MAKALAH
INTEGRASI INDONESIA
Disusun Oleh :
TK1
REG 2
1.
Dwi Safitri Kamila Sari 2114301057
2.
Dyan Lestari 2114301058
3.
Laila An-nur Fitri Abnurama 2114301068
4.
Mega Popy Diana Putri 2114301071
5.
Venny Mareta Utami 2114301090
PROPOSAL
LAPORAN TUGAS AKHIR
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG
JURUSAN STR KEPERAWATAN
TANGJUNG KARANG
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa, karena atasrahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Tujuan penulisanmakalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
PendidikanKewarganegaraan serta untuk memberikan wawasan tentang salah satu
materipada mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan yaitu “Integrasi
Nasional”.Melalui makalah ini, kami berharap peserta kuliah dalam hal
inimahasiswa mampu memahami makna Integrasi Nasional di Indonesia.
Kamimenyadari bahwa dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kekurangan.
Olehkarena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
daripara pembaca agar kedepan bisa lebih baik.
Bandar
Lampung, April 2022
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTR ISI ........................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah......................................................................... 1
1.2
Rumusan Masalah.................................................................................. 2
1.3
Tujuan Penulisan.................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Integrasi Nasional............................................................... 3
2.2
Pentingnya Integrasi ............................................................................ 5
2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Integrasi
Nasional......................... 6
2.4 Problematika dan Solusi dalam integrasi nasional................................. 8
2.5 Strategi Integrasi ................................................................................. 11
2.6 Pluralitas Masyarakat Indonesia.......................................................... 14
2.7 Toleransi............................................................................................... 16
2.8
Ancaman, Tantangan, dan
Gangguan.................................................. 19
2.9 Potensi Konflik Dalam Masyarakat Indonesia.................................... 24
2.10 Upaya Pembangunan Integrasi Sosial................................................ 24
2.11 Upaya yang Dapat Dilakukan Untuk Memperkukuh
Integrasi Bangsa................................................................................. 28
2.12 Kebhinekaan Bangsa Indonesia......................................................... 28
2.13 Membangun Integrasi dalam Bhineka............................................... 30
2.14 Strategi yang Digunakan untuk Menciptakan
Integrasi Bangsa Indonesia 30
2.15 Peran Serta Warga Negara Dalam Menjaga
Persatuan dan Kesatuan Bangsa 31
BAB III PENUTUP
3.1
Kesimpulan.......................................................................................... 33
3.2
Saran.................................................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Namun seiring berjalannya waktu, kemajemukan masyarakat
cenderung menjadi beban bangsa
Indonesia. Hal ini terlihat dari munculnya berbagai masalah yang sumbernya
berbau kemajemukan, saat ini makna bhineka Tunggal Ika semakin luntur. Sudah
tampak kecondongan terpecah belah. Semangat “Bhinneka Tunggal Ika” perlu untuk
disosialisasikan lagi.
Saat ini pula bangsa Indonesia, masih mengalami krisis
multidimensi yang menggoncang kehidupan kita. Sebagai salah satu masalah utama
dari krisis besar itu adalah ancaman disintegrasi bangsa yang hingga saat ini
masih belum mereda. Kesadaran akan pentingnya kerukunan antar agama, suku, ras,
dan budaya harus selalu di wujudkan melalui pemahaman integrasi nasional.
Dewasa ini masih banyak masyarakat yang belum mempunyai
toleransi yang baik dengan banyaknya perbedaaan yang ada. Mereka masih belum
menerima perbedaan tersebut. Padahal untuk menjaga Persatuan dan Kesatuan
Bangsa, masyarakat harus menempatkan dan menerapkan sistem integrasi nasional
tersebut.
Semoga dengan makalah ini, kita lebih bisa memahami
tentang pentingnya integrasi nasional dan toleransi dalam mengatasi masalah
yang memicu perpecahan. kita bisa bersikap lebih apresiatif terhadap integrasi
dan mempertahankan ciri khas kebudayaan masing-masing daerah/suku, serta
berusaha untuk dapat bereksplorasi akan keilmuwan yang menunjang dalam segala
aspek pendidikan.
1.2
Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah ada, maka rumusan
permasalahan yang terkait dengan Integrasi Nasional diantaranya :
1.
Apakah
definisi dari Integrasi Nasional ?
2.
Pentingnya
integrasi dalam masyarakat indonesia yang plural ?
3.
Apa
Maksud dari Pluralitas Masyarakat Indonesia ?
4.
Apa saja
faktor-faktor yang mempengaruhi integrasi nasional?
5.
Strategi
integrasi yang tepat bagi bangsa indonesia ?
1.3
Tujuan Penulisan
1.
Untuk
mengetahui Pengertian Integrasi Nasional.
2.
Untuk
mengetahui Pentingnya Integrasi Nasional.
3.
Untuk
mengetahui Maksud dari Pluralitas Masyarakat Indonesia.
4.
Untuk
mengetahui Proses dalam Integrasi Nasional.
5.
Untuk
mengidentifikasi faktor-faktor penghambat dan pendorong Integrasi Nasional.
6.
Untuk
mengetahui upaya yang harus dilakukan dalam membangun integrasi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Integrasi Nasional
Integrasi nasional berasal
dari dua kata, yaitu “Integrasi” dan “Nasional”. Integrasi berasal dari bahasa
inggris, Integrate artinya menyatupadukan, menggabungkan,
mempersatukan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Integrasi artinya pembauran
hingga menjadi satu kesatuan yang bulat dan utuh. Sedangkan kata Nasional
berasal dari bahasa Inggris, nation yang artinya bangsa. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, integrasi nasional mempunyai arti politis dan
antropologis.
a)
Secara
Politis
Integrasi nasional secara politis berarti penyatuan
berbagai kelompok budaya dan sosial dalam kesatuan wilayah nasional yang
membentuk suatu identitas nasional.
b)
Secara
Antropologis
Integrasi nasional secara antropologis berarti proses
penyesuaian di antara unsur-unsur kebudayaan yang berbeda sehingga mencapai
suatu keserasian fungsi dalam kehidupan masyarakat
Seperti yang kita ketahui, Indonesia merupakan
bangsa yang sangat besar baik dari kebudayaan ataupun wilayahnya. Di satu sisi
hal ini membawa dampak positif bagi bangsa karena kita bisa memanfaatkan
kekayaan alam Indonesia secara bijak atau mengelola budaya budaya yang melimpah
untuk kesejahteraan rakyat, namun selain menimbulkan sebuah keuntungan,hal
ini juga akhirnya menimbulkan masalah yang baru.Kita ketahui dengan wilayah dan
budaya yang melimpah itu akan menghasilkan karakter atau manusia manusia yang
berbeda pula sehingga dapat mengancam keutuhan bangsa Indonesia.
Intergasi nasional dimaknai sebagai proses penyesuaian
di antara unsur-unsur yang saling berbeda dalam kehidupan masyarakat yang
memiliki keserasian fungsi. Integrasi sosial akan terbentuk apabila sebagian
besar masyarakat memiliki kesepakatan tentang batas-batas teritorial,
nilai-nilai, norma-norma, dan pranata-pranata sosial.
Integrasi nasional adalah usaha dan proses
mempersatukan berbagai aspek perbedaan
sosial budaya yang ada pada suatu negara sehingga terciptanya keserasian dan
keselarasan secara nasional dalam mencapai tujuan bersama sebagai suatu
bangsa.. Dengan demikian Integrasi nasional dapat diartikan penyatuan
bagian-bagian yang berbeda dari suatu masyarakat menjadi suatu keseluruhan yang
lebih utuh, atau memadukan masyarakat-masyarakat kecil yang banyak jumlahnya
menjadi suatu bangsa.
Tentang integrasi, Myron Weiner (1971) memberikan lima
definisi mengenai integrasi yaitu:
a.
Integrasi
menunjuk pada proses penyatuan berbagai kelompok budayadan sosial dalam satu
wilayah dan proses pembentukan identitas nasional,membangun rasa kebangsaan
dengan cara menghapus kesetiaan padaikatan-ikatan yang lebih sempit.
b.
Integrasi
menunjuk pada masalah pembentukan wewenang kekuasaan nasional pusat di atas
unit-unit sosial yang lebih kecil yang beranggotakankelompok-kelompok sosial
budaya masyarakat tertentu.
c.
Integrasi
menunjuk pada masalah menghubungkan antara pemerintahdengan yang diperintah. Mendekatkan
perbedaan perbedaan mengenai aspirasi dan nilai pada kelompok elit dan massa.
d.
Integrasi
menunjuk pada adanya konsensus terhadap nilai yang minimum yangdiperlukan dalam
memelihara tertib sosial.
e.
Integrasi
menunjuk pada penciptaan tingkah laku yang terintegrasi dan yangditerima demi
mencapai tujuan bersama.
Sejalan dengan definisi tersebut, Myron Weiner membedakan 5
(lima) tipe integrasi :
1. Integrasi nasional
2. Integrasi wilayah
3. Integrasi nilai
4. Integrasi elit-elit massa
5. Integrasi tingkah laku(tindakan integratif)
Kelima pendekatan yang selanjutnya kami sebut sebagai
faktor yang menentukan tingkat integrasi suatu negara adalah:
1) adanya ancaman dari luar
2) gaya politik kepemimpinan
3) kekuatan lembaga-lembaga politik,
4) ideologi nasional, dan
5) kesempatan pembangunan ekonomi
Hampir senada dengan pendapat di atas, Sunyoto Usman (1998)
menyatakan bahwa suatu kelompok masyarakat dapat terintegrasi apabila:
1) Masyarakat dapat menemukan dan menyepakati nilai-nilai
fundamental yang dapat dijadikan rujukan bersama
2) Masyarakat terhimpun dalam unit sosial sekaligus
memiliki “croos cuttingaffiliation” sehingga menghasilkan “croos cutting
loyality”
3) Masyarakat berada di atas saling ketergantungan di antara
unit-unit sosial yang terhimpun di dalamnya dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi.
2.2 Pentingnya Integrasi
Masyarakat yang terintegrasi dengan baik merupakan
harapan bagi setiap negara, salah satunya Indonesia. Sebab masyarakat yang
terintegrasi diperlukan bagi negara untuk membangun kejayaan nasional demi mencapai
tujuan yang diharapkan. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan belum terupaya
dengan baik untuk mengintegrasikan masyarakat. Seperti halnya pada era
reformasi tahun 1998, berbagai macam perbedaan suku,budaya dan agama bahkan
kepentingan pribadi membuat Indonesia tidak dapat mencapai tujuannya sehingga
dengan adanya integrasi usaha untuk menyatukan berbagai macam perbedaan dapat
dilakukan.
Integrasi masyarakat yang sepenuhnya memang sesuatu yang
tidak mungkin diwujudkan, karena setiap masyarakat disamping membawakan potensi
integrasi juga menyimpan potensi konflik atau pertentangan. Persamaan kepentingan, kebutuhan untuk bekerja sama,
serta konsensus tentang nilai-nilai tertentu dalam masyarakat, merupakan
potensi yang mengintegrasikan. Sebaliknya perbedaan-perbedaan yang ada dalam
masyarakat seperti perbedaan suku, perbedaan agama, perbedaan budaya, dan
perbedaan kepentingan adalah menyimpan potensi konflik, terlebih apabila
perbedaan-pebedaan itu tidak dikelola dan disikapi dengan cara dan sikap yang tepat.
Indonesia sangat dikenal dengan keanekaraganm
suku,budaya dan agama. Oleh sebab itu, adanya pengaruh globalisasi yang masuk
ke Indonesia membuat masyarakat Indonesia lebih memilih untuk suatu yang trend
walaupun hal tersebut membuat upaya integrasi tidak terwujud. Masyarakat
Indonesia belum sadar akan pengaruh globalilasi yang ternyata tidak baik bagi
masyarakat Indonesia. Selain pengaruh globalisasi, masyarakat Indonesia
bertindak atas wewenang sendiri maupun kelompok sehingga konflik terjadi dimana-mana
seperti pertengkaran antar suku, pembakaran tempat-tempat ibadah dan lain
sebagainya. Konflik tersebutlah yang membuat integrasi nasional susah
diwujudkan. Upaya integrasi terus dilakukan agar Indonesia menjadi satu
kesatuan yang mana disebutkan dalam semboya bhinneka tunggal ika.
Integrasi nasional penting untuk diwujudkan dalam
kehidupan masyrakat Indonesia dikarenakan Indonesia merupakan negara yang masih
berkembang atau dapat dikatakan negara yang masih mencari jati diri. Selain
itu, integrasi nasional sangat penting untuk diwujudkan karena integrasi
nasional merupakan suatu cara yang dapat menyatukan berbagai macam perbedaan
yang ada di Indonesia.
2.3
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Integrasi Nasional
Di dalam Integrasi Nasional memiliki berbagai faktor yang
dapat mempengaruhi Integrasi Nasional itu sendiri, berikut faktor-faktor
integrasi nasional :
1. Faktor Pendorong Integrasi
Ada beberapa faktor pendorong integrasi nasional yaitu
sebagai berikut:
a)
Adanya
rasa senasib seperjuangan yang diakibatkan oleh faktor-faktor sejarah
b)
Keinginan
untuk bersatu di kalangan bangsa Indonesia sebagaimana dinyatakan dalam Sumpah
Pemuda Tanggal 28 Oktober 1928
c)
Rasa
cinta tanah air di kalangan bangsa Indonesia, sebagaimana dibuktikan perjuangan
merebut, menegakkan, dan mengisi kemerdekaan.
d)
Rasa rela
berkorban untuk kepentingan bangsa dan Negara, sebagaimana dibuktikan oleh
banyak pahlawan bangsa yang gugur di medan perjuangan.
e)
Kesepakatan
atau konsensus nasional dalam perwujudan Proklamasi Kemerdekaan, Pancasila dan
UUD 1945, bendera Merah Putih, lagu kebangsaan Indonesia Raya, bahasa kesatuan
bahasa Indonesia.
f)
Adanya
simbol kenegaraan dalam bentuk Garuda Pancasila, dengan semboyan Bhinneka
Tunggal Ika
g)
Pengembangan
budaya gotong royong yang merupakan ciri khas kepribadian bangsa Indonesia
secara turun temurun.
h)
Adanya
ideologi nasional yang tercermin di dalam simbol negara yakni Garuda Pancasila
dan Semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
i)
Adanya
sikap tekad dan keinginan untuk kembali bersatu di dalam kalangan Bangsa
Indonesia seperti yang telah dinyatakan di dalam Sumpah Pemuda.
j)
Adanya
ancaman dari luar yang menyebabkan adanyadan munculnya semangat nasionalisme
dalam kalangan Bangsa Indonesia
2. Faktor Penghambat Integrasi
Ada beberapa faktor penghambat integrasi nasional yaitu
sebagai berikut:
a)
Masyarakat
Indonesia yang heterogen (beraneka ragam) dalam faktor-faktor kesukubangsaan
dengan masing-masing kebudayaan daerahnya, bahasa daerah, agama yang dianut,
ras dan sebagainya
b)
Wilayah
negara yang begitu luas, terdiri atas ribuan kepulauan yang dikelilingi oleh
lautan luas.
c)
Besarnya
kemungkinan ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan yang merongrong keutuhan,
kesatuan dan persatuan bangsa, baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri.
d)
Masih
besarnya ketimpangan dan ketidakmerataan pembangunan dan hasil-hasil
pembangunan menimbulkan berbagai rasa tidak puas dan keputusasaan di masalah
SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antar-golongan) , gerakan separatisme dan
kedaerahan, demonstrasi dan unjuk rasa.
e)
Adanya
paham “etnosentrisme” di antara beberapa suku bangsa yang menonjolkan
kelebihan-kelebihan budayanya dan menganggap rendah budaya suku bangsa lain.
f)
Lemahnya
nilai-nilai budaya bangsa akibat kuatnya pengaruh budaya asing yang tidak
sesuai dengan kepribadian bangsa, baik melewati kontak langsung maupun kontak
tidak langsung.
g)
Kurangnya
toleransi antargolongan
3. Faktor Pendukung Integrasi
Ada beberapa faktor pendukung integrasi nasional yaitu
sebagai berikut:
a)
Penggunaan
bahasa Indonesia.
b)
Semangat
persatuan serta kesatuan di dalam Bangsa, Bahasa dan Tanah Air Indonesia.
c)
Adanya
Kepribadian dan pandangan hidup kebangsaan yang sama yakni Pancasila.
d)
Adanya
jiwa dan rasa semangat dalam bergotong royong, solidaritas serta toleransi
keagamaan yang sangat kuat.
2.4
Problematika dan Solusi dalam integrasi nasional
1. Problematika
Masalah integrasi nasional di Indonesia sangat
kompleks dan multidimensional. Disintegrasi bangsa dapat terjadi karena adanya
konflik vertikal dan horizontal sebagai akibat tuntutan demokrasi yang
melampaui batas, konflik antara elite politik, lambatnya pemulihan ekonomi,
lemahnya penegakan hukum dan HAM serta kesiapan pelaksanaan Otonomi Daerah
Problematika dalam integrasi nasional dapat dilihat dari
berbagai aspek sebagai berikut :
a)
Geografi. Letak
Indonesia yang terdiri dari pulau-pulau dan kepulauan memiliki karakteristik
yang berbeda-beda. Daerah yang berpotensi untuk memisahkan diri adalah daerah
yang paling jauh dari ibu kota, atau daerah yang besar pengaruhnya dari negara
tetangga atau daerah perbatasan, daerah yang mempunyai pengaruh global yang
besar, seperti daerah wisata, atau daerah yang memiliki kakayaan alam yang
berlimpah.
b)
Demografi.
Pengaruh (perlakuan) pemerintah pusat dan pemerataan atau penyebaran penduduk
yang tidak merata merupakan faktor dari terjadinya disintegrasi bangsa, selain
masih rendahnya tingkat pendidikan dan kemampuan SDM.
c)
Kekayaan Alam.
Kekayaan alam Indonesia yang sangat beragam dan berlimpah dan penyebarannya
yang tidak merata dapat menyebabkan kemungkinan terjadinya disintegrasi bangsa,
karena hal ini meliputi hal-hal seperti pengelolaan, pembagian hasil, pembinaan
apabila terjadi kerusakan akibat dari pengelolaan.
d)
Ideologi.
Akhir-akhir ini agama sering dijadikan pokok masalah didalam terjadinya konflik
di negara ini, hal ini disebabkan karena kurangnya pemahaman terhadap agama
yang dianut dan agama lain. Apabila kondisi ini tidak ditangani dengan
bijaksana pada akhirnya dapat menimbulkan terjadinya kemungkinan disintegrasi
bangsa, oleh sebab itu perlu adanya penanganan khusus dari para tokoh agama mengenai
pendalaman masalah agama dan komunikasi antar pimpinan umat beragama secara
berkesinambungan.
e)
Politik. Masalah
politik merupakan aspek yang paling mudah untuk menyulut berbagai ketidak
nyamanan atau ketidak tenangan dalam bermasyarakat dan sering
mengakibatkan konflik antar
masyarakat yang berbeda faham
apabila tidak ditangani dengan bijaksana akan menyebabkan konflik sosial di
dalam masyarakat. Selain itu ketidak sesuaian kebijakan-kebijakan pemerintah
pusat yang diberlakukan pada pemerintah daerah juga sering menimbulkan
perbedaan kepentingan yang akhirnya timbul konflik sosial karena dirasa ada
ketidak adilan didalam pengelolaan dan pembagian hasil atau hal-hal lain
seperti perasaan pemerintah daerah yang sudah mampu mandiri dan tidak lagi
membutuhkan bantuan dari pemerintah pusat, konflik antar partai, kabinet
koalisi yang melemahkan ketahanan nasional dan kondisi yang tidak pasti dan
tidak adil akibat ketidak pastian hukum
f)
Ekonomi. Krisis
ekonomi yang berkepanjangan semakin menyebabkan sebagian besar penduduk hidup
dalam taraf kemiskinan. Kesenjangan sosial masyarakat Indonesia yang semakin
lebar antara masyarakat kaya dengan masyarakat miskin dan adanya indikasi untuk
mendapatkan kekayaan dengan tidak wajar yaitu melalui KKN.
g)
Sosial Budaya.
Pluralitas kondisi sosial budaya bangsa Indonesia merupakan sumber konflik
apabila tidak ditangani dengan bijaksana. Tata nilai yang berlaku di daerah
yang satu tidak selalu sama dengan daerah yang lain. Konflik tata nilai yang
sering terjadi saat ini yakni konflik antara kelompok yang keras dan lebih
modern dengan kelompok yang relatif terbelakang.
h)
Pertahanan
Keamanan. Bentuk ancaman terhadap kedaulatan negara yang terjadi saat ini
menjadi bersifat multi dimensional yang berasal dari dalam negeri maupun dari
luar negeri, hal ini seiring dengan perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi,informasi dan komunikasi. Serta sarana dan prasarana pendukung
didalam pengamanan bentuk ancaman yang bersifat multi dimensional yang
bersumber dari permasalahan ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya.
2. Solusi
Untuk mewujudkan integrasi nasional diperlukan
keadilan kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah dengan tidak membedakan ras,
suku, agama, bahasa, gender, dan sebagainya. Sebenarnya upaya membangun keadilan,
kesatuan, dan persatuan bangsa merupakan bagian dari upaya membangun dan
membina stabilitas politik disamping upaya lain seperti banyaknya keterlibatan
pemerintah dalam menentukan komposisi dan mekanisme parlemen.
Adapun kebijakan yang diperlukan guna memperkukuh upaya
integrasi nasional adalah sebagai berikut :
a)
Menanamkan
nilai-nilai Pancasila, jiwa sebangsa dan setanah air dan rasa persaudaraan,
agar tercipta kekuatan dan kebersamaan di kalangan rakyat Indonesia.
b)
Menghilangkan
kesempatan untuk berkembangnya tindakan KKN.
c)
Meningkatkan
ketahanan rakyat dalam menghadapi usaha-usaha pemecahbelahan dari ancaman luar.
d)
Penyebaran
dan pemasyarakatan wawasan kebangsaan dan implementasi butir-butir Pancasila,
dalam rangka mele starikan dan menanamkan kesetiaan kepada ideologi bangsa.
e)
Menumpas
setiap gerakan separatis secara tegas dan tidak kenal kompromi.
f)
Membentuk
satuan sukarela yang terdiri dari unsur masyarakat, TNI dan Polri dalam
memerangi separatis.
2.5
Strategi Integrasi
Masalah integrasi nasional merupakan persoalan yang dialami
oleh semuanegara, terutama adalah negara-negara berkembang. Dalam usianya yang
masih relatif muda dalam membangun negara bangsa (nation state), ikatan antara
kelompok-kelompok yang berbeda dalam negara masih rentan dan mudah tersulut untuk
terjadinya pertentangan antar kelompok. Di samping itu masyarakat di negara berkembang
umumnya memiliki ikatan primordial yang masih kuat. Kuatnya ikatan primordial menjadikan
masyarakat lebih terpancang pada ikatan-ikatan primer yang lebih sempit seperti
ikatan keluarga, ikatan kesukuan, ikatan sesama pemeluk agama, dan sebagainya. Dengan demikian upaya mewujudkan integrasi
nasional yang notabene mendasarkan pada ikatan yang lebih luas dan melawati batas-batas
kekelua rgaan, kesukuan, dan keagamaan menjadi sulit untuk diwujudkan.
Dalam rangka mengupayakan terwujudnya integrasi nasional
yang mantap ada beberapa strategi yang mungkin ditempuh,yaitu:
1. Stategi Asilmilasi
2.
Strategi Akulturasi
3.
Strategi Pluralis
Ketiga strategi tersebut terkait dengan seberapa jauh penghargaan
yang diberikan atas unsur-unsur perbedaan yang ada dalam masyarakat.Strategi asimilasi,
akulturasi, dan pluralisme masing-masing menunjukkan penghargaan yang secara gradual
berbeda dari yang paling kurang, yang lebih, dan yang paling besar penghargaannya
terhadap unsur-unsur perbedaan dalam masyarakat, di dalam upaya mewujudkan integrasi
nasional tersebut.
1.
Strategi Asimilasi
Asimilasi adalah proses percampuran dua macam kebudayaan
atau lebih menjadi satu kebudayaan yang baru, di mana dengan percampuran tersebut
maka masing-masing unsur budaya melebur menjadi satu sehingga dalam kebudayaan yang
baru itu tidak tampak lagi identitas masing-masing budaya pembentuknya.
Ketika asimilasi ini menjadi sebuah strategi integrasi nasional,
berarti bahwa negara mengintegrasikan masyarakatnya dengan mengupayakan agar unsur-unsur
budaya yang ada dalam negara itu benar-benar melebur menjadi satu dan tidak lagi
menampakkan identitas budaya kelompok atau budaya lokal. Dengan strategi yang demikian
tampak bahwa upaya mewujudkan
integrasinasional dilakukan tanpa menghargai unsur-unsur budaya kelompok atau budaya
lokal dalam masyarakat negara yang bersangkutan. Dalam konteks perubahan budaya,
asimilasi memang bisa saja terjadi dengan sendirinya oleh adanya kondisi tertentu
dalam masyarakat.
Namun bisa juga hal itu merupakan bagian dari strategi
pemerintah negara dalam mengintegrasikan masyarakatnya, yaitu dengan cara melakukan
rekayasa budaya agar integrasi nasional dapat diwujudkan. Dilihat dari perspektif
demokrasi, apabila upaya yang demikian itu dilakukan dapat dikatakan sebagai cara yang kurang demokratis dalam mewujudkan integrasi
nasional.
2.
Strategi Akulturasi
Akulturasi adalah proses percampuran dua macam kebudayaan
atau lebih sehingga memunculkan kebudayaan yang baru, di mana ciri-ciri budaya asli
pembentuknya masih tampak dalam kebudayaan baru tersebut. Dengan demikian berarti
bahwa kebudayaan baru yang terbentuk tidak “melumat” semua unsur budaya pembentuknya.
Apabila akulturasi ini menjadi strategi integrasi yang diterapkan oleh pemerintah
suatu negara, berarti bahwa negara mengintegrasikan masyarakatnya dengan mengupayakan
adanya identitas budaya bersama namun tidak menghilangkan seluruh unsur budaya kelompok
atau budaya lokal. Dengan strategi yang demikian tampak bahwa upaya mewujudkan integrasi
nasional dilakukan dengan tetap menghargai unsur-unsur budaya kelompok atau budaya
lokal, walaupun penghargaan tersebut dalam kadaryang tidak terlalu besar.
Sebagaimana asimilasi, proses akulturasi juga bisa
terjadi dengan sendirinya tanpa sengaja dikendalikan oleh negara. Namun bisa juga
akulturasi menjadi bagian
dari strategi pemerintah negara dalam mengintegrasikan masyarakatnya.
Dihat dari perspektif demokrasi, strategi integrasi nasional melalui
upaya akulturasi dapat dikatakan sebagai cara yang demokratis dalam mewujudkan
integrasi nasional karena masih menunjukan pengharhaan terhadap unsur kelompok
budaya lokal
3. Strategi Pluralis
Paham Pluralis merupakan paham yang menghargai terdapatnya
perbedaan dalam masyarakat. Paham Pluralis pada prinsipnya mewujudkan integrasi
nasional dengan memberi kesempatran pada segala unsur perbedaan yang ada dalam
masyarakat untuk hidup dan berkembang. Ini berarti bahwa dnegan strategi
pluralis dalam mewujudkan integrasi nasional negara memberi kesempatan kepada
semua unsur keragaman dalam negara. Baik suku, agama, buaya daerah, dan
perbedaan-perbedaan lainnya untuk tumbuh dan berkembang serta hidup
berdampingan secara damai. Jadi Integrasi nasional diwujudkan dengan tetap
,menghargai terdapatnya perbvedaan-perbedaan dalam msyarakat. Hal ini sejalan
dengan pandangan multikulturalisme bahwa setiap unsur perbedaan memiliki nilai
dan kedudukan yang sama, sehingga masing-masing berhak mendapatkan kesempatan
untuk berkembang.
2.6 Pluralitas
Masyarakat Indonesia
Masyarakar indonesia merupakan masyarakat pluralis atau
masyarakat majemuk merupakan suatu hal yang sudah sama-sama di mengerti.
Menurut Clifford Geertz,masyarakat majemuk adalah
masyarakat yang terbagi-bagi ke dalam sub-sub sistem yang kurang lebih berdiri
sendiri-sendiri,dalam mana masing-masing sub sistem terkait ke dalam oleh
ikatan-ikatan yang bersifat primordial
Sedangkan menurut Pierre L.Van den Berghe memiliki
karakteristik:
a)
Terjadinya
sigmentasi ke dalam bentuk kelompok-kelompok yang sering kali memiliki
sub-kebudayaan yang berbeda satu sama lain.
b)
Memiliki
struktur sosial yang terbagi-bagi ke dalam lembaga-lembaga yang bersifat non
komplementer.
c)
Kurang
mengembangkan konsensus di antara para anggotannya terhadap nilai-nilai yang
bersifat dasar.
d)
Secara
relatif sering kali mengalami konflik di antara kelompok yang satu dengan
kelompok yang lain.
e)
Secara
relatif integrasi sosial tumbh di atas paksaan(coercion) dan saling
ketergantungan dalam bidang ekonomi
f)
Adanya
dominasi politik oleh suatu kelompok atas kelompok-kelompok yang lain
Dalam dimensi horizontal kemajemukan masyarakat
indonesia dapat dilihat dari adanya berbagai macam suku bangsa seperti suku
bangsa jawa, suku bangsa sunda, suku bangsa batak, suku bangsa minangkabau,
suku bangsa dayak, dll. Tentang berapa jumlah suku bangsa yang ada di
indonesia, ternyata terdapat perbedaan yang cukup signifikan diantara para ahli
tentang indonesia. Hildred geertz misalnya menyebutkan adanya lebih dari 300
suku bangsa di indonesia dengan bahasa dan identitas kulturalnya masing-masing.
Sedangkan skinner menyebutkan lebih dari 35 suku bangsa di indonesia dengan
bahasa dan adat istiadat yang berbeda satu sama lain. Perbedaan yang mencolok
dari jumlah suku bangsa yang disebutkan oleh masing-masing, dapat dikatakan
bahwa masyarakat indonesia adalah masyarakat yang majemuk.
Suku-suku bangsa ini biasa dinamakan bangsa, seperti
bangsa melayu, bangsa jawa, bangsa bugius dan sebagainya. Masing-masing suku
bangsa memiliki wilayah kediaman sendiri, daerah tempat kediaman nenek moyang
suku bangsa yang bersangkutan yang pada umumnya dinyatakan melalui mitos yang
meriwayatkan asal-usul suku bangsa yang bersangkutan. Anggota masing-masing
suku bangsa cenderung memiliki identitas tersendiri sebagai anggota suku bangsa
yang bersangkutan, sehingga dalam keadaan tertentu mereka mewujudkan rasa
setiakawan, solidaritas dengan sesama suku bangsa asal. (bachtiar, 1992: 12).
Berkaitan erat dengan keragaman suku sebagaimana dikemukakan diatas
adalah keragaman adat istiadat, budaya, dan bahasa daerah. Setiap suku bangsa
yang ada di
Disamping suku-suku bangsa tersebut, yang bisa dikatakan sebagai suku
bangsa asli, di indonesia juga terdapat kelompok-kelompok warga mayarakat yang
lain yang sering dikatakan sebagai warga peranakan. Mereka itu seperti warga
cina, arab, dan
Keberagaman suku bangsa di indonesia sebagaimana diuraikan diatas
terutama disebabkan oleh keadaan geografis indonesia yang merupakan negara
kepulauan dengan jumlah pulau yang sangat banyak dan letaknya yang saling
berjauhan. Dalam kondisi yang demikian nenek moyang bangsa indonesia yang
kira-kira 2000 tahun SM secara bergelombang datang dari daerah yang sekarang
dikenal sebagai daerah tiongkok selatan, mereka harus tinggal menetap di daerah
yang terpisah satu sama lain. Karena ionisasi geografis antara satu pulau
dengan pulau yang lain, mengakibatkan masing-masing penghuni pulau itu dalam
waktu yang cukup lama mengembangkan kebudayaannya sendiri-sendiri terpisah satu
sama lain. Disitulah secara perlahan-lahan identitas kesukuan itu terbentuk,
atas keyakinan bahwa mereka masing-masing berasal dari satu nenek moyang, dan
memiliki kebudayaan yang berbeda dari kebudayaan suku yang lain.
2.7
Toleransi
1. Pengertian Toleransi
Kata toleransi dalam bahasa Belanda adalah “tolerantie” dan
kata kerjanya adalah “toleran”. Dalam bahasa Latin, “tolerare” artinya
menahan diri, bersikap sabar membiarkan orang berpendapat lain, dan berhati
lapang terhadap orang-or ang yang memiliki pendapat berbeda.
Toleran mengandung pengertian bersikap mendiamkan,
adapun toleransi adalah suatu sikap tenggang rasa kepada sesamanya. Bangsa
Indonesia terdiri dari bermacam-macam suku yang mempunyai kebudayaan
sendiri-sendiri, memeluk agama dan menganut kepercayaan yang berbeda-beda akan
tetapi mereka tetap satu bangsa memiliki satu tanah air dan memiliki bahasa
persatuan. Semboyan kita yaitu Bhinneka Tunggal Ika
Sifat dasar bangsa Indonesia yang amat menonjol adalah
sifat-sifat kekeluargaan, musyawarah, percaya dan taat beriba dah kepada Tuhan,
sifat ramah tamah, gotong royong, suka menolong, dan toleransi adalah sifat
yang harus kita miliki
Macam-macam Toleransi
Kebahagiaan dalam kehidupan manusia akan tercapai apabila didasarkan
atas keselarasan dan keseimbangan. Dalam kehidupan masyarakat Indonesia sikap
hormat menghormati antarpemeluk agama perlu dikembangkan sehingga keruku nan
antarumat beragama dapat terjalin dengan baik
Macam-macam toleransi, antara lain sebagai berikut :
1.1 Toleransi
dalam pluralisme beragama
Agama merupakan suatu anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa, diperuntukkan
bagi kemaslahatan, kebaikan, dan kesejahteraan umat beragama. Pluralitas adalah
kenyataan yang diciptakan oleh Tuhan. Namun demikian, umat manusia harus
menyadari dan menerima kenyataan ini untuk saling melengkapi dan memperkaya
pengalaman kehidupan bagi umat manusia. Oleh
karena itu, hidup rukun adalah tidak bertengkar namun saling mengho rmati. Suasana seperti ini sangat kita butuhkan dalam masyarakat dan
menghindari sikap menang sendiri
1.2 Toleransi
dalam pluralisme budaya
Kebudayaan menunjuk kepada sederetan sistem pengetahuan yang dimiliki
bersama, kebiasaan, nilai-nilai, peraturan, dan simbol yang berkaitan dengan
tujuan seluruh anggota masyarakat yang berinteraksi dengan lingkungan sosial
dan lingkungan fisik. Interaksi antara seni dan agama sudah lama menjadi
kenyataan. Agama merupakan sumber etika dan moralitas, seni adalah salah satu
wahana yang paling tepat untuk mempromosikan kehidupan beragama
1.3 Toleransi
dalam pluralisme suku
Pluralisme dapat dikatakan merupakan pengejewantahan
moto Bhinneka Tunggal Ika. Mengembangkan pluralisme terbantahkan bahwa bangsa
Indonesia terdiri dari banyak suku, banyak pula subsuku pedalaman. Pluralisme
akan tumbuh subur dan mewarnai kehidupan bangsa Indonesia jika kedepannya
prinsip-prinsip toleransi, persamaan di muka hukum dan lain-lain ditetapkan
seksama tanpa perduli asal dan warna terutama solidarita s terhadap mereka yang
lemah.
1.4 Toleransi mayoritas melindungi minoritas
Masyarakat kita sejak dulu biasa hidup dalam alam yang
memiliki aneka ragam kepercayaan. Sejak awal perkembangan peradabannya sudah tumbuh kepercayaan kepada Tuhan, secara berturut-turut datanglah
agama-agama yang sekarang banyak kita kenal. Kedatangan agama tersebut tidak
berarti kepercayaan dan agama yang sudah ada sebelumnya hilang, tapi masih
terus hidup dan berkembang. Semua agama dan kepercayaan mengajark an kebaikan
supaya mereka saling menghormati dan mencintai.
1.5 Toleransi
manusia dalam hidup bermasyarakat
Manusia
hanya akan mempunyai arti apabila bersama-sama dengan manusia lainnya di dalam
masyarakat. Tidak dapat dibayangkan jika
manusia hidup sendiri tanpa orang lain. Secara kodrati manusia disamping
mempunyai kekuatan juga dilengkapi dengan kelemahan manusia juga memiliki sifat
yang baik dan kurang baik. Demi kelangsungan dan kesejahteraan hidupnya manusia
perlu mendapat bantuan atau kerjasama dengan orang lain. Oleh sebab itu, manusia perlu hidup bermasyarakat.
2. Perilaku Toleran Sebagai Bentuk Nilai (Jati Diri)
Kebangsaan
Perilaku toleransi berarti sikap yang rela menerima dan menghargai
perbedaan dengan kelompok lain. Empati adalah sikap yang secara ikhlas mau merasakan pikiran dan perasaan orang lain.
Sikap toleransi dan empati ini sangat penting ditumbuhkembangkan dalam kehidupan
masyarakat Indonesia multikultural. Dengan pengembangan sikap
toleransi dan empati sosial, maka masalah-masalah yang berkaitan dengan
keberagaman sosial budaya akan dapat dikendalikan, sehingga tidak mengarah pada
pertentangan sosial yang dapat mengancam disintegrasi n asional
Adapun cara untuk menerima dan menghargai orang lain
atau suku bangsa lain yang berbeda latar belakang budaya dapat dilakukan
sebagai berikut:
1.
Kita
perlu menerima dan menghargai orang lain/suku bangsa lain sebagai dari bangsa
Indonesia
2.
Kita
perlu menerima dan menghargai orang lain/suku bangsa lain sebagai makhluk
pribadi dan makhluk sosial c iptaan Tuhan Yang Maha Esa
3.
Kita
perlu menerima dan menghargai orang lain/suku bangsa lain sebagai manusia yang
memiliki kelebihan dan keterbatasan dalam hal-hal tertentu.
4.
Kita
perlu menerima dan menghargai orang lain/suku bangsa lain sebagai manusia yang
memiliki persamaan kedudukan, harkat, martabat, dan derajat, serta hak dan
kewajiban asasi.
5.
Kita
perlu menerima dan menghargai orang lain/suku bangsa lain sebagai pemilihan dan
penghuni tanah air Indonesia ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.
6.
Kita
perlu menerima dan menghargai orang lain/suku bangsa lain sebagai manusia yang
memiliki latar belakang sosial budaya yang berbeda-beda dalam ras, suku bangsa,
bahasa, adat istiadat, profesi, golongan politik dan sebagainya
2.8 Ancaman, Tantangan, dan Gangguan
1.
Ancaman
Ancaman adalah setiap usaha dan kegiatan, baik dari dalam
maupun luar negeri yang dinilai membahayakan kedaulatan negara, keutuhan
wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa.
Ancaman dibedakan menjadi ancaman militer dan ancaman
nonmiliter
1.
Ancaman
militer =>ancaman yang menggunakan kekuatan bersenjata serta terorganisir
dan sangat berbahaya.
Bentuk ancaman militer
a)
Perang
saudara
b)
Agresi
wilayah
c)
3.sabotase
untuk merusak instalasi militer
d)
Pemberontakan
militer
e)
Pelanggaran
wilayah oleh negara lain
2.
Ancaman
nonmiliter => ancaman yang tidak bersenjata tetapi jika dibiarkan itu akan
membahayakan bangsa.
Bentuk
ancaman nonmiliter :
1.
Penyalahgunaan narkoba
2.
Korupsi, kolusi, nepotisme
(kkn)
3.
Perusakan lingkungan
4.
Kemiskinan
5.
Kebodohan
6.
Lunturnya kesatuan dan
persatuan bangsa
3.
Selain itu ancaman juga
dibedakan menjadi ancaman yang berasal dari dalam negeri dan dari luar negeri
Ancaman dari dalam negeri berupa
1.
kerusuhan
2.
pemaksaan kehendak
3.
pemberontakan bersenjata
4.
keinginan untuk mengubah
ideologi
2.
Ancaman
dari luar negeri berupa
1.
Penguasaan
wilayah indonesia
2.
Pencurian
kelayaan alam
3.
Penyelundupan
barang
4.
Masuknya
pesawat asing ke wilayah indonesia
2. Tantangan Dalam Menjaga
Keutuhan NKRI
Tantangan di lingkungan internal Indonesia adalah
mengawal NKRI agar tetap utuh dan bersatu. Di sisi lain, ancaman terhadap
kedaulatan masih berpotensi terutama yang berbentuk konflik perbatasan,
pelanggaran wilayah, gangguan keamanan maritim dan dirgantara, gangguan
keamanan di wilayah perbatasan berupa pelintas batas secara illegal, kegiatan
penyelundupan senjata dan bahan peledak, masalah separatisme, pengawasan
pulau-pulau kecil terluar, ancaman terorisme dalam negeri dan sebagainya.
Dengan demikian, berdasar tantangan tersebut di atas,
maka sebagai masyarakat yang berada dalam NKRI wajiblah menjaga kedaulatan dan
keutuhan wilayah NKRI serta keselamatan bangsa. Sedangkan dalam perumusannya,
kebijakan umum pertahanan negara dilaksanakan oleh Menteri Pertahanan Negara
dan proses penetapannya dilaksanakan di tingkat Dewan Keamanan Nasional selaku
Penasehat Presiden RI.
Tujuan nasional merupakan kepentingan nasional yang
abadi dan menjadi acuan dalam merumuskan tujuan pertahanan negara, yang
ditempuh dengan tiga strata pendekatan yaitu pertama, strata mutlak, dilakukan
dalam menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara dan keselamatan bangsa
Indonesia ; kedua, strata penting, dilakukan dalam menjaga kehidupan demokrasi
politik dan ekonomi, keharmonisan hubungan antar suku, agama, ras dan golongan
(SARA), penghormatan hak asasi manusia dan pembangunan yang berwawasan
lingkungan hidup ; dan ketiga, strata pendukung, dilakukan dalam upaya turut
memelihara ketertiban dunia. Untuk mencapai tujuan pertahanan negara
tersebut, salah satunya diperlukan input sumberdaya TNI yang bagus dan optimal.
Masyarakat menuntut TNI untuk menjaga dan memelihara stabilitas keamanan
nasional tetapi jika input SDM secara intelektual, moral dan mental lemah akan
sangat kesulitan untuk mewujudkannya.
Kita kesulitan merekrut para sarjana muda untuk menjadi
anggota TNI, yang dibutuhkan misal 10 orang, terkadang yang mendaftar dua pun
sudah syukur. Kemudian kalau para sarjana sudah menjadi anggota TNI hendaknya
berperilaku disiplin dan bekerja dengan baik, khususnya sebagian dokter muda
yang menjadi anggota TNI terkadang tidak disiplin bekerja. Hal inilah yang
menjadi kajian khusus TNI di masa depan, perlunya perekrutan SDM yang unggul
untuk mencapai hasil maksimal. TNI tidak bisa berjalan sendirian dalam
mewujudkan visi dan misi pertahanan negara. Saat ini, sedang dalam pembahasan
DPR RI, RUU Keamanan Nasional dan RUU Komponen Cadangan agar diperlukan
partisipasi dan peran serta masyarakat sebagai komponen cadangan dan turut
serta dalam mewujudkan keamanan nasional bersama. Semoga input SDM yang baik
bisa menyelesaikan masalah keamanan nasional dan pertahanan NKRI lebih
baik dan mengawalnya agar tetap utuh dan bersatu.
3. Gangguan Integrasi Nasional
1.
Geografi.
Letak Indonesia yang terdiri dari pulau-pulau dan kepulauan
memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Daerah yang berpotensi untuk
memisahkan diri adalah daerah yang paling jauh dari ibu kota, atau daerah yang
besar pengaruhnya dari negara tetangga atau daerah perbatasan, daerah yang
mempunyai pengaruh global yang besar, seperti daerah wisata, atau daerah yang
memiliki kakayaan alam yang berlimpah.
2.
Demografi.
Pengaruh (perlakuan) pemerintah pusat dan pemerataan atau
penyebaran penduduk yang tidak merata merupakan faktor dari terjadinya
disintegrasi bangsa, selain masih rendahnya tingkat pendidikan dan kemampuan
SDM.
3.
Kekayaan
Alam.
Kekayaan alam Indonesia yang sangat beragam dan berlimpah
dan penyebarannya yang tidak merata dapat menyebabkan kemungkinan terjadinya disintegrasi
bangsa, karena hal ini meliputi hal-hal seperti pengelolaan, pembagian hasil,
pembinaan apabila terjadi kerusakan akibat dari pengelolaan.
4.
Ideologi.
Akhir-akhir ini agama sering dijadikan pokok masalah
didalam terjadinya konflik di negara ini, hal ini disebabkan karena kurangnya
pemahaman terhadap agama yang dianut dan agama lain. Apabila kondisi ini tidak
ditangani dengan bijaksana pada akhirnya dapat menimbulkan terjadinya
kemungkinan disintegrasi bangsa, oleh sebab itu perlu adanya penanganan khusus
dari para tokoh agama mengenai pendalaman masalah agama dan komunikasi antar
pimpinan umat beragama secara berkesinambungan.
5.
Politik.
Masalah politik merupakan aspek yang paling mudah untuk
menyulut berbagai ketidak nyamanan atau ketidak tenangan dalam
bermasyarakat dan sering mengakibatkan
konflik antar masyarakat yang berbeda faham apabila
tidak ditangani dengan bijaksana akan menyebabkan konflik sosial di dalam
masyarakat. Selain itu ketidak sesuaian kebijakan-kebijakan pemerintah pusat
yang diberlakukan pada pemerintah daerah juga sering menimbulkan perbedaan
kepentingan yang akhirnya timbul konflik sosial karena dirasa ada ketidak
adilan didalam pengelolaan dan pembagian hasil atau hal-hal lain seperti
perasaan pemerintah daerah yang sudah mampu mandiri dan tidak lagi membutuhkan
bantuan dari pemerintah pusat, konflik antar partai, kabinet koalisi yang
melemahkan ketahanan nasional dan kondisi yang tidak pasti dan tidak adil
akibat ketidak pastian hukum.
6. Ekonomi.
Krisis ekonomi yang berkepanjangan semakin menyebabkan
sebagian besar penduduk hidup dalam taraf kemiskinan. Kesenjangan sosial
masyarakat Indonesia yang semakin lebar antara masyarakat kaya dengan
masyarakat miskin dan adanya indikasi untuk mendapatkan kekayaan dengan tidak wajar
yaitu melalui KKN.
7. Sosial Budaya.
Pluralitas kondisi sosial budaya bangsa Indonesia
merupakan sumber konflik apabila tidak ditangani dengan bijaksana. Tata
nilai yang berlaku di daerah yang satu tidak selalu sama dengan daerah yang
lain. Konflik tata nilai yang sering terjadi saat ini yakni konflik antara
kelompok yang keras dan lebih modern dengan kelompok yang relatif terbelakang.
8. Pertahanan Keamanan.
Kemungkinan disintegrasi bangsa dilihat dari aspek
pertahanan keamanan dapat terjadi dari seluruh permasalahan aspek asta
gatra itu sendiri. Dilain pihak turunnya wibawa TNI dan Polri
akibat kesalahan dimasa lalu dimana TNI dan Polri digunakan oleh penguasa
sebagai alat untuk mempertahankan kekuasaannya bukan sebagai alat pertahanan
dan keamanan negara.
2.9
Potensi Konflik Dalam Masyarakat Indonesia
Dalam kondisi masyarakat Indonesia yang diwarnai oleh
berbagai keanekaragaman, harus disadari bahwa masyarakat indonesia menyimpan
potensi konflik yang cukup besar yaitu konflik yang bersifat vertikal maupun
bersifat horizontal.Konflik vertikal dimaksudkan sebagai konflik antara
pemerintah dengan rakyat termasuk konflik antara pemerintah daerah dengan
pemerintah pusat.
Sedangkan konflik horizontal adalah konflik antar warga
masyarakat atau antar kelompok yang terdapat dalam masyarakat.
Menurut Hans Kelse, 2007 dalam buku General Theory of law and
State,penyebab konflik kedaerahan adalah :
1.
Krisis
pemerintahan nasional,baik karena persoalan suksesi maupun jatuh bangunnya
pemerintahan karena lemahnya konstitusi.
2.
Kegagalan
lmbaga-lembaga negara menengahi konflik,baik yang melibatkan unsur-unsur
masyarakat mauoun lembaga-lembaga negara.
3.
Pembatasan
partisipasi politik warga negara di daerah-daerah.
4.
Ketidakakadilan
distribusi sumber daya ekonomi nasional dan sulitnya akses masyarakat di daerah
terhadap sumber daya tersebut.
5.
Rezim
yang tidak responsif terhadap tuntutan warga negara dan tidak bertanggung jawab
terhadap rakyat.
2.10
Upaya Pembangunan Integrasi Sosial
Menurut Liddle, suatu integrasi nasional yang tangguh hanya
dapat berkembang apabila :
1.
Sebagian
besar anggota Masyarakat bangsa bersepakat tentang batas – batas territorial
dari Negara sebagai suatu kehidupan politik dimana mereka menjadi warganya.
2.
Sebagian
anggota masyarakat bangsa bersepakat mengenai struktur pemerintahan dan
aturan-aturan dari pada proses politik yang berlaku bagi seluruh
masyarakat diatas wilayah Negara.
a)
Kesadaran
dari sejumlah orang bahwa mereka bersama-sama merupakan warga dari suatu
bangsa.
b)
Konsensus
nasional mengenai bagaimana suatu kehidupan bersama sebagai bangsa harus
diwujudkan atau diselenggarakan.
Konsensus nasional mengenai bagaimana kehidupan bangsa
harus diwujudkan atau diselenggarakan untuk sebagian harus kita temukan dalam
proses pertumbuhan pancasila sebagai dasar falsafah atau ideology Negara.
Secara yuridis-formal, pancasila sebagai dasar falsafah Negara. Pada tingkat
yang sangat umum telah diterima sebagai kesepakatan nasional serta lahir
bersamaan dengan kelahiran Negara republic Indonesia sebagai Negara yang merdeka,
bebas dari penjajahan bangsa lain. Di dalam kenyataan, pancasila
menjadi akar dalam sejarah pertumbuhan gerakan nasionalisme.
Bangsa Indonesia sebetulnya dapat belajar dari
pengalaman negara-negara lain dan dari negara kita sendiri tentang akibat menguatnya
primordialisme, sehingga keberadaan dan penguatan lembaga-lembaga integrative
seperti sistem pendidikan nasional, birokrasi sipil dan militer, partai-partai
politik (ideology nasionalisme yang dapat menjembatani perbedaan etnik yang
tajam, Sedangkan partai etnik tidak berhasil) harus tetap dilaksanakan dengan
mengingat bahwa hal ini adalah sebagai konsekuensi dari masyarakat kita yang
majemuk.
Perlunya lembaga-lembaga pemersatu melalui state
building. Adapun uraian secara singkat tentang
lembaga pemersatu yang dimaksud tersebut adalah sebagai berikut :
1.
Birokrasi
Sipil dan Militer
Lembaga integrative yang paling dominant dan paling
penting yang mutlak diperlukan adalah kekuatan militer (TNI), yang jika
diperlukan dapat memakai penguasaan dan monopolinya atas alat-alat kekerasan
(alat peralatan perang – alat utama sistem persenjataan) untuk mempertahankan
dan bahkan untuk membangun negara bangsa. Dalam kerangka pemikiran tradisional
bahkan gejala universal kaum militer di dunia, peranan militer sebagai benteng
terakhir (mean of the last resort) mempertahankan kebutuhan negara bangsa. Hal
ini dapat dilihat sikap keras dari militer terhadap gerakan-gerakan separatis
maupun kedaerahan (primodialisme).
Selain birokrasi militer, proses state building juga
mencakup birokrasi sipil yang mempunyai tugas utama menarik pajak dan
menyediakan bahan Pokok khususnya bahan Makanan (aparatur pajak sebagai bentuk
yang paling tradisional dari demokrasi). Penyediaan bahan Makanan harus
tersedia dengan cukup untuk mencegah terjadinya “huruhara kelaparan pangan”
atau food riots. Indonesia juga pernah mengalami food riots yang menyebabkan
runtuhnya pemerintahan orde baru tahun 1998 akibat krisis moneter Sejak tahun
1997. Krisis pangan dan moneter juga meruntuhkan pemerintahan di Muangthai dan
Korea Selatan, Sedangkan yang selamat hanya Malaysia di bawah PM Mahathir
Mohammad.
Birokrasi militer dan sipil di Indonesia sudah
berkembang pesat dan mengalami kemajuan baik dari segi jumlah, kualitas,
jenjang pangkat maupun penempatan jabatan eselon Pimpinan serta sumber etnik
rekrutmen. Dari segi etnik, baik TNI maupun Polri dan PNS baik Pusat maupun
daerah sudah meliputi semua etnik group yang ada, sehingga melambangkan Bhineka
Tunggal Ika.
2. Partai Politik.
Dalam sejarahnya Partai Politik merupakan alat
mobilisasi vertical yang lebih cepat dibandingkan dengan birokrasi nasional
baik birokrasi sipil maupun militer. Dengan sistem Pemilu di Indonesia sekarang
merupakan gabungan dari sistem distrik dan sistem proposional, sehingga perwakilan
daerah dan etnik terwakili. Maka partai politik mampu menjadi alat integrasi
bangsa untuk menekan perlawanan etnik yang minoritas).
3. Sistem Pendidikan Nasional
Sistem pendidikan nasional menjadi alat integrasi
nasional terutama karena sifatnya yang menciptakan elite nasional yang kohesif.
Pendidikan nasional mulai dari SD sampai Perguruan Tinggi, menjadi alat
pemersatu baik melalui kurikulum nasiional, bahasa pengantar maupun sistem
rekrutmen siswa, mahasiswa maupun tenaga pengajar yang bersifat nasional. Dalam
suasana otonomi daerah sekarang ini diusahakan adanya ujian lokal tetapi yang
berstandar nasional, demikian juga walaupun ada ide untuk menambah muatan
kurikulum lokal/kedaerahan, namun tetap kurikulum inti mengajarkan ilmu sosial
dan humaniora yang bersifat integratif dan nasional.
Sifat integratif lainnya adalah pemakaian bahasa
pengantar yakni bahasa Indonesia sebaga bahasa nasional disamping penggunaan
bahasa lokal/daerah yang diberlakukan untuk pendidikan tingkat SD/SLTP. Cara
ini akan memudahkan integrasi ke dalam sistem nasional dan sosialisasi yang
sama untuk seluruh warga negara.
Sedangkan alat integrasi yang lain adalah rekrutmen
siswa, mahasiswa dan tenaga pengajar yang bersifat nasional dan multi etnik,
sehingga terjadi proses komunikasi, sosialisasi, asimilasi dan kulturasi dari
berbagai etnik di kalangan siswa, mahasiswa dan tenaga pengajar.
4. Kemajuan Komunikasi dan Transportasi.
Peranan media masa nasional seperti koran, majalah,
TVRI, RRI cukup penting di Indonesia sebagai alat integrasi nasional. Banyak
koran maupun media masa lainnya yang terbit di Jakarta tetapi penyebarannya
menjangkau sampai ke seluruh kabupaten-kabupaten, begitu juga koran lokal yang
mampu menembus pasar ke daerah lainnya. Alat komunikasi lainnya adalah telepon,
yang mengalami perkembangan pesat sejak pemerintahan orde baru sampai sekarang.
Perkembangan yang cepat dalam bidang transportasi
mengakibatkan terjadinya mobilitas geografis penduduk dapat lebih cepat, aman,
nyaman, dan murah. Bentuk mobilitas penduduk dapat transmigrasi, migrasi maupun
turisme baik antar daerah, nasional, regional bahkan global. Meningkatnya
kegiatan mobilitas penduduk dan turisme nasional maupun lokal membawa dampak
memperkuat rasa kesatuan dan kebangsaan.
2.11
Upaya yang Dapat Dilakukan Untuk Memperkukuh Integrasi Bangsa
a)
Membangun
dan menghidupkan komitmen yang menjadikan perjalanan panjang Indonesia
untuk menyatukan dirinya. Dimulai dari Kebangkitan Nasional pada 1908, Sumpah
Pemuda 1928, Proklamasi Kemerdekaan 1945 harus terus dihadirkan hakikat dan
maknanya dalam hati sanubari dan alam pikiran bangsa Indonesia.
b)
Menciptakan
kondisi dan membiasakan diri untuk membangun konsensus. Kompromi dan
kesepakatan adalah jiwa demokrasi. Penghormatan dan pengakuan terhadap
mayoritas diperlukan, tetapi perlindungan terhadap minoritas tetap tidak boleh
diabaikan.
c)
Membangun
kelembagaan (Pranata) yang berakarkan nilai dan norma yang menyuburkan
persatuan dan kesatuan bangsa. Kelembagaan itu diharapkan mampu membangun
mekanisme peleraian konflik untuk mencegah kecenderungan tindakan represif
dalam menyelesaikan konflik.
d)
Merumuskan
kebijakan dan regulasi yang konkret. Tegas dan tepat dalam segala aspek
kehidupan dan pembangunan bangsa, yang mencerminkan keadilan bagi semua
pihak, juga semua wilayah.
e)
Pentingnya
memiliki kepemimpinan yang arif dan efektif
dalam pembinaan integrasi nasional.
2.12
Kebhinekaan Bangsa Indonesia
Kalimat Bhinneka Tunggal Ika terdapat dalam buku
Sutasoma, karangan Mpu Tantular pada masa kerajaan Majapahit sekitar abad
ke-14. Dalam buku Sutasoma (Purudasanta), pengertian Bhinneka Tunggal Ika lebih
ditekankan pada perbedaan bidang kepercayaan juga keanekaragam agama dan
kepercayaan di kalangan masyarakat Majapahit.
Secara harfiah, Bhinneka Tunggal Ika Adalah
Berbeda-Beda Tetapi Satu Jua.
Adapun makna Bhinneka Tunggal Ika adalah meskipun berbeda-beda
tetapi pada hakikatnya bangsa Indonesia tetap adalah satu kesatuan. Semboyan
ini digunakan untuk menggambarkan persatuan dan kesatuan Bangsa dan Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri atas beraneka ragam budaya, bahasa
daerah, ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan.
Kata Bhineka Tunggal Ika dapat pula dimakna
bahwa meskipun bangsa dan negara Indonesia terdiri atas beraneka ragam
suku bangsa yang memiliki kebudayaan dan adat-istiadat yang bermacam-macam
serta beraneka ragam kepulauan wilayah negara Indonesia namun keseluruhannya
itu merupakan suatu persatuan yaitu bangsa dan negara Indonesia. Keanekaragaman
tersebut bukanlah merupakan perbedaan yang bertentangan namun justru
keanekaragaman itu bersatu dalam satu sintesa yang pada gilirannya justru
memperkaya sifat dan makna persatuan bangsa dan negara Indonesia.
Bagi bangsa Indonesia semboyan Bhineka Tunggal Ika
merupakan dasar untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan Indonesia. Perwujudan
semboyan Bhineka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari dilakukan dengan cara
hidup saling menghargai antara masyarakat yang satu dengan yang lainnya tanpa
memandang suku bangsa,agama,bahasa,adat istiadat, warna kulit dan lain-lain.
Seperti di ketahui Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari
beribu-ribu pulau dimana setiap daerah memiliki adat
istiadat,bahasa,aturan,kebiasaan dan lain-lain yang berbeda antara yang satu
dengan yang lainnya tanpa adanya kesadaran sikap untuk menjaga Bhineka tunggal
Ika pastinya akan terjadi berbagai kekacauan di dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika kita harus membuang jauh-jauh
sikap mementingkan dirinya sendiri atau daerahnya sendiri tanpa perduli
kepentngan bersama. Bila hal tersebut
terjadi pastinya negara kita ini akan terpecah belah. Oleh sebab itu marilah
kita jaga bhineka tunggal ika dengan sebaik-baiknya agar persatuan bangsa dan
negara Indonesia tetap terjaga.
2.13
Membangun Integrasi dalam Bhineka
Semboyan bhinneka tunggal ika dalam membangun integrasi
nasional Dalam pancasila, Bhinneka Tunggal Ika dituangkan dalam sila ketiga,
yakni “persatuan indonesia” yang merupakan landasan hukum dalam hal integrasi
bangsa dan negara, serta sebagai motivasi perbuatan baik di kehidupan
masyarakat. Semangat Bhinneka Tunggal Ika sangat diperlukan untuk memperkukuh
persatuan indonesia merupakan syarat terpenting untuk menjadi indonesia negara
yang kaya akan potensi dan
Meningkatkan semangat bhinneka tunggal ika
1.
Implementasi
prinsip bhinneka tunggal ika dalam kehidupan sehari-hari sebagai berikut:
2.
Mengakomodasi
sifat pluralistik
3.
Tidak
mencari menangnya sendiri
4.
Membudayakan
musyawarah untuk mencapai mufakat
5.
Mengembangkan
rasa kasih sayang dan rela berkorban
6.
Senantiasa
toleran terhadap setiap perbedaan
7.
Mengembangkan
semangat kekeluargaan kebiasaan sederhana yang perlu kita lakukan setiap hari
untuk mengembangkan semangat kekeluargaan adalah membudayakan bertegur sapa
dengan teman, tetangga, atau yang lainnya.
2.14 Strategi yang Digunakan untuk Menciptakan
Integrasi Bangsa Indonesia
a)
Menanamkan
nilai-nilai Pancasila, jiwa sebangsa dan setanah air, dan rasa persaudaraan
supaya tercipta kekuatan dan kebersamaan di kalangan rakyat Indonesia.
b)
Menghilangkan
kesempatan untuk berkembangnya primordialisme sempit pada setiap kebijaksanaan
dan kegiatan, sehingga mencegah terjadinya KKN.
c)
Meningkatkan
ketahanan rakyat dalam menghadapi usaha-usaha pemecah belahan dari pihak luar
dan kaki tangannya.
d)
Penyebaran
dan pemasyarakatan wawasan kebangsaan dan implementasi butir- butir Pancasila
dalam rangka melestarikan dan menanamkan kesetiaan kepada ideologi bangsa.
e)
Menumpas
setiap gerakan separatis secara tegas dan tidak kenal kompromi
2.15 Peran Serta Warga Negara Dalam Menjaga
Persatuan dan Kesatuan Bangsa
Peran serta rakyat dalam keutuhan NKRI dapat
dilakukan diberbagai lingkungan kehidupan, baik lingkungan keluarga ,
masyarakat dan juga sekolah dengan cara berbacam-macam dari yang paling mudah
diterapkan hingga yang paling sulit untuk diterapkan.
1.
Di
lingkungan keluarga
Contoh partisipasi di lingkungan keluarga antara lain
sebagai berikut:
a)
Melaksanakan
kegiatan sehari-hari secara tertib dan teratur
b)
Senantiasa
rajin belajar bagi anggota keluarga yang masih bersekolah
c)
Ikut menjaga
harta benda keluarga
d)
Patuh dan
taat terhadap tata krama dan aturan keluarga
2. Di lingkungan masyarakat
Contoh partisipasi di lingkungan masyarakat antara lain
sebagai berikut:
a)
Melaksanakan
kerja bhakti yang diadakan oleh kampung sesuai kemampuan
b)
Melaksanakan
kegiatan ronda malam bagi warga yang sudah dewasa
c)
Membuang
sampah pada tempatnya
d)
Hidup
rukun dengan semangat kekeluargaan dalam lingkungan keluarga
3. Di lingkungan sekolah
Contoh partisipasi di lingkungan sekolah antara lain
sebagai berikut:
a)
Menaati
tata tertib yang berlaku di sekolah
b)
Menggalang
kerjasama antar teman tanpa memandang latar belakang agama, suku, ras dan
golongan
c)
Hidup
rukun dengan warga sekolah
d)
Tidak
membeda-bedakan teman dalam bergaul
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Masalah integrasi nasional merupakan persoalan yang
dialami hampir semua negara, terutama negara-negara yang usianya masih relatifmuda,
termasuk Indonesia. Hal ini disebabkan karena mendirikan negara berarti menyatukan
orang-orang dengan segala perbedaan yang ada menjadi satu entitas kebangsaan yang
baru menyertai berdirinya negara tersebut. Begitu juga negara Indonesia yang usianya
masih relatif muda. Sejak proklamasi kemerdekaan sampai sekarang negara Indonesia
masih menghadapi persoalan bagaimana menyatukan penduduk Indonesia yang didalamnya
terdiri dari berbagai macam suku, memeluk agama yang berbeda-beda, berbahasa dengan
bahasa daerah yang beranekaragam, serta memiliki kebudayaan daerah yang berbeda
satu sama lain, untuk menjadi satu entitas baru yang dinamakan bangsa Indonesia.
Pengalaman menunjukkan bahwa dalam perjalanan membangun
kehidupan bernegara ini, kita masih sering dihadapkan pada kenyataan adanya
konflik atar kelompok dalam masyarakat, baik konflik yangberlatarbelakang
kesukuan, konflik antar pemeluk agama, konflik karenakesalahpahaman budaya, dan
semacamnya. Hal itu menunjukkan bahwa persoalan integrasi nasional Indonesia sejauh
ini masih belum tuntas perlu terus dilakukan pembinaan. Walaupun harus juga
disadari bahwa integrasi nasional dalam arti sepenuhnya tidak mungkin
diwujudkan, dan konflik di antara sesama warga bangsa tidak dapat dihilangkan sama
sekali. Tulisan ini akan memaparkan kondisi masyarakat Indonesia yang diwarnai
oleh berbagai macam perbedaan dan upaya mewujudkan integrasi nasional dengan
tetap menghargai terdapatnya perbedaan- perbedaan tersebut.
Dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika tersebut mempunyai
peran terhadap bangsa Indonesia yaitu agar menjadi bangsa yang berhasil
mewujudkan integrasi nasional di tengah masyarakatnya yang majemuk. Dengan
semboyan Bhinneka Tunggal Ika tersebut juga diharapkan sebagai landasan atau
dasar perjuangan untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia agar
dikenal di mata dunia sebagai bangsa yang multikulturalisme
3.2
Saran
Bagi pembaca diharapkan agar mengetahui apakah Integrasi
Nasional serta berbagai faktor yang mempengaruhi dan pentingnya Integrasi
Nasional Bagi Bangsa Indonesia. Dengan mengetahui pentingnya Integrasi Nasional
Bagi Bangsa Indonesia., diharapkan kita bisa menjadi warga negara yang baik dan
mampu melaksanakan proses pemersatuan perbedaan perbedaan yang ada pada negara
kita sehingga terciptanya keserasian dan tidak adanya konflik dalam negara ini
DAFTAR PUSTAKA
Wibowo, I, 2000, Negara dan Mayarakat : Berkaca
dari Pengalaman Republik Rakyat Cina, gramedia, Jakarta.
Winarno. 2007, Paradigma Baru Pendidikan
Kewarganegaraan Di Perguruan Tinggi. Bumi aksara, jakarta.
Buku Panduan Kewarganegaraan Tahun
2014. Universitas Sriwijaya.
UPT Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian.
Nikolas, (2007). Pentingnya integrasi
nasional indonesia. (http://www.education-penteingnya-integrasi-nasional.org/wiki)
Wibowo, I, 2000, Negara dan Mayarakat
: Berkaca dari Pengalaman Republik Rakyat Cina, gramedia, Jakarta.
Winarno. 2007, Paradigma Baru
Pendidikan Kewarganegaraan Di Perguruan Tinggi. Bumi aksara, jakarta.
Buku Panduan Kewarganegaraan Tahun
2014. Universitas Sriwijaya. UPT Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian.
Bohlan, (2005). Integrasi nasional. (http://www.basic-integrasi-nasional.org)
Nikolas, (2007). Pentingnya integrasi
nasional indonesia. (http://www.education-penteingnya-integrasi-nasional.org/wiki)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar