Selasa, 13 Desember 2022

KOMUNIKASI MAKALAH TENTANG KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA KELUARGA DAN KELOMPOK

 

KOMUNIKASI

 MAKALAH TENTANG KOMUNIKASI TERAPEUTIK
PADA KELUARGA DAN KELOMPOK


DOSEN PENGAMPU: Ns. Yuniastini, SKM, M.Kes

 

DISUSUN OLEH KELOMPOK 11 :

HESTIA LUSIA ANANDA (2114301064)

RIZKY DAMAYANTI (2114301084)

SHAFFA FARRAH AZZAHRA (2114301086)

 

 

JURUSAN KEPERAWATAN

PRODI SARJANA TERAPAN

TK 1 REG 2

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG

2021/2022

BAB I

PENDAHULUAN

 

 

A.      Latar Belakang

Komunikasi merupakan aktivitas penting manusia dalam menjalani kehidupan. Sebagai bagian dari makhluk sosial manusia tidak bisa lepas dari aktivitas komunikasi. Perawat sebagi salah sayu profesi kesehayan yang mempunyai waktu paling lama berinteraksi dengan klien dituntut mempunyai keterampilan komunikasi yang bermakna terapeutik.

 

Ketrampilan berkomunikasi yang baik dan benar serta efektif yang berdampak terapeutik merupakan kemampuan penting yang harus dimiliki oleh semua tenaga kesehatan, terutama perawat. Kemampuan ini perlu ditumbuh kembangkan sehingga menjadi kebiasaan bagi perawat menjalankan aktivitasnya. Upaya untuk membiasakan pola komunikasi yang terapeutik ini dapat dilakukan dengan cara memperdalam pemahaman tentang konsep konsep komunikasi, model model komunikasi, dan berani mengaplikasikan konsep tersebut dalam memberikan pelayanan keperawatan. Kegiatan komunikasi bagi perawat harus dilakukan dengan penuh kejujuran dan ketulusan serta komitmen.

 

B.       Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang makalah di atas maka bisa dirumuskan beberapa masalah berikut ini: 

1.        Apakah pengertian Komunikasi Terapeutik?

2.        Apa sajakah manfaat dan karakteristik dari Komunikasi Terapeutik?

3.        Apa saja prinsip-prinsip Komunikasi Terapeutik?

4.        Bagaimana teknik dalam Komunikasi Terapeutik?

5.        Apakah pengertian dari Komunikasi Terapeutik pada Keluarga dan Kelompok?

6.        Bagaimana fungsi dari Komunikasi Terapeutik pada Keluarga dan Kelompok?

7.        Apa saja factor-faktor serta hambatan yang mempengaruhi Komunikasi Terapeutik pada Keluarga dan Kelompok

 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

 

 

  1. Komunikasi Terapeutik

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien (Indrawati, 2003 48). Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi interpersonal dengan titik tolak saling memberikan pengertian antar perawat dengan pasien, Persoalan mendasar dan komunikasi in adalah adanya saling membutuhan antara perawat dan pasien, sehingga dapat dikategorikan ke dalam komunikasi pribadi di antara perawat dan pasien, perawat membantu dan pasien menerima bantuan (Indrawati, 2003: 48).

 

  1. Manfaat Komunikasi Terapeutik

Beberapa manfaatnya adalah :

  1. Mendorong dan menganjurkan kerja sama antara perawat dan pasien melalui hubungan perawat dan pasien.
  2. Mengidentifikasi atau mengungkap perasaan dan mengkaji masalah dan mengevaluasi tindakan yang dilakukan oleh perawat.
  3. Memberikan pengertian tingkah laku pasien dan membantu pasien mengatasi masalah yang dihadapi.
  4. Mencegah tindakan yang negatif terhadap pertahanan diri pasien.

 

  1. Karakteristik Komunikasi Terapeutik

Tiga hal mendasar dari citi-ciri komunikasi terapeutik menurut Carl Rogerb yaitu :

1)      Keikhlasan

Dalam hal keikhlasan perawat diharapkan untuk tetap bersikap secara baik sehingga perawat dapat mengeluarkan segala perasaan yang dimiliki secara tepat dalam menyikapi segala sikap dan perilaku pasien tanpa menyalahkan atau menghukum pasien. Dengan demikian hubungan saling menguntungkan akan meningkat secara bermakna.

 

2)      Empati

Dalam proses keperawatan tentu saja ada suka maupun duka, perasaan yang timbul akibat mengetahui keadaan pasien dalam kondisi yang buruk pun diharapkan perawat bisa mengontrolnya dengan baik. Empati merupakan suatu perasaan yang jujur, sensitif, dan tidak dibuat-buat. Perawat yang empati dengan orang lain dapat menghindari perasaan dari kata hati tentang seseorang pada umumnya, dengan empati perawat akan lebih sensitif dan ikhlas. Sikap empati memperbolehkan perawat untuk berpartisipasi terhadap sesuatu yang terkait dengan emosi pasien.

 

3)      Kehangatan

Hubungan saling percaya antara perawat dengan pasien akan membuat rasa keterbukaan terhadap pasien. Suasana yang hangat dalam komunikasi anatara perawat dengan pasien akan menunjukan rasa penerimaan perawat terhadap pasien. Sehingga pasien akan mengeksplor perasaannya secara mendalam.

 

  1. Prinsip-prinsip Komunikasi Terapeutik

Menurut Lalongkoe (2013), prinsip-prinsip komunikasi terapeutik yang harus diterapkan agar mendapatkan atau mencapai hasil yang memuaskan yaitu dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a)      Menjadikan klien sebagai fokus utama dalam interaksi;

b)      Mengkaji kualitas intelektual untuk menentukan pemahaman;

c)       Mempergunakan sikap membuka diri hanya untuk tujuan terapeutik;

d)      Menerapkan profesional dalam mengatur hubungan terapeutik;

e)      Menghindari hubungan sosial dengan klien.

 

  1. Teknik dalam Komunikasi Terapeutik

Stuart dan Sundeen, (1998) mengidentifikasi teknik komunikasi terapeutik sebagai berikut:

  1. Mendengarkan dengan penuh perhatian.
    Dalam hal ini perawat berusaha mengerti klien dengan cara mendengarkan apa yang disampaikan klien. Mendengar merupakan dasar utama dalam komunikasi. Dengan mendengar perawat mengetahui perasaan klien. Beri kesempatan lebih banyak pada klien untuk berbicara. Perawat harus menjadi pendengar yang aktif.

  2. Menunjukkan penerimaan.
    Menerima tidak berarti menyetujui, menerima berarti bersedia untuk mendengarkan orang lain tanpa menunjukkan keraguan atau ketidaksetujuan.

  3. Menanyakan pertanyaan yang berkaitan.
    Tujuan perawat bertanya adalah untuk mendapatkan informasi yang spesifik mengenai apa yang disampaikan oleh klien.

  4. Mengulangi ucapan klien dengan menggunakan kata-kata sendiri.
    Melalui pengulangan kembali kata-kata klien, perawat memberikan umpan balik bahwa perawat mengerti pesan klien dan berharap komunikasi dilanjutkan.

  5. Mengklasifikasi.
    Klasifikasi terjadi saat perawat berusaha untuk menjelaskan dalam kata-kata ide atau pikiran yang tidak jelas dikatakan oleh klien.

  6. Memfokuskan.
    Metode ini bertujuan untuk membatasi bahan pembicaraan sehingga percakapan menjadi lebih spesifik dan dimengerti.

  7. Menyatakan hasil observasi.
    Dalam hal ini perawat menguraikan kesan yang ditimbulkan oleh isyarat non verbal klien.

  8. Menawarkan informasi.
    Memberikan tambahan informasi merupakan tindakan penyuluhan kesehatan untuk klien yang bertujuan memfasilitasi klien untuk mengambil keputusan.

  9. Diam.
    Diam akan memberikan kesempatan kepada perawat dan klien untuk mengorganisir. Diam memungkin kan klien untuk berkomunikasi dengan dirinya sendiri, mengorganisir pikiran dan memproses informasi.

  10. Meringkas.
    Meringkas pengulangan ide utama yang telah dikomunikasikan secara singkat.

  11. Memberi penghargaan.
    Penghargaan janganlah sampai menjadi beban untuk klien dalam arti jangan sampai klien berusaha keras dan melakukan segalanya demi untuk mendapatkan pujian dan persetujuan atas perbuatannya.

  12. Memberi kesempatan kepada klien untuk memulai pembicaraan.
    Memberi kesempatan kepada klien untuk berinisiatif dalam memilih topik pembicaraan.

  13. Menganjurkan untuk meneruskan pembicaraan.
    Teknik ini memberikan kesempatan kepada klien untuk mengarahkan hampir seluruh pembicaraan.

  14. Menempatkan kejadian secara berurutan.
    Mengurutkan kejadian secara teratur akan membantu perawat dan klien untuk melihatnya dalam suatu perspektif.

  15. Memberikan kesempatan kepada klien untuk menguraikan persepsinya.
    Apabila perawat ingin mengerti klien, maka perawat harus melihat segala sesuatunya dari perspektif klien.
  16. Refleksi.
    Refleksi memberikan kesempatan kepada klien untuk mengemukakan dan menerima ide dan perasaannya sebagai bagian dari dirinya sendiri.

 

  1. Komunikasi Terapeutik pada Keluarga

Komunikasi adalah salah satu alat yang paling esensial bagi perawat. Dengan komunikasi (verbal ataupun nonverbal), perawat dapat memberikan kesembuhan untuk pasien dan keluarga. Senyum perawat, kesabaran, kelembutan, kata-kata yang tegas dan menyejukkan atau kata-kata yang disampaikan dengan jelas dapat mempengaruhi perilaku pasien bahkan keluarganya untuk berbuat lebih baik dalam rangka meningkatkan derajat kesehatannya.

Komunikasi terapeutik adalah kemampuan dan keterampilan perawat dalam berinteraksi dan menyampaikan informasi kepada pasien dan keluarganya, agar pasien dan keluarga dapat beradaptasi terhadap permasalahan yang dihadapi. Komunikasi terapeutik diharapkan dapat membantu pasien dan keluarga, memaksimalkan fikiran dan tenaga positif yang nantinya dapat mengurangi beban pikiran dalam menghadapi maupun mengambil tindakan untuk kesehatannya (Anjaswarni, 2016).

Menurut Retnaningsih (2016) salah satu penyebab keluarga pasien mengalami kecemasan, karena antara perawat dan keluarga tidak mampu membangun hubungan saling percaya sehingga tidak terwujud kerjasama dengan baik. Hal ini berdampak pula pada ketidakmampuan keluarga dalam mengambil keputusan mengenai tindakan pada pasien sehingga tindakan tidak dapat dilakukan dengan segera. Sehingga perawat memegang tanggung jawab yang sangat besar dalam keperawatan profesional, hal ini dikarenakan perawat dituntut untuk melaksanakan perannya merawat pasien selama 24 jam.

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menurunkan tingkat kecemasan keluarga adalah dengan menerapkan komunikasi terapeutik. Menurut teori Potter & Perry (2012), tujuan dari komunikasi terapeutik adalah membina hubungan saling percaya antara perawat dengan keluarga pasien. Ketika keluarga dapat mengutarakan perasaan nya, maka saat itulah perawat hadir untuk memberikan pertolongan. Perawat dapat berperan menjadi pemberi asuhan keperawatan, advokat serta edukator.

 

  1. Komunikasi Terapeutik pada Kelompok

Komunikasi kelompok iyalah hubungan akrab antara orang tua dan anak sangat penting untuk dibina dalam keluargakeakraban hubungan itu dapat dilihat dari 1rekuensi pertemuan antara orang tua dan anak dalam suatu waktu dan kesempatan. Sudah waktunya orang tua meluangkan waktu dankesempatan untuk duduk bersama dengan anak-anak, berbicara, berdialog dalam suasana santai.

Dan B. Curtis, James J.Floyd, dan Jerril L. Winsor (2005, h. 149) menyatakan komunikasi kelompok terjani ketika tiga orang atau lebih bertatap muka, biasanya di bawah pengarahan seorang pemimpin untuk mencapai tujuan atau sasaran bersama dan mempengaruhi satu sama lain. Lebih mendalam ketiga ilmuwan tersebut menjabarkan sifat sifat komunikasi kelompok sebagai berikut:

  1. Kelompok memiliki sedikit partisipan;
  2. Kelompok berkomunikasi melalui tatap muka;
  3. Kelompok bekerja di bawah arahan seseorang pemimpin;
  4. Kelompok membagi tujuan atau sasaran bersama;
  5. Anggota kelompok memiliki pengaruh atas satu sama lain.  

  1. Faktor-faktor yang Memengaruhi Komunikasi Kelompok
  1. Ukuran kelompok: kelompok yang efektif mempunyai jumlah anggota yang tidak terlalu kecil ataupun terlalu besar.
  2. Tujuan kelompok: tujuan yang telah disepakati bersama akan mudah dicapai karena semua anggota mempunyai tujuan yang sama. Satukan tujuan dalam kelompok, minimalkan sifat individualisme yang dapat mengganggu pencapaian tujuan bersama.
  3. Kohesivitas anggota kelompok adalah penting karena menunjukkan kekuatan dan kekompakan kelompok untuk mencapai tujuan bersama.
  4. Jaringan komunikasi (networking) diperlukan untuk mendapatkan peluang dalam mencapai tujuan bersama.
  5. Kepemimpinan kelompok diperlukan pemimpin yang bisa mengayomi seluruh anggota, tidak berpihak, dan akomodatif sehingga bisa meningkatkan kohesivitas kelompok.

Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara beberapa orang dalam suatu kelompok kecil dalam rapat, pertemuan. konperensi dan sebagainya (Anwar Arifin, 1984).

Michael Burgoon (dalam Wiryanto, 2005) mendefinisikan komunikasi kelompok sebagai interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebih, dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi informasi. menjaga diri, pemecahan masalah, yang mana anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain lebih tepatnya.

Kedua definisi komunikasi kelompok diatas mempunya kesamaan, yakni adanya komunikasi tatap muka, peserta komunikasi lebih dari dua orang, dan memiliki susunan rencana kerja tertentu untuk mencapai tujuan kelompok.

 

  1. Fungsi Komunikasi dalam Keluarga dan Kelompok

Berdasarkan pengertian dan karakteristik keluarga dan kelompok, merujuk dari DeVeto (1997), dapat dijelaskan fungsi komunikasi dalam keluarga/kelompok sebagai berikut:

  1. pengembangan diri anggota dan kelompok,
  2. penyelesaian masalah,
  3. pengambilan keputusan,
  4. pencapaian tujuan keluarga/kelompok,
  5. sarana belajar

 

 

 

 

 

  1. Hambatan Komunikasi Terapeutik pada Keluarga, Kelompok, Masyarakat
  1. Hambatan Komunikasi Terapeutik pada Keluarga

Problem komunikasi biasanya merupakan suatu gejala bahwa ada sesuatu yang tidak beres. Hambatan komunikasi ada yang berasal dari pengirim, transmisi dan penerima. Berbagai hambatan yang timbul dalam komunikasi, yaitu:

  1. Kebisingan
  2. Keadaan psikologis komunikasi
  3. Kekurangan komunikator atau komunikan
  4. Kesalahan penilaian oleh komunikator
  5. Keterbatasan pengetahuan komunikator atau komunikan
  6. Bahasa
  7. Isi pesan berlebihan
  8. Bersifat satu arah
  9. Faktor teknis
  10. Kepentingan atau interes
  11. Prasangka
  12. Cara penyajian yang verbalistis

 

2. Hambatan Komunikasi Terapeutik pada Kelompok

Hambatan dari proses komunikasi kelompok bisa ditemukan saat kegiatan berlangsung, misalnya dalam buku Marhaeni (2009:62).

  1. Hambatan dari pengirim pesan, misalnya pesan yang akan disampaikan belum jelas bagi dirinya atau pengirim pesan, hal ini dipengaruhi oleh perasaan atau situasi emosional sehingga mempengaruhi motivasi, yaitu mendorong seseorang untuk bertindak sesuai dengan keinginan, kebutuhan dan kepentingan.

  2. Hambatan dalam penyandian/symbol. Hal ini dapat terjadi karena Bahasa yang dipergunakan tidak jelas sehingga mempunyai arti lebih dari satu, symbol yang digunakan antara si pengirim dan penerima tidak sama atau Bahasa yang digunakan sulit.

  3. Hambatan medua adalah hambatan yang terjadi dalam penggunaan media komunikasi misalnya gangguan suara radio dan aliran listrik sehingga tidak dapat mendengarkan pesan.

  4. Hambatan dalam sandi, hambatan terjadi dalam penafsiran sandi oleh si penerima.

  5. Hambatan dari penerima pesan misalnya kurangnya perhatian pada saat menerima/mendengarkan pesan, sikap prasangka tanggapan yang keliru dan tidak mencari informasu secara lanjut.

 

 


 

BAB III

PENUTUP

 

  1. Kesimpulan

Komunikasi merupakan keterampilan yang harus dimiliki oleh perawat. Perawat mampu membangun hubungan dengan klien dan membantunya melalui perilaku komunikasi. Komunikasi yang efektif dibutuhkan dalam membantu pasien beradaptasi dengan perubahan yang terjadi yang terkadang menyebabkan perubahan dalam status kesehatan seseorang.

Keluarga adalah sekelompok orang yang diikat oleh perkawinan atau darah. Biasanya meliputi ayah, ibu dan anak atau anak anak. (Singgih, 2008)

Pengertian kelompok, menurut A De Vito (2011 ), adalah sekumpulan individu yang cukup kecil untuk berkomunikasi dengan relatif mudah, yaitu para anggota saling berhubungan satu sama lain dengan beberapa tujuan yang sama dan memiliki semacam organisasi atau struktur di antara mereka.

Unsur-unsur komunikasi terapeutik yaitu, komunikator, pesan, saluran, komunikan, feedback. Bentuk-Bentuk Komunikasi dalam Keluarga adalah

Komunikasi orang tua yaitu suami-istri, komunikasi orang tuan dan anak, komunikasi ayah dan anak, komunikasi anak dan anak lainnya.

Faktor –Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Keluarga dan Kelompok yaitu, Citra diri dan citra orang lain, Suasana Psikologis, Lingkungan Fisik, kepemimpinan. Penerapan Strategi Komunikasi Terapeutik pada Keluarga dan Kelompok, yaitu Saling memahami antaranggota kelompok agar dapat diketahui komunikasi, Pemimpin kelompok dapat mengatur dengan baik setiap anggota kelompok, Berkomunikasi yang jelas, sopan, dan sesuai etika yang berlaku aga tidak terjadi salah paham.

 

 

B. Saran

Pada pengerjaan makalah ini kurangnya pengetahuan kelompok terhadap materi ini, sehingga masih banyak terdapat kekurangan, dan kurangnya kerja sama kelompok terhadap pengerjaan makalah ini, semoga apa yang saya sampaikan diatas bisa bermanfaat untuk pembelajaran selanjutnya, dan juga bermanfaat untuk pembaca atau untuk referensi bagi mahasiswa yang lain.


DAFTAR PUSTAKA

 

https://sardjito.co.id/2021/10/13/pentingnya-penerapan-komunikasi-terapeutik-pada-keluarga-keluarga-pasien-anak/

https://trainingrumahsakit.co.id/training-komunikasi-terapeutik-perawat-dan-bidan.html#:~:text=Komunikasi%20terapeutik%20adalah%20komunikasi%20yang,pengertian%20antar%20perawat%20dengan%20pasien.

http://repository.radenfatah.ac.id/15593/3/BAB%20II.pdf

http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/763/4/Chapter%202.pdf

https://www.scribd.com/document/335906313/Komunikasi-Dalam-Keluarga-Kelompok-Dan-Masyarakat

https://id.scribd.com/document/490511572/KEL-2-KOMUNIKASI-TERAPEUTIK-KELUARGA-KELOMPOK-MASYARAKAT

Stuart.G.W. & Sundeen.S.J. (1998). Buku Saku Keperawatan Jiwa.Alih Bahasa: Achir

Arwani. (2002). Komunikasi Dalam Keperawatan, Jakarta. EGC

 

 

Tidak ada komentar: