LAPORAN TUGAS AKHIR
ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN KEBUTUHAN AKTIVITAS (MOBILITAS
FISIK) PADA PASIEN STROKE NON HEMOROGIK
DI RUANG SYARAF
RSUD JENDERAL AHMAD YANI
KOTA METRO
TAHUN 2022
POLTEKKES TANJUNGKARANG KEMENKES RI
JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
TANJUNGKARANG
TAHUN 2022
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL LUAR ............................................................................... i
HALAMAN JUDUL DALAM ............................................................................ ii
ABSTRAK............................................................................................................ iii
KATA PENGANTAR.......................................................................................... v
BIODATA PENULIS........................................................................................... vi
LEMBAR
PERSETUJUAN.............................................................................. vii
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................... viii
LEMBAR
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN....................................... ix
DAFTAR ISI.......................................................................................................... x
DAFTAR TABEL................................................................................................ xi
DAFTAR
LAMPIRAN....................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................ 3
C. Tujuan Penelitian.......................................................................................... 3
D. Manfaat........................................................................................................ 4
E. Ruang Lingkup............................................................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Konsep Dasar
Aktivitas................................................................ 5
B. Tinjauan Asuhan
Keperawatan.................................................................. 10
C. Tinjauan Konsep Penyakit.......................................................................... 21
BAB III METODE PENELITIAN
A. Fokus Asuhan Keperawatan...................................................................... 28
B. Subyek Asuhan.......................................................................................... 28
C. Lokasi dan Waktu...................................................................................... 28
D. Pengumpulan Data..................................................................................... 29
E. Penyajian Data............................................................................................ 31
G. Prinsip Etik ................................................................................................ 31
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Asuhan................................................................................................ 33
B. Pembahasan.................................................................................................. 51
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................... 54
B. Saran............................................................................................................. 54
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Tingkat Kesadaran................................................................................. 11
Tabel 1.3 Derajat Kekuatan Otot........................................................................... 14
Tabel 2.1 Data Pengkajian
Keperawatan pada Subyek Asuhan............................ 33
Tabel 2.2 Analisa Data........................................................................................... 38
Tabel 2.3
Masalah Keperawatan............................................................................ 40
Tabel 2.3 Rencana Tindakan keperawatan Ny.K................................................... 40
Tabel 2.4 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan.............................................. 43
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Pathway...................................................................... 25
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Form Pengkajian
Lampiran 2 : Inform Consent
Lampiran 3 : Lembar Konsultasi
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Manusia
sebagai makhluk holistik mengandung pengertian, manusia makhluk yang terdiri dari
unsur biologis, psikologis, sosial dan spiritual, atau sering disebut juga
sebagai makhluk biopsikososial spriritual. Manusia dalam usaha pemenuhan
keutuhan hidupnya selalu berusaha mencari yang terbaik. Kebanyakan orang
menilai tingkat kesehatan seseorang berdasarkan kemampuannya untuk melakukan
aktivitas sehari-hari. Kemampuan beraktivitas merupakan kebutuhan dasar manusia
yang mutlak diharapkan oleh setiap manusia. Kemampuan tersebut meliputi
berdiri, berjalan, bekerja, dan lain sebagainya. Dengan beraktivitas tubuh akan
menjadi sehat, seluruh sistem tubuh dapat berfungsi dengan baik dan metabolisme
tubuh dapat optimal (Haswita & Reni, 2017)
Stroke
adalah penyakit yang menyerang sistem saraf pusat, sehingga efek yang
ditimbulkan dari penyakit stroke dapat berpengaruh pada seluruh bagian tubuh.
Menurut National Institute of neurological Disordersnand Stroke (NINDS) efek
yang biasanya dapat terjadi akibat stroke dapat berupa paralisis, defisit
fungsi kognitif, defisit bahasa, defisit emosional dan rasa sakit. Gangguan
aliran darah otak akibat stroke dapat merusak jalur motorik ini, rusaknya jalur
motorik hemiplegia (kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh) atau hemiparesis
(kelemahan yang terjadi pada satu sisi tubuh). Disfungsi motorik tersebut dapat
menyebabkan pasien stroke mengalami kemunduran fungsi mobilitas, keterbatasan
kemampuan melakukan motorik halus dan motorik kasar (Sari, Agianto & Wahid,
2015)
Masalah
yang sering muncul pada pasien stroke adalah gangguan gerak. Pasien mengalami
gangguan atau kesulitan saat berjalan karena mengalami gangguan pada kekuatan
otot dan keseimbangan tubuh. Untuk meningkatkan kekuatan otot perlu dilakukan
latihan mobilisasi atau rehabilitasi, yang bertujuan untuk memperbaiki fungsi
neurologi dan mencegah terjadinya kontraktur atau kekakuan otot dengan terapi
fisik dan teknik-teknik lain
Aktivitas
fisik adalah gerakan tubuh yang dihasilkan otot rangka yang memerlukan suatu
pengeluaran energi. Kurangnya aktivitas fisik akan menjadi salah satu faktor
independen dalam suatu penyakit kronis yang bisa menyebabkan kematian secara
global. (Haswita & Reni, 2017)
Prevalensi
stroke berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdes) di Indonesia
mengalamipeningkatan pada tahun 2013 kejadian stroke sebanyak 7 permil dan
meningkat menjadi 10.9 permil di tahun 2018. Prevalensi stroke di Provinsi
Lampung mengalami peningkatan pada tahun 2013 4 permil menjadi 8 permil di
tahun 2018.
Berdasarkan
data medical record di RSUD Jend.
Ahmad Yani Metro pada tahun 2020, kasus stroke non hemoragik menempati urutan
ke 6 dari 10 besar penyakit yang ada di RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro tahun
2020 dengan 401 kasus. Sedangkan di Ruang penyakit Syaraf stroke non hemoragik
menempati urutan ke-1 dari 10 penyakit besar dengan 564 kasus.
Terdapat dua
jenis stroke yaitu stroke perdarahan atau stroke hemoragik dan stroke non
perdarahan disebut stroke iskemik. Stroke iskemik disebabkan antara lain karena
trombosis otak (penebalan dinding arteri) dan emboli, sedangkan stroke
hemoragik dapat disebabkan oleh aneurisma dan angioma.Terdapat banyak faktor
risiko penyakit stroke, namun pada umumnya adalah hpertensi, diabetes mellitus,
dan hiperkolesterlemia.
Berdasarkan
data yang didapat oleh penulis saat penelitian jumlah pasien stroke di RSUD
Ahmad Yani Metro Provinsi Lampung pada bulan Januari sampai Februari 2022 ada
sekitar 87 kasus pasien yang terkena stroke non hemoragik dan stroke hemoragik.
Dari data tersebut berdasarkan kelompok usia dan jenis kelamin yaitu usia 46
Berdasarkan
uraian diatas penulis tertarik untuk menjadikan kasus asuhan keperawatan
gangguan mobilisasi fisik pada pasien stroke sebagai laporan tugas akhir di
Politeknik Kesehatan Tanjung Karang Jurusan Keperawatan Progra Studi DIII
Keperawatan Tanjung Karang Tahun 2022, dengan harapan penulis lebih memahami
bagaimana Asuhan Keperawatan yang dilakukan pada pasien dengan gangguan mobilisasi
fisik pada pasien stroke menggunakan proses keperawatan, selain itu pasien
dapat memelihara dan meningkatkan derajat kesehatannya.
B.
Rumusan Masalah
Bagaimanakah asuhan keperawatan dengan gangguan kebutuhan aktivitas pada
pasien dengan stroke non hemoragik di Ruang Syaraf RSUD Ahmad Yani Metro
Provinsi Lampung ?
C.
Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Memberikan gambaran pelaksanaan asuhan keperawatan gangguan kebutuhan
aktivitas pada pasien stroke dengan menggunakan proses keperawatan tepat, benar
dan standar keperawatan secara profesional.
2. Tujuan khusus
a. Diketahuinya pengkajian keperawatan
gangguan kebutuhan aktivitas pada pasien Sroke Non Hemoragik di Ruang Syaraf
RSUD Jenderal Ahmad Yani Kota Metro tahun 2022.
b. Diketahuinya diagnosis keperawatan
gangguan kebutuhan aktivitas pada pasien Stroke Non Hemoragik di Ruang Syaraf
RSUD Jenderal Ahmad Yani Kota Metro tahun 2022.
c. Diketahuinya perencanaan keperawatan
gangguan kebutuhan aktivitas pada pasien Stroke Non Hemoragik di Ruang Syaraf
RSUD Jenderal Ahmad Yani Kota Metro tahun 2022.
d. Diketahuinya tindakan keperawatan gangguan
kebutuhan aktivitas pada pasien Stroke Non Hemoragik di Ruang Syaraf RSUD
Jenderal Ahmad Yani Kota Metro tahun 2022.
e. Diketahuinya evaluasi keperawatan
gangguan kebutuhan aktivitas pada pasien Stroke Non Hemoragik di Ruang Syaraf
RSUD Jenderal Ahmad Yani Kota Metro tahun 2022.
D.
Manfaat
Terdapat 2 manfaat yaitu :
1. Manfaat teoritis
Karya tulis ilmiah ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan, dapat
meningkatkan keterampilan dan wawasan dalam memberikan asuhan keperawatan
dengan gangguan kebutuhan aktivitas pada
pasien stroke non hemoragik.
2. Manfaat praktis
a. Rumah sakit jenderal ahmad yani
Karya tulis ilmiah ini bisa dijadikan bahan referensi dan untuk
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dalam penerapan asuhan keperawatan
gangguan kebutuhan aktivitas pada pasien stroke.
b. Institusi pendidikan
Karya tulis ilmiah ini dapat dijadikan sebagai informasi bagi institusi
pendidikan dalam peningkatan mutu pendidikan dan menjadi salah satu contoh
hasil penelitian dalam melakukan asuhan keperawatan khususnya pada pasien
stroke non hemoragik.
c. Klien
Manfaat karya tulis ilmiah ini bagi klien yaitu agar pasien dan keluarga
menambah wawasan, pengetahuan dan memahami penanganan masalah tentang gangguan kebutuhan
aktivitas pada kasus stroke non hemoragik.
E.
Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam penelitian ini yaitu membahas tentang asuhan
keperawatan gangguan kebutuhan aktivitas di ruang Syaraf RSUD Ahmad Yani Metro
Provinsi Lampung. Subyek penelitian ini adalah satu pasien yang menderita
penyakit gangguan kebutuhan aktivitas pada pasien stroke yang dirawat di RSUD Ahmad Yani Metro tahun
2022. Waktu asuhan keperawatan ini dilaksanakan dari tanggal 07 Februari sampai
12 Februari 2022.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Tinjauan Konsep Dasar Kebutuhan Aktivitas
1.
Konsep kebutuhan dasar manusia
Kebutuhan
dasar manusia adalah unsur-unsur yang dibutuhkan manusia dalam mempertahankan
keseimbangan fisiologi maupun psikologis, yang tentunya untuk mempertahankan
kehidupan dan kesehatan. Manusia sebagai makhluk holistik mengandung
pengertian, manusia mkhluk yang terdiri dari unsur biologis, psikologis, sosial
dan spiritual, atau sering disebut juga sebagai makhluk biopsikososial
spriritual. Manusia dalam usaha pemenuhan keutuhan hidupnya selalu berusaha
mencari yang terbaik. (haswita & reni, 2017)
2.
Konsep kebutuhan aktivitas
Aktivitas
artinya kegiatan atau keaktifan (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Jadi segala
sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun
non-fisik, merupakan suatu aktivitas.
Aktivitas
fisik adalah gerakan tubuh yang dihasilkan otot rangka yang memerlukan suatu
pengeluaran energi. Kurangnya aktivitas fisik akan menjadi salah satu faktor
independen dalam suatu penyakit kronis yang bisa menyebabkan kematian secara
global.
3.
Fisiologi pergerakan
Sistem muskuloskeletal
a. Menyokong jaringan tubuh, termasuk
memberi bentuk pada tubuh (postur tubuh)
b. Melindungi bagian tubuh yang lunak,
seperti otak, paru-paru, hati dan medulla spinalis
c. Sebagai tempat melekatnya otot dan
tendon, termasuk juga ligamen
d. Sebagai sumber mineral, seperti
garam, fosfat dan lemak
e. Berperan dalam proses hematopoiesis
(produksi sel darah)
Sistem persarafan
a.
Saraf
aferen berfungsi menerima rangsangan dari luar kemudian meneruskannya ke
susunan saraf pusat
b.
Sel
saraf atau neuron berfungsi membawa impuls dari bagian tubuh satu ke bagian
tubuh lainnya
c.
Sistem
saraf pusat (SSP) berfungsi memproses impuls dan kemudian memberikan respon
melalui saraf eferen
d.
Saraf
eferen berfungsi menerima respon dari SSP kemudian meneruskannya ke otot rangka
4.
Definisi mobilisasi
Mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara bebas,
mudah dan teratur dengan tujuan memenuhi kebutuhan aktivitas guna
mempertahankan kesehatannya.
5.
Tujuan mobilisasi
Adapun tujuan dari
mobilisasi :
a. Mempertahankan fungsi jantung
pernafasan
b. Memperbaiki tonus otot
c. Meningkatkan mobilisasi sendi
d. Memperbaiki toleransi otot untuk
latihan
e. Mengurangi kehilangan tulang
6.
Jenis mobilisasi
Secara umum ada beberapa macam keadaan imobilitas antara lain :
1. Imobilitas fisik
Kondisi ketika seseorang mengalami keterbatasan fisik yang disebabkan
oleh faktor lingkungan maupun kondisi orang tersebut.
2. Imobilitas intelektual
Kondisi ini dapat disebabkan oleh kurangnya pengetahuan untuk dapat
berfungsi sebagaimana mestinya, misalnya pada kasus kerusakan otak.
3. Imobilitas emosional
Kondisi ini bisa terjadi akibat proses pembedahan atau kehilangan
seseorang yang di cintai.
7.
Faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi
Faktor yang mempengaruhi mobilisasi adalah sebagai berikut:
a. Gaya hidup
Mobilitas seseorang dipengaruhi oleh latar belakang budaya, nilai-nilai
yang dianut, serta lingkungan tempat tinggal (masyarakat). Contoh sederhananya
adalah wanita Jawa. Di masyarakat tempat mereka tinggal, wanita Jawa dituntut
untuk berpenampilan lemah dan lembut. Selain itu, bai mereka untuk melakukan
aktivitas yang berat
b. Ketidakmampuan
Kelemahan fisik dan mental akan menghalangi seseorang untuk melakukan
aktivitas hidup sehari-hari. Secara umum, ketidakmampuan ada dua macam, yakni
ketidakmampuan primer dan sekunder. Ketidakmampuan primer disebabkan oleh
penyakit atau trauma. Sedangkan ketidakmampuan sekunder terjadi akibat dampak
dari ketidakmampuan primer. Penyakit-penyakit tertentu dan kondisi cedera akan
berpengaruh terhadap mobilitas.
c. Tingkat energi
Energi dibutuhkan untuk banyak hal, salah satunya mobilisasi. Dalam hal
ini, cadangan energi yang dimiliki masing-masing individu bervariasi. Di
samping itu, ada kecenderungan seseorang untuk menghindari stresor guna
mempertahankan kesehatan fisik dan psikologis.
d. Usia
Usia berpengaruh terhadap kemampuan seseorang dalam melakukan mobilisasi.
Pada individu lansia, kemampuan untuk melakukan aktivitas dan mobilisasi menurun
sejalan dengan penuaan.
8.
Dampak tidak di mobilisasi
Terdapat masalah fisik yang dapat terjadi sebagai berikut:
1. Sistem muskuloskeletal
Pada sistem ini, imobilitas dapat menimbulkan berbagai masalah seperti
osteoporosis, atrofi otot, kontraktur, dan kekauan serta nyeri pada sendi.
a. Osteoporosis. Tanpa
adanya aktivitas yang memberi beban pada tulang, tulang akan mengalami
demineralisasi (osteopororsis). Proses ini akan menyebabkan tulang kehilangan
kekuatan dan kepadatannya sehingga tulang menjadi keropos dan mudah patah.
b. Atrofi otot. Otot
yang tidak dipergunakan dalam waktu lama akan kehilangan sebagian besar
kekuatan dan fungsi normalnya.
c. Kontraktur. Pada kondisi imobilisasi,
serabut otot tidak mampu memendek atau memanjang. Lama-kelamaan kondisi ini
akan menyebabkan kontraktur (pemendekan otot permanen). Proses ini sering
mengenai sendi, tendon, ligamen.
d. Kekakuan dan nyeri sendi. Pada
kondisi imobilisasi, jaringan kolagen pada sendi dapat mengalami ankilosa.
Selain itu, tulang juga akan mengalami demineralisasi yang akan menyebabkan
akumulasi kalsium pada sendi yang dapat mengakibatkan kekakuan dan nyeri sendi.
9.
Konsep dasar gangguan mobilitas fisik
Menurut SDKI gangguan mobilitas fisik merupakan keterbatasan dalam
gerakan fisik dari satu atau lebih ekstremitas secara mandiri (SDKI, 2016).
10.
Batasan karakteristik gangguan
mobilitas fisik
Menurut (SDKI,2016) batasan
karakteristik seperti, gejala mayor dan gejala minor yaitu:
a. Gejala dan tanda mayor
1) Mengeluh sulit menggerakkan
ekstremitas
2) Kekuatan otot menurun
3) Rentang gerak (ROM) menurun
b. Gejalaa dan tanda minor
1) Nyeri saat bergerak
2) Enggan melakukan pergerakan
3) Merasa cemas saat bergerak
4) Sendi kaku
5) Gerakan tidak terkordinasi
6) Gerakan terbatas
7) Fisik lemah
11.
Penyebab gangguan mobilitas fisik
a. Kerusakan integritas struktur tulang
b. Perubahan metabolisme
c. Ketidakbugaran fisik
d. Penurunan kendali otot
e. Penurunan kekuatan otot
f. Penurunan massa otot
g. Keterlambatan perkembangan
h. Kekakuan sendi
i.
Kontraktur
j.
Malnutrisi
k. Gangguan muskuloskeletal
l.
Gangguan
neuromuskular
m. IMT di atas persentil ke-75 sesuai
usia
n. Efek agen farmakologis
o. Program pembatasan gerak
p. Nyeri
q. Kecemasan
r.
Gangguan
kognitif
s. Keengganan melakukan pergerakan
t.
Gangguan
sensori persepsi
12.
Kondisi klinis terkait gangguan
mobilitas fisik
a. Stroke
b. Cedera medula spinalis
c. Trauma
d. Fraktur
e. Osteoarthritis
f. Osteomalasia
g. Keganasan
B. Tinjauan Asuhan Keperawatan
1.
Pengkajian
a. Anamnesis
Anamnesis meliputi identitas klien, keluhan utama, riwayat penyakit saat
ini, riwayat penyakit dahulu, dan riwayat penyakit keluarga.
1) Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama,
suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, dan diagnosis medis.
2) Keluhan utama
Sering menjadi alasan klien datang dengan keluhan tidak sadarkan diri, kelemahan anggota gerak sebelah kiri, bicara
pelo, tidak dapat berkomunikasi, dan penurunan tingkat kesadaran.
3) Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke sering kali berlangsung sangat mendadak, pada saat klien
sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan
kejang sampai tidak sadar, selain gejala kelumpuhan separuh badan dan gangguan
fungsi otak yang lain. Adanya penuruan atau perubahan pada tingkat kesadaran
disebabkan disebabkan di dalam
intrakranial.
4) Riwayat penyakit dahulu
Adanya
riwayat hipertensi, riwayat stroke sebelumnya, diabetes melitus, penyakit
jantung, anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan
obat-obat anti koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, dan
kegemukan. Pengkajian pemakaian obat yang sering digunakan klien, seperti
pemakaian obat antihipertensi, antilipedemia, penghambat beta dan lainnya.
Adanya riwayat merokok, penggunaan alkohol dan penggunaan obat kontrasepsi oral
5) Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat yang menderita hipertensi, atau adanya riwayat
stroke dari generasi terdahulu.
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan secara per sistem dengan fokus
pemeriksaan brain atau otak yang
terarah dan dihubungkan dengan keluhan-keluhan klien.
1) Keadaan umum
Umumnya mengalami penurunan kesadaran, kadang mengalami gangguan bicara
yaitu sulit dimengerti, kadang tidak bisa bicara dan pada tanda-tanda vital
tekanan darah meningkat, dan denyut nadi bervariasi.
2) Pengkajian tingkat kesadaran
Kualitas kesadaran klien adalah parameter yang paling mendasar dan
parameter yang paling penting perlu membutuhkan pengkajian. Tingkat keterjagaan
klien dan respon terhadap lingkungan adalah indikator paling sensisitif untuk
disfungsi sistem persyarafan. Beberapa sistem digunakan untuk membuat peringkat
perubahan dalam kewaspadaan dan keterjagaan. Pada keadaan lanjut tingkat
kesadaran klien stroke biasanya berkisar pada tingkat letargi, strupor, dan
semikomatosa.
Tabel 1.1
Tingkat Kesadaran
Tingkat Responsivitas |
Klinis |
Composmentis |
Sadar penuh. |
Apatis |
Acuh tak acuh. |
Somnolen |
Mau tidur saja. Mengantuk tetapi dapat mengikuti
perintah sederhana. |
Delirium |
Kacau motorik, berontak, teriak. |
Stupor |
Sangat sulit untuk dibangunkan, tidak konsisten,
dapat mengikuti perintah sederhana atau berbicara satu kata. |
Semikomatosa |
Reaksi terhadap nyeri saja. |
Koma |
Kesadaran hilang dan tidak berespon pada setiap
stimulus. |
3) Pengkajian fungsi serebral
Pengkajian ini meliputi status mental, fungsi intelektual, kemampuan
bahasa, lobus frontal, dan hemisfer.
a) Status mental
Observasi penampilan, tingkah laku, nilai gaya bicara, ekspresi wajah,
dan aktivitas motorik klien. Pada klien stroke tahap lanjut biasanya status mental
klien mengalami perubahan.
b) Fungsi intelektual
Didapatkan penurunan dalam ingatan dan memori, baik jangka pendek maupun
jangka panjang. Penurunan kemampuan berhitung dan kalkulasi. Pada beberapa
kasus klien mengalami brain damage
yaitu kesulitan untuk mengenal persatuan dan berbedaan yang tidak begitu nyata.
c) Kemampuan bahasa
Penurunan kemampuan bahasa tergantung pada daerah lesi yang memengaruhi
fungsi dan serebral. Lesi pada daerah hemisfer yang dominan pada bagian
posterior dari girus temporalis superior (area Wernicke) didapatkan difasia
reseptif, yaitu klien tidak dapat memahami bagasa lisan atau bahasa
tertulis. Sedangkan lesi pada bagian posterior dari girus frontalis inferior
(area Broca) didapatkan disfagia ekspresif, yaitu klien dapat
mengerti, tetapi tidak dapat menjawab dengan tepat dan bicaranya tidak lancar. Disartria (kesulitan bicara),
ditunjukkan dengan bicara yang sulit dimengerti yang disebabkan oleh paralisis
otot yang bertanggung jawab untuk menghasilkan bicara. Apraksia (ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang dipelajari
sebelumnya), seperti terlihat kliem mengambil sisir dan berusaha menyisir
rambutnya.
d) Lobus frontal
Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologis didapatkan jika kerusakan
telah terjadi pada lobus frontak kapasitas, memori atau fungsi intelektual yang
lebih tinggi mungkin rusak. Disfungsi ini dapat ditunjukkan dalam lapang
perhatian terbatas, kesulitan dalam pemahaman, lupa, dan kurang motivasi yang
menyebabkan klien tersebut menghadapi masalah frustasi dalam program
rehabilitasi. Depresi umum terjadi dan mungkin diperberat oleh respon alamiah
klien terhadap penyakit katastrofik. Masalah psikologis lain juga umum terjadi
dan dimanifestasikan oleh emosi yang labil, bermusuhan, frustasi, dendam, dan
kurang kerjasama.
e) Hemisfer
Stroke hemisfer kanan didapatkan hemiprase sebelah kiri tubuh, penilaian
buruk dan mempunyai kerentanan terhadap sisi kolateral sehingga memungkinkan
terjauh ke sisi yang berlawanan. Pada stroke hemisfer kiri, mengalami hemiprase
kanan, perilaku lambat dan sangat hati-hati.
4) Pemeriksaan saraf kranial
a) Saraf I, pemeriksaan fungsi penciuman
pada pasien stroke.
b) Saraf II, pemeriksaan fungsi
penglihatan pada pasien stroke.
c) Saraf III, Pemeriksaan saraf motorik
pada pasien stroke untuk bisa mengangkat kelopak mata, kontriksi pupil, dan
sebagian gerakan bola mata.
d) Saraf IV, pemeriksaan gerakan mata
kebawah dan kedalam pada pasien stroke.
e) Saraf V, pemeriksaan gerakan sensasi
wajah, reflek kornea, dan reflek kedip.
f) Saraf VI, pemeriksaan deviasi mta ke
lateral (sama seperti saraf III).
g) Saraf VII, pemeriksaan ekspresi wajah
pada pasien stroke.
h) Saraf VIII, pemeriksaan fungsi
pendengaran.
i)
Saraf
IX dan X, untuk memeriksa kemampuan menelan pada pasien stroke.
j)
Saraf
XI, pemeriksaan pada pergerakan bahu pasien stroke.
k) Saraf XII, pemeriksaan lidah dan
indra pengecapan pada pasien stroke.
5) Pengkajian sistem motorik
Stroke merupakan penyakit saraf motorik yang mengakibatkan kehilangan
kontrol volunter terhadap gerakan motorik. Oleh karena itu pemeriksaan yang teliti
pada sistem motorik meliputi:
a. Inspeksi umum didapatkan hemiplagia
(paralisis pada salah satu sisi) karena lesi pada sisi otak yang berlawanan
biasanya pada pasien stroke.
b. Hasil pemeriksaan tonus otot didapatkan
menurun.
c. Kekuatan otot pada penilaian dengan
menggunakan tingkat kekuatan otot pada sisi yang sakit.
d. Keseimbangan dan koordinasi
didapatkan mengalami gangguan karena hemiprase dan hemiplegia.
Tabel 1.2
Derajat Kekuatan Otot
Skala |
Presentase kekuatan otot normal |
karakteristik |
0 |
0 |
Paralisis sempurna |
1 |
10 |
Tidak ada gerakan, kontraksi otot dipalpasi atau
dilihat |
2 |
25 |
Gerakan otot penuh melawan gravitasi |
3 |
50 |
Gerakan yang normal melawan gravitasi |
4 |
75 |
Gerakan penuh yang normal |
5 |
100 |
Kekuatan normal, gerakan penuh yang normal melawan
gravitasi |
(Muttaqin, 2014)
6) Pemeriksaan refleks
Refleks adalah jawaban terhadap suatu rangsangan. Pada fase refleks
fisiologis sisi yang lumpuh akan hilang, setelah beberapa hari refleks
fisiologis akan muncul kembali didahului dengan refleks patologis.
2.
Diagnosis keperawatan
Diagnosis keperawatan yang muncul pada masalah
gangguan pemenuhan aktivitas menurut SDKI (2016) yaitu:
1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan
dengan penurunan kekuatan otot.
Definisi
Keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu sisi atau lebih ekstremitas
secara mandiri.
Penyebab
Penurunan kekuatan otot
Gejala dan tanda mayor
Subjektif: - Mengeluh sulit
menggerakkan ekstremitas
Objektif: -
Kekuatan otot menurun
- Rentang gerak (ROM) menurun
Gejala dan tanda minor
Subjektif: - Nyeri saat bergerak
- Enggan melakukan pergerakan
- Merasa cemas saat bergerak
Kondisi klinis terkait
1.
Stroke
2.
Cedera
medula spinalis
3.
Trauma
4.
Fraktur
5.
Osteoarthritis
6.
Ostemalasia
7.
Keganasan
2. Defisit perawatan diri berhubungan
dengan gangguan neuromuskuler
Definisi
Tidak mampu melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri
Penyebab
a. Gangguan neuromuskuler
Gejala dan tanda mayor
Subjektif : - Menolak melakukan perawatan diri
Objektif : - Tidak
mampu mandi/mengenakan pakaian/makan/ke toilet/berhias secara mandiri
- Minat melakukan perawatan diri kurang
Kondisi klinis terkait
1. Stroke
2. Cedera medula spinalis
3. Depresi
4. Arthritis reumatoid
5. Delirium
6. Demensi
7. Gangguan amnestik
8. Retardasi mental
9. Skizofrenia dan gangguan psikotik
lain
3. Gangguan integritas kulit berhubungan
dengan penurunan mobilitas
Definisi
Kerusakan kulit (dermis dan epidermis) atau jaringan (membran mukosa,
kornea, fasia, otot, tendon, tulang, kartilago, kapsul sendi dam ligamen)
Penyebab
Penuruna mobilitas
Gejala dan tanda mayor
Subjektif: (tidak tersedia)
Objektif: - Kerusakan jaringan dan
lapisan kulit
Gejala dan tanda minor
Subjektif : (tidak tersedia)
Objektif : - Nyeri
- Perdarahan
- Kemerahan
- Hematoma
Kondisi klinis terkait
1. Imobilisasi
2. Gagal jantung kongestif
3. Gagal ginjal
4. Diabetes melitus
5. Imunodefisiensi
3.
Intervensi Keperawatan
Diagnosa keperawatan |
Intervensi
(SIKI) |
Gangguan mobilitas fisik b.d
penurunan kekuatan otot. Tujuan : Setelah dilakukan asuhan
keperawatan diharapkan mobilisasi pasien teratasi dengan kriteria hasil: a. Pasien meningkat dalam pergerakan ekstremitas saat
aktivitas. b. Kekuatan otot meningkat. c. Rentang gerak (ROM) meningkat. |
Intervensi utama : a.
Dukungan
ambulasi b.
Dukungan
mobilisasi Intervensi
pendukung : Dukungan ambulasi a. Dukungan kepatuhan program pengobatan b. Dukungan perawatan diri: BAB/BAK, berpakaian,
makan/minum, dan mandi c.
Edukasi latihan
fisik d. Edukasi ambulasi
Dukungan
mobilisasi a. Pemberian obat b. Pemberian obat intravena c.
Pembidaian d. Pencegahan luka tekan |
Defisit perawatan diri b.d
gangguan neuromuskuler Tujuan : Setelah dilakukan asuhan
keperawatan diharapkan kemampuan perawatan diri pasien teratasi dengan
kriteria hasil: a.
Kemampuan mandi
pasien meningkat b.
Kemampuan
mengenakan pakaian meningkat c.
Kemampuan makan
meningkat |
Intervensi utama : a.
Dukungan
perawatan diri: Mandi b.
Dukungan
perawatan diri: BAB/BAK c.
Dukungan
perawatan diri: Berhias d.
Dukungan
perawatan diri: Berpakaian e.
Dukungan
perawatan diri: Makan/Minum Intervensi pendukung : a. Dukungan emosional b. Dukungan pengambilan keputusan c.
Dukungan
tanggung jawab pada diri sendiri d. Kontrak perilaku positif e.
Manajemen
demensia f.
Manajemen
energi g.
Manajemen
lingkungan h. Pengaturan posisi |
Gangguan
komunikasi verbal b.d penurunan sirkulasi serebral. Tujuan
: Setelah
dilakukan asuhan keperawatan diharapkan kemampuan berbicara pasien teratasi
dengan kriteria hasil: a.
Pasien mampu
berbicara dengan baik b.
Kemampuan
mendengar pasien membaik c.
Kesesuaian
ekspresi wajah/tubuh pasien meningkat |
Intervensi utama : a. Promosi komuniksi: Defisit Bicara b. Promosi komunikasi: Pendengaran c.
Promosi
komunikasi: Defisit Visual Intervensi pendukung : Promosi komuniksi: Defisit Bicara Promosi komunikasi: Pendengaran a.
Dukungan
kepatuhan program pengobatan b.
Dukungan pengambilan
keputusan c.
Dukungan
perawatan diri d.
Latihan memori Promosi
Komunikasi: Defisit Visual a. Manajemen medikasi b. Perawatan telinga c.
Reduksi
ansietas d. Terapi seni |
(Sumber : SIKI, 2018)
4.
Implementasi
Implementasi
adalah fase ketika perawat mengimplementasikan intervensi keperawatan.
Berdasarkan terminologi NIC, implementasi terdiri atas melakukan dan
mendokumentasikan tindakan yang merupakan tindakan keperawatan khusus yang
diperlukan untuk melaksanakan intervensi (atau program keperawatan).
5.
Evaluasi
Evaluasi adalah aktivitas yang direcanakan, berkelanjutan dan terarah
ketika klien dan profesional kesehatan menentukan kemajuan pasien menuju
pencapaian tujuan/hasil dan keefektifan rencana asuhan keperawatan. Evaluasi
adalah aspek penting proses keperawatan karena kesimpulan yang ditarik dari
evaluasi menetukan intervensi keperawatan harus diakhiri, dilanjutkan, dan
diubah.
C.
Tinjauan Konsep Penyakit
1. Definisi stroke
Stroke adalah gangguan perdarahn otak yang menyebabkan defisit neurologis
mendadak sebagai akibat iskemia atau hemoragik sirkulasi saraf otak. Istilah
stroke biasanya digunakan secara spesifik untuk menjelaskan infark serebrum.
2. Etiologi stroke
a. Trombosis serebral
Trombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga
mengakibatkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan edema dan kongesti
disekitarnya. Trombosis biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau
bangun tidur. Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan
penurunan tekanan darah yang dapat
mengakibatkan iskemi serebral. Tanda dan gejala neurologis sering kali memburuk
pada 48 jam setelah trombosis. Adapun beberapa keadaan yang dapat menyebabkan
trombosis diantarannya: aterosklerosis, hiperkoagulasi pada polisitemia,
arteritis (radang pada arteri) dan emboli.
b. Hemoragi
Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan dalam ruang subaraknoid atau ke
dalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini dapat terjadi karena aterosklerosis
dan hipertensi. Akibat pecahnya pembuluh darah dalam otak yang menyebabkan
pembesaran darah ke dalam parenkim otak yang dapat mengakibatkan penekanan,
pergeseran dan pemisahan jaringan otak yang berdekatan, sehingga otak akan
mengalami pembengkakan, jaringan otak mengalami tekanan, sehingga terjadi
infark otak, edema dan mungkin herniasi otak.
c. Embolisme
Sumbatan pada arteri serebral yang disebabkan oleh embolus menyebabkan
stroke embolik. Embolus terbentuk di bagian luar otak, kemudian terlepas dan
mengalir melalui sirkulasi serebral sampai embolus tersebut melekat pada
pembuluh darah dan menyumbat arteri. Sumber-sumber penyebab emboli lainnya
adalah tumor, lemak, bakteri. Emboli bisa terjadi pada seluruh bagian pembuluh
darah serebral. Kejadian emboli pada serebrsl meningkat bersamaan dengan
meningkatnya usia.
3. Klasifikasi stroke
a. Stroke hemoragik
Merupakan perdarahan serebral dan mungkin perdarahan subaraknoid.
Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah dibagian otak di area otak tertentu.
Biasanya pecah pembuluh darah terjadi saat melakukan aktivitas atau saat aktif,
Namun bisa juga terjadi ketika sedang beristirahat. Kesadaran klien umunya
menurun.
b. Stroke non hemoragik
Berupa iskemia atau emboli dan trombosis serebral, biasanya terjadi saat
setelah lama beristirahat, bangun tidur di pagi hari. Tidak mengalami
perdarahan namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya
dapat timbul edema sekunder.
4. Manifestasi klinis
a. Tiba-tiba mengalami kelemahan atau
kelumpuhan separo badan
b. Tiba-tiba hilang rasa peka
c. Bicara cedal atau pelo
d. Gangguan bicara dan bahasa
e. Gangguan penglihatan
f. Gangguan daya ingat
g. Nyeri kepala hebat
h. Kesadaran menurun
i.
Proses
kencing terganggu
j.
Gangguan
fungsi otak
5. Patofisiologi
Iskemik pada otak akan mengakibatkan perubahan pada sel neuron otak
secara bertahap. Tahap pertama diawali dengan penurunan aliran darah sehingga
menyebabkan sel-sel neuron akan kekurangan oksigen dan nutrisi. Hal ini
menyebabkan kegagalan metabolisme dan penurunan energi yang dihasilkan oleh sel
neuron tersebut. Sedangkan pada tahap II, ketidakseimbangan supalai dan
kebutuhan oksigen tersebut memicu respons inflamasi dan diakhiri dengan
kematian sel serta apoptosis
terhadapnya.
Proses cedera pada susunan saraf pusat ini menyebabkan berbagai hal,
antara lain gangguan permeabilitas pada sawar darah otak, kegagalan energi,
hilangnya homestasis ion sel, asidosis, peningkatan kalsium ekstrasel, dan
toksisitas yang dipicu oleh keberadaan radikal bebas.
6. Penatalaksanaan
Penanganan pada penderita dengan stroke bertujuan untuk mempertahankan
fungsi otak yang tergantung pada kesempatan untuk menyelamatkan fungsi sel otak
dalam waktu singkat.
a. Penggunaan obat
Pada penggunaan obat berfungsi untuk memulihkan aliran darah dan metabolisme
ke otak di daerah iskemi.
b. Rehabilitasi
Stroke merupakan penyebab utama kecacatan pada usia diatas 45 tahun yang
paling penting pada masa ini adalah membatasi sejauh mungkin kecacatan
penderita baik fisik maupun mental dengan fisioterapi, terapi wicara dan psikoterapi.
c. Terapi preventif
Pada terapi preventif bertujuan untuk mencegah terulangnya kembali
serangan stroke dengan cara menghindari faktor-faktor resiko stroke yaitu :
Pengobatan hipertensi, mengontrol kadar gula darah, menghindari rokok,
kegemukan, dan meminimalkan stres serta dengan berolahraga secara teratur.
d. Pengobatan konservatif
Vasodilator meningkatkan aliran darah serebri secara percobaan, tetapi
maknanya pada tubuh manusia belum dapat dibuktikan dan dapat juga diberikan
histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin intrarterial.
D.
Pathway
Koma |
Hemiplegi dan hemiperise |
Hambatan mobilitas
fisik |
arterosklerosis |
Kerusakan kutub
jantung, miocard, dan
fibrilasi |
Aneurisma,
malformasi, arterivenus |
Thrombosis
serebral |
Sumbatan oleh
pembuluh Darah otak oleh
bekuan |
Perdarahan intra
serebral |
Pembuluh darah
oklusi |
Emboli serebral |
Keluarnya darah
ke otak |
Stroke |
Defisit neurologi |
Infark |
Kehilangan
kontrol volunter |
Perubahan perfusi
jaringan serebral |
Kelemahan fisik umum |
Defisit
perawatan diri |
Tirah baring lama |
Luka dekubitus |
Kerusakan
Integritas Kulit |
Gambar 1
Pathway Penyakit Stroke Non Hemoragik
(Nurarif & Hardhi Kusuma, 2015)
BAB III
METODE
A.
Fokus Asuhan Keperawatan
Pada laporan tugas akhir ini penulis menggunakan pendekatan asuhan
keperawatan yang berfokus pada asuhan keperawatan gangguan kebutuhan aktivitas
yaitu gangguan mobilitas fisik pada pasien stroke non hemoragik di Ruang Syaraf
RSUD Jend. Ahmad Yani Metro.
B.
Subyek Asuhan
Subyek asuhan keperawatan adalah satu orang pasien Stroke Non
Hemoragik di Ruang Syaraf RSUD Jend. Ahmad Yani Metro yang mengalami masalah
mobilisasi dengan kriteria :
1. Pasien usia dewasa
2. Pasien memahami bahasa indonesia
3. Satu pasien penurunan tingkat
kekuatan otot
4. Pasien berada di ruang syaraf RSUD
Jend. Ahmad Yani Metro
5. Satu pasien dengan diagnosis stroke
non hemoragik
6. Pasien pria atau wanita
C.
Lokasi dan Waktu
1. Lokasi Penelitian
Lokasi
penelitian dilakukan di Ruang Syaraf RSUD Jend. Ahmad yani Metro tahun 2022.
2. Waktu Penelitian
Waktu
penelitian dilakukan selama 3 hari pada
tanggal 7-12 Februari 2022.
D.
Pengumpulan Data
1. Alat Pengumpulan Data
Pengumpulan
data menggunakan format pengkajian dan alat pemeriksaan fisik. Alat pemeriksaan
fisik yang digunakan penulis adalah alat pengukuran TTV, reflek patela,
stetoskop, reflek hammer sphygmanometer.
2. Teknik pengumpulan data
Penulis dalam
melakukan laporan tugas akhir ini menggunakan tiga teknik dalam pengumpulan
data yaitu: anamnesis, observasi, dan pemeriksaan fisik:
a. Pengumpulan data
Pengumpulan data
adalah proses mengumpulkan informasi tentang status kesehatan pasien dan merupakan
hal yang mutlak dilakukan perawat dalam melakukan pengkajian keperawatan.
Pengumpulan data dapat dilihat dari tipe dan karakteristik data. Terdapat dua
tipe data pada pengkajian yaitu:
1) Data subjektif adalah data tertutup
atau data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap suatu
situasi dan kejadian.
2) Data objektif adalah data terbuka,
atau data yang dapat diobservasi dan diukur.
b. Wawancara dan observasi
Wawancara adalah
cara komunikasi untuk mengumpulkan informasi dari klien. Wawancara ini juga
dapat disebut sebagai riwayat keperawatan. Observasi adalah perangkat
pengkajian yang bersandar pada penggunaan format keperawatan medikal bedah dan lima indra (penglihatan, sentuhan,
pendengaran, penciuman, dan pengecapan) untuk mencari informasi mengenai klien.
c. Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi
Amati dengan
cermat penampilan klien, perilaku, dan gerakan seperti ekspresi wajah, suasana
hati dan kondisi tubuh, gerakan mata, warna faring, simetri thoraks, ketinggian
denyut vena jugularis, kontur abdomen, edema ekstremitas bawah.
2) Palpasi
Tekanan
taktil dari jari tangan atau bantalan jari tangan untuk menilai bagian-bagian
elevasi kulit, depresi, kehangatan, atau nyeri tekan, kelenjar limfe, pulsasi,
kontur, ukuran organ, massa dan krepitus sendi.
3) Perkusi
Gunakan jari
pengetuk (plexor finger), biasanya jari ketiga, untuk memberikan ketukan atau
pukulan cepat terhadap jari pleximeter, biasanya jari ketiga distal tangan kiri
yang diletakkan di atas permukaan dada atau abdomen, untuk memicu gelombang suara
misalnya sonor atau redup dari jaringan atau organ dibawahnya.
4) Auskultasi
Gunakan
bagian diafragma dan bel pada stetoskop untuk mendeteksi karakteristik bunyi
jantung, paru, dan intestinal, termasuk lokasi, waktu, durasi, nada, dan
intensitas. Auskultasi juga memungkinkan kita mendeteksi bruit atau turbulensi
di atas pembuluh arteri.
3. Sumber data
1)
Data
primer
Data primer
merupakan data yang didapatkan melalui pengkajian secara langsung kepada pasien
yaitu berupa data subjektif yang dikeluhkan klien dan data objektif dari hasil
pemeriksaan fisik.
2)
Data
sekunder
Data sekunder
merupakan data yang didapatkan dari wawancara dengan keluarga, cacatan
keperawatan dan hasil-hasil pemeriksaan penunjang seperti laboratorium,
radiologi, ekg sebagai data tambahan yang mendukung untuk masalah kesehatan
klien.
E.
Penyajian Data
Penyajian data dalam laporan tugas akhir ini yaitu dengan
menggunakan:
1. Narasi
Narasi
merupakan data yang diperoleh dari hasil pengkajian disajikan dalam bentuk
uraian dan untuk data yang disajikan dalam bentuk narasi adalah pengkajian dan
diagnosa keperawatan.
2. Tabel
Tabel yang
digunakan dalam menjelaskan hasil yang menggunakan angka-angka atau kalimat
agar lebih mudah dipahami. Data yang disajikan dalam bentuk tabel yaitu:
analisa data, intervensi, implementasi, evaluasi.
F.
Prinsip Etik
Prinsip etika yang digunakan penulis dalam membuat dan melaksanakan asuhan keperawatan dalam fokus tindakan
keperawatan ini adalah prinsip etika keperawatan dalam memberikan layanan
keperawatan kepada individu, kelompok/keluarga dan masyarakat, yaitu:
1. Otonomi (Autonomi)
Otonomi berarti komitmen terhadap pasien
dalam mengambil keputusan tentang semua aspek pelayanan. Otonomi merupakan hak seseorang untuk mengatur dan membuat
keputusan sendiri meskipun demikian masih terdapat berbagai keterbatasan,
terutama yang berkaitan dengan situasi dan kondisi, latar belakang individu,
campur tangan hukum dan tenaga kesehatan profesional
2. Beneficience
(Berbuat Baik)
Beneficience adalah tindakan positif perawat untuk membuat orang lain
melakukan niat baik mendorong keinginan untuk melakukan kebaikan pada pasien.
Perawat dalam melaksanakan tugasnya harus menggunakan prinsip ini karena semua pasien
harus diperlakukan dengan baik.
3. Justice
(Keadilan)
Nilai ini direfleksikan dalam praktik profesional ketika perawat bekerja
untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktik dan keyakinan yang benar
untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan. Penulis akan menuliskan hasil
didalam dokumentasi asuhan keperawatan sesuai dengan hukum dan standar praktik
keperawatan.
4.Nonmaleficince (Tidak Merugikan)
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis
pada pasien. Pelayanan kesehatan yang profesional seperti perawat mencoba
menyeimbangkan antara resiko dan keuntungan dari rencana yang diberikan kepada
pasien.
3. Veracity
(Kejujuran)
Nilai ini merupakan dasar membina hubungan saling percaya terhadap
pasien. Nilai ini diperlukan oleh pemberi layanan kesehatan untuk menyampaikan
kebenaran pada setiap pasien dan untuk meyakinkan bahwa pasien sangat mengerti.
4. Fidelity
(Menepati Janji)
Kesetiaan adalah persetujuan untuk menepati janji. Janji setia mendukung
rasa tidak ingin meninggalkan pasien, meskipun saat pasien tidak menyetujui
keputusan yang telah dibuat. Standar kesetiaan termasuk kewajiban mengikuti
pelayanan yang ditawarkan kepada pasien.
5. Confidentiality (Kerahasiaan)
Confidentiality dalam pelayanan kesehatan harus
menjaga rahasia pasien apabila melanggar akan sanksi seperti tidak dapat
menyalin rekam medis tanpa izin dari pasien.
6. Accountability
(Akuntabilitasi)
Akuntabilitasi merujuk pada kemampuan seseorang untuk menjelaskan alasan
tindakannya. Dengan adanya akuntabilitasi ini maka penulis dapat belajar untuk
menjamin tindakan profesional yang akan dilakukan pada pasien dan atasan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Di dalam bab ini penulis menguraikan
tentang penelitian asuhan keperawatan pada pasien Stroke Non Hemoragik dengan
masalah gangguan kebutuhan aktivitas di Ruang Syaraf RSUD Jend. Ahmad Yani
Metro Provinsi Lampung Tahun 2022. Pada penelitian asuhan keperawatan ini dilakukan
selama 6 hari dari tanggal 7 Februari S.d 12 Februari 2022.
A.
Hasil Asuhan
1.
Pengkajian keperawatan
Pada tanggal 7 Februari 2022, telah dilakukan pengkajian kepada subyek
asuhan dan didapatkan data sebagai berikut :
Tabel 2.1
Data Pengkajian Keperawatan pada
Subyek Asuhan
Item Pengkajian |
Subyek Asuhan |
||||||
A. Identitas
Klien |
Nama
: Ny. K Umur
: 75 tahun Jenis Kelamin
: Perempuan Pendidikan
: Tidak Sekolah Pekerjaan
: Tidak Bekerja Tgl masuk RS
: 06 Februari 2022, pukul 22.44 WIB Dx. Medis
: Stroke Non Hemoragik Alamat :
Pakuan Aji, kabupaten lampung Timur No RM
: 423862 |
||||||
B. Riwayat
Kesehatan |
Keluhan utama : Tidak sadar, ekstremitas kiri
tidak dapat digerakkan Riwayat penyakit sekarang : Pasien datang melalui IGD
pada tanggal 06 Februari 2022 pukul 22.44 diantar oleh keluarganya dengan
keluhan tidak sadar, tangan dan kaki sebelah kiri lemah. Saat dikaji kondisi
kulit pada bagian paha pasien lembab dan kemerahan, pasien imobilisasi
sepenuhnya, pasien tirah baring lama dan tidak dapat menggerakkan tubuhnya
sebelah kiri, disebabkan karena 2 hari yang lalu klien jatuh dari kamar
mandi. Kekuatan otot yang didapatkan adalah 1 tangan kiri 1 kaki kiri dan 5 5
untuk bagian kanan, keluhan tangan dan kaki kiri nya tidak bisa digerakkan
sejak 2 hari yang lalu setelah jatuh dari kamar mandi, dan sebelumnya belum
mengalami hal seperti ini sehingga untuk kebutuhan mandi,makan, dan
berpakaian dibantu oleh keluarga. Riwayat penyakit sebelumnya : Keluarga pasien mengatakan
klien memiliki riwayat stroke 1 tahun yang lalu. Riwayat penyakit keluarga : Keluarga Ny.K sebagai anaknya
mengatakan memiliki riwayat hipertensi. Riwayat alergi (obat, makanan) : Pasien tidak memiliki riwayat
alergi obat maupun makanan. Daftar obat/herbal yang sering digunakan sebelum
masuk RS : Pasien tidak menggunakan obat
herbal untuk menyembukan penyakitnya. |
||||||
C. Anamnesis
Pengkajian Pola Fungsional |
|||||||
Pola
manajemen kesehatan-persepsi kesehatan : |
Kondisi kesehatan umum pasien : Kondisi kesehatan umum pasien
tampak sakit berat. Keadaan umum pasien stupor Upaya menjaga/meningkatkan status kesehatan yang
selama ini dilakukan : 1. Keluarga pasien mengatakan klien jarang berolahraga 2. Keluarga pasien mengatakan klien minum teh 1 kali
sehari, setiap pagi hari 3. Keluarga pasien mengatakan klien tidak merokok 4. Keluarga pasien mengatakan jika klien mengalami
masalah atau tekanan, cara melampiaskan stresnya dengan mengatakan secara
baik-baik, tetapi kalau masalahnya sudah besar terkadang klien hanya bisa
diam saja 5. Pasien tidak mengkonsumsi alkohol Upaya perlindungan kesehatan yang dilakukan klien : 1. Keluarga pasien mengatakan jarang melakukan medical
check up 2. Pasien mengunjungi
fasilitas kesehatan berupa puskesmas apabila klien merasa gejala
pusing dan untuk mengecek tekanan darah 3. Pasien tidak memiliki jaminan kesehatan |
||||||
Pola
metabolic nutrisi |
Kebiasaan jumlah makanan dan kudapan: (Di Rumah) 1. Keluarga pasien mengatakan makanan utama klien yaitu
nasi putih. Pasien makan 2x/hari 2. Kaluarga klien mengatakan klien sering konsumsi
sayur, jenis sayur yang dikonsumsi adalah kangkung dengan olahan tumis 3. Keluarga pasien mengatakan klien jarang mengkonsumsi
lauk, jenis lauk yang sering dikonsumsi yaitu ikan, telor dengan olahan di
goreng 4. Keluarga pasien mengatakan klien kadang-kadang
mengkonsumsi cemilan seperti kue, roti, donat 5. Keluarga pasien mengatakan klien dalam satu hari
minum 4 sampai 5 kali Pola makan 3 hari terakhir selama di RS : Selama
dirumah sakit keluarga pasien mengatakan jenis diet yang diberikan rumah
sakit yaitu MCRG (makan cair rendah garam) dengan cara pemberian melalui alat
bantu makan atau sonde 2x/sehari dibantu dengan keluarga. |
||||||
Energi metabolik |
1. Pasien tampak tidak mampu menggerakkan anggota tubuh
sebelah kiri 2. Pasien tampak tidak ada tenaga |
||||||
Pola eliminasi |
Sebelum dirawat di rumah sakit : 1. Keluarga pasien mengatakan frekuensi buang air kecil
(BAK) pasien dalam satu hari 5-6 kali. Sedangkan untuk frekuensi buang air
besar (BAB) dalam sehari 1 kali. Sesudah dirawat di rumah sakit : 1. Eliminasi BAB dan BAK pasien baik, pasien tidak
terpasang kateter hanya memakai pempers karena tidak dapat berjalan ke kamar
mandi dan dibantu oleh keluarganya.
|
||||||
Pola
aktivitas sehari-hari |
Aktivitas sehari-hari : Keluarga
pasien mengatakan klien tidak bekerja hanya dirumah saja Masalah kesehatan anggota gerak : Pasien
memiliki masalah kontaktur area sebelah kiri yaitu kelemahan ekstremitas atas
dan bawah bagian kiri yang tidak bisa digerakkan sehingga untuk perawatan
diri seperti mandi, berpakaian, berhias, makan dan minum dibantu penuh dengan
keluarga sejak Ny.K jatuh dari kamar mandi. |
||||||
Pola
istirahat dan tidur |
Keluarga pasien mengatakan
kebiasaan tidur sehari-hari klien dirumah 6-8jam/hari dan terlihat segar,
tetapi saat pusing yang dirasakan
dikepalanya kebiasaan tidur klien saat ini < 6-8jam/hari sehingga
istirahatnya terganggu. |
||||||
Pola
persepsi kognitif |
Keluarga pasien mengatakan
pendidikan terakhir Ny.K tidak sekolah, sebelum sakit klien mampu mengambil
keputusan sendiri tetapi klien tidak mampu mengingat dalam jangka panjang. |
||||||
Pola
konsep diri – persepsi diri |
Keluarga pasien mengatakan
bahwa klien tidak bekerja, klien hanya tinggal bersama anak dan cucunya
karena ditinggal suami yang sudah meninggal dan klien termasuk orang yang
baik dalam keanggotaan kelompok sosial. |
||||||
Pemeriksaan fisik |
TD : 199/63 mmHg Nadi : 92 x/menit RR : 20 x/menit Suhu : 36◦c Status mental : Stupor E:2 M1 Vafasia Kepala: Kepala tidak ada lesi, rambut
berwarna putih, kulit tampak kotor, pupil isokor, reflek pupil (+) Leher: Adanya pembesaran vena
jugularis, nadi karotis teraba. Integumen: a. Inspeksi: Simetris, tidak ada pertumbuhan rambut,
warna kulit merata, ekspansi dada simetris b. Palpasi: Tidak ada nyeri tekan dan tidak ada massa c. Perkusi: Suara terdengar sonor d. Auskultasi: Vesikuler Abdomen: a. Inspeksi: Tidak ada luka, warna kulit normal b. Palpasi: Tidak ada nyeri tekan, tidak terdapat edema
dan tidak ada benjolan c.
Perkusi: Suara
terdengar tympani d. Auskultasi: Terdengar suara bising usus 8 x/menit
dan terdengar jelas Ekstremitas atas dan bawah: Terjadi kelemahan pada anggota
gerak ekstremitas atas, bawah bagian kiri pasien dan terpasang infus
Kekuatan otot:
5
1
Kekuatan otot pada tangan
kanan 5 dan tangan kiri 2, kekuatan otot pada kaki kanan 5 dan kaki kiri 2. |
||||||
Pemeriksaan penunjang diagnostik |
Hasil pemeriksaan
laboratorium Tanggal : 06 Februari 2022
|
||||||
Terapi Medis |
1. Inf. RL 500cc 2.
Omeprazole 1x1
mg pada pagi hari 3.
Citicolin 2x1
mg sebelum dan sesudah makan 4.
Ceftriazone 1x1
mg pada pagi hari 5.
Amlodipine 1x1
mg pada pagi hari 6.
Clopidogrel 1x1
mg pada pagi hari
|
2.
Analisis data
Tabel 2.2
Analisa Data
No |
Tanggal Jam |
Data |
Masalah keperawatan |
Etiologi |
1 |
07 Februari 2022 |
DS: 1. Keluarga pasien mengatakan Ny.K tidak bisa
menggerakkan anggota tubuhnya sebelah kiri 2. Keluarga pasien mengatakan kebutuhan Ny.K dibantu
oleh keluarga DO: 1.
Kesadaran:
Stupor 2.
TD :199/63 mmHg N :
92x/menit RR : 20x/menit Suhu : 36◦c 3.
Kekuatan otot 1 5 4.
GCS: E2M1V1= 4 5.
Pasien tampak
lemah 6.
Ekstremitas
bagian kiri pasien tampak tidak bisa
digerakkan |
Gangguan Mobilitas
Fisik |
Penurunan Kekuatan
Otot |
2 |
07 Februari 2022 |
DS: 1. Keluarga pasien mengatakan bahwa aktifitas fisik
seperti mandi, makan dan BAB/BAK dibantu keluarga 2. Keluarga pasien mengatakan bahwa anggota gerak
sebelah kiri tidak dapat digerakkan DO: 1.
Pasien tampak
terpasang alat bantu makan (NGT)
|
Defisit Perawatan Diri |
Gangguan Neuromuskuler |
3 |
07 Februari 2022 |
DS: - DO: 1.
Pasien tampak
tirah baring lama 2.
Kondisi kulit
pada bagian paha pasien terlihat lembab dan kemerahan 3.
Tampak
terjadinya kerusakan kulit pada bagian paha pasien 4.
Pasien
imobilisasi sepenuhnya |
Gangguan Integritas
Kulit |
Penurunan Mobilitas |
(Data primer, 2022)
3.
Masalah keperawatan
Dari data hasil pengkajian yang telah
dilakukan kepada Ny.K dapat
dirumuskan masalah keperawatan yaitu:
Tabel 2.3
Masalah Keperawatan
No |
Masalah Keperawatan |
1 |
Gangguan
Mobilitas Fisik |
2 |
Defisit
Perawatan Diri |
3 |
Gangguan
Integritas Kulit |
4.
Rencana keperawatan
Setelah melakukan pengumpulan data dan
didapat diagnosa keperawatan pada pasien, maka penulis membuat rencana tindakan
keperawatan yang sesuai dengan diagnosa keperawatan yang ditemukanpada subyek
asuhan yaitu: gangguan mobilitas fisik, gangguan menelan, gangguan komunikasi
verbal, maka penulis membuat rencana sebagai berikut.
Tabel 2.4
Rencana Tindakan keperawatan Ny.K
Masalah Keperawatan |
Diagnosa Keperawatan |
||
|
|||
Gangguan mobilitas fisik b.d penurunan
kekuatan otot |
Setelah diberikan asuhan keperawatan
gangguan mobilitas fisik dapat teratasi dengan kriteria hasil: 1. Pasien mampu melakukan aktivitas dengan sebagian
dibantu keluarga 2. Pasien dapat menunjukkan peningkatan mobilitas
dengan sebagian dibantu keluarga 3. Pasien mampu meningkatkan rentang gerak secara
bertahap dengan dibantu oleh keluarga |
Observasi : 1.
Identifikasi
toleransi fisik melakukan mobilisasi atau pergerakan 2.
Monitoring
frekuensi jantung dan tekanan darah Terapeutik : 1.
Libatkan
keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan mobilisasi atau pergerakan 2.
Fasilitasi
aktivitas mobilisasi dengan alat bantu Edukasi : 1. Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi 2. Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan
|
Observasi : 1.
Mengidentifikasi
kemampuan pasien dalam mobilisasi 2.
Mengetahui
perkembangan pasien dan apakah pasien boleh dilakukan mobilisasi atau tidak Terapeutik : 1.Keluarga memiliki peranan penting dalam kemajuan kondisi pasien 2.Pasien mampu berlatih berpindah tempat dengan benda disekitarnya Edukasi : 1. Pasien dan keluarga dapat memahami tindakan yang
dilakukan 2. Pasien mampu melakukan mobilisasi secara mandiri |
Defisit Perawatan Diri |
Setelah diberikan asuhan keperawatan
defisit perawatan diri dapat teratasi dengan kriteria hasil: 1. Kemampuan mandi pasien meningkat dengan sebagian
dibantu oleh keluarga 2. Kemampuan pasien dalam mengenakan pakaian meningkat
dengan sebagian dibantu oleh keluarga 3. Kemampuan pasien dalam BAB/BAK meningkat dengan sebagian
dibantu oleh keluarga |
Observasi : 1.
Identifikasi kebiasaan
aktivitas perawatan diri sesuai usia 2.
Monitor tingkat
kemandirian 3.
Identifikasi
kebutuhan alat bantu kebersihan diri, berpakaian, berhias, dan makan Terapeutik
: 1. Sediakan lingkungan yang terapeutik 2. Sediakan keperluan pribadi 3. Dampingi dalam melakukan perawatan diri sampai
mandiri Edukasi : 1. Anjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten
sesuai kemampuan
|
Observasi : 1. Mengetahui kebiasaan aktivitas perawatan diri pasien 2. Memantau
tingkat kemandirian pasien dalam perawatan diri 3. Mengetahui kebutuhan yang diperlukan dalam kebersihan diri pasien Terapeutik : 1.Keluarga dapat membantu menyediakan
lingkungan yang hangat dan privasi pasien 2.Keluarga dapat menyediakan alat perawatan diri secara pribadi 3.Keluarga dapat berkolaborasi dalam
melakukan perawatan diri pasien sampai mandiri Edukasi : 1. Pasien dapat menerapkan perawatan diri secara mandiri dengan tingkat kemampuannya |
Gangguan integritas kulit b.d penurunan
imobilitas |
Setelah dilakukan asuhan keperawatan
gangguan integritas kulit dapat teratasi dengan kriteria hasil: 1. Perfusi jaringan meningkat 2. Kerusakan jaringan menurun 3. Kerusakan lapisan kulit menurun
|
Obervasi : 1. Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit Terapeutik
: 1. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring 2. Gunakan produk berbahan ringan/alami dan hipoalergik
pada kulit sensisif Edukasi
: 1.
Anjurkan
menggunakan pelembab 2.
Anjurkan minum
air yang cukup 3.
Anjurkan
meningkatkan asupan nutrisi
|
Observasi
: 1. Untuk mengetahui penyebab terjadinya integritas
kulit Terapeutik
: 1. Mencegah terjadinya kerusakan pada lapisan kulit 2. Untuk mengurangi infeksi pada kulit yang sensitif Edukasi : 1. Keluarga dapat membantu meningkatkan pasien dalam
menggunakan pelembab 2. Keluarga dapat membantu pasien dalam memberi air
minum yang cukup 3. Berikan asupan yang cukup
|
4.
Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
Setelah diberikan tindakan sesuai dengan
rencana keperawatan pada pasien asuhan dalam waktu 3 hari berturut-turut dengan
tindakan asuhan keperawatan yang sama didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 2.4
Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
Diagnosa
Keperawatan |
Tanggal/Jam |
Implementasi
Keperawatan |
Evaluasi |
Gangguan mobilitas fisik
b.d penurunan kekuatan otot |
07 Februari 2022 08.15 WIB
09.00 WIB
10.00 WIB
11.00 WIB
12.30 WIB
13.30 WIB |
1. Mengidentifikasi toleransi fisik dalam melakukan
mobilisasi atau pergerakan. 2. Mengidentifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik
lainnya. 3. Monitoring frekuensi jantung dan tekanan darah
sebelum memulai mobilisasi. 4. Memfasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu
atau latihan ROM aktif. 5. Melibatkan keluarga untuk membatu pasien dalam
meningkatkan mobilisasi. 6. Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan |
Subjective: 1. Keluarga pasien mengatakan Ny.K tidak bisa
menggerakkan anggota tubuhnya sebelah kiri 2. Keluarga pasien mengatakan kebutuhan Ny.K dibantu
oleh keluarganya Objektif: 1. Kesadaran : Stupor 2. Hasil tanda-tanda vital TD : 199/63
mmHg Nadi :
92x/menit RR :
20x/menit Suhu :36◦c SpO2
: 96 % 3. GCS: E2M1V1 4. Pasien tampak lemah 5. Kekuatan otot 6. Eksremitas bagian kiri pasien tampak tidak bisa digerakkan 7. Pasien sudah diberikan obat: Inj. Omeprazole 1x1 mg Inj. Citicolin 2x1 mg Inj. Ceftriazone 1x1 mg Inj. Amlodipine 1x1 mg Inj. Clopidogrel 1x1 mg Assessment: Gangguan mobilitas fisik Plan: 1. Monitoring TTV 2. Mengidentifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik
lainnya 3. Anjurkan melakukan latihan mobilisasi pada
ekstremitas yang tidak bisa digerakkan 4. Libatkan keluarga membantu pasien dalam melakukan
mobilisasi atau pergerakan |
|
08 Februari 2022 08.15 WIB
09.00 WIB
10.00 WIB
11.00 WIB
12.30 WIB
13.30 WIB |
1. Mengidentifikasi toleransi fisik dalam melakukan
mobilisasi atau pergerakan. 2. Mengidentifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik
lainnya. 3. Monitoring frekuensi jantung dan tekanan darah
sebelum memulai mobilisasi. 4.
Memfasilitasi
aktivitas mobilisasi dengan alat bantu
atau latihan ROM aktif. 5. Melibatkan keluarga untuk membatu pasien dalam
meningkatkan mobilisasi. 6. Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan |
Subjective: 1. Keluarga pasien mengatakan Ny.K masih tidak bisa
menggerakkan anggota tubuhnya sebelah kiri 2. Keluarga pasien mengatakan kebutuhan Ny.K masih
dibantu oleh keluarganya Objektif: 1.
Kesadaran :
Stupor 2.
Hasil
tanda-tanda vital TD : 183/91
mmHg Nadi :
87x/menit RR :
20x/menit Suhu :36,5◦c SpO2 :
97 % 3.
GCS: E3M1V1 4.
Pasien tampak
lemah 5.
Kekuatan otot 6.
Eksremitas
bagian kiri pasien masih belum bisa
digerakkan Assessment: Gangguan
mobilitas fisik Plan: 1. Monitoring TTV 2. Mengidentifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik
lainnya 3. Anjurkan melakukan latihan mobilisasi pada
ekstremitas yang tidak bisa digerakkan 4. Libatkan keluarga membantu pasien dalam melakukan
mobilisasi atau pergerakan |
|
09 Februari 2022 08.15 WIB
09.00 WIB
10.00 WIB
11.00 WIB
12.30 WIB
13.30 WIB |
1. Mengidentifikasi toleransi fisik dalam melakukan
mobilisasi atau pergerakan. 2. Mengidentifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik
lainnya. 3.
Monitoring
frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai mobilisasi. 4.
Memfasilitasi
aktivitas mobilisasi dengan alat bantu atau latihan ROM aktif. 5.
Melibatkan
keluarga untuk membatu pasien dalam meningkatkan mobilisasi. 6.
Ajarkan
mobilisasi sederhana yang harus dilakukan |
Subjective: 1. Keluarga pasien mengatakan Ny.K bisa menggerakkan
anggota tubuhnya sebelah kiri sedikit-sedikit dengan dibantu 2. Keluarga pasien mengatakan kebutuhan Ny.K masih
dibantu oleh keluarganya Objektif: 1. Keadaan : Somnolen 2.
Hasil
tanda-tanda vital TD : 160/89
mmHg Nadi :
90x/menit RR :
20x/menit Suhu :36,6◦c SpO2 :
97 % 3.
GCS: E3M1V2 4.
Pasien tampak
lemah 5.
Kekuatan otot 6.
Eksremitas
bagian kiri pasien bisa digerakkan sedikit Assessment: Gangguan
mobilitas fisik Plan: 1.
Anjurkan
melakukan latihan mobilisasi pada ekstremitas yang tidak bisa digerakkan
secara mandiri di rumah dengan dibantu keluarga 2. Libatkan keluarga membantu pasien dalam melakukan
mobilisasi atau pergerakan secara mandiri di rumah |
Defisit perawatan diri b.d
gangguan neuromuskuler |
07 Februari 2022 08.15 WIB
09.00 WIB
10.00 WIB
11.00 WIB
12.30 WIB
13.30 WIB |
1. Mengidentifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri
sesuai usia 2. Memonitor tingkat kemandirian 3. Sediakan lingkungan yang terapeutik 4. Fasilitisasi untuk menerima keadaan ketergantungan 5. Jadwalkan rutinitas perawatan diri 6. Anjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten
sesuai kemampuan |
Subjective: 1.
Keluarga pasien
mengatakan bahwa aktifitas fisik seperti mandi, makan dan BAB/BAK dibantu
keluarga 2.
Keluarga pasien
mengatakan bahwa anggota gerak sebelah kiri tidak dapat digerakkan Objektif: 1.
Pasien terlihat
terpasang alat bantu makan (NGT) 2.
Pasien tampak
tidak mampu untuk mandi dan BAB/BAK secara mandiri 3.
GCS: E2M1V1 Assessment: Defisit perawatan diri Plan: 1.
Mengajarkan
kebiasaan aktivitas perawatan diri sesuai usia seperti mandi, makan,
berpakaian, BAB/BAK 2.
Monitor tingkat
kemandirian dengan dibantu keluarga 3.
Jadwalkan
rutinitas perawatan diri 4.
Anjurkan
melakukan perawatan diri secara konsisten sesuai kemampuan dengan sebagian
dibantu oleh keluarga |
|
08 Februari 2022 08.15 WIB
09.00 WIB
10.00 WIB
11.00 WIB
12.30 WIB
13.30 WIB
|
1. Mengidentifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri
sesuai usia 2. Memonitor tingkat kemandirian 3. Sediakan lingkungan yang terapeutik 4. Fasilitisasi untuk menerima keadaan ketergantungan 5. Jadwalkan rutinitas perawatan diri 6. Anjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten
sesuai kemampuan |
Subjective: 1. Keluarga pasien mengatakan bahwa aktifitas fisik
klien seperti mandi, makan, dan BAB/BAK masih dibantu keluarga 2. Keluarga pasien mengatakan bahwa anggota gerak klien
sebelah kiri masih tidak dapat digerakkan Objektif: 4.
Pasien terlihat
terpasang alat bantu makan (NGT) 5.
Pasien tampak
tidak mampu untuk mandi dan BAB/BAK secara mandiri 6.
GCS: E3M1V1 Assessment: Defisit perawatan diri Plan: 1. Mengajarkan kebiasaan aktivitas perawatan diri
sesuai usia seperti mandi, makan, berpakaian, BAB/BAK 2.
Monitor tingkat
kemandirian 3.
Jadwalkan
rutinitas perawatan diri 4.
Anjurkan
melakukan perawatan diri secara konsisten sesuai kemampuan dengan dibantu
oleh keluarga |
|
09 Februari 2022 08.15 WIB
09.00 WIB
10.00 WIB
11.00 WIB
12.30 WIB
13.30 WIB |
1. Mengidentifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri
sesuai usia 2. Memonitor tingkat kemandirian 3. Sediakan lingkungan yang terapeutik 4. Fasilitisasi untuk menerima keadaan ketergantungan 5. Jadwalkan rutinitas perawatan diri 6. Anjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten
sesuai kemampuan |
Subjective: 1. Keluarga pasien mengatakan klien sudah mampu
makan, 2. Aktivitas fisik seperti mandi dan BAB/BAK masih dibantu keluarga Objektif: 1.
Ny.k sudah
mampu makan tanpa alat bantu makan (NGT) 2.
Pasien masih
belum mampu untuk mandi dan BAB/BAK secara mandiri 3.
GCS: E3M1V2 Assessment: Defisit perawatan diri Plan: 1. Mengajarkan kebiasaan aktivitas perawatan diri
sesuai usia seperti mandi, makan, berpakaian, BAB/BAK saat dirumah 2. Monitor tingkat kemandirian secara rutin di rumah 3. Jadwalkan rutinitas perawatan diri saat dirumah 4. Anjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten
sesuai kemampuan |
Gangguan kerusakan
integritas kulit b.d penurunan mobilitas
|
07 Februari 2022 08.15 WIB
09.00 WIB
10.00 WIB
11.00 WIB
12.30 WIB
13.30 WIB
14.00 WIB |
1. Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit 2. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring 3. Gunakan produk berbahan ringan/alami dan hipoalergik
pada kulit sensisif 4. Anjurkan menggunakan pelembab 5. Anjurkan minum air yang cukup 6. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi 7. Anjurkan mandi dan menggunakan sabun secukupnya |
Subjective: - Objektif: 1. Pasien tampak tirah baring lama 2. Kondisi kulit pada bagian paha pasien terlihat
lembab dan kemerahan 3. Tampak terjadinya kerusakan kulit pada bagian paha
pasien 4. Pasien tampak imobilisasi sepenuhnya Assessment: Gangguan integritas kulit Plan: 1. Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit 2. Ubah posisi tiap 2 jam tirah baring 3. Anjurkan menggunakan pelembab |
|
08 Februari 2022 08.15 WIB
09.00 WIB
10.00 WIB
11.00 WIB
12.30 WIB
13.30 WIB
14.00 WIB |
1. Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit 2. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring 3. Gunakan produk berbahan ringan/alami dan hipoalergik
pada kulit sensisif 4. Anjurkan menggunakan pelembab 5. Anjurkan minum air yang cukup 6. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi 7.
Anjurkan mandi
dan menggunakan sabun secukupnya |
Subjective:
- Objektif: 1.
Pasien masih
tampak tirah baring 2.
Kondisi kulit
pada bagian paha pasien masih terlihat lembab dan kemerahan 3.
Kerusakan kulit
pada bagian pahanpasien masih terlihat 4.
Pasien masih
tampak imobilisasi sepenuhnya Assessment: Gangguan integritas kulit Plan: 1. Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit 2. Ubah posisi tiap 2 jam tirah baring 3.
Anjurkan
menggunakan pelembab |
|
09 Februari 2022 08.15 WIB
09.00 WIB
10.00 WIB
11.00 WIB
12.30 WIB
13.30 WIB
14.00 WIB
|
1. Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit 2. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring 3. Gunakan produk berbahan ringan/alami dan hipoalergik
pada kulit sensisif 4. Anjurkan menggunakan pelembab 5. Anjurkan minum air yang cukup 6. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi 7. Anjurkan mandi dan menggunakan sabun secukupnya |
Subjective: - Objektif: 1. Pasien masih tampak tirah baring 2. Kemerahan pada kondisi kulit pada bagian paha pasien
sudah mulai berkurang 3. Kerusakan kulit pada bagian paha pasien sudah berkurang
4. Pasien masih tampak imobilisasi sepenuhnya Assessment: Gangguan integritas kulit Plan: 1. Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit 2. Ubah posisi tiap 2 jam tirah baring 3.
Anjurkan
menggunakan pelembab |
(Data primer, 2022)
B.
Pembahasan
Dalam pembahasan ini penulis akan menguraikan laporan asuhan keperawatan
yang dilaporkan dari hasil kasus stroke non hemoragik dengan gangguan kebutuhan
aktivitas dengan tinjauan kepustakaan yang ada. Pengamatan kasus ini merupakan
kenyataan yang terjadi pada pasien dengan stroke non hemoragik dengan
mobilisasi fisik di Ruang Syaraf RSUD Jend. Ahmad Yani Metro Provinsi Lampung.
Sedangkan pada tinjauan kepustakaan adalah konsep dasar daro teori asuhan
keperawatan pada pasien Stroke Non Hemoragik dengan gangguan aktivitas.
Pembahasan tersebut menggunakan pendekatan proses keperawatan yang meliputi 5
tahap yaitu, pengkajian, diagnosa, keperawatan, rencana keperawatan,
implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan.
1.
Pengkajian
Pengkajian pada pasien
dilakukan pada tanggal 07 Februari 2022 pukul 08.15 WIB. Pasien dibawa ke rumah
sakit diantar oleh keluarganya dengan keluhan tidak sadar, tangan dan kaki
sebelah kiri lemah akibat jatuh dari kamar mandi dua hari yang lalu. Pada saat
pengkajian fisik ditemukan bahwa pasien mengalami hemiparase sinistra yang
ditandai dengan menurunnya kekuatan otot, kekuatan otot pada pasien yaitu
tangan dan kaki kanan 5 5, tangan dan kaki kiri 1 1, keluarga pasien mengatakan
Ny.k tidak bisa menggerakkan anggota tubuhnya sebelah kiri, kebutuhan Ny.k
dibantu oleh keluarga seperti makan, mandi dan BAB/BAK dan saat dikaji kondisi
kulit pada bagian paha pasien lembab dan kemerahan, pasien pasien tampak tidak dapat melakukan aktivitas
perawatan diri dan hanya dibantu oleh
keluarganya. Sesuai dengan gejala dan
tanda yang didapatkan melalui data-data pengkajian ini bahwa terdapat 3
diagnosa yaitu gangguan mobilitas fisik, defisit perawatan diri dan gangguan
integritas kulit namun yang menjadi utama di dalam melengkapi data ini adalah
gangguan mobilitas fisik menurut SDKI (2016)
Gejala atau
hasil pengkajian di atas sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Muttaqin
(2011), bahwa gejala klinis yang timbul pada pasien stroke adalah penurunan
kesadaran, terutama pada usia >50 tahun, kelumpuhan pada wajah atau anggota
badan (biasanya hemiparase) yang timbul mendadak, terjadinya kerusakan pada
jaringan kulit dan mengalami imobilisasi sepenuhnya.
2.
Diagnosa keperawatan
Berdasarkan pengkajian ini
data-data diperoleh dari keluarga dan data penunjang diperoleh dari hasil
laboratorium. Berdasarkan hasil pengkajian penulis merumuskan 3 diagnosa
masalah keperawatan yaitu gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan
penurunan kekuatan otot, defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan
neuromuskuler, gangguan integritas kulit berhubungan dengan penurunan
mobilitas. Namun, pada penulisan ini penulis hanya berfokus pada masalah
gangguan aktivitas (mobilitas fisik). Karena salah satu gejala khusus pada
pasiem stroke yaitu disfungsi motorik, yang menyebabkan terjadinya gangguan
mobilisasi fisik yaitu karena kehilangan control volunter terhadap gerakan motorik
berupa hemiparase sinistra sehingga penulis menetapkan diagnosa utama yaitu
gangguan mobilitas fisik.
Menurut SDKI (2016) diagnosa gangguan mobilitas fisik memiliki faktor
yang berhubungan, gejala dan tanda mayor dan minor, faktor yang berhubungan
meliputi penurunan kekuatan otot, gangguan muskuloskeletal, gangguan
neuromuskular, kakuan sendi, kurang terpapar informasi tentang aktivitas fisik,
keengganan melakukan penggerakan untuk tanda mayor meliputi sulit menggerakkan
eksremitas kekuatan otot menurun dan rentan gerak. Tanda minor meliputi nyeri
saat bergerak, enggan melakukan penggerakan kroma merasa cemas saat bergerak
sendi kaku penggerakkan tidak terkoordinasi gerak terbatas, fisik lemah.
Sedangkan untuk kondisi klinis yang terkait dengan diagnosa gangguan aktivitas
salah satunya adalah stroke.
3.
Rencana tindakan keperawatan
Rencana keperawatan merupakan tahap yang penting dalam proses keperawatan
karena akan menentukan dalam keberhasilan perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan dalam menetapkan rencana tindakan penulis terdapat pada teori yang
releven disesuaikan dengan situasi serta kondisi pasien. Pada tujuan asuhan
keperawatan yang penulis tetapkan pada diagnosa keperawatan utama yaitu
gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot dapat
teratasi dengan intervensi yaitu identifikasi toleransi fisik melakukan
ambulasi atau pergerakan, monitoring frekuensi jantung tekanan darah sebelum
dan memulai ambulasi atau mobilisasi, fasilitasi pasien melakukan mobilisasi
fisik berupa latihan ROM aktif, libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
meningkatkan mobilisasi atau pergerakan, jelaskan tujuan dan prosedur
mobilisasi dan diagnosa kedua yaitu defisit perawatan diri berhubungan dengan
gangguan neuromuskuler dapat teratasi dengan intervensi yaitu identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan
diri, monitor tingkat kemandirian, identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan
diri, sediakan keperluan pribadi dan diagnosa ketiga yaitu gangguan integritas
kulit berhubungan dengan penurunan imobilitas dapat teratasi dengan intervensi
yaitu identifikasi penyebab integritas kulit, ubah posisi tiap 2 jam jika tirah
baring, anjurkan menggunakan pelembab, minum air yang cukup dan meningkatkan
asupan nutrisi yang bersumber dari SLKI (2018).
4.
Implementasi keperawatan
Hasil implementasi yang dilakukan pada pasien dengan diagnosa utama yaitu
gangguan mobilisasi fisik dan latihan dilakukan dengan menyesuaikan dengan
kondisi pasien sesuai dengan sumber SIKI (2018). Tindakan perawatan yang dapat
dilakukan penulis selama 3 hari adalah melakukan latihan ROM kepada pasien
dengan sebagian dibantu oleh keluarga dan mengajarkan kepada keluarga tindakan
ROM, melakukan kolaborasi pemberian terapi sebagai diagnosa prioritas sedangkan
diagnosa yang lain ditangani tetapi tidak sampai tuntas.
Menurut Saputra (2013), untuk mencegah hilangnya kemampuan keseimbangan
tubuh dan postur dalam melakukan pergerakan fisik dapat diterapkan tindakan
latihan ROM dan mengubah posisi pada pasien yang memiliki sendi terbatas.
5.
Evaluasi keperawatan
Evaluasi
dilakukan untuk melihat respon pasien setelah diberikan asuhan keperawatan yang
telah dilaksanakan. Evalausi yang dilakukan untuk menilai hasil akhir dari
keseluruhan tindakan keperawatan, baik berupa evaluasi proses maupun evaluasi
hasil. Adapun beberapa kriteria hasil yang berhasil oleh subyek asuhan menurut
sumber SLKI (2018) yaitu diagnosa pertama gangguan mobilitas fisik berupa
pasien mampu melakukan aktivitas, dapat menunjukkan peningkatan mobilitas dan
rentang gerak secara bertahap dengan sebagian dibantu keluarga dapat teratasi
sampai hari ke 3, diagnosa kedua yaitu defisit perawatan diri berupa kemampuan
mandi, berpakaian, BAB/BAK pasien meningkat dengan dibantu keluarga sehingga
dapat teratasi sampai hari ke 3, diagnosa ketiga yaitu gangguan integritas
kulit berupa perfusi jaringan meningkat, kerusakan jaringan, lapisan kulit
menurun dapat teratasi sampai hari ke 3.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melakukan asuhan keperawatan kepada klien yang mengalami Stroke
Non Hemoragik dengan gangguan mobilitas fisik menggunakan pendekatan proses keperawatan,
perencanaa, implementasi, dan evaluasi makan didapatkan kesimpulan secara umum
yaitu :
1. Pengkajian
Dari hasil pengkajian yang penulis dapatkan pasien Ny.K berjenis kelamin
perempuan dengan usia 75 tahun dengan keluhan tidak mampu menggerakkan anggota
tubuhnya sebelah kiri. Kekuatan otot 1/1 untuk kaki dan tangan sebelah kiri,
dan 5/5 kaki dan tangan sebelah kanan, yang mengakibatkan pasien tidak mampu
melakukan mobilisasi secara secara bebas.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang di dapat pada Ny.K adalah gangguan mobilitas
fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot, defisit perawatan diri
berhubungan dengan gangguan neuromuskuler, gangguan integritas kulit
berhubungan dengan penurunan mobilitas. Namun, pada penulisan ini penulis hanya
berfokus pada masalah gangguan aktivitas (mobilitas fisik). Karena salah satu
gejala khusus pada pasiem stroke yaitu disfungsi motorik, yang menyebabkan
terjadinya gangguan mobilisasi fisik yaitu karena kehilangan control volunter
terhadap gerakan motorik berupa hemiparase sinistra sehingga penulis menetapkan
diagnosa utama yaitu gangguan mobilitas fisik.
3. Rencana keperawatan
Rencana keperawatan yang diberikan kepada pasien pada diagnosa pertama
adalah memantau tanda-tanda vital klien, melakukan pengkajian kekuatan otot,
membantu klien dalam melakukan latihan mobilisasi (ROM), diagnosa kedua defisit
perawatan diri adalah kebiasaan aktivitas perawatan diri seperti mandi,
berpakaian, makan, dan BAB/BAK dibantu keluarga, diagnosa ketiga gangguan integritas
kulit adalah mengidentifikasi penyebab integritas kulit, ubah posisi tiap 2 jam
jika tirah baring.
4. Implementasi keperawatan
Hasil implementasi yang dilakukan pada pasien dengan diagnosa utama yaitu
gangguan mobilisasi fisik dan latihan dilakukan dengan menyesuaikan dengan
kondisi pasien sesuai dengan sumber SIKI (2018). Tindakan perawatan yang dapat
dilakukan penulis adalah melakukan latihan ROM dan mengajarkan kepada keluarga
tindakan ROM, melakukan kolaborasi pemberian terapi sebagai diagnosa prioritas
sedangkan diagnosa 2 dan 3 ditangani tetapi tidak sampai tuntas.
5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi yang didapatkan pada pasien
adalah kekuatan pada ekstremitas kiri pasien dapat meningkat dengan sebagian
dibantu oleh keluarga, mobilisasi
pasien, kebiasaan perawatan diri pasien masih dibantu oleh keluarga, kerusakan
jaringan dan lapisan kulit pasien menurun selama 3 hari.
B.
Saran
1. Bagi perawat
Sebelum memberikan asuhan keperawatan pada pasien stroke non hemoragik
diharapkan untuk meningkatkan konsep asuhan keperawatan pada pasien stroke non
hemoragik terlebih dahulu agar perawat lebih memhami.
2. Bagi rumah sakit
Dapat dijadikan salah satu contoh hasil dalam melakukan asuhan
keperawatan pada pasien stroke non hemoragik dengan gangguan aktivitas
(mobilitas fisik).
3. Bagi pendidikan
Dijadikan sebagai bacaaan serta pembelajaran dan pengetahuan untuk
memenuhi kebutuhan bagi mahasiswa keperawatan dalam menangani pasien dengan
gangguan aktivitas (mobilitas fisik).
4. Bagi penulis
Terapat keterbatasan penulis bahwa
2 diagnosa belum dilakukan sedangkan
mobilisasi tercapai sampai hari ke 3 oleh karena itu hendaknya dapat
dilanjutkan mobilisasi dan 2 diagnosa lain disarankan untuk dilakukan untuk
mengatasi masalah yang ditemukan.
DAFTAR PUSTAKA
Haswita,
& Reni S. (2017). Kebutuhan Dasar Manusia untuk mahasiswa keperawatan
dan kebidanan. Jakarta: CV: Trans Info Media.
Hidayat,
A. A., & Uliyah, Musrifatul. (2012). BUKU AJAR KEBUTUHAN DASAR MANUSIA,
pendekatan kurikulum berbasis kompetensi. Jakarta: Health Books.
KEMENKES,
RI. (2014). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Medical,
R. (2020). 10 Besar Penyakit Saraf RSUD Jend. Ahmad Yani Metro.
Muttaqin,
Arif. (2014). Pengkajian Keperawatan
Aplikasi pada Praktik Klinik. Jakarta: Salemba Medika
Nurarif,
A. H., & Hardhi Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda NIc-Nc. Jogjakarta: Edisi Revisi Jilid 3.
KEMENKES,
RI. (2018). Hasil Utama Riskesdas. Kementrian Kesehatan RI: Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Sari, S. H., &
Wahid, A. (2015). Batasan karakteristik dan Faktor Yang Berhubungan
(Etiologi) Diagnosa Keperawatan: Hambatan Mobilitas Fisik Pada pasien Stroke.
Banjarmasin: Universitas Lambung Mangkurat.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta
: DPP PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta
: DPP PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta : DPP PPNI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar