KOMUNIKASI
MAKALAH TENTANG
KOMUNIKASI TERAPEUTIK
PADA KELUARGA DAN KELOMPOK
DOSEN PENGAMPU: Ns. Yuniastini, SKM, M.Kes
DISUSUN OLEH KELOMPOK 11 :
HESTIA LUSIA ANANDA (2114301064)
RIZKY DAMAYANTI (2114301084)
SHAFFA
FARRAH AZZAHRA (2114301086)
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI SARJANA TERAPAN
TK 1 REG 2
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG
2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Komunikasi
merupakan aktivitas penting manusia dalam menjalani kehidupan. Sebagai bagian
dari makhluk sosial manusia tidak bisa lepas dari aktivitas komunikasi. Perawat
sebagi salah sayu profesi kesehayan yang mempunyai waktu paling lama
berinteraksi dengan klien dituntut mempunyai keterampilan komunikasi yang
bermakna terapeutik.
Ketrampilan
berkomunikasi yang baik dan benar serta efektif yang berdampak terapeutik
merupakan kemampuan penting yang harus dimiliki oleh semua tenaga kesehatan,
terutama perawat. Kemampuan ini perlu ditumbuh kembangkan sehingga menjadi
kebiasaan bagi perawat menjalankan aktivitasnya. Upaya untuk membiasakan pola
komunikasi yang terapeutik ini dapat dilakukan dengan cara memperdalam
pemahaman tentang konsep konsep komunikasi, model model komunikasi, dan berani
mengaplikasikan konsep tersebut dalam memberikan pelayanan keperawatan.
Kegiatan komunikasi bagi perawat harus dilakukan dengan penuh kejujuran dan
ketulusan serta komitmen.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang makalah di atas maka bisa
dirumuskan beberapa masalah berikut ini:
1.
Apakah pengertian Komunikasi Terapeutik?
2.
Apa sajakah manfaat dan karakteristik dari
Komunikasi Terapeutik?
3.
Apa saja prinsip-prinsip Komunikasi Terapeutik?
4.
Bagaimana teknik dalam Komunikasi Terapeutik?
5.
Apakah pengertian dari Komunikasi Terapeutik
pada Keluarga dan Kelompok?
6.
Bagaimana fungsi dari Komunikasi Terapeutik pada
Keluarga dan Kelompok?
7.
Apa saja factor-faktor serta hambatan yang
mempengaruhi Komunikasi Terapeutik pada Keluarga dan Kelompok
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
- Komunikasi Terapeutik
Komunikasi terapeutik
adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya
dipusatkan untuk kesembuhan pasien (Indrawati, 2003 48). Komunikasi terapeutik
termasuk komunikasi interpersonal dengan titik tolak saling memberikan
pengertian antar perawat dengan pasien, Persoalan mendasar dan komunikasi in adalah
adanya saling membutuhan antara perawat dan pasien, sehingga dapat
dikategorikan ke dalam komunikasi pribadi di antara perawat dan pasien, perawat
membantu dan pasien menerima bantuan (Indrawati, 2003: 48).
- Manfaat Komunikasi Terapeutik
Beberapa manfaatnya
adalah :
- Mendorong
dan menganjurkan kerja sama antara perawat dan pasien melalui hubungan
perawat dan pasien.
- Mengidentifikasi
atau mengungkap perasaan dan mengkaji masalah dan mengevaluasi tindakan
yang dilakukan oleh perawat.
- Memberikan
pengertian tingkah laku pasien dan membantu pasien mengatasi masalah yang
dihadapi.
- Mencegah
tindakan yang negatif terhadap pertahanan diri pasien.
- Karakteristik Komunikasi
Terapeutik
Tiga hal mendasar dari citi-ciri komunikasi terapeutik menurut
Carl Rogerb yaitu :
1)
Keikhlasan
Dalam hal keikhlasan perawat diharapkan untuk tetap bersikap
secara baik sehingga perawat dapat mengeluarkan segala perasaan yang dimiliki
secara tepat dalam menyikapi segala sikap dan perilaku pasien tanpa menyalahkan
atau menghukum pasien. Dengan demikian hubungan saling menguntungkan akan
meningkat secara bermakna.
2)
Empati
Dalam proses keperawatan tentu saja ada suka maupun duka, perasaan
yang timbul akibat mengetahui keadaan pasien dalam kondisi yang buruk pun
diharapkan perawat bisa mengontrolnya dengan baik. Empati merupakan suatu
perasaan yang jujur, sensitif, dan tidak dibuat-buat. Perawat yang empati
dengan orang lain dapat menghindari perasaan dari kata hati tentang seseorang
pada umumnya, dengan empati perawat akan lebih sensitif dan ikhlas. Sikap
empati memperbolehkan perawat untuk berpartisipasi terhadap sesuatu yang
terkait dengan emosi pasien.
3)
Kehangatan
Hubungan saling percaya antara perawat dengan pasien akan membuat
rasa keterbukaan terhadap pasien. Suasana yang hangat dalam komunikasi anatara
perawat dengan pasien akan menunjukan rasa penerimaan perawat terhadap pasien.
Sehingga pasien akan mengeksplor perasaannya secara mendalam.
- Prinsip-prinsip Komunikasi
Terapeutik
Menurut Lalongkoe
(2013), prinsip-prinsip komunikasi terapeutik yang harus diterapkan agar
mendapatkan atau mencapai hasil yang memuaskan yaitu dengan memperhatikan
hal-hal sebagai berikut:
a)
Menjadikan klien sebagai fokus utama dalam
interaksi;
b)
Mengkaji kualitas intelektual untuk menentukan
pemahaman;
c)
Mempergunakan sikap membuka diri hanya untuk
tujuan terapeutik;
d)
Menerapkan profesional dalam mengatur hubungan
terapeutik;
e)
Menghindari hubungan sosial dengan klien.
- Teknik dalam Komunikasi Terapeutik
Stuart
dan Sundeen, (1998) mengidentifikasi teknik komunikasi terapeutik sebagai
berikut:
- Mendengarkan
dengan penuh perhatian.
Dalam hal ini perawat berusaha mengerti klien dengan cara mendengarkan apa yang disampaikan klien. Mendengar merupakan dasar utama dalam komunikasi. Dengan mendengar perawat mengetahui perasaan klien. Beri kesempatan lebih banyak pada klien untuk berbicara. Perawat harus menjadi pendengar yang aktif.
- Menunjukkan penerimaan.
Menerima tidak berarti menyetujui, menerima berarti bersedia untuk mendengarkan orang lain tanpa menunjukkan keraguan atau ketidaksetujuan.
- Menanyakan pertanyaan yang
berkaitan.
Tujuan perawat bertanya adalah untuk mendapatkan informasi yang spesifik mengenai apa yang disampaikan oleh klien.
- Mengulangi ucapan klien dengan
menggunakan kata-kata sendiri.
Melalui pengulangan kembali kata-kata klien, perawat memberikan umpan balik bahwa perawat mengerti pesan klien dan berharap komunikasi dilanjutkan.
- Mengklasifikasi.
Klasifikasi terjadi saat perawat berusaha untuk menjelaskan dalam kata-kata ide atau pikiran yang tidak jelas dikatakan oleh klien.
- Memfokuskan.
Metode ini bertujuan untuk membatasi bahan pembicaraan sehingga percakapan menjadi lebih spesifik dan dimengerti.
- Menyatakan hasil observasi.
Dalam hal ini perawat menguraikan kesan yang ditimbulkan oleh isyarat non verbal klien.
- Menawarkan informasi.
Memberikan tambahan informasi merupakan tindakan penyuluhan kesehatan untuk klien yang bertujuan memfasilitasi klien untuk mengambil keputusan.
- Diam.
Diam akan memberikan kesempatan kepada perawat dan klien untuk mengorganisir. Diam memungkin kan klien untuk berkomunikasi dengan dirinya sendiri, mengorganisir pikiran dan memproses informasi.
- Meringkas.
Meringkas pengulangan ide utama yang telah dikomunikasikan secara singkat.
- Memberi
penghargaan.
Penghargaan janganlah sampai menjadi beban untuk klien dalam arti jangan sampai klien berusaha keras dan melakukan segalanya demi untuk mendapatkan pujian dan persetujuan atas perbuatannya.
- Memberi kesempatan
kepada klien untuk memulai pembicaraan.
Memberi kesempatan kepada klien untuk berinisiatif dalam memilih topik pembicaraan.
- Menganjurkan untuk
meneruskan pembicaraan.
Teknik ini memberikan kesempatan kepada klien untuk mengarahkan hampir seluruh pembicaraan.
- Menempatkan
kejadian secara berurutan.
Mengurutkan kejadian secara teratur akan membantu perawat dan klien untuk melihatnya dalam suatu perspektif.
- Memberikan
kesempatan kepada klien untuk menguraikan persepsinya.
Apabila perawat ingin mengerti klien, maka perawat harus melihat segala sesuatunya dari perspektif klien. - Refleksi.
Refleksi memberikan kesempatan kepada klien untuk mengemukakan dan menerima ide dan perasaannya sebagai bagian dari dirinya sendiri.
- Komunikasi Terapeutik pada Keluarga
Komunikasi adalah salah satu alat yang paling esensial bagi
perawat. Dengan komunikasi (verbal ataupun nonverbal), perawat dapat memberikan
kesembuhan untuk pasien dan keluarga. Senyum perawat, kesabaran, kelembutan,
kata-kata yang tegas dan menyejukkan atau kata-kata yang disampaikan dengan
jelas dapat mempengaruhi perilaku pasien bahkan keluarganya untuk berbuat lebih
baik dalam rangka meningkatkan derajat kesehatannya.
Komunikasi terapeutik adalah kemampuan dan keterampilan perawat
dalam berinteraksi dan menyampaikan informasi kepada pasien dan keluarganya,
agar pasien dan keluarga dapat beradaptasi terhadap permasalahan yang dihadapi.
Komunikasi terapeutik diharapkan dapat membantu pasien dan keluarga, memaksimalkan
fikiran dan tenaga positif yang nantinya dapat mengurangi beban pikiran dalam
menghadapi maupun mengambil tindakan untuk kesehatannya (Anjaswarni, 2016).
Menurut Retnaningsih (2016) salah satu penyebab keluarga pasien
mengalami kecemasan, karena antara perawat dan keluarga tidak mampu membangun
hubungan saling percaya sehingga tidak terwujud kerjasama dengan baik. Hal ini
berdampak pula pada ketidakmampuan keluarga dalam mengambil keputusan mengenai
tindakan pada pasien sehingga tindakan tidak dapat dilakukan dengan segera.
Sehingga perawat memegang
tanggung jawab yang sangat besar dalam keperawatan profesional, hal ini
dikarenakan perawat dituntut untuk melaksanakan perannya merawat pasien selama
24 jam.
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menurunkan tingkat
kecemasan keluarga adalah dengan menerapkan komunikasi terapeutik. Menurut
teori Potter & Perry (2012), tujuan dari komunikasi terapeutik adalah
membina hubungan saling percaya antara perawat dengan keluarga pasien. Ketika
keluarga dapat mengutarakan perasaan nya, maka saat itulah perawat hadir untuk
memberikan pertolongan. Perawat dapat berperan menjadi pemberi asuhan
keperawatan, advokat serta edukator.
- Komunikasi Terapeutik pada
Kelompok
Komunikasi kelompok iyalah hubungan
akrab antara orang tua dan anak sangat penting untuk dibina dalam
keluargakeakraban hubungan itu dapat dilihat dari 1rekuensi pertemuan antara
orang tua dan anak dalam suatu waktu dan kesempatan. Sudah waktunya orang tua
meluangkan waktu dankesempatan untuk duduk bersama dengan anak-anak, berbicara,
berdialog dalam suasana santai.
Dan B. Curtis, James J.Floyd, dan
Jerril L. Winsor (2005, h. 149) menyatakan komunikasi kelompok terjani ketika
tiga orang atau lebih bertatap muka, biasanya di bawah pengarahan seorang
pemimpin untuk mencapai tujuan atau sasaran bersama dan mempengaruhi satu sama
lain. Lebih mendalam ketiga ilmuwan tersebut menjabarkan sifat sifat komunikasi
kelompok sebagai berikut:
- Kelompok memiliki sedikit partisipan;
- Kelompok berkomunikasi melalui tatap muka;
- Kelompok bekerja di bawah arahan seseorang pemimpin;
- Kelompok membagi tujuan atau sasaran bersama;
- Anggota kelompok memiliki pengaruh atas satu sama lain.
- Faktor-faktor
yang Memengaruhi Komunikasi Kelompok
- Ukuran kelompok: kelompok yang
efektif mempunyai jumlah anggota yang tidak terlalu kecil ataupun terlalu
besar.
- Tujuan kelompok: tujuan yang
telah disepakati bersama akan mudah dicapai karena semua anggota mempunyai
tujuan yang sama. Satukan tujuan dalam kelompok, minimalkan sifat
individualisme yang dapat mengganggu pencapaian tujuan bersama.
- Kohesivitas anggota kelompok
adalah penting karena menunjukkan kekuatan dan kekompakan kelompok untuk
mencapai tujuan bersama.
- Jaringan komunikasi
(networking) diperlukan untuk mendapatkan peluang dalam mencapai tujuan
bersama.
- Kepemimpinan
kelompok diperlukan pemimpin yang bisa mengayomi seluruh anggota, tidak
berpihak, dan akomodatif sehingga bisa meningkatkan kohesivitas kelompok.
Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung
antara beberapa orang dalam suatu kelompok kecil dalam rapat, pertemuan. konperensi
dan sebagainya (Anwar Arifin, 1984).
Michael Burgoon (dalam Wiryanto, 2005) mendefinisikan
komunikasi kelompok sebagai interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau
lebih, dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi informasi. menjaga
diri, pemecahan masalah, yang mana anggota-anggotanya dapat mengingat
karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain lebih tepatnya.
Kedua definisi komunikasi kelompok diatas mempunya kesamaan,
yakni adanya komunikasi tatap muka, peserta komunikasi lebih dari dua orang,
dan memiliki susunan rencana kerja tertentu untuk mencapai tujuan kelompok.
- Fungsi Komunikasi dalam
Keluarga dan Kelompok
Berdasarkan pengertian dan karakteristik keluarga dan
kelompok, merujuk dari DeVeto (1997), dapat dijelaskan fungsi komunikasi dalam
keluarga/kelompok sebagai berikut:
- pengembangan diri anggota dan kelompok,
- penyelesaian masalah,
- pengambilan keputusan,
- pencapaian tujuan keluarga/kelompok,
- sarana
belajar
- Hambatan
Komunikasi Terapeutik pada Keluarga, Kelompok, Masyarakat
- Hambatan Komunikasi Terapeutik
pada Keluarga
Problem komunikasi biasanya
merupakan suatu gejala bahwa ada sesuatu yang tidak beres. Hambatan komunikasi
ada yang berasal dari pengirim, transmisi dan penerima. Berbagai hambatan yang
timbul dalam komunikasi, yaitu:
- Kebisingan
- Keadaan psikologis komunikasi
- Kekurangan komunikator atau
komunikan
- Kesalahan penilaian oleh
komunikator
- Keterbatasan pengetahuan
komunikator atau komunikan
- Bahasa
- Isi pesan berlebihan
- Bersifat satu arah
- Faktor teknis
- Kepentingan atau interes
- Prasangka
- Cara
penyajian yang verbalistis
2. Hambatan Komunikasi Terapeutik pada Kelompok
Hambatan dari proses komunikasi
kelompok bisa ditemukan saat kegiatan berlangsung, misalnya dalam buku Marhaeni
(2009:62).
- Hambatan dari pengirim pesan,
misalnya pesan yang akan disampaikan belum jelas bagi dirinya atau
pengirim pesan, hal ini dipengaruhi oleh perasaan atau situasi emosional
sehingga mempengaruhi motivasi, yaitu mendorong seseorang untuk bertindak
sesuai dengan keinginan, kebutuhan dan kepentingan.
- Hambatan dalam
penyandian/symbol. Hal ini dapat terjadi karena Bahasa yang dipergunakan
tidak jelas sehingga mempunyai arti lebih dari satu, symbol yang digunakan
antara si pengirim dan penerima tidak sama atau Bahasa yang digunakan
sulit.
- Hambatan medua adalah hambatan
yang terjadi dalam penggunaan media komunikasi misalnya gangguan suara
radio dan aliran listrik sehingga tidak dapat mendengarkan pesan.
- Hambatan dalam sandi, hambatan
terjadi dalam penafsiran sandi oleh si penerima.
- Hambatan
dari penerima pesan misalnya kurangnya perhatian pada saat
menerima/mendengarkan pesan, sikap prasangka tanggapan yang keliru dan
tidak mencari informasu secara lanjut.
BAB III
PENUTUP
- Kesimpulan
Komunikasi merupakan keterampilan yang harus dimiliki oleh
perawat. Perawat mampu membangun hubungan dengan klien dan membantunya melalui
perilaku komunikasi. Komunikasi yang efektif dibutuhkan dalam membantu pasien
beradaptasi dengan perubahan yang terjadi yang terkadang menyebabkan perubahan
dalam status kesehatan seseorang.
Keluarga adalah sekelompok orang yang diikat oleh perkawinan
atau darah. Biasanya meliputi ayah, ibu dan anak atau anak anak. (Singgih,
2008)
Pengertian kelompok, menurut A De Vito (2011 ), adalah
sekumpulan individu yang cukup kecil untuk berkomunikasi dengan relatif mudah,
yaitu para anggota saling berhubungan satu sama lain dengan beberapa tujuan
yang sama dan memiliki semacam organisasi atau struktur di antara mereka.
Unsur-unsur komunikasi terapeutik yaitu, komunikator, pesan,
saluran, komunikan, feedback. Bentuk-Bentuk Komunikasi dalam Keluarga adalah
Komunikasi orang tua yaitu suami-istri, komunikasi orang
tuan dan anak, komunikasi ayah dan anak, komunikasi anak dan anak lainnya.
Faktor –Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Keluarga dan
Kelompok yaitu, Citra diri dan citra orang lain, Suasana Psikologis, Lingkungan
Fisik, kepemimpinan. Penerapan Strategi Komunikasi Terapeutik pada Keluarga dan
Kelompok, yaitu Saling memahami antaranggota kelompok agar dapat diketahui
komunikasi, Pemimpin kelompok dapat mengatur dengan baik setiap anggota
kelompok, Berkomunikasi yang jelas, sopan, dan sesuai etika yang berlaku aga
tidak terjadi salah paham.
B. Saran
Pada pengerjaan makalah ini kurangnya pengetahuan kelompok
terhadap materi ini, sehingga masih banyak terdapat kekurangan, dan kurangnya
kerja sama kelompok terhadap pengerjaan makalah ini, semoga apa yang saya
sampaikan diatas bisa bermanfaat untuk pembelajaran selanjutnya, dan juga
bermanfaat untuk pembaca atau untuk referensi bagi mahasiswa yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.radenfatah.ac.id/15593/3/BAB%20II.pdf
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/763/4/Chapter%202.pdf
https://www.scribd.com/document/335906313/Komunikasi-Dalam-Keluarga-Kelompok-Dan-Masyarakat
https://id.scribd.com/document/490511572/KEL-2-KOMUNIKASI-TERAPEUTIK-KELUARGA-KELOMPOK-MASYARAKAT
Stuart.G.W.
& Sundeen.S.J. (1998). Buku Saku Keperawatan Jiwa.Alih Bahasa: Achir
Arwani.
(2002). Komunikasi Dalam Keperawatan, Jakarta. EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar