Kamis, 15 Desember 2022

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL PADA MASA KEHAMILAN

 

 

 

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL PADA MASA KEHAMILAN

TRIMESTER II DENGAN KPD DI RSAB HARAPAN KITA

 

 

 

 


 

 

BAB I PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang

 

Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum dimulainya tanda – tanda persalinan, yang ditandai dengan pembukaan serviks 3 cm pada primipara atau 5 cm pada multipara (Maryunani, 2013). Hal ini dapat terjadi pada kehamilan aterm yaitu, pada usia kehamilan lebih dari 37 minggu maupun pada kehamilan preterm yaitu sebelum usia kehamilan 37 minggu (Sujiyantini, 2009). Ketuban pecah dini merupakan salah satu kelainan dalam kehamilan. Ketuban pecah dini merupakan masalah penting dalam ilmu obstetri, karena berkaitan dengan penyulit yang berdampak buruk terhadap kesehatan dan kesejahteraan maternal maupun terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterin, sehingga hal ini dapat meningkatkan masalah kesehatan di Indonesia (Soewarto, 2010).

 

Insidensi ketuban pecah dini berkisar antara 8 % sampai 10 % dari semua kehamilan.Pada kehamilan aterm insidensinya bervariasi antara 6% sampai 19 %, sedangkan pada kehamilan preterm insidensinya 2 % dari semua kehamilan (Sualman, 2009). Sebagian besar ketuban pecah dini pada kehamilan preterm akan lahir sebelum aterm atau persalinan akan terjadi dalam satu minggu setelah selaput ketuban pecah. Sekitar 85% morbiditas dan mortalitas perinatal disebabkan oleh prematusitas. Ketuban 2 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas pecah dini merupakan salah satu penyebab prematuritas dengan insidensi 30 % sampai dengan 40 % (Sualman,2009).

 

Pada ibu dapat terjadi komplikasi berupa infeksi masa nifas, partus lama, perdarahan post partum, bahkan kematian. Sedangkan pada janin, dapat timbul komplikasi berupa kelahiran prematur, infeksi perinatal, kompresi tali pusat, solusio plasenta, sindrom distres pada bayi baru lahir,


perdarahan intraventrikular, serta sepsis neonatorum (Caughey, 2008).

 

Untuk itu, penulis tertarik untuk melakukan asuhan kebidanan terhadap ibu hamil trimester II dengan KPD yang akan penulis susun dlam makalah ini.

B.      Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari laporan tugas akhir ini yaitu begaimana menerapkan manajemen kebidanan pada Ny. D dengan Ketuban Pecah Dini di RSAB Harapan Kita.

 

C.     Tujuan Masalah

1.             Tujuan Umum

Agar penulis mampu memahami dan menerapkan asuhan kebidanan yang tepat pada pasien Ny. D dengan Ketuban Pecah Dini di RSAB Harapan Kita.

 

D.     Manfaat Penulisan

Manfaat penulisan lapotan tugas akhir ini ditujukan untuk :

1.             Lahan Praktik

Penulisan laporan tugas ini Sebagai bahan masukan kepada Rumah Sakit sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan kebidanan terutama mengenai pendekatan manajemen kebidanan pada ibu dengan Ketuban Pecah Dini.

2.             Profesi Bidan

Penulisan laporan tugas kahir ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dan mengaplikasikan pengalaman dalam mengaplikasikan ilmu untuk memberikan asuhan kebidanan yang sesuai kewenangan pada klien dengan Ketuban Pecah Dini.

3.             Klien dan keluarga

Klien dan keluarga dapat mencegah dan mendeteksi secara dini serta dapatsegera mengambil keputusan yang tepat untuk datang ke fasilitas kesehatanbila terdapat tanda dan gejala Ketuban Pecah Dini.


BAB II TINJAUAN TEORI

 

A. Ketuban Pecah Dini (KPD)

 

1.      Pengertian KPD

 

Ketuban pecah dini merupakan pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda mulai persalinan dan ditunggu satu jam sebelum terjadi in partu (Manuaba, 2009). Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum persalinan mulai pada tahapan kehamilan manapun (Arma, dkk 2015). Sedangkan menurut (Sagita, 2017) ketuban pecah dini ditandai dengan keluarnya cairan berupa air-air dari vagina setelah kehamilan berusia 22 minggu dan dapat dinyatakan pecah dini terjadi sebelum proses persalinan berlangsung. Cairan keluar melalui selaput ketuban yang mengalami robekan, muncul setelah usia kehamilan mencapai 28 minggu dan setidaknya satu jam sebelum waktu kehamilan yang sebenarnya. Dalam keadaan normal 8-10% perempuan hamil aterm akan mengalami KPD. Jadi ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan.

 

Ketuban pecah dini dapat berpengaruh terhadap kehamilan dan persalinan. Jarak antara pecahnya ketuban dan permulaan persalinan disebut periode laten atau dengan sebutan Lag Period. Ada beberapa perhitungan yang mengukur Lag Period, diantaranya 1 jam atau 6 jam sebelum intrapartum, dan diatas 6 jam setelah ketuban pecah. Bila periode laten terlalu panjang dan ketuban sudah pecah, maka dapat terjadi infeksi pada ibu dan juga bayi (Fujiyarti, 2016)

 

2.      Etiologi

 

Adapun penyebab terjadinya ketuban pecah dini merurut (Manuaba, 2007) yaitu sebagai berikut:


a.       Multipara dan Grandemultipara

 

b.      Hidramnion

 

c.       Kelainan letak: sungsang atau lintang

 

d.      Cephalo Pelvic Disproportion (CPD)

 

e.       Kehamilan ganda

 

f.       Pendular abdomen (perut gantung)

 

Adapun hasil penelitian yang dilakukan (Rahayu and Sari 2017) mengenai penyebab kejadian ketuban pecah dini pada ibu bersalin bahwa kejadian KPD mayoritas pada ibu multipara, usia ibu 20-35 tahun, umur kehamilan ≥37 minggu, pembesaran uterus normal dan letak janin preskep.

 

3.      Tanda Gejala KPD

 

Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina, aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau amoniak, berwarna pucat, cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena uterus diproduksi sampai kelahiran mendatang. Tetapi, bila duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya “mengganjal” atau “menyumbat” kebocoran untuk sementara. Sementara itu, demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah capat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi (Sunarti, 2017).

 

A.     Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya KPD

 

Menurut (Morgan, 2009), Kejadian Pecah Dini (KPD) dapat disebabkan oleh beberapa faktor meliputi :

 

a.       Usia

 

Karakteristik pada ibu berdasarkan usia sangat berpengaruh terhadap kesiapan ibu selama kehamilan maupun mengahdapi


persalinan. Usia untuk reprosuksi optimal bagi seorang ibu adalah antara umur 20-35 tahun. Di bawah atau di atas usia tersebut akan meningkatkan risiko kehamilan dan persalinan. Usia seseorang sedemikian besarnya akan mempengaruhi sistem reproduksi, karena organ-organ reproduksinya sudah mulai berkuarng kemampuannya dan keelastisannya dalam menerima kehamilan (Sudarto, 2016).

 

b.      Sosial Ekonomi

 

Pendapatan merupakan faktor yang menentukan kualitas dan kuantitas kesehatan di suatu keluarga. Pendapatan biasanya berupa uang yang mempengaruhi seseorang dalam mempengaruhi kehidupannya. Pendapatan yang meningkat merupakan kondisi yang menunjang bagi terlaksananya status kesehatan seseorang. Rendahnya pendapatan merupakan rintangan yang menyebabkan seseorang tidak mampu memenuhi fasilitas kesehatan sesuai kebutuhan (BPS, 2005).

 

c.       Paritas

 

Paritas merupakan banyaknya anak yang dilahirkan oleh ibu dari anak pertama sampai dengan anak terakhir. Adapun pembagian paritas yaitu primipara, multipara, dan grande multipara. Primipara adalah seorang wanita yang baru pertama kali melahirkan dimana janin mencapai usia kehamilan 28 minggu atau lebih. Multipara adalah seorang wanita yang telah mengalalmi kehamilan dengan usia kehamilan 28 minggu dan telah melahirkan buah kehamilan 2 kali atau lebih. Sedangkan grande multipara merupakan seorang wanita yang telah mengalami hamil dengan usia kehamilan minimal 28 minggu dan telah melahirkan buah kehamilannya lebih dari 5 kali (Wikjosastro, 2007). Wanita yang telah melahirkan beberapa kali dan pernah mengalami KPD pada kehamilan sebelumnya


serta jarak kelahiran yang terlampau dekat diyakini lebih berisiko akan mengalami KPD pada kehamilan berikutnya (Helen, 2008). Kehamilan yang terlalu sering, multipara atau grademultipara mempengaruhi proses embriogenesis, selaput ketuban lebih tipis sehingga mudah pecah sebelum waktunya. Pernyataan teori dari menyatakan semakin banyak paritas, semakin mudah terjadinya infeksi amnion karena rusaknya struktur serviks pada persalinan sebelumnya. KPD lebih sering terjadi pada multipara, karena penurunan fungsi reproduksi, berkurangnya jaringan ikat, vaskularisasi dan servik yang sudah membuka satu cm akibat persalinan yang lalu (Nugroho, 2010).

 

d.      Anemia

 

Anemia pada kehamilan merupakan adalah anemia karena kekurangan zat besi. Jika persendian zat besi minimal, maka setiap kehamilan akan mengurangi persendian zat besi tubuh dan akhirnya menimbulkan anemia. Pada kehamilan relatif terjadi anemia karena darah ibu hamil mengalami hemodelusi atau pengencangan dengan penigkatan volume 30% sampai 40% yang puncaknya pada kehamilan 32 sampai 34 minggu. Pada ibu hamil yang mengalami anemia biasanya ditemukan ciri-ciri lemas, pucat, cepat lelah, mata berkunang-kunang. Pemeriksaan darah dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yang pada trimester pertama dan trimester ke tiga.

 

Dampak anemia pada janin antara lain abortus, terjadi kematian intrauterin, prematuritas, berat badan lahir rendah, cacat bawaan dan mudah infeksi. Pada ibu, saat kehamilan dapat mengakibatkan abortus, persalinan prematuritas, ancaman dekompensasikordis dan ketuban pecah dini (Manuaba, 2009).


 

 

 

e.       Perilaku Merokok

 

Kebiasaan merokok atau lingkungan dengan rokok yang intensitas tinggi dapat berpengaruh pada kondisi ibu hamil. Rokok menggandung lebih dari 2.500 zat kimia yang teridentifikasi termasuk karbonmonoksida, amonia, aseton, sianida hidrogen, dan lain-lain. Merokok pada masa kehamilan dapat menyebabkan gangguan-gangguan seperti kehamilan ektopik, ketuban pecah dini, dan resiko lahir mati yang lebih tinggi (Sinclair, 2003)

 

f.       Riwayat KPD

 

Pengalaman yang pernah dialami oleh ibu bersalin dengan kejadian ketuban pecah dini dapat berpengaruh besar terhadap ibu jika menghadapi kondisi kehamilan. Riwayat KPD sebelumnya beresiko 2-4 kali mengalami ketuban pecah dini kembali. Patogenesis terjadinya KPD secara singkat ialah akibat penurunan kandungan kolagen dalam membran sehingga memicu terjadinya ketuban pecah dini dan ketuban pecah preterm. Wanita yang pernah mengalami KPD pada kehamilan menjelang persalinan maka pada kehamilan berikutnya akan lebih beresiko dari pada wanita yang tidak pernah mengalami KPD sebelumnya karena komposisi membran yang semakin menurun pada kehamilan berikutnya.

 

g.      Serviks yang Inkompetensik

 

Inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan pada otototot leher atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah, sehingga sedikit membuka ditengah- tengah kehamilan karena tidak mampu menahan desakan janin yang semakin besar. Inkompetensia serviks adalah serviks


dengan suatu kelainan anatomi yang nyata, disebabkan laserasi sebelumnya melalui ostium uteri atau merupakan suatu kelainan kongenital pada serviks yang memungkinkan terjadinya dilatasi berlebihan tanpa perasaan nyeri dan mules dalam masa kehamilan trimester kedua atau awal trimester ketiga yang diikuti dengan penonjolan dan robekan selaput janin serta keluarnya hasil konsepsi.

 

h.      Tekanan Intra Uterin

 

Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan dapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini, misalnya :

 

1)       Trauma : berupa hubungan seksual, pemeriksaan dalam, amniosintesis.

 

2)       Gemelli : Kehamilan kembar dalah suatu kehamilan dua janin atau lebih. Pada kehamilan gemelli terjadinya distensi uterus yang berlehihan, sehingga menimbulkan adanya ketegangan rahim secara berlehihan. Hal ini terjadi karena jumlahnya berlebih, isi rahim yang lebih besar dan kantung (selaput ketuban) relative kecil sedangkan dibagian bawah tidak ada yang menahan sehingga mengakibatkan selaput ketuban tipis dan mudah pecah (Novihandari, 2016).

 

B.      Komplikasi dari KPD

 

Adapun pengaruh KPD terhadap ibu dan janin menurut (Sunarti, 2017) yaitu:

 

a.       Prognosis Ibu

 

Komplikasi yang dapat disebabkan KPD pada ibu yaitu infeksi intrapartal/ dalam persalinan, infeksi puerperalis/ masa nifas, dry labour/ partus lama, perdarahan post partum,


meningkatnya tindakan operatif obstetric (khususnya SC), morbiditas dan mortalitas maternal.

 

b.      Prognosis Janin

 

Komplikasi yang dapat disebabkan KPD pada janin itu yaitu prematuritas (sindrom distes pernapasan, hipotermia, masalah pemberian makanan neonatal), retinopati premturit, perdarahan intraventrikular, enterecolitis necroticing, ganggguan otak dan risiko cerebral palsy, hiperbilirubinemia, anemia, sepsis, prolaps funiculli/ penurunan tali pusat, hipoksia dan asfiksia sekunder pusat, prolaps uteri, persalinan lama, skor APGAR rendah, ensefalopati, cerebral palsy, perdarahan intrakranial, gagal ginjal, distres pernapasan), dan oligohidromnion (sindrom deformitas janin, hipoplasia paru, deformitas ekstremitas dan pertumbuhan janin terhambat), morbiditas dan mortalitas perinatal (Marmi dkk, 2016).

 

C.     Penanganan Ibu hamil dengan KPD

 

Penanganan KPD memerlukan pertimbangan usia gestasi, adanya infeksi pada kehamilan ibu dan janin, serta adanya tanda-tanda persalinan (Prawirohardjo, 2014).

 

1.      KPD dengan kehamilan aterm

 

a)        Diberikan antibiotika prafilaksis, ampisilin 4x500 mg selama 7 hari

 

b)       Dilakukan pemeriksaan “admission test” bila ada kecendrungan dilakukan terminasi kehamilan

 

c)        Observasi temperature rektal setiap 3 jam, bila ada kecenderungan meningkat lebih atau sama dengan 37,6 C, segera dilakukan terminasi


d)       Bila temperature rektal tidak meningkat, dilakukan observasi selama 12 jam. Setelah 12 jam bila belum ada tanda-tanda inpartu dilakukan terminasi.

 

e)        Batasi pemeriksaan dalam, dilakukan hanya berdasarkan indikasi obstetric

 

f)        Bila dilakukan terminasi, lakukan evaluasi Pelvic Score (PS):

 

(1)     Bila PS ≥ 5, dilakukan induksi dengan oksitosin drip

 

(2)     Bila PS > 5, dilakukan pematangan servik dengan Misoprostol µ gr setiap 6 jam per oral maksimal 4 kali pemberian.

 

2.        KPD dengan kehamilan preterm

 

a)        Penanganan dirawat di RS

 

b)       Diberikan antibiotika : Ampicilin 4x500 mg selama 7 hari

 

c)        Untuk merangsang maturase paru diberikan kortikosteroid (untuk UK < 35 minggu) : Dexamethasone 5 mg setiap 6 jam

 

d)       Observasi di kamar bersalin :

 

(1)     Tirah baring selama 24 jam, selanjutnya di rawat di ruang obstetrric.

 

(2)     Dilakukan observasi temperature rektal tiap 3 jam, bila ada kecenderungan meningkat lebih atau sama dengan 37,6 C, segera dilakukan terminasi

 

e)        Di ruang obstetri

 

(1)     Tempertur rektal diperiksa tiap 6 jam


(2)     Dilakukan pemeriksaan laboratorium : leukosit dan laju endapan darah (LED) setiap 3 hari

 

f)        Tata cara perawatan konservatif :

 

(1)     Dilakukan sampai janin viable

 

(2)     Selama perawatan konservatif, tidak dianjurkan melakukan pemeriksaan dalam

 

(3)     Dalam observasi 1 minggu, dilakukan pemeriksaan USG untuk menilai air ketuban, bila air ketuban cukup, kehamilan diteruskan, dan bila air ketuban kurang (oligohidramnion) dipertimbangkan untuk terminasi kehamilan.

 

(4)     Pada perawatan konservatif, pasien dipulangkan hari ke

7 dengan saran tidak boleh koitus, tidak boleh melakukan manipulasi vagina, dan segera kembali ke RS bila ada keluar air ketuban lagi

 

(5)     Bila masih keluar air, perawatan konservatif dipertimbangkan dengan melihat pemeriksaan laboratorium. Bila terdapat leukositosis dan oeningkatan LED, lakukan terminasi.

 

3.      Terminasi Kehamilan.

 

a)        Induksi persalinan dengan drip oksitosin

 

b)       Seksio sesaria bila prasyarat drip oksitosin tidak terpenuhi atau bila drip oksitosin gagal.

 

c)        Bila skor pelvik jelek, dilakukan pematangan dan induksi persalinan dengan Misoprostol 50µ gr oral tiap 6 jam, maksimal 4 kali pemberian.



BAB V

PENUTUP

 

 

A.     Kesimpulan

 

Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum persalinan mulai pada tahapan kehamilan manapun (Arma, dkk 2015). Sedangkan menurut (Sagita, 2017) ketuban pecah dini ditandai dengan keluarnya cairan berupa air-air dari vagina setelah kehamilan berusia 22 minggu dan dapat dinyatakan pecah dini terjadi sebelum proses persalinan berlangsung.

 

Kejadian KPD pada ibu hamil terkadang jarang disadari oleh ibu hamil sendiri. Padahal jika tidak ditangani secara cepat dan tepat maka akan menimbulkan komplikasi lain seperti terjadinya infeksi dan persalinan prematur.

 

Sehingga bidan sebagai tenaga kesehatan perlu memberikan KIE mengenai tanda bahaya kehamilan sehingga ibu lebih peka terhadap kejadian yang di alami diri dan janinnya dan dapat menghindari komplikasi-komplikasi yang akan timbul.

 

 

B.      Saran

 

1.      Bagi RSAB Harapan Kita

Diharapkan dapat terus memberikan keseinpatan bagi mahasiswa tintuk melakukan asistensi pada setiap tindakan yang dilakukan, sehingga dapat menambah pengetahuan dan keterampilan praktik mahasiswa dalam melakukan asuhan kebidanan.

 

2.      Bagi Poltekkes Prodi STR Kebidanan Tanjung Karang

 

a.       Sebagai sarana menambah referensi bacaan mahasiswa dan evaluasi pembelajaran praktikum di lapangan


b.      Diharapkan dapat menjadi fasilitator bagi mahasiswa untuk bertukar ilmu dan keterampilan yang sudah dikuasai.

 

c.       Diharapkan kegiatan ini dapat teus terlaksana supaya dapat menambah pengalaman dan menjadi sarana pembelajaran bagi mahasiswa.

 

 

3.      Bagi Mahasiswa

Meningkatkan kemampuan untuk membandingkan teori dengan praktik lapangan.


 

DAFTAR PUSTAKA

 

 

Negara, Ketut surya dkk. 2017. Buku Ajar ketuban Pecah Dini. Denpasar: Universitas Udayana

 

Politeknik Kesehatan Kemenkes Palangka Raya. 2019. Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan                                 Maternal    Neonatal.    Palangka    Raya:    Kementrian kesehatan Republik Indonesia

 

Triana, ani dkk.2015. Buku Ajar Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal. Yogyakarta: Deepublish

Tidak ada komentar: