ANALISIS
PENGOLAHAN SAMPAH DOMESTIK DENGAN KEPADATAN LALAT DI PASAR TANI KECAMATAN
KEMILING BANDAR LAMPUNG TAHUN 2022
SKRIPSI
KEMENTRIAN
KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK
KESEHATAN TANJUNG KARANG
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI SANITASI
LINGKUNGAN
PROGRAM SARJANA TERAPAN
TAHUN 2022
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pasar tradisional adalah pasar yang
dibangun oleh pihak pemerintah, swasta, koperasi, dan swadaya masyarakat.
Tempat usahanya dapat berbentuk toko, kios, los, dan tenda yang menyediakan
barang- barang konsumsi sehari-hari masyarakat. Pasar tradisional biasanya
dikelola oleh pedagang kecil, menengah, dan koperasi. Proses penjualan dan
pembelian dilakukan dengan tawar-menawar (Adhyzal, 2011).
Pasar merupakan tempat umum dimana
proses jual beli ditemukan dan banyak aktifitas manusia. Tempat-tempat umum
memiliki potensi sebagai tempat terjadinya penularan penyakit, pencemaran
lingkungan ataupun gangguan kesehatan lainnya. Kondisi lingkungan tempat-tempat
umum yang tidak terpelihara akan menambah besarnya resiko penyebaran penyakit
serta pencemaran lingkungan sehingga perlu dilakukan upaya pencegahan dengan
menerapkan sanitasi lingkungan yang baik. Selain itu pasar juga sangat
berpotensi untuk menghasilkan sampah sebagai akibat dari aktifitas manusia di
dalamnya.
Pertambahan penduduk, perubahan pola
konsumsi dan peningkatan aktivitas manusia menimbulkan volume, jenis dan
karakteristik sampah yang semakin beragam. Sehingga, penanganan sistem
pengelolaan sampah harus dilaksanakan dengan efektif dan efisien, agar mencapai
hasil maksimum sesuai dengan yang diharapkan. Pengelolaan sampah yang kurang
baik dapat menurunkan kualitas lingkungan dan terjadinya pencemaran lingkungan,
seperti bau busuk yang mengganggu, sumber penularan penyakit, tersumbatnya
drainase dan sungai yang dapat mengakibatkan banjir. Hal yang perlu
diperhatikan dalam pengelolaan sampah adalah pewadahan, pengumpulan,
pemindahan, pengangkutan, pembuangan sementara dan pembuangan akhir.
Menurut Daeli (2017) dalam
penelitiannya mengenai sistem pengelolaan sampah di Pasar Tani, menunjukkan
salah satu penyebab permasalahan sampah di pasar adalah tidak tersedianya
tempat sampah, biasanya pedagang menggunakan keranjang bambu, kardus ataupun
kantong plastik sebagai tempat sampah sehingga kurang efektif.
Penyebaran penyakit pada manusia
dapat terjadi melalui penularan secara mekanis oleh vektor lalat. Salah satu
tempat yang disenangi oleh lalat adalah tempat pembuangan sampah sementara
karena banyak terdapat sampah basah, sampah organik dan kotoran binatang. Jika
tingkat kepadatan lalat tinggi, hal ini dapat menyebabkan terjadinya penularan
penyakit yang disebabkan oleh lalat. Penyakit yang dapat ditularkan oleh vektor
lalat antara lain diare, kolera, typus dan penyakit gangguan pencernaan lainnya.
Untuk itu perlu adanya penelitian
dalam upaya mengkaji pengelolaan sampah domestik dengan angka kepadatan lalat
di Pasar Tani Kecamatan Kemiling, Bandar Lampung.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan kondisi dan situasi yang
sudah peneliti amati (Pra Survey) di atas, maka
permasalahannya yaitu sampah di Pasar Tani Kecamatan Kemiling Bandar
Lampung adalah, terjadinya masalah pengelolaan sampah yang tidak memenuhi
syarat dan angka kepadatan lalat yang
tinggi di pasar tersebut.
C.
Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk menganalisa sistem
pengelolaan sampah, dan angka kepadatan lalat, serta menyusun alternatif
pengelolaan sampah di pasar Tani Kecamatan Kemiling, Bandar Lampung Tahun 2022.
2. Tujuan Khusus
a.
Untuk mengetahui jumlah sampah yang dihasilkan di Pasar Tani
Kecamatan Kemiling, Bandar Lampung.
b.
Untuk mengetahui operasional pengelolaan sampah yaitu
meliputi timbulan sampah, pewadahan, pengumpulan, pemindahan, pemilihan, pengangkutan, pembuangan sampah di Pasar
Tani Kecamatan Kemiling, Bandar Lampung.
c.
Untuk mengetahui angka kepadatan lalat di pasar Tani
Kecamatan Kemiling, Bandar Lampung.
D.
Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan masukan bagi
pihak pengelola Pasar Tani dalam upaya penyehatan lingkungan pasar khususnya
tentang pengelolaan sampah.
2. Untuk dapat membantu pihak
pengelola Pasar Tani dalam penanggulangan sampah.
3. Untuk menambah pengetahuan
penulis dalam rangka penanggulangan sampah.
4. Sebagai informasi dan
bahan referensi dan informasi bagi penelitian penelitian selanjutnya, khususnya
pada bidang kesehatan lingkungan
E.
Ruang lingkup
Penelitian dibatasi hanya untuk
mengetahui masalah pengelolaan sampah yang tidak memenuhi syarat dan angka
kepadatan lalat yang tinggi di Pasar
Tani kecamatan Kemiling Bandar Lampung Tahun 2022.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Pengertian Dasar
Pasar adalah sebagai tempat jual beli
barang dengan jumlah penjual lebih dari satu, baik yang disebut sebagai pusat
perbelanjaan pasar tradisional, pertokoan, mall, plaza, pusat perdagangan
maupun sebutan lainnya. Pengertian pasar dapat dititik beratkan dalam arti
ekonomi yaitu untuk transaksi jual dan beli. Pada prinsipnya, aktivitas
perekonomian yang terjadi di pasar didasarkan dengan adanya kebebasan dalam
bersaing, baik itu untuk pembeli maupun penjual. Penjual mempunyai kebebasan
untuk memutuskan barang atau jasa apa yang seharusnya untuk diproduksi serta
yang akan di distribusikan. Sedangkan bagi pembeli atau konsumen mempunyai
kebebasan untuk membeli dan memilih barang atau jasa yang sesuai dengan tingkat
daya beli (Santoso,2017).
Menurut Keputusan Menteri
Perindustrian dan Perdagangan Nomor 23/MPP/Kep/1/1998 tentang lembaga-lembaga usahaperdagangan, pasar didefinisikan
sebagai tempat bertemunya pihak penjual dan pihak pembeli untuk melaksanakan
transaksi dimana proses jual beli terbentuk, yang menurut kelas mutu pelayanan,
dapat digolongkan menjadi pasar tradisional dan pasar modern:
1.
Pasar modern
Pasar
modern merupakan pasar yang dibangun oleh pemerintah, swasta, atau koperasi
dalam bentuk permanen seperti mall, supermarket, departemen store dan shopping
center dimana pengelolaannya dilaksanakan secara modern dan mengutamakan
pelayanan kenyamanan berbelanja dengan manajemen berada di satu tangan,
bermodal relative kuat dan dilengkapi dengan label harga yang pasti. Pasar
modern biasanya dilengkapi dengan sarana hiburan seperti bioskop, mainan anak-
anak dan restoran yang merupakan daya tarik tersendiri untuk menarik minat
pengunjung.
Gambar 2.1 Pasar Modern
2.
Pasar Tradisional
Pasar tradisional merupakan pasar yang dibangun tidak
permanen dan dikelola oleh Pemerintah, Swasta, Koperasi atau Swadaya Masyarakat
dengan tempat usaha berupa toko, kios, los, dan tenda, yang dimiliki/dikelola
oleh Pedagang Kecil dan Menengah, dan Koperasi, dengan usaha skala kecil dan
modal kecil, dan dengan proses jual beli melalui tawar menawar. Pasar
tradisional merupakan sektor perekonomian yang sangat penting bagi mayoritas
penduduk di Indonesia. Masyarakat kurang mampu yang bergantung kehidupannya
pada pasar tradisional tidak sedikit, dan menjadi pedagang di pasar tradisional
merupakan alternatif pekerjaan ditengah banyaknya pengangguran di Indonesia.
Gambar
2.2 Pasar Tradisional
B.
Pengertian Lalat
1.
Taksonomi Lalat
Dalam taksonomi, lalat
diklasifikasikan sebagai berikut Staf Pengajar
(Menkes RI No.50,2017).
Kingdom : Animal
Phylum :
Antropoda
Class : Insecta
Ordo : Diptera
Familia : Muscidae, Calliphoridae, Sarcophoga,
Dermatobia, Walfahrtia, Hypoderma, Chrysomyia dan lain-lain
Spesies : Musca domestica, Fannia canicularis,
Crysomsyia megacphepala, Sarcophaga misera.
Lalat merupakan serangga yang termasuk ordo Diptera yang mempunyai sepasang
sayap berbentuk membran. Pada saat ini dijumpai kurang lebih 60.000-100.000
spesies lalat. Beberapa species yang
terpenting dari sudut kesehatan yaitu: lalat rumah (Musca Domestica), lalat kandang (Stomoxys caleitrans), lalat hijau (Phenisial), lalat daging (Sarcoplaga)
dan lalat kecil (Fannia). Semua bagian tubuh dari lalat bias berperan sebagai alat penula.
2. Morfologi Lalat
Lalat memiliki tubuh beruas-ruas dengan tiap bagian
tubuh terpisah dengan jelas. Anggota tubuhnya berpasangan dengan bagian kanan
dan kiri simetris, dengan ciri khas tubuh terdiri dari 3 bagian yang terpisah
menjadi kepala, thoraks dan abdomen, serta mempunyai sepasang antena (sungut)
dengan 3 pasang kaki dan 1 pasang sayap (Menkes RI No.50, 2017).
Gambar 2.3 Morfologi Lalat
3.
Siklus Hidup Lalat
Berlangsung
melalui metamorphose sempurna dimulai dari telur, larva, pupa dan akhirnya
menjadi dewasa.
a. Telur Telur berwarna putih
dan diletakkan satu persatu, tetapi terkumpul dalam satu gumpalan telur. Setiap
betina dapat meletakkan telur sampai 500 butir dalam beberapa gumpalan. Telur
diletakkan pada bahan bahan organik yang lembab (sampah,
kotoran binatang dan lain-lain) pada tempat yang tidak langsung terkena sinar
mataharai. Telur biasanya menetas 8-30 jam, tergantungdari suhu sekitarnya.
b. Larva Telur yang menetas
akan menjadi larva yang berwarna kekuningan. Larva seringkali makan dengan
rakus. Umumnya larva lalat mengalami tiga kali molting selama hidupnya. Periode
makan ini bisa berlangsung beberapa hari atau minggu, tergantung suhu, kualitas
makan, jenis lalat, dan faktor lain. Larva mengalami pergantian kulit dari
instar 1 menjadi instar II dan Instar III, yang besarnya meningkat secara
bertahap meningkat hingga instar III (Singgih dkk, 2006:53). Larva mencari
tempat dengan temperatur yang disenangi, dengan berpindah pindah tempat, misalkan:
pada gundukan sampah organik. Temperature yang disukai adalah 30- 350C.
c. Pupa Larva akan mengalami
tiga kali pengupasan kulit. Sebelum berpupasi, larva dewasa (berukuran 8-12mm)
merangkak ke tempat yang kering dan menjadi pupa. Pupa berwarna coklat tua denganpanjang 8mm. Pupa keluar dari
kantung pupa melalui proses pembengkakan dan pengerutan yang disebut ptilinum
pada bagian depan kepala. Temperature yang disukai ± 350C. Lalat Dewasa Bentuk dewasa
lalat berukuran panjang 6-7 mm, dan biasanya bentuk betina lebih besar dari
jantan dan dapat hidup sampai 25 hari. Lalat dewasa mengisap cairan yang
mengandung gula atau bahan-bahan yang telah membusuk. Mereka hanya aktif pada
siang hari. Siklus ini bervariasi bergantung pada keadaan lingkungan
perkembangbiakannya. Waktu yang dibutuhkan lalat
menyelesaikan siklus hidupnya dari sejak masih telur sampai dengan
dewasaantara 12 sampai 25 hari, bahwa rata-rata perkembangan lalat memerlukan
waktu antara 7-25 hari, tergantung dari suhu dan makan dan yang
tersedia (Suharsono, Egi Nuryadin, 2019).
Gambar 2.4 Siklus Lalat
4.
Pola Hidup Lalat
Pola hidup lalat terbagi menjadi beberapa bagian
diantaranya sebagai berikut:
a.
Tempat Perindukan Tempat yang disenangi lalat adalah tempat
yang kotor dan basah seperti:
1) Kotoran hewan tempat
perindukan lalat rumah yang paling utama yaitu pada kotoran hewan lembab dan
baru (normalnya lebih kurang satu minggu).
2) Sampah dan sisa makanan
dari hasil olahan Lalat juga suka berkembangbiak pada sampah, sisa makanan,
bauh- buahan di dalam rumah maupun di pasar.
3) Kotoran organik Kotoran
organik seperti kotoran hewan dan manusia, sampah dan makanan ikan merupakan
tempat yang cocok untuk
perkembangbiakan lalat.
4) Air kotor Lalat rumah
berkembang biak pada permukaan air yang kotor danterbuka.
b.
Jarak terbang lalat Jarak terbang tergantung
pada ketersediaan makanan rata rata 6-9 km, terkadang mencapai 19-20 km atau
712 mil dari tempat perkembangbiakannya serta mampu terbang 4 mil/jam.
c.
Kebiasaan makan Lalat dewasa lalat dewasa aktif
pagi hingga sore hari tertarik pada makanan manusia sehari-hari seperti gula,
susu, makanan olahan, kotoran manusia dan hewan, darah serta bangkai binatang.
Sehubungan dengan bentuk mulutnya, lalat makan dalam bentuk cairan, makanan
yang kering dibasahi oleh lidahnya kemudian dihisap airnya, tanpa air lalat
hanya hidup 48 jam saja. Lalat makan paling sedikit 2-3 kali.
d.
Tempat istirahat (restingplace) Lalat lebih menyukai
tempat yang sejuk dan tidak berangin, pada malam hari hinggap di luar rumah
yaitu pada semak-semak serta beristirahat ditempat dimana ia hinggap yaitu pada
lantai, dinding, langit-langit, jemuran pakaian, rumput-rumput, kawat listrik
dan lain-lain serta menyukai tempat-tempat dengan tepi tajam yang permukaannya
vertikal. Tempat istirahat tersebut biasanya dekat dengan tempat makannya dan
tidak lebih dari 4,5 meter di atas permukaan tanah.
e.
Lama hidup Pada musim panas, usia lalat berkisar antara 2-4
minggu, sedang pada musim dingin bisa mencapai 70 hari. Tanpa air lalat tidak
dapat hidup lebih dari 46 jam.
f.
Temperatur dan kelembaban Kelembaban erat hubungannya dengan
temperatur setempat. Bila temperatur tinggi, maka kelembaban rendah dan bila
temperatur rendan maka kelembaban akan semakin
tinggi. Kelembaban yang optimum 45%-90%.
g.
Kecepatan angin Lalat aktif mencari makan pada angin yang
tenang yaitu berkisar 0,3-,5 m/d. Jumlah lalat pada musim hujan lebih banyak
dibandingkan musim panas dan sensitif terhadap angin yang kencang, kurang aktif
untuk keluar mencari makanan pada kecepatan angin tinggi.
h.
Sinar / Cahaya Lalat mulai aktif pada suhu 150c,
aktifitas optimum pada temperatur 210c -25 0c pada
temperatur 100c, lalat tidak aktif dan di atas 450c
terjadi kematian pada lalat.
i.
Warna dan Aroma Lalat tertarik pada cahaya terang seperti
warna putih dan kuning, tetapi takut pada warna biru. Lalat tertarik pada bau
atau aroma tertentu, termasuk bau busuk dan esen buah. Bau sangat berpengaruh
pada alat indra penciuman, yang mana bau merupakan stimulus utama yang menuntun
serangga dalam mencari makanannya, terutama bau yang menyengat. Organ
kemoreseptor terletak pada antena, maka serangga dapat menemukan arah datangnya
bau (jurnal kesehatan lingkungan,19(1).2020).
5.
Penyakit Yang Ditularkan Lalat
Lalat dapat menyebarkan penyakit karena mereka makan
sangat bebas, makanan manusia dan sisa makanan yang dibuang. Lalat akan
mengambil 16 pathogen saat merayap dan makan. Penularan terjadi karena kontak
lalat dengan manusia dan makanan.
a.
Disentri
Di
tularkan oleh lalat rumah melalui makanan atau minuman. Timbul gejala pada
manusia yaitu sakit pada bagian perut, lemas karena peredaran darah tidak
lancar, dapat menyebabkan kematian.
b.
Typoid
Cara penyebarannya yaitu di bawah
oleh lalat melalui makanan dan minuman, dengan gejala gangguan, ada usus, sakit
pada perut, sakit kepala, berak darah dan demam tinggi, juga berakibat
kematian.
c.
Kolera
Penyebarannya
sama dengan disentri, dengan gejala muntah- muntah, demam dan dehidrasi.
d.
Diare
Di
tularkan lalat juga melalui makanan, dengan gejala buang air besar tiga kali
sehari, frekwensinya sering, sedikit encer, lemas dan dapat menyebabkan
kematian.
e.
Myasis
Myasis
adalah investasi larva lalat (belatung ulat) kedalam suatu jaringan hidup
termasuk manusia. Biasanya jika ada luka pada tubuh tapi tidak dirawat dengan
baik sehingga lalat hinggap dan bertelur. myasis di tularkan oleh lalat hijau
(chrysomya megachepala). Lalat betina merupakan penyebab myasis obligat yang
meletakan telurnya pada tepi luka yang terbuka dalam jumlah 150-500 butir dalam
satu kelompok. Umumnya betina akan memilih luka yang mulai membusuk. Lalu telur
akan menetas setelah 23-30 jam dan larvanya segera masuk jauh ke dalam luka
sambil memakan jaringan luka. Untuk berubah menjadi pupa yang akan berlangsung
selama 7-9 hari, kemudian menjadi lalat dewasa.
6. Pengendalian Lalat
Perbaikan Higiene dan
SanitasiLingkungan, seperti :
a.
Mengurangi atau menghilangkan tempat perindukanlalat
1)
Kandang ternak Kandang harus dapat dibersihkan dan dapat
disiram setiaphari.
2)
Timbunan pupuk kandang Timbunan pupuk kandang yang dibuang ke tanah permukaan pada
temperatur tertentu dapat menjadi
tempat perindukan lalat. tumpukan pupuk tersebut dapat ditutup dengan plastik
atau bahan lain yang anti lalat. Cara ini dapat mencegah lalat untuk bertelur
juga dapat membunuh larva dan pupa karena panas yang keluar dari proses
komposting dapat memperpendek lalat untuk keluar.
3)
Sampah basah dan sampah organik Pengumpulan, pengangkutan dan
pembuangan sampah yang dikelola dengan baik dapat menghilangkan media
perindukan lalat, bila pengumpulan dan pengangkutan sampah dari rumah– rumah
tidak ada, sampah dapat dibakar atau dibuang ke lubang sampah, dengan catatan
bahwa setiap minggu sampah yang dibuang ke lubang sampah harus ditutup dengan
tanah sampai tidak menjadi tempat berkembangbiak lalat.
4)
Tanah yang mengandung bahan organik Lumpur organik dari air
buangan di saluran terbuka, tangki septik dan rembesan dari lubang penampungan
harus dihilangkan. Tempat berkembang biak lalat dapat dihilangkan dengan
menutup saluran, tetapi perlu dipelihara dengan baik, air kotor yang keluar
melalui outlet ke saluran dapat dikurangi.
b.
Mengurangi sumber yang menarik lalat. Dalam kondisi tertentu
lalat akan tertarik pada makanan, ikan, tepung, sirup gula, tempat pembuatan
susu, air kotor dan bau buah yang manis khususnya mangga. Untuk mengurangi
sumber yang menarik lalat dapat dicegah denganmelakukan:
1)
Kebersihanlingkungan
2)
Membuat saluran air limbah(SPAL)
3)
Menutup tempatsampah
4)
Untuk industri yang menggunakan produk yang dapat menarik
lalat dapat dipasang dengan alat pembuangbau
Pemberantasan Lalat secara langsung membunuh lalat
secara langsung adalah cara fisik, cara kimiawi dan cara biologi.
a. Cara Fisik
Cara pemberantasan secara fisik adalah cara yang mudah dan
aman tetapi kurang efektif apabila lalat dalam kepadatan yang tinggi. Cara ini
hanya cocok untuk digunakan pada skala kecil seperti di rumah sakit, kantor,
hotel, supermarket dan pertokoan lainnya yang menjual daging, tempat produksi
makanan, sayuran, serta buah-buahan.
1)
Perangkap Lalat (Fly Trap)
Lalat
dalam jumlah yang besar atau padat dapat ditangkap dengan alat ini. Tempat yang
menarik lalat untuk berkembangbiak dan mencari makan adalah kontainer yang
gelap. Bila lalat mencoba makan dan terbang akan tertangkap dalam perangkap
yang diletakkan di mulut kontainer yang terbuka itu. Cara ini hanya cocok
digunakan di luar rumah. Sebuah model perangkap akan terdiri dari kontainer
plastik atau kaleng untuk umpan, tutup kayu atau plastik dengan celah kecil dan
sangkar di atas penutup. Celah selebar 0, 5 cm antara sangkar dan penutup
tersebut memberi kelonggaran kepada lalat untuk bergerak menuju penutup.
Kontainer harus terisi separo umpan. Lalat yang masuk ke dalam sangkar akan
segera mati dan umumnya terus menumpuk sampai mencapai puncak serta tangki
harus segera dikosongkan, Perangkap harus ditempatkan diudara terbuka di bawah
sinar cerah matahari, jauh dari keteduhan pepohonan.
Gambar 2.5 Perangkap Lalat (Fly Trap)
2)
Umpan kertas lengket berbentuk lembaran (Sticky tapes)
Di
pasaran tersedia alat ini, biasanya di gantung di atap, menarik lalat karena
kandungan gulanya. Lalat hinggap pada alat ini akan terperangkap oleh lem. Alat
ini dapat berfungsi beberapa minggu bila tidak tertutup sepenuhnya oleh debu
atau lalat yang terperangkap.
3)
Perangkap dan pembunuh elektronik (light trap with electrocutor)
Lalat yang tertarik pada cahaya akan terbunuh setelah kontak
dengan jeruji yang bermuatan listrik yang menutupi. Sinar bias dan ultraviolet
menarik lalat hijau (blow flies)
tetapi tidak terlalu efektif untuk lalat rumah metode ini harus diuji dibawah
kondisi setempat sebelum investasi selanjutnya dibuat. Alat ini kadang
digunakan di dapur rumah sakit danrestoran.
Gambar 2.6 Perangkap dan pembunuh
elektronik
(light
trap with electrocutor)
4)
Pemasangan kawat kasa pada pintu dan jendela atau ventilasi.
Pemasangan kawat kasa dapat menangkap lalat yang akan masuk melalui pintu dan
jendela. Hal ini mudah dilakukan dan dapat berguna untuk waktu yang lama.
Gambar
2.7 Kawat Kasa
5)
Fly Grill
Fly grill atau yang sering disebut blok grill
oleh sebagian orang ini, adalah suatu alat yang dipergunakan untuk mengukur
kepadatan lalat di suatu tempat.
Gambar
2.8 Fly Grill\
b.
Bahan Kimia
Pemberantasan lalat dengan
insektisida harus dilakukan hanya untuk periode yang singkat apabila sangat diperlukan,
karena menjadi resisten yang cepat. Aplikasi yang efektif dari insektisida
dapat secara sementara memberantas lalat dengan cepat, yang diperlukan pada KLB
kolera, desentri atautrachoma.
Penggunaan pestisida ini dapat dilakukan melalui cara umpan (baits),
penyemprotan dengan efek residu (residual spraying) dan pengasapan
(spacespaying).
c.
Bahan Biologi
Pemberantasan lalat dengan
cara alamiah dan diperlukan waktu yang lama untuk menurunkan jumlah kepadatan
lalat, hal ini tergantung pada hewan pemakan lalat yang ada di sekitar tempat
perindukan lalat.
C.
Pengertian Sampah
Sampah adalah sebagai
limbah yang bersifat padat terdiri atas zat organik dan zat anorganik yang
dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan
lingkungan dan melindungi investasi pembangunan. Ditinjau dari sumbernya,
sampah berasal dari beberapa tempat, yakni :
1.
Sumber Sampah
Pada dasarnya sumber
sampah dapat diklasifikasi dalam beberapa kategori (Perpres No 97, 2017)
sebagai berikut :
a.
Sampah dari pemukiman
Jenis
sampah yang dihasilkan biasanya berasal dari sisa makanan, bahan-bahan sisa
dari pengolahan sisa makanan atau sampah basah (garbage), sampah kering
(rubbish) dan abu
b.
Tempat-tempat umum dan perdagangan
Tempat umum adalah tempat
yang dimungkinkan banyaknya orang berkumpul dan melakukan kegiatan, termasuk
tempat perdagangan. Tempat-tempat tersebut mempunyai potensi yang cukup besar dalam
menghasilkan sampah.
c.
Sarana pelayanan masyarakat milik pemerintah
Sarana masyarakat tersebut
meliputi tempat-tempat hiburan umum atau taman, jalan umum, tempat-tempat
parkir, tempat-tempat pelayanan kesehatan, komplek militer, gedung pertemuan
dan sarana pemerintah yang lain.
d.
Sampah hasil industri
Berat ringan Sampah yang
dihasilkan tempat ini biasanya sampah basah, sampah kering, abu, sisa-sisa
bahan bangunan dan sampah B3.
e.
Sampah hasil pertanian
Sampah ini dihasilkan dari
tanaman atau binatang. Sampah yang dihasilkan dapat berupa bahan-bahan makanan
yang membusuk, sampah pertanian, pupuk maupun bahan pembasmi hama tanaman.
2.
Jenis-Jenis Sampah
Berdasarkan asal atau
sumbernya, sampah padat dapat digolongkan menjadi 2 (dua) yaitu sebagai berikut
:
a. Sampah Organik
Sampah yang dihasilkan
dari bahan-bahan hayati yang dapat didegradasi oleh mikroba atau bersifat
biodegradable. Sampah ini dengan mudah dapat diuraikan melalui proses alami.
Sampah rumah tangga sebagian besar merupakan bahan organik, misalnya sampah
dari dapur, sisa- sisa makanan, pembungkus (selain kertas, karet dan plastik),
tepung, sayuran, kulit buah, daun dan ranting. Selain itu, pasar tradisional
juga banyak menyumbangkan sampah organik seperti sampah sayuran, buah-buahan
danlain-lain.
b. Sampah non organik atau
anorganik
Sampah yang dihasilkan
dari bahan-bahan non hayati, baik berupa produk sintetik maupun hasil proses
teknologi pengelolaan bahan tambang. Sampah
anorganik dibedakan menjadi sampah logam dan produk- produkolahannya,
sampah plastik, sampah kertas, sampah kaca dan keramik, sampah detergen.
Sebagian besar anorganik tidak dapat diurai oleh alam/ mikroorganisme secara
keseluruhan (unbiodegrad able). Sementara, sebagian lainnya hanya dapat
diuraikan dalam waktu yang lama.
Sampah jenis ini pada tingkat rumah tangga misalnya botol plastik, botol gelas,
tas plastik, dankaleng. Dampak negatif sampah-sampah padat yang bertumpuk banyak tidak dapat
teruraikan dalam waktu yang lama akan
mencemarkan tanah. Yang dikategorikan sampah disini adalah bahan yang tidak
dipakai lagi (refuse) karena telah diambil bagian- bagian utamanya dengan
pengelolaan menjadi bagian yang tidak disukai dan secara ekonomi tidak ada
harganya. (Progo, 2017:2).
3.
Karakteristik Sampah
Karakteristik sampah
sangat bervariasi, karakteristik sampah yang diketahui atau ditampilkan dalam
penanganan sampah, yaitu karakteristik kimia dan karakteristik fisika. Hal ini
tergantung komponen- komponen yang terdapat pada sampah itu sendiri. Ciri ciri
sampah dari berbagai daerah atau tempat serta jenisnya yang berbeda- beda dapat
memungkinkan perbedaan sifat- sifatnya pula. Untuk itu sampah yang ada di
negara-negara berkembang akan berbeda susunannya dengan sampah- sampah yang ada
di negara maju. Karakteristik sampah dapat dikelompokkan menurut sifatnya, seperti:
a)
Karakter Fisik
Yang paling penting adalah
densitas, kadar air, kadar volatile, kadar abu, nilai kalor, distribusi ukuran.
b)
Karakteristik Kimia
Khususnya yang
menggambarkan susunan kimia sampah tersebut yang terdiri dari unsur C, N, O, P,
H, S, dsb. (Damanhuri, 2010)
4.
Timbulan Sampah
Di Indonesia umumnya menerapkan
satuan volume. (Damanhuri, 2004 :
2-1-2-2). Prakiraan timbulan sampah baik untuk saat sekarang maupun di masa
mendatang merupakan dasar dari perencanaan, perancangan, dan pengkajian sistem
pengelolaan persampahan. Satuan timbulan sampah ini biasanya dinyatakan sebagai
satuan skala kuantitas per orang atau per unit bangunan dansebagainya. Bagi
kota-kota negara berkembang, dalam hal mengkaji besaran timbulan sampah, perlu
di pehitungkan adanya faktor pendaurulangan sampah mulai dari sumbernya sampai
di TPA. (Damanhuri, 2004: 2-2). Rata-rata timbulan sampah biasanya akan
bervariasi dari hari ke hari, antara satu daerah dengan daerah lainnya, dan
antara satu negara dengan negara lainnya. Variasi ini terutama disebabkan oleh
perbedaan, antara lain :
a.
Jumlah penduduk dan tingkatpertumbuhannya.
b.
Tingkat hidup : makin tinggi tingkat hidup masyarakat, makin besar timbulansampahnya.
c.
Musim : di negara Barat, timbulan sampah akan mencapai
minimum pada musimpanas.
d.
Cara hidup dan morbalitas penduduk.
e.
Iklim : di negara Barat, debu hasil pembakaran alat pemanas
akan bertambah pada musim dingin.
Adapun perhitungan untuk Timbulan pada banyaknya sampah dalam :
a.
Satuan berat : Kilogram per orang perhari (Kg) atau kilogram
per meter persegi bangunan perhari (Kg/m2 /h) atau kilogram pertempat tidur perhari (kg/bed/h) dsb.
b.
Satuan Volume : Liter/orang/hari (L/o/h), liter per meter
persegi bangunan per hari (L/m2h) liter per tempat tidur perhari (L/Bed/h) dsb
5.
Pengolahan Sampah
Konsep pengelolaan sampah di Indonesia yang masih banyak dilakukan sampai dengan saat ini adalah baru pada
tahap pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan akhir (3P). sedangkan penanganan
sampah melalui peneglolahan masih belum popular. Bila konsep pengelolaan dengan 3P masih dipertahankan pada tahun-tahun mendatang. Maka akan memperkuat tugas pemerintah daerah karena penambahan sarana
dan prasarana pengelolaan sampah tidak secepat pertambangan jumlah timbulan
sampah yang harus ditangani. Tehnik pengelolaan sampah dapat dimuali dari
sumber sampah sampai pada tempat pembuangan akhir sampah. Usaha
pertama adalah mengurangi sumber sampah baik dari segi kuantitas maupun
kualitas dengan cara :
a.
Meningkatkan pemeliharaan dan kualitas barang sehingga tidak
cepat menjadi sampah.
b.
Meningkatkan penggunaan bahan yang dapat terurai secara
alamiah, misalnya pembungkus plastik diganti dengan pembungkus kertas. Semua
usaha ini memerlukan kesadaran dan peran serta masyarakat. Selanjutnya,
pengelolaaan ditunjukan pada pengumpulan sampah mulai dari produsen sampai pada
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dengan membuat tempat pembuangan sampah sederhana
(TPS), tranportasi yang sesuai lingkungan, dan pengelolaan pada TPA. Sebelum
dimusnahkan sampah dapat juga diolah dulu baik untuk memperkecil valume, untuk
daur ulang atau dimanfaatkan kembali. Pengolahan dapat dangan sederhana seperti
pemilihan, sampai pada pembakaran atau Insenerasi
(Slamet,2000).
6.
Tahap Pengelolahan Sampah
Sampah
dapat diolah tergantung pada jenis dan komposisinya. Berbagai alternatif yang
bersedia dalam proses dalam proses pengolahan sampah diantaranya adalah sebagai
berikut :
a.
Transformasi fisik, meliputi pemisahan sampah dan pemadatan
yang bertujuan untuk mempermudah
penyimpannan danpengakutan.
b.
Pembakaran, merupakan teknik pengolahan sampah yang dapat mengubah sampah menjadi bentuk
gas, sehingga volumenya dapat berkurang hingga 90-95%
c.
Pebuatan kompos, yaitu mengubah sampah melalui proses
mikrobiologi menjadi produk lain yang dapat dipergunakan. Output dari proses
ini adalah kompos dan biogas.
7.
Cara Pengelolaan Sampah
a. Hog feeding
Yaitu cara pengelolaan
dengan sengaja mengorganisir sampah jenis garbage
untuk makanan ternak.
b. Insenerator
Yaitu dengan pembuangan
sampah di TPA, kemudian dibakar. Pembakaran sampah dilakukan ditempat tertutup
dengan mesin dan peralatan khusus yang dirancang untuk pembakaran sampah.
Sistem ini memerlukan biaya besar untuk pembangunan, operasional dan
pemeliharaan mesin dan peralatan lain.
c. Sanitarian landfill
Yaitu pembuangan sampah
dengan cara menimbun sampah dengan tanah yang dilakukan lapis demi lapis,
sedemikian rupa sehingga tidak menjadi tempat binatang bersarang. Cara ini
tentu amat bermanfaat jika sekaligus bertujuan untuk meninggikan tanah yang
rendah seperti rawa-rawa.
d. Composting
Merupakan pemanfaatan
sampah organik menjadi bahan kompos. Untuk tujuan pengomposan sampah harus
dipilah- pilah sehingga sampah organik dan anorganik terpisah.
e. Discharge ToSeweres
Sampah harus dihaluskan dahulu dan kemudian dibuang kedalam
saluran pembuangan air bekas. Cara ini dapat dilakukan pada rumah tangga atau
dikelola secara terpusat dikota-kota. Cara ini membutuhkan biaya yang besar sertatidak mungkin dilakukan jika sistem
pembuangan air kotor baik.
f.
Dumping (penumpukan)
Yaitu pembuangan sampah
dengan pemnumpukan diatas tanah terbuka. Dengan cara ini TPA memerlukan tanah
yang luas dan sampah ditumpuk begitu saja tanpa adanya perlakukan. Sistem Dumping memang dapat menekan biaya,
tetapi sudah jarang dilakukan karena masyarakat sekitar sangat terganggu. Cara
ini berpengaruh buruk terhadap lingkungan, berupa udara serta dapat menimbulkan
bahaya kebakaran
g.
Recycling
Menghancurkan sampah
menjadi jumlah yang lebih kecil dan hasilnya dimanfaatkan misalnya kaleng, kaca
dan sebagainya. Cara ini berbahaya untuk kesehatan, terutama jika tidak
mengindahkan segi kebersihan.
h.
Reduction
Menghancurkan sampah
menjadi jumlah yang lebih kecil dan hasilnya dimanfaatkan misalnya garbage reduction yang dapat
menghasilkan lemak. Hanya saja biayanya sangat mahal tidak
sebanding dengan hasilnya.
D.
Kerangka Teori
Sumber : Manurung Fitriani, Agnes 2018 ”Analisis
System Pengelolaan Sampah Dan Sanitasi Dipasar Tamin Kota Bandar Lampung”.
Medan
E.
Kerangka Konsep
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian
Penelitian yang digunakan adalah
survei yang bersifat deskriptif
kuantitatif, artinya untuk memperoleh gambaran mengenai
sistem pengelolaansampah, sanitasi dan angka kepadatan lalat di Pasar Tani
Kemiling Bandar Lampung 2022.
B.
Subjek Penelitian
1.
Populasi
Populasi
dalam penelitian ini adalah jumlah pedagang sebanyak 200 yang ada di Pasar Tani
kemiling Bandar lampung dan merupakan hasil pre survei yang dilakukan peneliti.
Populasi pedagang terdiri dari 200 pedagang yaitu.
1) Toko (kios) : 90 Pedagang
2) Lapak (amparan) : 110 Pedagang
2.
Sampel
Sampel pertama adalah sampel yang diambil menentukan jumlah sampel
yaitu sampel 67 sampel. Berdasarkan sampel jumlah pedagang yang ada di Pasar
tani kemiling Bandar lampung maka sampel yang akan diambil ditentukan dengan
rumus.
= 67 sampel
(Notoatmojo 2005 :92 )
Keterangan :
n= besar sampel
N= besarnya populasi
d= Tingkat kepercayaan/ketempatan
yang diinginkan (10%)
3.
Teknik Sampling
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
sistematik Random Sampling dimana setiap anggota populasi mempunyai kesempatan
yang sama untuk diambil sebagai sampel, caranya adalah dengan membuat daftar
elemen atau anggota populasi, secara keseluruhan, kemudian sampel dengan
interval. Besar sampel yang akan
diambil tiap pedagang:
Pedagang = jumlah toko (kios) lapak (amparan) /jumlah populasi
x besar sampel.
a.
Pedagang toko (kios) yang berjumlah =
b.
Pedagang (amparan) yang berjumlah =
c.
Interval antara = 37- 30 = 7
Jadi, sampel pedagang yang
diambil merupakan kelipatan dari angka 7 dengan sampel awal merupakan hasil dari
undian.
4.
Aspek Kepadatan Lalat
Menurut DepKes RI 1995 dalam Penelitian Manurung 2018
perhitungan kepadatan lalat menggunakan fly grill mempunyai angka recomendation control yaitu :
0-2 : Rendah
3-5 : Sedang
6-20 : Tinggi
>21 : Sangat tinggi
C.
Lokasi dan Waktu
Penelitian
1.
Lokasi
Penelitian ini dilaksanakan di pasar Tani Kemiling Bandar lampung Tahun
2022.
2.
Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Mei tahun 2022.
D.
Alat Dan Bahan Penelitian
1.
Alat
a.
Fly Grill
b.
Stopwatch
c.
Lembar Observasi
d.
Form Kepadatan Lalat
2.
Objek
a.
Lalat
3.
Cara Kerja Perhitungan Tingkat Kepadatan Lalat
a.
Letakkan fly grill ditempat pembuangan sampah
b.
Siapkan stopwatch dengan perhitungan dengan waktu 30 detik
c.
Hitunglah banyak lalat yang hinggap selama 30 detik. Lalat
yang terbang dan hinggap lagi dalam waktu 30 detik tetap dihitung
d.
Catat jumlah lalat yang dihitung
e.
Lakukan pengulangan sebanyak 10 kali
f.
Ambil 5 nilai tertinggi kemudian hitung rata-rata maka
diperoleh angka kepadatan lalat pada tempat tersebut
g.
Tentukan tingkat kepadatan lalat sesuai dengan peraturan yang
ada.
E.
Definisi Operasional
No |
Variable |
Definisi Operasional |
Cara ukur |
Alat ukur |
Hasil ukur |
Skala Ukur |
1. |
Timbulan
Sampah |
Timbulan
sampah adalah banyaknya sampah yang dihasilkan dari aktivitas pasar dengan
menggunakan satuan liter/hari |
Observasi Wawancara |
Checklist |
Volume sampah |
Nominal |
2. |
Pewadahan
sampah |
Pewadahan
sampah merupakan cara penampungan sampah sementara disumbernya baik
individual maupun komunal |
Observasi Wawancara |
Checklist |
Memenuhi
syarat Tidak memenuhi
syarat |
Ordinal |
3. |
Pengumpulan
Sampah |
Pengumpulan
sampah adalah proses penanganan sampah dengan cara pengumpulan dari
masing-masing sumber sampah untuk diangkut ke tempat pembuangan sementara
atau ke pengelolaan sampah skala kawasan. |
Observasi Wawancara |
Cheklist |
Memenuhi syarat Tidak memenuhi Syarat |
Ordinal |
4. |
Pengangkutan sampah |
Pengangkutan
sampah merupakan tahapan untuk memindahkan sampah
hasil pengumpulan kedalam alat pengangkut
untuk dibawa ke sarana ke tempat
pemerosesan atau kepembuangan akhir |
Observasi Wawancara |
Cheklist |
Menggunakan
kendaraan khusus Kendaraan tertutup, kuat dan kedap air khusus |
Ordinal |
5. |
Kepadatan lalat |
Mengamati
sekaligus menghitung kepadatan lalat di area pasar dengan cara Setiap 30 dtk
lalat yang hinggap,dan di Lakukan pengulangan sebanyak 10 kali |
Observasi perhitunga n |
Fly grill
stopwatch Cheklist |
0-2rendah 3-6sedang 6-20tinggi >21
padat |
Nominal |
F.
Pengumpulan Data
1.
Alat pengumpulan data
Alat pengumpulan data yang
digunakan dalam pengumpulan data ini baik primer maupun sekunder adalah
menggunakan alat atau instrumen Check list.
2.
Cara pengumpulan data
Dalam
pengumpulan data dilakukan dengan cara pengamatan, perhitungan timbulan
sampah yang dihasilkan perhari dan perhitungan kepadatan lalat terhadap kondisi
Pasar Tani Kemiling Bandarlampung.
G.
Pengolahan Data
Teknik pengolahan data
merupakan bagian terpenting setelah pengumpulan data. Untuk mendapatkan
informasi dan data yang akurat maka ada empat tahap pengolahan data, antara
lain:
1.
Pemeriksaan data (Editing) Memeriksa ulang data yang telah
dikumpulkan baik berupa daftar pertanyaan, kartu dan buku regristar.
Pengumpulan data bertujuan untuk melakukan pengecekan ulang isi formulir,
apakah datanya sudah lengkap, jelas, relevan, dan konsisten.
2.
Codding (pemberian kode) Adalah pemberian kode pada
masing-masing variabel sebelum dilakukan pengentrian data.
3.
Pemasukan data (Entry data) Memasukkan data yang sudah
dikumpulkan dan dilakukan editing ke dalam komputer melalui program Microsoft
Excel untuk kemudian diolah.
4.
Proses Data (Proccessing) Setelah selesai pemasukan data,
langkah selanjutnya adalah melakukan proses data agar data dapat dianalisis.
Proses data dilakukan dengan cara memasukkan data ke program SPSS.
5.
Pembersihan Data (Cleaning) Pembersihan data merupakan
kegiatan pengecekan kembali data yang sudah dimasukkan, apakah ada kesalahan
pada data yang sudah dimasukan dan diproses atau tidak. Kesalahan tersebut
dapat terjadi saat data dimasukkan ke komputer. Dalam hal ini, jika ada nilai
yang hilang (missing value) dan data yang tidak sesuai atau di luar range
penelitian tidak diikutsertakan dalam analisis
H.
Analisis Data
Data yang
sudah diolah kemudian dianalisa berdasarkan distribusi, frekuensi serta
diuraikan dalam bentuk narasi. Dan dibandingkan dengan SNI 19-2454-2002tentang
pengelolaan sampah dan mengacu pada PerMenKes No. 50 tahun 2017 tentang kepadatan lalat
serta dengan teori teori yang sudah dibahas.
BAB IV
HASIL DAN PENELITIAN
A.
Hasil Penelitian
1.
Gambaran Umum
a.
Kecamatan Kemiling
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 04 Tahun 2012,
tentang Penataan dan Pembentukan Kelurahan dan Kecamatan, letak geografis dan
wilayah administratif Kecamatan Kemiling memiliki batas-batas sebagai berikut :
1.
Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Rajabasa
2.
Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Teluk Betung
Barat
3.
Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Langkapura dan
Kecamatan Tanjung Karang Barat
4.
Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Pesawaran
Secara geografi Kecamatan Kemiling sebagian besar daerahnya adalah datar berombak 60%,
berombak berbukit 25% berbukit bergunung, dengan ketinggian 450 m dari
permukaan laut. Kecamatan Kemiling termasuk wilayah beriklim tropis dengan
curah hujan rata-rata 2.000 s/d 3000 mm setiap tahun.
Tabel
4.1
Data
Jumlah Penduduk Dan Luas Daerah Kecamanatan Kemiling
No |
Kelurahan |
Luas Daerah (Km2) |
Jumlah Penduduk |
Pasar |
1 |
Sumber Agung |
4,98 |
4.404 |
- |
2 |
Kedaung |
6,52 |
3.538 |
- |
3 |
Pinang Jaya |
1,95 |
6.891 |
- |
4 |
Beringin Raya |
1,98 |
13.506 |
Pasar Tani |
5 |
Sumber
Rejo |
2,55 |
8.129 |
Pasar Tempel |
6 |
Kemiling
Permai |
1,05 |
11.229 |
- |
7 |
Sumber Rejo Sejahtera |
2,67 |
10.029 |
Pasar Tempel |
8 |
Beringin
Jaya |
2,41 |
8.193 |
Pasar Tempel |
9 |
Kemiling
Raya |
1,14 |
5.668 |
Pasar Tempel |
Jumlah |
25,25 |
71.587 |
|
Data Kependudukan diperoleh informasi penduduk Kecamatan Kemiling berjumlah 71.587 jiwa, yang terdiri dari
penduduk laki-laki berjumlah 35.639 jiwa dan perempuan berjumlah 35.948 jiwa, Sebaran penduduk
pada kelurahan yang terpadat berada di Kelurahan Beringin Raya sebesar 13.506 jiwa.
Di Kecamatan Kemiling terdapat 5 jenis
penganut agama di Kecamatan Kemiling yang ada yaitu Islam, Kristen, Katolik,
Hindu, Budha dan Konghucu. Penduduk penganut agama Islam merupakan penganut
terbanyak di Kecamatan Kemiling yaitu sebanyak 68.365 jiwa.
Keterangan : Titik Biru : Pasar Tani
b.
Pasar Tani
Pasar Tani merupakan salah
satu pasar yang berada di kota Bandar Lampung, Tepatnya di jalan cik Ditiro
Gang Melati Kecamatan Kemiling, Berdirinya Pasar Tani bermula dari gagasan
Dinas Pertanian yang ingin mendirikan pasar khusus untuk hasil pertanian di wilayah
setempat. Pasar Tani dibentuk melalui musyawarah bersama antara kelompok tani
dan Dinas Pertanian di Balai Pertemuan Desa Kedaung, Kelurahan Sukadanaham,
Tanjung karang Barat (se Kelurahan Kedaung, Kecamatan Kemiling,
Bandar Lampung).
Pasar Tani kecamatan
Kemiling Bandar Lampung dikelola Oleh
Direktur Utama Perusahaan Daerah (PD) Pasar Tapis Berseri, (PD) Pengelola
Daerah Pasar Tapis Berseri adalah Perusaaan milik Pemkot Bandar Lampung yang
Mengelola enam pasar yaitu Pasar Gintung, Pasar Tamin, Pasar Perumnas Way
halim, Pasar Perumnas Way Kandis, Pasar Tani, Dan Pasar Kopri.
Kelompok tani yang turut
dalam musyawarah pembentukan Pasar Tani Kemiling yakni Kelompok Tani Agung
Raya, Mekarjaya, Mekarsari, Amarta Tani, Margatani, dan Kelompok Tani Harapan.
Pasar Tani Kemiling menjadi tumpuan masyarakat Kemiling untuk menjual hasil
bumi pada saat itu. Beroperasi setiap Kamis dan Minggu, Pasar Tani kini
dipenuhi para pedagang. Tidak hanya hasil pertanian saja, tetapi di tempat
tersebut juga dijual aneka kerajinan, kuliner, baju, dan masih banyak lagi lainnya,
termasuk hasil perikanan.
Pedagang Pasar Tani ini
Terdiri dari beberapa pedangang yaitu
1.
Pedagang Toko ( Kios ) : 90 Pedagang.
2.
Pedagang Lapak ( Amparan ) : 110 Pedagang.
2. Hasil Penelitian
Hasil penelitian yang
dilakukan pada bulan Mei tahun 2022 di pasar Tani Kecamatan Kemiling Bandar
Lampung, maka penelitian ini bersifat deskriftif kuantitatif, dengan populasi penelitian
sebanyak 200 pedagang, dan sampel yang diambil oleh peneliti sebanyak 67 pedagang
di Pasar Tani Kecamatan Kemiling Kota Bandar lampung, kemudian peneliti
mengumpulkan Data dari hasil qusioner dan ceklist.
Hasil dari Penelitian yang
Telah dilakukan pada bulan Mei di Pasar Tani Kecmatan Kemiling Bandar Lampung
Tentang “ Analilis Pengolahan Sampah Domestik Dengan Kepadatan Lalat Di Pasar
Tani Kecamatan Kemiling Bandar Lampung “ sebagai Berikut :
1.
Karakteristrik Dasar Responden Penelitian
a.
Umur
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Karakteristik Menurut Umur
Responden
Umur Responden |
Tahun |
Tertinggi |
68 |
Terendah |
24 |
Hasill tabel
4.1 diatas dapat dilihat Bahwa Umur pedagang di Pasar Tani Kecamatan Kemiling
Bandar Lampung dengan umur tertinggi berada pada umur 68 tahun dan umur paling
muda terdapat pada umur 24 tahun pedangan di Pasar Tani Kecmatan Kemiling
Bandar Lampung.
b.
Jenis Kelamin
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi
Karakteristik Menurut Jeenis Kelamin Responden
Jenis Kelamin |
Frekuensi f |
Presentasi % |
Laki – Laki |
41 |
61% |
Perempuan |
26 |
39% |
Total |
67 |
100% |
Hasil tabel
4.2 diatas dapat dilihat Bahwa Jenis Kelamin pedagang di Pasar Tani Kecamatan
Kemiling Bandar Lampung yang berjenis kelamin Laki-Laki sebanyak 41 orang
pedagang dengan presentasi 61% dan yang berjenis kelamin Perempuan sebanyak 26
orang pedagang dengan jumlah Presentasi 39%, dengan total keseluruhan sebanyak
67 responden.
c.
Pendidikan
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi
Karakteristik Menurut Pendidikan Responden
Pendidikan |
Frekuensi f |
Presentasi % |
Tidak Tamat SD |
6 |
9% |
SD |
9 |
13% |
SMP |
20 |
30% |
SMA |
32 |
48% |
Total |
67 |
100% |
Hasil Tabel
4.3 diatas dapat dilihat Bahwa Pendidikan pedagang di Pasar Tani Kecamatan
Kemiling Bandar Lampung yang Tidak Tamat SD sebanyak 6 orang pedagang dengan
presentasi 9%, pedagang yang berpendidikan SD sebanyak 9 orang pedagang dengan
jumlah Presentasi 13%, pedagang yang berpendidikan SMP sebanyak 20 orang
pedangan dengan jumlah presentasi 48% dan pedangan yang berpendidikan SMA
sebanyak 32 orang pedagang dengan jumlah presentasi 48% dengan total
keseluruhan sebanyak 67 responden.
2.
Data Khusus
a.
Kepemilikan Kotak Sampah
Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Karakteristik Menurut Kepemilikan
Kotak Sampah
Kepemilikan Kotak
Sampah |
Frekuensi f |
Presentasi % |
Ada |
42 |
63% |
Tidak |
25 |
37% |
Total |
67 |
100% |
Hasil tabel
4.4 diatas dapat dilihat Bahwa Kepemilikan Kotak Sampah pedagang di Pasar Tani
Kecamatan Kemiling Bandar Lampung yang Memiliki Kotak Sampah sebanyak 42 orang
pedagang dengan presentasi 63% dan yang tidak memiliki kotak Sampah sebanyak 25
orang pedagang dengan jumlah Presentasi 39%, dengan total keseluruhan sebanyak
67 responden.
b.
Kepemilikan Kotak Sampah Yang Memenuhi Syarat
Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi
Karakteristik Menurut Kepemilikan
Kotak Sampah yang Memenuhi
Syarat
Kepemilikan KotakSampah Memenuhi Syarat |
Frekuensi f |
Presentasi % |
Ya |
6 |
9% |
Tidak |
61 |
91% |
Total |
67 |
100% |
Hasil tabel
4.5 diatas dapat dilihat Bahwa Kepemiliakn Kotak Sampah pedagang di Pasar Tani
Kecamatan Kemiling Bandar Lampung yang Memiliki Kotak Sampah yang memenuhi
Syarat sebanyak 6 orang pedagang dengan presentasi 9% dan yang memiliki kotak
Sampah tidak memenuhi sebanyak 61 orang pedagang dengan jumlah Presentasi 91%,
dengan total keseluruhan sebanyak 67 responden.
c.
Kepemilikan Kotak Sampah Yang Memiliki Tutup
Tabel 4.7
Distribusi Frekuensi
Karakteristik Menurut Kepemilikan
Kotak Sampah yang Memiliki
Tutup
Kepemilikan
Kotak Sampah Memiliki Tutup |
Frekuensi f |
Presentasi % |
Ya |
6 |
9% |
Tidak |
61 |
91% |
Total |
67 |
100% |
Hasil tabel 4.6
diatas dapat dilihat Bahwa Kepemilikan Kotak Sampah yang memiliki tutup
pedagang di Pasar Tani Kecamatan Kemiling Bandar Lampung yang memiliki kotak
sampah yang memiliki tutup sebanyak 6 orang pedagang dengan presentasi 9% dan
yang memiliki kotak Sampah tidak memiliki tutup sebanyak 61 orang pedagang
dengan jumlah Presentasi 91%, dengan total keseluruhan sebanyak 67 responden.
d.
Pemisahan Sampah Organik Dan Anorganik
Tabel 4.8
Distribusi Frekuensi
Karakteristik Menurut Pemisahan
Sampah Organik Dan Anargonik
Pemisahan Sampah Organik Dan
Anorganik |
Frekuensi f |
Presentasi % |
Ya |
0 |
0% |
Tidak |
67 |
100% |
Total |
67 |
100% |
Hasil tabel
4.7 diatas dapat dilihat Bahwa pedagang di Pasar Tani Kecamatan Kemiling Bandar
Lampung tidak melakukan, Pemisahan Sampah Organik Dan Anorganik secara
keseluruhan di Pasar Tani Kecmatan Kemiling Bandar Lampung.
e.
Petugas Pengambil Sampah
Tabel 4.9
Distribusi Frekuensi
Karakteristik
Menurut Petugas Pengambil
Sampah
Petugas Pengambil Sampah |
Frekuensi f |
Presentasi % |
Ya |
67 |
100% |
Tidak |
0 |
0% |
Total |
67 |
100% |
Hasil tabel 4.8
diatas dapat dilihat Bahwa ada petugas pengangkut sampah di Pasar Tani
Kecamatan Kemiling Bandar Lampung yang melakukan pengambilan sampah di Pasar
Tani Kecmatan Kemiling Bandar Lampung
f.
Sampah Organik Berwadah Gelap
Tabel 4.10
Distribusi Frekuensi
Karakteristik Menurut
Sampah Organik Berwadah Gelap
Kepemilikan
kotak Sampah Organik Berwadah Gelap |
Frekuensi f |
Presentasi % |
Ada |
42 |
63% |
Tidak |
25 |
37% |
Total |
67 |
100% |
Hasil tabel
4.9 diatas dapat dilihat Bahwa Kepemiliakan Kotak Sampah organik berwarna gelap
pada pedagang di Pasar Tani Kecamatan Kemiling Bandar Lampung yang Memiliki
Kotak Sampah berwarna gelap sebanyak 42 orang pedagang dengan presentasi 63%
dan yang tidak memiliki kotak Sampah Organik berwarna gelap sebanyak 25 orang
pedagang dengan jumlah Presentasi 39%, dengan total keseluruhan sebanyak 67
responden.
g.
Wadah
Sampah Tidak Mudah Rusak, Kedap, Ekonomis, dan Mudah Di Kosongkan
Tabel 4.11
Distribusi
Frekuensi Karakteristik Menurut Wadah Sampah
Tidak Mudah Rusak, Kedap, Ekonomis, dan
Mudah
Dikosongkan
Wadah Sampah Tidak Mudah Rusak,
Kedap, Ekonomis, dan Mudah Dikosongkan |
Frekuensi f |
Presentasi % |
Ya |
6 |
9% |
Tidak |
61 |
91% |
Total |
67 |
100% |
Hasil tabel
4.10 diatas dapat dilihat Bahwa Kepemilikan Kotak Sampah yang memiliki Wadah
Sampah Tidak Mudah Rusak, Kedap, Ekonomis, dan Mudah Dikosongkan di Pasar Tani
Kecamatan Kemiling Bandar Lampung yang Memiliki Kotak Sampah yang Wadah Sampah
Tidak Mudah Rusak, Kedap, Ekonomis, dan Mudah Dikosongkan sebanyak 6 orang
pedagang dengan presentasi 9% dan yang memiliki kotak Sampah tidak memiliki
Wadah Sampah Tidak Mudah Rusak, Kedap, Ekonomis, dan Mudah Dikosongkan sebanyak
61 orang pedagang dengan jumlah Presentasi
91%, dengan total keseluruhan sebanyak 67 responden.
h.
Rotasi Pengumpulan Sampah
Tabel 4.12
Distribusi Frekuensi
Karakteristik Menurut
Rotasi Pengumpulan Sampah
Rotasi Pengumpulan Sampah |
Frekuensi f |
Presentasi % |
Ya |
67 |
100% |
Tidak |
0 |
0% |
Total |
67 |
100% |
Hasil tabel
4.11 diatas dapat dilihat Bahwa Rotasi Pengumpulan Sampah satu kali perhari
Pasaran di Pasar Tani Kecamatan Kemiling Bandar Lampung yang melakukan
pengambilan Rotasi Pengumpulan Sampah satu kali perhari di Pasar Tani Kecamatan
Kemiling Bandar Lampung sebanyak 67 orang dengan Presentasi 100%.
i.
Kondisi Gang Dapat di Lalui Alat Pengangkut Sampah
Tabel 4.13
Distribusi Frekuensi
Karakteristik Menurut Kondisi Gang
Dapat di Lalui Alat
Pengangkut Sampah
Kondisi Gang Dapat di Lalui
Alat Pengangkut Sampah |
Frekuensi f |
Presentasi % |
Ya |
67 |
100% |
Tidak |
0 |
0% |
Total |
67 |
100% |
Hasil tabel
4.12 diatas dapat dilihat Bahwa Kondisi Lebar Gang Dapat di Lalui Alat
Pengangkut Sampah tanpa mengganggu jalan di Pasar Tani Kecamatan Kemiling
Bandar Lampung Kondisi Lebar Gang Dapat di Lalui Alat Pengangkut Sampah di
Pasar Tani Kecamatan Kemiling Bandar Lampung dengan Frekuensi sebanyak 67
dengan Presentasi 100%.
j.
Pengambilan
Sampah Ke alat Pengangkut Sampah Dilakukan Secara Manual
Tabel 4.14
Distribusi Frekuensi
Karakteristik Menurut Pengambilan
Sampah Ke alat Pengangkut Sampah Dilakukan
Secara Manual
Pengambilan Sampah Ke alat Pengangkut Sampah Dilakukan
Secara Manual |
Frekuensi f |
Presentasi % |
Ya |
67 |
100% |
Tidak |
0 |
0% |
Total |
67 |
100% |
Hasil tabel 4.13
diatas dapat dilihat Bahwa Pengambilan Sampah Ke alat Pengangkut Sampah
Dilakukan Secara Manual di Pasar Tani Kecamatan Kemiling Bandar Lampung dengan
Frekuensi sebanyak 67 dengan Presentasi 100%.
k.
Alat Pengangkut Sampah Dilengkapi Oleh Jaring
Tabel 4.15
Distribusi Frekuensi
Karakteristik Menurut Alat
Pengangkut Sampah Dilengkapi Oleh
Jaring
Alat Pengangkut Sampah
Dilengkapi Oleh Jaring |
Frekuensi f |
Presentasi % |
Ya |
67 |
100% |
Tidak |
0 |
0% |
Total |
67 |
100% |
Hasil tabel 4.14
diatas dapat dilihat Bahwa Alat Pengangkut Sampah yang Dilengkapi Oleh Jaring
di Pasar Tani Kecamatan Kemiling Bandar Lampung dengan Frekuensi sebanyak 67
dengan Presentasi 100%.
l.
Tinggi Bak Maksimum 1.6 M
Tabel 4.16
Distribusi Frekuensi
Karakteristik Menurut Tinggi
Bak Maksimum 1.6 M
Tinggi Bak Maksimum 1.6 M |
Frekuensi f |
Presentasi % |
Ya |
0 |
0% |
Tidak |
67 |
100% |
Total |
67 |
100% |
Hasil tabel
4.15 diatas dapat dilihat Bahwa seluruh pedagang di Pasar Tani Kecamatan
Kemiling Bandar Lampung tidak memiliki Bak Sampah dengan tinggi Maksimum 1.6 M
dengan Presentasi 100%.
3.
Gambaran Pengelolaan Sampah di Pasar Tani Kecamatan Kemiling Bandar Lampung
a. Jumlah Sampah
Hasil Wawancara langsung yang dilakukan oleh
peneliti di lapangan diperoleh informasi jumlah timbulan sampah seluruh di
Pasar Tani Kecamatan Kemiling adalah sebesar 1500 kg/hari saat pasaran.
b. Penyimpanan Sampah
Pedagang di Pasar Tani
Kecamatan Kemiling Bandar Lampung sebagian besar telah memiliki tempat
penyimpanan sampah di masing - masing kios pedagang. Namun, masih ada beberapa
pedagang yang tidak memiliki tempat penyimpanan sampah sehingga sampah terlihat
berserakan di sekitar tempat penjualan pedagang di Pasar Tani Kecamatan
Kemiling Bandar Lampung. Tempat penyimpanan sampah sendiri, tidak ada pemisahan
antara sampah organik dan anorganik. Dalam penyediaan tempat penyimpanan sampah
di masing- masing kios/los, pedagang diwajibkan menyediakan tempat penyimpanan
sampahnya sendiri.
c.
Pengumpulan Sampah
Sebanyak
100% Sampah yang dihasilkan oleh pedagang kemudian dikumpulkan pada tempat penyimpanan
sampah yang ada di kios para pedagang. Sampah yang telah terkumpul tersebut
akan dipindahkan oleh petugas kebersihan dan Penyapu Jalanyang bertugas di
Pasar Tani dengan mengangkutnya dari kios/los pedagang ke TPS yang ada di Pasar
Tani Kecamatan Kemiling.pedangang tidak membuang sendiri sampah yang mereka
kumpulkan di Tempat Penampungan Sementara (TPS), mereka meninggalkannya di
depan kios. Petugas kebersihan yang berjumlah 2 orang bertugas mengangkut
sampah dari Pasar Tani Kecamatan Kemiling Bandar Lampung dan dibantu ole 6
petugasa Penyapu Jalan kemudian akan mengumpulkan sampah-sampah tersebut ke ke
Alat pengakut berupa mobil Pick up Toyota Hilux dengan Kapasitas 1-1,5 ton
perhari saat pasarankarna pasar hanya beroprasi 2 kali seminggu ( Kamis dan
Jumat ).
d.
Pengangkutan Sampah
Pengangkutan sampah di
Pasar tani Kecamatan Kemiling Bandar Lampung dilakukan dengan cara mengangkut
sampah dari TPS dan dari kios/los pedagang menuju mobil pengangkut sampah.
Pengangkutan sampah ini dikerjakan oleh petugas kebersihan dan penyapu jalan.
Petugas kebersihan yang
berjumlah 2 orang bertugas mengangkut sampah dari Pasar Tani Kecamatan Kemiling
Bandar Lampung dan dibantu ole 6 petugasa Penyapu Jalan kemudian akan
mengumpulkan sampah-sampah tersebut ke ke Alat pengakut berupa mobil Pick up
Toyota Hilux dengan Kapasitas 1-1,5 ton perhari saat pasarankarna pasar hanya
beroprasi 2 kali seminggu (Kamis dan Jumat).
Pengangkutan Sampah
dilakukan pada pada waktu setelah kegiatan pasaran selesai, yaitu hari kamis sekitar
pukul 15.00 sampai dengan selesai, jika hari minggu karna kegiatan pasar sampai
jam 16.00 sore maka pengakutan akan di lakukan pada keesokan harinya yaitu hari
senin pukul 06.00 pagi sampai dengan selesai
e.
Pembuangan Sampah
Sampah yang dihasilkan di
Pasar Tani Kecamatan Kemiling diangkut ke tempat penampungan akhir sampah
(TPA). TPA tersebut bernama TPA Bakung yang berada di JL. R.E
Marthamartadinata, No.231 Teluk Betung Barat, Keteguhan, Bandar lampung,
Teknologi pengolahan sampah di TPA
Bakung menggunakan metode Sanitary
landfill. Sanitary Landfill yaitu dengan penutupan sampah dengan lapisan
tanah dilakukan setelah TPA penuh yang dipadatkan atau setelah mencapai periode
tertentu.
4.
Angka Kepadatan Lalat
Perhitungan kepadatan
lalat dengan Fly Grill dilakukan pada
kelima Tempat Sampah Sementara (TPS) yang
ada di Pasar Tani Kecamatan Kemiling Bandar Lampung, disajikan dalam bentuk
tabel distribusi di bawah ini, yaitu :
Tabel 3.1
Distribusi Angka
Kepadatan lalat di Pasar Tani
Kecamatan Kemiling Bandar Lampung
NO |
PEDAGANG |
1 |
2 |
3 |
4 |
5 |
6 |
7 |
8 |
9 |
10 |
RATA-RATA |
1 |
DAGING |
30 |
32 |
28 |
33 |
21 |
25 |
24 |
31 |
29 |
32 |
31,2 |
2 |
IKAN |
29 |
33 |
29 |
30 |
24 |
25 |
26 |
32 |
30 |
29 |
30,8 |
3 |
AYAM |
29 |
31 |
33 |
30 |
27 |
25 |
27 |
30 |
32 |
30 |
31 |
4 |
SAYURAN |
8 |
10 |
15 |
13 |
14 |
14 |
16 |
2 |
5 |
13 |
14 |
5 |
BUAH |
7 |
11 |
13 |
16 |
14 |
16 |
12 |
6 |
7 |
16 |
12,4 |
Keterangan :
a.
Menghitung Kepadatan lalat :
·
Rata – Rata =
b.
Indeks kepadatan lalat
a)
Rendah : 0-2
Lalat
b)
Sedang : 3-5
Lalat
c)
Tinggi : 6-20
Lalat
d) Sangat Tinggi : > 21 Lalat
Berdasarkan tabel diatas, angka
kepadatan lalat paling tinggi terdapat pada TPS Daging, Ikan, dan Ayam yaitu
31.6, 30.8 dan 31,2 sementara kepadatan lalat paling rendah terdapat pada TPS
Sayuran dan TPS Buah yaitu 14 dan 13.
Lalat yang ada
di Pasar tani Kecamatan kemiling Rata Rata adalah lalat daging.
B.
PEMBAHASAN
1.
Jumlah Sampah
Berdasarkan hasil pengukuran langsung yang dilakukan oleh peneliti
di lapangan diperoleh informasi jumlah timbulan sampah seluruh di Pasar Tani Kecamatan Kemiling adalah
sebesar 1500 kg/hari saat pasaran, dari total sampah yang dihasilkan. Upaya
pengolahan maupun pemanfaatan kembali sampah di Pasar Tani kecamatan Kemiling
Bandar Lampung belum ada. Sampah yang dihasilkan akan langsung diangkut oleh
petugas kebersihan ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Data mengenai jumlah sampah di pasar sangatlah penting untuk
diketahui, karena data tersebut merup akan hal yang sangat menunjang dalam
menyusun sistem pengelolaan sampah di pasar. Data tersebut harus tersedia agar
dapat disusun suatu alternatif pengelolaan sampah yang baik. Jumlah timbulan
sampah ini kemudian akan berhubungan dengan elemen-elemen pengelolaan sampah
seperti pemilihan peralatan, rute pengangkutan dan fasilitas pengolahan.
Pengolahan sampah adalah suatu upaya untuk mengurangi volume sampah atau
merubah bentuk menjadi lebih bermanfaat, antara lain dengan cara pembakaran,
pengomposan, penghancuran, pengeringan dan pendauran
ulang.
Dengan jumlah sampah yang sangat banyak, maka operasional
pengelolaan sampah harus selalu diperhatikan agar tidak menimbulkan masalah
karena sampah dapat mengganggu kesehatan manusia baik secara langsung maupun
tidak langsung, dan pedagang melakukan pengolahan sampah tersebut di Pasar Tani Kecamatan Kemiling Bandar
Lampung maka akan mengurangi volume sampah, mengurangi biaya pengangkutan
danakan mendapatkan keuntungan dari pemanfaatan kembali sampah-sampah yang
dihasilkan di pasar serta memberikan kontribusi dalam penyehatan lingkungan.
2.
Operasional Pengelolaan Sampah
a.
Timbulan sampah
Hasil penelitian yang di lakukan peneliti jumlah timbulan
sampah pedagang di pasar tani kecamatan kemiling Bandar Lampung dengan rata
rata 5-10 kg/ hari, dengan jumlah sampah keseluruhan 1500 kg/hari pada saat
hari pasaran yaitu hari senin dan kamis.
b.
Pewadahan sampah
Hasil penelitian yang di lakukan peneliti tidak ada pewadahan
khusus di pasar tani kecamatan kemiling Bandar Lampung, penjual hanya
menggunakan plastik, ember ember bekas, karung karung bekas, dan keranjang
keranjang dari bambu untuk mewadahi sampah sampah yang di hasilkan oleh
pedagang pasar tani kecamatan kemiling Bandar Lampung.
c.
Pengumpulan sampah
Hasil observasi, pengumpulan sampah dilakukan oleh petugas kebersihan
pasar, maka pola pengumpulannya adalah pola individual tidak langsung. Pedagang
tidak aktif dalam proses pengumpulan, keseluruhan proses pengelolaan sampah
dilakukan oleh petugas kebersihan.
Pengumpulan sampah oleh petugas kebersihan dilakukan satu kali dalam satu
hari saat hari beroperasinya pasar yaitu pada hari senin pagi dan hari jumat
sore saat aktivitas berdagang sudah selesai. Alat pengumpul yang digunakan
antara lain sapu lidi, sekop dan mobil pick-up, Petugas kebersihan mengumpulkan
sampah dari kios dan menyapu ruas jalan sepanjang pasar yang terdapat sampah,
kemudian mengangkut sampah ke TPA Bakung.
Pengumpulan sampah masih belum optimal, masih terdapat sampah yang
berserakan disekitar kios. Hal tersebut dikarenakan kesulitan dalam menjangkau
kios, oleh sebab itu sangat diperlukan inisiatif pedagang dalam pengumpulan
sampah. Sebaiknya pedagang meletakkan sampah yang telah diwadahi di gang dekat
kiosnya, sehingga mempermudah dan mempersingkat proses pengumpulan.
d.
Penyimpanan Sampah
Hasil penelitian yang
dilakukan oleh peneliti kepada pedagang di Pasar tani Kecamatan Kemiling Bandar
Lampung belum seluruhnya memiliki tempat penyimpanan sampah individual. Tempat
penyimpanan sampah yang dimiliki pedagang pun belum memenuhi syarat kesehatan
yaitu berupa keranjang bambu, kantong plastik dan karung. Sementara pedagang
yang tidak memiliki tempat penyimpanan sampah membuang sampah dengan
sembarangan. Tempat penyimpanan sampah yang baik harus memenuhi syarat
kesehatan seperti berikut ini :
1)
Konstruksinya kuat, jadi tidak mudah bocor, penting untuk
mencegah berserakannya sampah.
2)
Tempat sampah mempunyai tutup, tetapi tutup ini dibuat
sedemikian rupa sehingga mudah dibuka, dikosongkan isinya serta dibersihkan.
Dianjurkan agar tutup sampah ini dapat dibuka atau ditutup tanpa mengotori tangan.
3)
Ukuran tempat sampah sedemikian rupa sehingga mudah diangkat
oleh satu orang.
Penyimpanan sampah merupakan faktor yang
sangat penting dalam kelancaran pelayanan dan merupakan tahap awal yang
berkaitan langsung dengan sumber sampah. Cara penyimpanan sampah dengan
keranjang bambu ataupun kardus tidak baik karena membuat sampah berserakan
sehingga merusak pemandangan, pasar terkesan kumuh dan kotor. Selain itu tempat
sampah yang terbuka juga menyebabkan munculnya vektor penyakit sperti kecoa,
lalat dan tikus.
Menurut hasil pengamatan di lapangan, TPS
yang ada di Pasar Tani Kecamatan Kemiling Bandar Lampung dalam kondisi kurang
baik. TPS tersebut tidak memiliki tutup, dan belum membedakan penyimpanan
antara sampah organik dan anorganik serta jaraknya yang terlalu dekat dengan
bangunan pasar.\
Pola pewadahan sampah dapat dibagi menjadi
tiga yaitu sebagai berikut :
1)
Sampah organik seperti daun sisa,
sayuran, kulit buah lunak, sisa makanan dengan wadah warna gelap.
2)
Sampah anorganik seperti gelas,
plastik, logam dan lainnya, dengan wadah warna terang.
3)
Sampah bahan berbahaya beracun
(jenis sampah B3), dengan warna merah yang diberi lambang khusus atau semua
ketentuan yang berlaku.
Tempat penyimpanan sampah sebaiknya
disediakan berbeda untuk macam atau jenis sampah tertentu. Idealnya sampah
basah hendaknya dikumpulkan bersama sampah basah. Demikian pula sampah kering,
sampah yang mudah terbakar, sampah yang tidak mudah terbakar dan lain
sebagainya, hendaknya ditempatkan sendiri secara terpisah. Tujuan dari
pemisahan penyimpanan ini adalah untuk memudahkan pemusnahan sampah.
Pengaruh sampah terhadap kesehatan
memberikan efek langsung dan tidak langsung. Efek langsung bagi kesehatan
disebabkan oleh sampah yang mengandung kuman patogen, sehingga dapat
menimbulkan penyakit. Oleh sebab itu, jarak TPS dan bangunan pasar tidak boleh
terlalu dekat karena dapat menimbulkan kontaminasi kuman patogen terhadap
barang daganagan (terutama makanan) maupun terhadap manusia. Selain itu
menimbulkan ketidaknyamanan akibat bau yang
ditimbulkan darisampah.
Alternatif untuk permasalahan
penyimpanan sampah oleh pedagang yaitu, sebaiknya pengelola Pasar tani
Kecamatan Kemiling Bandar Lampung membuat peraturan mengenai kewajiban pedagang
untuk memiliki tempat penyimpanan sampah individual yang sesuai dengan
persyaratan di setiap kios dan larangan membuang sampah sembarangan serta
melakukan sosialisasi mengenai kewajiban tersebut. Dengan adanya peraturan
tersebut pedagang akan merasa bahwa adalah kewajiban bagi mereka untuk menyediakan
tempat sampah di kiosnya dan pedagang akan lebih taat dengan adanya sanksi yang
diberikan jika melanggar peraturan tersebut. Kemudian pedagang yang kiosnya
bersih sebaiknya diberikan apresiasi, sehingga pedangang merasa termotivasi
untuk menjaga kebersihan.
e. Pengangkutan Sampah
Pengangkutan sampah di Pasar tani Kecamatan
Kemiling Bandar Lampung dilakukan dengan cara mengangkut sampah dari TPS dan
dari kios/los pedagang menuju mobil pengangkut sampah. Pengangkutan sampah ini
dikerjakan oleh petugas kebersihan dan penyapu jalan.
Petugas kebersihan yang berjumlah 2 orang
bertugas mengangkut sampah dari Pasar Tani Kecamatan Kemiling Bandar Lampung
dan dibantu ole 6 petugasa Penyapu Jalan kemudian akan mengumpulkan
sampah-sampah tersebut ke ke Alat pengakut berupa mobil Pick up Toyota Hilux
dengan Kapasitas 1-1,5 ton perhari saat pasaran karna pasar hanya
beroprasi 2 kali seminggu ( Kamis dan Jumat ).
Persyaratan alat pengangkut yaitu:
a)
Alat pengangkut sampah harus
dilengkapi dengan penutup sampah, minimal denganjaring.
b)
Tinggi bak maksimum 1,6m.
c)
Sebaiknya ada alatungkit.
d)
Kapasitas disesuaikan dengan kelas
jalan yang akandilalui.
e)
Bak truk/dasar kontainer sebaiknya
dilengkapi pengaman air sampah.
Pengangkutan sampah sebaiknya
menggunakan alat penutup pada truk seperti jaring, supaya sampah tidak
berceceran ke jalan ketika diangkut. Bak truk juga sebaiknya dilengkapi dengan
pengaman air sampah supaya air sampah tidak tumpah ke jalan.
Frekuensi pengangkutan sampah di
Pasar Tani Kecamatan Kemiling Bandar Lampung dilakukan sebanyak satu kali
pengangkutan dengan menggunakan 1 unit mobil pick up pengangkut sampah. Waktu
pengangkutan sampah di Pasar Tani Kecamatan Kemiling Bandar Lampung dilakukan
pada pukul 06.00 WIB di hari senin, dan pukul 16.00 WIB dihari kamis, Pengangkutan
sampah juga dibantu oleh Dinas Kebersihan Kota Bandar Lampung, petugas
kebersihan melakukan pengangkutan satu kali perhari dengan 1 unit pick-up
pengangkut sampah.
f.
Pembuangan Sampah
Sampah yang dihasilkan di Pasar Tani
Kecamatan kemiling Bandar Lampung akan diangkut ke TPA tanpa melalui proses
pemilahan atau pengolahan terlebih dahulu. TPA Kota Bandar Lampung, TPA
tersebut bernama TPA Bakung yang berada di JL. R.E Marthamartadinata, No.231
Teluk Betung Barat, Keteguhan, Bandar lampung, Teknologi pengolahan sampah di TPA Bakung menggunakan metode Sanitary landfill yaitu dengan penutupan
sampah dengan lapisan tanah dilakukan setelah TPA penuh yang dipadatkan atau
setelah mencapai periode tertentu.
3
Angka Kepadatan Lalat
Berdasarkan hasil penelitian yang di lakukan di Pasar Tani
Kecamatan kemiling Bandar Lampung, angka kepadatan lalat paling tinggi terdapat
pada TPS Daging, Ikan, dan Ayam yaitu 31.6, 30.8 dan 31,2 sementara kepadatan
lalat paling rendah terdapat pada TPS Sayuran dan TPS Buah yaitu 14, dan 13. Lalat yang ada di Pasar
tani Kecamatan kemiling Rata Rata lalat daging.
Tempat yang disenangi lalat adalah tempat basah, benda-benda
organik, sampah basah, kotoran manusia, kotoran binatang, tumbuh-tumbuhan
busuk, dan kotoran yang menumpuk secara kumulatif (di kandang). Angka kepadatan
lalat yang tinggi disebabkan oleh sampah organik yang di hasilkan seperti,
sampah sisa daging ikan yang mengeluarkan bau yang disukai oleh lalat, tempat
sampah yang tidak tertutup.
Untuk itu perlu dilakukan tindakan pengendalian untuk
mengurangi kepadatan lalat di TPS tersebut. Contoh pengendalian yang dapat
dilakukan yaitu, membuat tutup pada TPS sehingga tidak memungkinkan sampah
menjadi sarang lalat, pembasmian larva lalat dengan diazinon dan malathion
(sebagai emulsi) atau insektisida lain (Ronnel, DDVP), atau melakukan
pembasmian pada lalat dewasa fogging dengan suspensi atau larutan dari 5% DDT,
2% lindane atau 5% malathion.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian
yang telah dilakukan oleh peneliti di Pasar Tani Kecamatan Kemiling Bandar
Lampung dapat disimpulkan bahwa :
1.
Jumlah sampah yang dihasilkan Pasar Tani kecamatan kemiling
Bandar Lampung adalah sebesar 1.5 Ton/hari pada pasar beroperasi yaitu hari kamis dan minggu.
2.
Belum ada Operasional pengelolaan sampah di Pasar Tani
Kecamatan Kemiling Bandar Lampung, Masih banyak Pedagang di Pasar Tani
Kecamatan Kemiling Bandar Lampung yang tidak memiliki kotak sampah dan jika pun
ada masih ada yang tidak memenuhi syarat, Pola pengumpulan sampah di Pasar Tani
Kecamatan kemiling adalah pola individual tidak langsung. Pedagang tidak aktif
dalam proses pengumpulan, keseluruhan proses pengelolaan sampah dilakukan oleh
petugas kebersihan. Petugas kebersihan yang di bantu oleh 6 orang petugas sapu
jalan mengangkut sampah di Pasar Tani Kecamatan Kemiling Bandar Lampung mobil
pick-up, Petugas kebersihan mengumpulkan sampah dari kios dan menyapu ruas
jalan sepanjang pasar yang terdapat sampah, kemudian mengangkut sampah ke TPA
Bakung.
3.
Kepadatan lalat di Pasar tani Kecamatan kemiling di
katagorikan sangat tinggi mencapai 32 terlebih di tempat pedagang daging,
ikan, dan ayam.
B.
Saran
1.
Bagi Pengelola Pasar Tani Kecamatan Kemiling Bandar Lampung
agar membuat kebijakan pengelolaan sampah, guna menertibkan pedagang yang suka
membuang sampah sembarangan. Menyediakan TPS yang baru, yang bisa digunakan pedangang
untuk membuang sampah sementara, dikarenakan ada TPS yang belum memenuhi
standar.
2.
Bagi pedagang di Pasar Tani Kecamatan Kemiling Bandar Lampung
agar dapat menyedikan kotak sampah yang memenuhi standar, supaya tidak menambah
populasi lalat yang ada.
3.
Sebaiknya Pengelolah Pasar tani Kecamatan Kemiling Bandar
Lampung menyedikan TPS dibedakan antara sampah organik dan anorganik, dan menyediakan
pengelolahan sampah organik dan anorganik di Pasar Tani Kecamatan Kemiling
Bandar lampung.
DAFTAR
PUSTAKA
(Asngad & Subiakto,
2020) Asngad, A., &
Subiakto, D. W. (2020). Potensi Ekstrak Biji Alpukat Sebagai Hand Sanitizer
Alami : Literatur Review. Jurnal Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, 6(2),
106–110. https://doi.org/10.23917/bioeksperimen.v5i1.2795
Daeli, F.S. 2017. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan
Sikap Pasien Hipertensi dengan Upaya Pengendalian Hipertensi di UPTD Puskesmas
Kecamatan Gunungsitoli Selatan, Kota Gunungsitoli. [Skripsi]. Fakultas
Kesehatan Masyarakat USU, Medan
Emerty, V. Y., & Mulasari, S. A. (2020). Pengaruh Variasi
Warna Pada Fly Grill Terhadap Kepadatan Lalat (Studi di Rumah Pemotongan Ayam
Pasar Terban Kota Yogyakarta). Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia, 19(1),
21. https://doi.org/10.14710/jkli.19.1.21-26
Gide, A. (2017). definisi Pasar. Angewandte Chemie
International Edition, 6(11), 951–952., 5–24.http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/2581/4/BAB
II.pdf
Manurung Fitria, Agnes (2018). Analisis Sistem Pengelolaan
Sampah Dan Sanitasi. Medan
Peraturan Gubernur Jawa Timur. (2018). Kebijakan Dan Strategi
Daerah Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga. Arsipjdih.Jatimprov.Go.Id,
10(1), 279–288.
Peraturan
Mentri Kesehatan No 50 Tahun 2017 Tentang Persyaratan Kesehatan Untuk Vektor
dan Binatang Penggangu.
Pertiwi, R. A. A. (2019). Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Daun
Kemangi (Ocimum basilicum) Sebagai Insektisida Nabati Pengusir Lalat Rumah
(Musca Domestica) Dalam Bentuk Gel F. Αγαη, 8(5), 1–30.
http://repositori.unsil.ac.id/775/3/BAB II. Pdf.
Santoso,
T. M. (2017). Revitalisasi Pasar Johar Semarang dengan pendekatan Arsitektur
Indische. Skripsi S-1. Yogyakarta : Universitas Atma Jaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar