeliharaan

b.         Mengangkut Zat-zat gizi

c.         Pembentukan Antibodi

Bahan makanan hewani merupakan sumber protein yang baik, dalam jumlah atau pun mutu, seperti telur, susu, daging, unggas, ikan, dll. Sumber protein nabati adalah kacang kedela, tempe, tahun dan kacang-kacangan.

Asupan protein adekuat merupakan hal penting karena protein tidak hanya bertambah, tapi juga habis digunakan, sehingga masa sel tubuh dapat berkurang yang menghasilkan pertumbuhan terhambat. Asupan protein rendah dapat dipengaruhi oleh penyakit infeksi yang terjadi pada anak stunting mengakibatkan kurangnya nafsu makan sehingga konsumsi makan pada anak menjadi berkurang (Mugianti, 2018).

Kekurangan protein pada anak balita dapat menyebabkan pertumbuhan dan kematangan tulang yang rendah. Anak yang kekurangan protein bisa juga menyebabkan kwashiorkor dan kurang energi protein (KEP). Berikut adalah tabel Angka Kecukupan Energi dan Protein di Indonesia.

Tabel 2.

Angka Kecukupan Energi dan Protein di Indonesia

 

 

Kelompok Umur

Energi (kkal)

Protein (g)

Bayi /Anak

 

 

0 5 bulan

550

9

6 11 bulan

800

15

1 3 tahun

1350

20

4 6 tahun

1400

25

Sumber : AKG, 2019

 

 

 

3.      Pemberian ASI ekslusif

Menurut World Health Organization (WHO, 2017), menyusui adalah cara yang tak tertandingi dalam menyediakan makanan yang ideal untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi yang sehat, itu juga merupakan bagian integral dari proses reproduksi dengan implikasi penting bagi kesehatan ibu. Sebagai rekomendasi kesehatan masyarakat global, bayi harus disusui secara eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan untuk mencapai pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan yang optimal. ASI eksklusif merupakan pemberian ASI saja tanpa adanya penambahan cairan lainnya baik itu susu formula, air putih, air jeruk, madu dan ataupun makanan tambahan lainnya hingga bayi mencapai usia 6 bulan.

Masalah stunting terutama disebabkan oleh adanya pengaruh dari pola asuh, cakupan dan kualitas layanan kesehatan, lingkungan serta ketahanan pangan. Yang termasuk ke dalam pola asuh adalah inisiasi menyusu dini (IMD), pemberian ASI Eksklusif dari usia 0-6 bulan dan pemberian ASI dilanjutkan dengan makanan pendamping ASI (MP-ASI) sampai dengan 2 tahun (Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI, 2018).

ASI sangat berperan dalam pemenuhan nutrisi bayi. Konsumsi ASI juga dapat meningkatkan kekebalan tubuh bayi sehingga mampu menurunkan risiko penyakit infeksi. Sampai usia 6 bulan, bayi direkomendasikan hanya mengonsumsi Air Susu Ibu (ASI) eksklusif. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012, ASI eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama enam bulan, tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain (kecuali obat, vitamin dan mineral). Setelah usia 6 bulan, di samping ASI kemudian bisa diberikan makanan tambahan.

 

4.      Hiegine dan Sanitasi Lingkungan

Akses terhadap air bersih dan fasilitas sanitasi yang buruk dapat meningkatkan kejadian infeksi yang dapat membuat energi untuk pertumbuhan teralihkan kepada perlawanan tubuh menghadapi infeksi, zat gizi sulit terserap oleh tubuh, dan terhambatnya pertumbuhan. Ketika anak anak tumbuh di lingkungan dengan sanitasi yang buruk, maka resiko mereka terkena penyakit lebih besar dan kemungkinan mengalami penyakit berulang juga tinggi, inilah yang menjadi salah satu penyebab terhambatnya pertumbuhan anak (Kemenkes, 2017).

Komponen sanitasi :

1)      Memilki mata air yang bersih

2)      Memiliki Jamban keluarga

3)      Memiliki tempat pembuangan sampah rumah tangga

4)      Memiliki rumah yang sehat

5)      Memiliki saluran pembuangan air limbah

Saluaran Pembuangan Air Limbah (SPAL) adalah bangunan yang digunakan untuk mengumpulkan air buangan sisa pemakaian dari sarana cuci tangan, kamar mandi, dapur, dan lain-lain, sehingga air limbah tersebut dapat tersimpan atau meresap kedalam tanah dan tidak menyebabkan penyebaran penyakit serta tidak mengotori lingkungan sekitar.

 

5.      Penyakit infeksi

Penyakit infeksi merupakan salah satu faktor penyebab langsung status gizi balita disamping konsumsi makanan. Penyakit infeksi rentan terjadi dan sering dialami oleh balita. Dimana balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan penyakit, salah satu masalah yang sering dialami pada balita adalah infeksi cacing, diare dan ISPA. Beberapa penyakit infeksi yang diderita bayi dapat menyebabkan berat badan bayi turun. Jika kondisi ini terjadi dalam waktu yang cukup lama dan tidak disertai dengan pemberian asupan yang cukup untuk proses penyembuhan maka dapat mengakibatkan stunting (Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI, 2018).

Penyebab langsung malnutrisi adalah diet yang tidak adekuat dan penyakit. Manifestasi malnutrisi ini disebabkan oleh perbedaan antara jumlah zat gizi yang diserap dari makanan dan jumlah zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Infeksi klinis dan subklinis yang termasuk ke dalam framework WHO antara lain penyakit diare, kecacingan, infeksi saluran pernafasan, dan malaria. Dari beberapa penyakit tersebut, infeksi yang utama terkait penyebab kejadian stunting adalah infeksi saluran pernafasan dan penyakit diare (UNICEF, 2015).

Penyakit infeksi dapat memperburuk keadaan gizi dan kurangnya keadaan gizi dapat menyebabkan seseorang mudah terkena penyakit infeksi yang dapat menurunkan nafsu makan, gangguan penyerapan dalam saluran pencernaan atau dapat meningkatkan kebutuhan zat gizi karena adanya penyakit sehingga kebutuhan gizi tidak terpenuhi (Ariati, 2019).

 

a.    Diare

Menurut World Health Organization (WHO, 2017), diare adalah kejadian buang air besar dengan konsistensi lebih cair dari biasanya, dengan frekuensi tiga kali atau lebih dalam periode 24 jam. Penyakit ini dapat disebabkan oleh berbagai bakteri, virus dan parasit. Infeksi menyebar melalui makanan atau air minum yang terkontaminasi. Selain itu, dapat terjadi dari orang ke orang sebagai akibat buruknya kebersihan diri (personal hygiene) dan lingkungan (sanitasi).

Menurut Masriadi (2017), diare sering disertai dengan munculnya tnanda dan gejala seperti muntah, demam, dehidrasi dan gangguan elektrolit. Keadaan tersebut merupakan suatu gejala yang terjadi akibat adanya infeksi oleh bakteri, virus dan parasit perut. Penyakit diare yang spesifik seperti kolera, shigellosis, salmonellosis, infeksi Escherichia coli, yersiniosis, giardiasis, enteritis Campylobacter, cryptosporidiosis dan gastroenteropati

Kejadian diare ini dapat menimbulkan efek jangka panjang berupa defisit pertumbuhan tinggi badan. Selama masa diare yang dialami oleh balita, maka mineral Zinc akan ikut hilang dalam jumlah yang banyak sehingga perlu diganti untuk membantu penyembuhan diare pada anak dan juga menjaga balita tetap sehat dibulan-bulan berikutnya. Dimana pemberian Zinc ini berguna untuk mengurangi lamanya dan tingkat keparahan diare serta menghindari terjadinya diare pada 2-3 bulan berikutnya.

 

b.    ISPA

ISPA atau Infeksi Saluran Pernapasan Akut merupakan suatu penyakit pada saluran pernapasan atas atau bawah, yang biasanya menular dan dapat menimbulkan berbagai spektrum penyakit yang berkisar dari penyakit tanpa gejala atau infeksi ringan bahkan sampai penyakit yang parah dan mematikan, semua tergantung pada patogen penyebabnya, faktor lingkungan dan pejamu. ISPA sering terjadi pada anak-anak. ISPA dikatakan berulang jika dalam 1 tahun mengalami ISPA sebanyak 6 kali atau lebih. ISPA dapat menjadi salah satu faktor yang menghambat pertumbuhan pada anak yang bisa berakibat pada keterlambatan pertumbuhan.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yasinta Betan, dkk (2018), penyakit infeksi (kejadian dan frekuensi penyakit infeksi) seperti ISPA dan Diare mempunyai hubungan yang signifikan dengan kejadian malnutrisi pada anak usia 2-5 tahun. Hal ini dikarenakan anak-anak yang menderita diare dan/atau ISPA mengalami kekurangan/kehilangan nafsu makan dan malabsorpsi nutrient. Apabila asupan nutrisi anak tidak adekuat, ketidakseimbangan antara kebutuhan tubuh dan asupan makanan akan terjadi.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

D.      Keranga Teori

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Gambar 1.

Kerangka Teori Penyebab Terjadinya Stunting

Sumber: Modifikasi UNICEF (2015), Bappenas (2018), dan Mugianti (2018)

 

 

 

E.       Kerangka Konsep

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Gambar 2.

Kerangka Konsep Penyebab Terjadinya Stunting

 

 

 

 

 

 

F.       Definisi Operasional

 

Tabel 3.

Definisi Operasional

 

No.

Variabel

Definisi Operasional

Cara Ukur

Alat Ukur

Hasil Ukur

Skala

1.

Stunting

Stunting adalah masalah gizi kronis pada balita yang di tandai dengan tinggi badan yang lebih pendek di bandingkan dengan anak seusianya dengan z-score <-2SD

Pengukuran tinggi badan balita dengan menggunakan indeks TB/U

Mikrotoise

1.   Sangat pendek <-3 SD

2.   Pendek -3 SD s.d <-2 SD

3.   Normal -2 SD s.d +3 SD

4.   Tinggi >+3 SD

(Kemenkes, 2020)

 

Ordinal

2.

Asupan Energi

Jumlah energi dalam makanan yang di konsumsi selama sehari terhitung sejak 2 x 24 jam sebelum penelitian di lakukan dalam satuan gram

Wawancara food recall 2 x 24 jam

Kuesioner

1.   Sangat kurang, jika hasil recall <70% AKE

2.   Kurang, jika hasil recall 70-<100% AKE

3.   Cukup, jika hasil recall 100-<130% AKE

4.   Lebih, jika hasil recal >130% AKE (SDT, 2014)

Ordinal

3.

Asupan Protein

Jumlah protein dalam makanan yang di konsumsi selama sehari terhitung sejak 2 x 24 jam sebelum penelitian di lakukan dalam satuan gram

Wawancara food recall 2 x 24 jam

Kuesioner

1.   Sangat kurang, jika hasil recall <80% AKP

2.   Kurang, jika hasil recall 80-<100% AKP

3.   Cukup, jika hasil recall >100% AKP

 (SDT, 2014)

Ordinal

4.

Asi Ekslusif

Air Susu Ibu Ekslusif adalah ASI yang di berikan kepada bayi sejak dilahirkan sampai berusia 6 bulan, tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain (kecuali obat, vitamin, dan mineral)

Wawancara

Kuesioner

1.   Asi Ekslusif

2.   Tidak ASI Ekslusif (Permenkes No.33 tahun 2012)

 

Ordinal

5.

Riwayat Penyakit Infeksi

Informasi yang diperoleh untuk mendapatkan jawaban mengenai riwayat penyakit (Diare dan ISPA) yang di alami anak balita dalam 1 bulan terakhir

Wawancara

Kuesioner

1.   Ya (jika anak pernah menderita ISPA/diare dalam 1 bulan terakhir)

2.   Tidak (jika balita tidak pernah menderita ISPA/diare dalam 1 bulan terakhir) (Faradilah, 2019)

 

Ordinal

6.

Hygine dan Sanitasi

Perilaku dalam menerapkan hidup bersih dan sehat serta fasilitas sanitasi yang ada di lingkungan rumah

Wawancara

Kuesioner

1.   Perilaku baik jika nilainya >50%

2.   Perilaku kurang jika nilainya <50%

(Irianto, 2016)

Ordinal

 


BAB III

METODE PENELITIAN

 

 

A.      Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. Rancangan penelitian ini untuk mengetahui tentang gambaran stunting balita dengan pengukuran menggunakan indeks TB/U, gambaran asupan energi dan protein, gambaran riwayat ASI eksklusif, gambaran hiegine dan sanitasi lingkungan, dan gambaran riwayat penyakit infeksi (penyakit diare dan ISPA) di Pekon Tanjung Jati Wilayah kerja Puskesmas Pasar Simpang tahun 2022.

 

B.       Subjek Penelitian

1.    Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah balita  yang berusia 24-59 bulan di pekon Tanjung Jati wilayah kerja puskesmas pasar simpang yang berjumlah 63 anak balita.

 

2.      Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sampel dilakukan karena peneliti memiliki keterbatasan dalam melakukan penelitian baik dari segi waktu, tenaga, dana, dan jumlah populasi yang banyak.

Sampel pada penelitian ini menggunakan rumus solvin dengan derajat kepercayaan 90% dan derajat kesalahan 10%. Jumlah sampel yang diperoleh dihitung menggunakan rumus berikut:

n =    N

      1 + N (d)2

n =    63

      1 + 63 (0,1)2

n =    63

      1 + 63 (0,01)

n = 38,65 ≈ 39 orang

Keterangan:

N   = Populasi

n    = Besar sampel

d    = Derajat ketepatan yang diinginkan

 

3.      Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan Simple Random Sampling. Simple Random Sampling adalah suatu teknik pengambilan sampel secara acak, dimana setiap elemen atau anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih menjadi sampel. Teknik sampel ini dilakukan karena sampelnya tidak terlalu banyak.

 

C.      Waktu dan Tempat Penelitian

1.      Tempat

Penelitian ini dilakukan di Pekon Tanjung Jati wilayah kerja Puskesmas Pasar Simpang.

 

2.      Waktu

Penelitian dilakukan pada bulan November-Desember 2022 dan dilanjutkan pada bulan Apri­l-Mei 2023.

 

D.      Pengumpulan Data

1.      Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari responden setelah melakukan kunjungan langsung ke lokasi penelitian dengan meminta persetujuan terlebih dahulu kepada responden untuk bersedia menjadi responden dan diwawancarai sesuai dengan yang ada di kuisioner. Kuesioner berupa pertanyaan meliputi data antropometri indeks TB/U, gambaran asupan energi dan protein, gambaran riwayat ASI eksklusif, gambaran hiegine dan sanitasi lingkungan, dan gambaran riwayat penyakit infeksi (penyakit diare dan ISPA).

2.      Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai tangan kedua). Data sekunder pada penelitian ini meliputi data jumlah populasi dan sampel yang diperoleh dari Puskesmas Pasar Simpang, Kecamatan Kotaagung Timur, Kabupaten Tanggamus.

 

3.      Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebiih mudah diolah. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a.         Mikrotoise dalam pengukuran tinggi badan balita

b.         Kuesioner, untuk mengetahui gambaran asupan energi dan protein, gambaran riwayat ASI eksklusif, gambaran hiegine dan sanitasi lingkungan, dan gambaran riwayat penyakit infeksi (penyakit diare dan ISPA).

 

E.       Pengolahan Data

1.    Editing

Editing merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan isian formulir atau kuesioner apakah jawaban yang sudah ada di kuesioner sudah lengkap (semua pertanyaan terisi jawabannya), jelas (jawaban bisa dibaca dan dimengerti), relevan (jawaban sesuai dengan pertanyaan).

 

2.    Coding

Coding adalah kegiatan mengubah data bentuk huruf menjadi data bentuk angka atau bilangan. Coding digunakan untuk mempermudah pada saat analisis data dan juga mempercepat pada saat entri data. Pengkodean untuk setiap variabel sebagai berikut:

 

 

a.         Stunting

Penentu status gizi stunting dilihat berdasarkan TB/U. Hal tersebut akan dibandingkan menurut kategori dengan coding sebagai berikut:

1      = Sangat pendek <-3 SD

2      = Pendek -3 SD sd <-2 SD

3      = Normal -2 SD s.d +3 SD

4      = Tinggi >+3 SD

(Kemenkes, 2020)

b.         Asupan energi

Penentu asupan energi dapat dilihat berdasarkan wawancara food recall 2 x 24 jam. Hal tersebut akan dibandingkan menurut kategori dengan coding sebagai berikut:

1       = Sangat kurang, jika hasil recall <70% AKE

2       = Kurang, jika hasil recall 70-<100% AKE

3       = Cukup, jika hasil recall 100-<130% AKE

4       = Lebih, jika hasil recal >130% AKE

(SDT, 2014)

 

c.         Asupan protein

Penentu asupan protein dapat dilihat berdasarkan wawancara food recall 2 x 24 jam. Hal tersebut akan dibandingkan menurut kategori dengan coding sebagai berikut:

1       = Sangat kurang, jika hasil recall <80% AKP

2       = Kurang, jika hasil recall 80-<100% AKP

3       = Cukup, jika hasil recall >100% AKP

(SDT, 2014)

 

d.        Riwayat ASI Ekslusif

Penentu ASI dapat dilihat berdasarkan pemberian ASI selama 6 bulan pertama tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain (kecuali obat, vitamin, dan mineral). Hal tersebut akan dibandingkan menurut kategori dengan coding sebagai berikut:

1      = Asi Ekslusif

2      = Tidak ASI Ekslusif

(Permenkes No.33 tahun 2012)

 

e.         Hiegine dan Sanitasi Lingkungan

Tingkat hiegine dan sanitasi lingkungan dapat dilihat berdasarkan perilaku hidup sehat dan fasilitas sanitasi yang ada di lingkungan rumah. Hal tersebut akan dibandingkan menurut kategori dengan coding sebagai berikut:

1      = Perilaku baik jika nilainya >50%

2      = Perilaku kurang jika nilainya <50%

(Irianto, 2016)

 

f.          Riwayat Penyakit Infeksi

Penentu riwayat penyakit infeksi dapat dilihat berdasarkan riwayat penyakit (Diare dan ISPA) yang di alami anak balita 1 tahun  terakhir. Hal tersebut akan dibandingkan menurut kategori dengan coding sebagai berikut:

1      =  Ya (jika anak pernah menderita ISPA/diare dalam 1 bulan terakhir)

2      = Tidak (jika balita tidak pernah menderita ISPA/diare dalam 1 bulan terakhir)

(Faradilah, 2019)

 

3.      Processing

Pemrosesan data yang dilakukan dengan cara mengentry data dari jawaban responden dalam bentuk kode (angka atau huruf) kedalam program komputer. Pemrosesan ini dilakukan agar data yang sudah di entry dapat dianalisis.

 

4.      Cleaning

Setelah diberikan kode dan dimasukkan kedalam perangkat komputer selanjutnya dilakukan cleaning atau pembersihan data yang merupakan kegiatan pencegahan kembali data yang sudah di entry apakah ada kesalahan, hasil pengolahan data yang sudah jadi kemudian dilakukan pengoreksian.

 

F.       Analisis Data

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Analisis univariat digunakan untuk menggambarkan semua variabel yaitu gambaran asupan energi dan protein, pola asuh, dan riwayat penyakit infeksi dengan kejadian stunting di Pekon Tanjung Jati wilayah kerja Puskesmas Pasar Simpang, Kecamatan Kotaagung Timur, Kabupaten Tanggamus.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


DAFTAR PUSTAKA

 

 

 

Almatsier, Sunita. (2016). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta

 

AsDI, IDAI, & PERSAGI. (2016). Penuntun Diet Anak. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

 

Bappenas.  (2018). Rencana Aksi Nasional Dalam Rangka Penurunan Stunting. Jakarta: Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.

 

Betan, Y., & dkk. (2018). Hubungan Antara Penyakit Infeksi dan Malnutrisi pada Anak Usia 2-5 Tahun. Jurnal Ners LENTERA, 06, 1-9.

 

Desyanti, C., & Nindya, T.S. (2017). Hubungan Riwayat Penyakit Diare dan Praktik Higiene dengan Kejadian Stunting pada Balita Usia 24-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Simolawang, Surabaya. DOI: 10.2473/amnt.vl i3.2017.243-251. Amerta Nutr. 2017:243-51.

 

Faradilah, Ike. Hubungan Kejadian Stunting dengan Frekuensi dan Durasi Penyakit Diare dan ISPA Pada Anak Usia Toodler di Wilayah Kerja Puskesmas Kenjeran Surabaya. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Surabaya.

 

Irianto, Agus. (2016). Statistik Konsep Dasar, Aplikasi dan Pengembangannya. Jakarta: Kencana.

 

Kemendikbud, (2019). Pendidikan dan Pembangunan Bangsa Bebas dari Stunting. Majalah Jendela-BKLM Kemendikbud

 

Kementerian Kesehatan RI. (2017). Buku Saku Pemantauan Status Gizi Tahun 2016.

 

Kementerian Kesehatan RI. (2018). Intervensi Komunilkasi Perubahan Perilaku Untuk Pencegahan Stunting: Pola Konsumsi, Pengasuhan, Hiegenis Pribadi dan Lingkungan. Jakarta : Bidang IV Tim Promosi Kesehatan.

 

Kementerian Kesehatan RI. (2018). Hasil Utama Riskesdas 2018. Kementerian Kesehatan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

 

Kementerian Kesehatan RI. (2018). Pedoman Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku Dalam Percepatan Pencegahan Stunting Di Indonesia.

 

Kementerian Kesehatan RI. (2019). Pedoman Pelatihan Konseling Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA).

 

Kementerian Kesehatan RI. (2020). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2020 Tentang Standar Antropometri Anak.

 

Kementerian Kesehatan RI. (2021). Buku Saku Hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) Tingkat Nasional, Provinsi, dan Kabupaten/Kota Tahun 2021.

 

Kementerian Kesehatan RI. (2022). Cegah Stunting Itu Penting. Direktorat Jendral Pelayanan Kesehatan.

 

Masriadi. (2017). Epidemiologi Penyakit Menular. Depok: PT Rajagrafindo Persada.

 

Mugianti, S., & dkk. (2018). Faktor Penyebab Anak Stunting Usia 25-60 Bulan di Kecamatan Sukorejo, Kota Blitar. Jurnal Ners dan Kebidanan, 5, 268-278.

 

Peraturan Menteri Kesehatan No. 39 Tahun 2016 Tentang Pedoman Pentelenggaraan Program Indonesia Sehat Dengan Pemdekatan Keluarga.

 

PP No. 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif.

 

Pusdatin, 2018. Topik Utama: Situasi Balita Pendek (Stunting) di Indonesia. Availableat:https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/buletin/Buletin-Stunting- 2018.pdf

 

Studi Diet Total. (2014). Survei konsumsi makanan individu Indonesia 2014

 

Sustainable, T., & Goals, D. (2016). The sustainable development goals  report 2016. The Sustainable Development Goals Report 2016.

 

Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan RI (TNP2K). (2017). 100 Kabupaten/kota prioritas untuk intervensi anak kerdil (stunting). Jakarta: Sekretariat Wakil Presiden Republik Indonesia.

 

UNICEF. (2015). UNICEF's Approach to Scaling Nutrition for Mother and Their Child. New York: Programme Division.

 

World Health Organization (WHO). (2017). Exclusive Breastfeeding For Optimal Growth, Development And Health Of Infants. In: WHO. 2017; 1-3.

 

World Health Organization (WHO). (2017). Diarrhoeal Disease. Available from: https://www.who.int/newsroom/fact-sheets/detail/diarrhoeal-disease

 

World Health Organization (WHO). (2020). Child Growth Standards

 

 

 

 

Lampiran 1. Lembar Kuesioner Balita

 

 

Desa                            :                                               Nama Responden        :

RT                               :                                               Nama Pewawancara    :

Tgl. Wawancara          :                      

 

A.       Identitas Orang Tua Balita

1.    Ayah Balita

a.    Nama          :

b.    Umur          :

c.    Pendidikan : SD / SMP / SMA / PT

d.   Bekerja       : ya / tidak

e.    Pendapatan : Rp.................................................... / hari / minggu / bulan

 

2.    Ibu Balita

a.  Nama          :

b.  Umur          :

c.  Pendidikan : SD / SMP / SMA / PT

d.  Bekerja       : ya / tidak

e.  Pendapatan : Rp.................................................... / hari / minggu / bulan

 

B.        Identitas Balita

1.    Nama               :

2.    Jenis kelamin   : laki-laki / perempuan

3.    Tanggal lahir    :

4.    Umur               :

 

C.       Antropometri Balita

1.    Tinggi badan                                       :

2.    Status gizi berdasarkan indeks TB/U  :

 

D.       Makanan Balita

1.    Asupan zat gizi : lakukan wawancara menggunakan formulir food recall 24 jam

2.    ASI eksklusif

a.    Apakah sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan selalu diberikan ASI saja? Ya/Tidak

b.    Sejak kapan anak diberikan makanan selain ASI? >6 bulan/<6 bulan

 

E.        Riwayat penyakit Balita

              Dalam 1 bulan terakhir apakah Balita pernah mengalami penyakit infeksi berikut ini?

 

No

Penyakit infeksi

Tanda & gejala

Ya

Tidak

1

Diare

Dalam 1 bulan terakhir, apakah balita pernah mengalami gejala diare seperti BAB cair dengan atau tanpa bercampur darah > 3 kali/hari?

 

 

2

ISPA

Dalam 1 bulan terakhir, apakah balita pernah mengalami gejala ISPA seperti demam, batuk, pilek dan/atau sakit tenggorokan, yang berlangsung kurang lebih 14 hari?

 

 

 

F.        Higiene & Perilaku Sehat

 

1.    Apakah anggota keluarga terbiasa mencuci tangan dengan sabun sebelum makan? Ya / Tidak

2.    Apakah keluarga anda biasa minum dengan air yang dimasak lebih dahulu? Ya / Tidak

3.    Apakah keluarga anda biasa BAB di  jamban? Ya / Tidak

4.    Apakah keluarga anda biasa cuci tangan dengan sabun setelah BAB? Ya / Tidak

5.    Apakah keluarga anda rutin membersihkan rumah tiap hari? Ya / Tidak

6.    Apakah ada anggota   keluarga Anda yang merokok? Ya / Tidak

7.    Apakah sumber air bersih rumah tangga? Sumur gali / sumur bor / PAM / air sungai / lainnya (sebutkan)

...............................................................................................................

8.    Bagaimana kualitas air bersih yang dipakai sehari-hari? (jawaban bisa lebih dari satu) Tidak berasa / tidak berbau / tidak berwarna (jernih) / berbau / keruh / lainnya (sebutkan)

...............................................................................................................

9.    Bagaimana kondisi kamar mandi keluarga? (jawaban bisa lebih dari satu) ada / tidak ada / di dalam rumah / di luar rumah / terbuka / tertutup / tanah / semen / keramik / lainnya (sebutkan)

...............................................................................................................

10.     Bagaimana kondisi saluran pembuangan air limbah rumah tangga? (jawaban bisa lebih dari satu) ada / tidak ada / tergenang di pekarangan / dialirkan ke kebun-selokan-sungai / dibuat saluran khusus.

11.     Bagaimana kondisi jamban keluarga? (jawaban bisa lebih dari satu) ada / tidak ada / di dalam rumah / di luar rumah / terbuka / tertutup / cemplung / kloset / keramik / lainnya (sebutkan)

.............................................................................................................

12.     Bagaimana kondisi tempat pembuangan sampah rumah tangga? (jawaban bisa lebih dari satu) ada / tidak ada / terbuka / tertutup / lainnya (sebutkan)

............................................................................................................

13.     Bagaimana kondisi umum rumah? (jawaban bisa lebih dari satu) sederhana / semi permanen / permanen /lainnya (sebutkan)

.................................................................. ...... ..................................

14.     Bagaimana kondisi lantai rumah? (jawaban bisa lebih dari satu) tanah / semen / keramik/lainnya (sebutkan)

................................................................... ........................... .............

15.     Bagaimana kondisi ruangan di dalam rumah? (jawaban bisa lebih dari satu) terang / redup / nyaman / lembab / panas / bersih / kotor / lainnya (sebutkan)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Lampiran 2. Formulir Food Recall 24 Jam

 

FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM

 

WAKTU

MENU

BAHAN MAKANAN

URT

GRAM

 

 

 

 

 

 

 

Pewawancara,

 

 

 

....................

 

Lampiran 3. Naskah PSP

 

 

PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP)

 

 

Saya Afwina Syifa berasal dari Program Studi DIII Gizi Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang akan mengadakan penelitian dengan judul “Gambaran Asupan Energi Dan Protein, Pola Asuh, Dan Riwayat Penyakit Infeksi Dengan Kejadian Stunting Balita Usia 24-59 Bulan di Pekon Tanjung Jati Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Simpang”. Penelitian akan dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Mei 2023 di Pekon Tanjung Jati. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi tentang asupan energi dan protein, pola asuh, dan riwayat penyakit infeksi dengan kejadian stunting balita usia 24-59 bulan di pekon tanjung jati wilayah kerja puskesmas pasar simpang.

Sasaran penelitian ini adalah 39 balita berusia 24-59 bulan yang berdomisili di Pekon Tanjung Jati Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Simpang. Terhadap ibu balita akan dilakukan wawancara tentang asupan energi dan protein, pola asuh, dan riwayat penyakit infeksi, serta akan dilakukan pengukuran tinggi badan untuk menghitung status gizinya.

Manfaat dari penelitian ini adalah diketahuinya asupan energi dan protein, pola asuh, dan riwayat penyakit infeksi dengan kejadian stunting balita usia 24-59 bulan berdasarkan wawancara, serta tidak ada risiko yang ditimbulkan.

Wawancara diperkirakanakan memerlukan waktu sekitar satu jam per responden. Oleh karena itu, saya sangat berharap partisipasi Ibu/Bapak yang bersifat sukarela tanpa paksaan dan bila tidak berkenan dapat menolak dan sewaktu-waktu dapat mengundurkan diri tanpa sanksi apapun.

Semua informasi wawancara yang Ibu/Bapak berikan akan dijaga kerahasiannya dan apabila ada pertanyaan yang terkait survei ini dapat menghubungi saya, Afwina Syifa (HP 082282048514).

 

 

Lampiran 4. Form Informed Consent

INFORMED CONSENT

 

 

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama               :

TTL                 :

Alamat             :

Menyatakan ketersediaan untuk dijadikan sebagai responden penelitian Mahasiswa Jurusan DIII Gizi Politeknik Kesehatan Tanjungkarang dengan judul “Gambaran Asupan Energi Dan Protein, Pola Asuh, Dan Riwayat Penyakit Infeksi Dengan Kejadian Stunting Balita Usia 24-59 Bulan di Pekon Tanjung Jati Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Simpang”.

Kerahasiaan informasi dan identitas responden dijamin oleh peneliti dan tidak akan disebar luaskan baik melaui media massa ataupun elektronik.

Dengan demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya agar dapat digunakan sebagaimana mestinya.

 

 

Bandar Lampung, November 2022

Responden

 

 

 

(.....................)

 

 

 

 

Tidak ada komentar: