MAKALAH
BERAT
BADAN LAHIR RENDAH
(BBLR)
DISUSUN
OLEH :
DIAH
AYU SARI
RUMAH
SAKIT IBU ANAK BETIK HATI
BANDAR
LAMPUNG
TAHUN
2021
KATA PENGANTAR
Puji
syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul " Bayi Berat Badan
Lahir Rendah " dengan tepat waktu.
Penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya
makalah ini.
Penulis
menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Badnar
Lampung, november 2021
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
BBLR merupakan salah satu penyebab
kematian pada bulan pertama kelahiran seorang bayi. Kejadian BBLR menyebabkan berbagai
dampak kesehatan masyarakat baik dimasa bayi dilahirkan maupun
dimasa perkembangannya di waktu yang akan datang (Jayant, 2011).
BBLR akan meningkatkan angka kesakitan dan
angka kematian bayi, BBLR merupakan individu manusia yang karena berat badan, usia kehamilan dan
faktor penyebab kelahirannya kurang dari standar kelahiran bayi
normal (Maryuni, 2013).
Data World Health Organisation WHO)
Angka kematian bayi (AKB) di dunia 34 per 1.000 kelahiran
hidup, AKB di negara berkembang 37 per 1.000 kelahiran hidup, dan AKB di negara maju 5 per
1.000 kelahiran hidup, Asia Tenggara 24 per 1.000
kelahiran hidup, Asia Selatan 43 per 1.000 kelahiran hidup dan Asia Barat 21 per 1.000 kelahiran
hidup.Penyebab utama kematian bayi adalah bayi berat
badan lahir rendah BBLR, asfiksia dan infeksi (WHO 2014).
Angka kejadian di Indonesia sangat
bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain, yaitu berkisar antara 9%-30%, hasil
Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013 secara
nasional angka BBLR sekitar 10,2%. Angka ini lebih rendah dari hasil riset kesehatan dasar
tahun 2010 yaitu sebesar 11,1%. Sekitar 57% kematian
bayi terjadi pada bayi umur dibawah 1 bulan dan utamanya disebabkan oleh gangguan perinatal dan
bayi berat lahir
B. TUJUAN
1.
Untuk Mengetahui Definisi ?
2.
Untuk Mengetahui Etiologi ?
3.
Untuk Mengetahui Patifisiologi ?
BAB
II
PEMBAHASAN
BERAT
BADAN LAHIR RENDAH
(BBLR)
A. KONSEP MEDIS
1. Definisi
Bayi
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat badan lahirnya
pada saat kelahiran
kurang dari 2500
gram, dahulu neonatus dengan berat
badan lahir kurang
dari 2500 gram
atau sama dengan
2500 gram disebut prematur
(Festy, 2009).
World
Health Organization (WHO) pada tahun 1961 menyatakan bahwa semua bayi baru
lahir yang berat badannya kurang atau sama dengan 2500 gram disebut Low Birth
weight Infant (Bayi Berat Badan Lahir Rendah/BBLR). Sedangkan pada tahun 1970,
kongres European Perinatal Medicine II yang diadakan di London juga diusulkan
definisi untuk mendapatkan keseragaman tentang maturitas bayi lahir, yaitu
sebagai berikut :
a.
Bayi kurang bulan : Bayi dengn masa
kehamilan kurang dari 37 minggu (259) hari.
b.
Bayi cukup bulan : Bayi dengan masa
kehamilan mulai 37 minggu sampai 42 minggu (259-293).
c.
Bayi lebih bulan : Bayi dengan masa kehamilan 42 minggu atau lebih (294 hari atau
lebih)
Menurut Saifuddin dalam (Syafruddin, 2009), Bayi
Berat Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir
kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499
gram). Menurut Depkes RI (1996), bayi berat lahir rendah ialah bayi yang
lahir dengan berat 2500 gram atau kurang tanpa memperhatikan usia kehamilan.
Dari
pengertian tersebut, BBLR dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu
prematuturitas murni dan dismaturitas. Disebut Prematuritas murni jika masa
gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat badan
untuk masa gestasinya, biasa pula disebut neonatus kurang bulan sesuai masa
kehamilan (NKB-SMK). Dismaturasi ialah bayi lahir dengan berat badan kurang
dari berat badan seharusnya untuk masa gestasinya. Artinya, bayi mengalami
retardasi pertumbuhan intrauterin dan merupakan bayi yang kecil untuk masa
kehamilannya (Syafruddin, 2009).
2. Etiologi
Penyebab
terjadinya bayi BBLR secara umum bersifat multifaktorial, sehingga kadang
mengalami kesulitan untuk melakukan tindakan pencegahan. Namun, penyebab
terbanyak terjadinya bayi BBLR adalah
kelahiran prematur. Semakin muda usia kehamilan semakin besar resiko jangka
panjang dan jangka pendek dapat terjadi (Proverawati dan Ismawati, 2010).
Berikut
adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan bayi BBLR secara umum yaitu
sebagai berikut (Proverawati dan Ismawati, 2010).
a.
Faktor ibu :
1.
Penyakit
a.
Mengalami komplikasi kehamilan, seperti
anemia sel berat, perdarahan ante partum, hipertensi, preeklampsia berat,
eklampsia, infeksi selama kehamilan (infeksi kandungan kemih dan ginjal)
b.
Menderita penyakit seperti malaria,
infeksi menular seksual, HIV/AIDS, malaria, TORCH.
2.
Ibu
a.
Angka kejadian prematurasi tertinggi
adalah kehamilan pada usia < 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
b.
Kehamilan ganda (multi gravida)
c.
Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau
pendek (kurang dari 1 tahun)
d.
Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya
3.
Keadaan sosial ekonomi :
a.
Kejadian tertinggi terdapat pada
golongan sosial ekonomi rendah
b.
Mengerjakan aktivitas fisik beberapa jam
tanpa istirahat
c.
Keadaan gizi yang kurang baik
d.
Pengawasan antenatal kurang
e.
Kejadian prematurasi pada bayi yang
lahir dari perkawinan yang tidak sah, yang ternyata lebih tinggi bila
dibandingkan dengan bayi yang lahir dari perkawinan yang sah
4.
Sebab lain:
a.
Ibu perokok
b.
Ibu peminum alkohol
c.
Ibu pecandu obat narkotik
d.
Penggunaan obat antimetabolik
b.
Faktor janin :
1.
Kelainan kromosom (trisomy autosomal)
2.
Infeksi janin kronik (inklusi
sitomegali, rubella bawaan)
3.
Disautonomia familial
4.
Radiasi
5.
Kehamilan ganda/kembar (gemeli)
6.
Aplasia pancreas
c. Faktor
Plasenta :
1.
Berat plasenta berkurang atau berongga
atau keduanya (hidramnion)
2.
Luas permukaan berkurang
3.
Plasentilis vilus (bakteri, virus dan
parasite)
4.
Infark
5.
Tumor (koriongioma, mola hidatidosa)
6.
Plasenta yang lepas
7.
Sindrom plasenta yang lepas
8.
Sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom
parabiotik
d.
Faktor lingkungan :
1.
Bertempat tinggal di dataran tinggi
2.
Terkena radiasi
3.
Terpapar racun
Berdasarkan
tipe BBLR, penyebab terjadinya bayi BBLR dapat digolongkan menjadi sebagai
berikut :
a.
BBLR tipe KMK, disebabkan oleh :
1.
Ibu hamil yang kekurangan nutrisi
2.
Ibu memiliki hipertensi, preeklampsia,
atau anemia
3.
Kehamilan kembar, kehamilan lewat waktu
4.
Malaria kronik, penyakit kronik
5.
Ibu hamil merokok
b.
BBLR tipe prematur, disebabkan oleh :
1.
Berat badan ibu yang rendah, ibu hamil
yang masih remaja, kehamilan kembar
2.
Pernah melahirkan bayi prematur
sebelumnya
3.
Cervical imcompetence (mulut rahim yang
lemah hingga tak mampu menahan berat bayi dalam rahim)
4.
Perdarahan sebelum atau saat persalinan
(antepartum hemorrhage)
5.
Ibu hamil yang sedang sakit
6.
Kebanyakan tidak diketahui penyebabnya.
3. Patifisiologi
Patofisiologi
menurut Surasmi (2009) adalah:
a. Pengendalian
suhu
Bayi preterm cenderung memiliki suhu yang abnormal.
Hal ini disebabakan oleh produksi panas yang buruk dan penigkatan kehilangan
panas. Kegagalan untuk menghasilkan panas yang adekuat disebabakan tidak adanya
jaringan adiposa coklat ( yang mempunyai aktifitas metabolik yang tinggi ),
pernapasan yang lemah dengan pembakaran oksigen yang buruk, dan masukan makanan
yang rendah.
Kehilangan panas yang meningkat karena adanya
permukaan tubuh yang relatif besar dan tidak adanya lemak subkutan, tidak
adanya pengaturan panas bayi sebagian disebabkan oleh panas immature dari pusat
pengatur panas dan sebagian akibat kegagalan untuk memberikan respon terhadap
stimulus dari luar. Keadaan ini sebagian disebabkan oleh mekanisme keringat
yang cacat, demikian juga tidak adanya lemak subkutan. Pada minggu pertama dari
kehidupan, bayi preterm memperlihatkan fluktuasi nyata dalam suhu tubuh dan hal
ini berhubungan dengan fluktuasi suhu lingkungan.
b. Sistem
pencernaan
Semakin rendah umur gestasi, maka semakin kecil /
lemah refleks menghisap dan menelan, bayi yang paling kecil tidak mampu minum
secara efektif, regurgitasi merupakan hal yang paling sering terjadi. Hal ini
disebabkan oleh karena mekanisme penutupan spingter pilorus yang secara relatif
kuat.
Pencernaan tergantuang dari perkembangan dari alat
pencernaan, lambung dari seorang bayi dengan berat 900 gr memperlihatkan adanya
sedikit lipatan mukosa, glandula sekretoris, demikian juga otot kurang
berkembang. Perototan usus yang lemah mengarah pada timbulnya distensi dan
retensi bahan yang dicerna. Hepar relatif besar, tetapi kurang berkembang,
terutama pada bayi yang kecil. Hal ini merupakan predisposisi terjadinya
ikterus akibat adanya ketidakmampuan untuk melakukan konjugasi bilirubin yaitu
keadaan tidak larut dan eksistensinya ke dalam empedu tidak mungkin.
Pencernaan protein berkembang dengan baik pada bayi
preterm yang terkecil sekalipun. Protein baik dari tipe manusia dan hewani
tampaknya dapat ditoleransi dan diabsorbsi. Absorbsi lemak tampaknaya merupakan
masalah, kendatipun sudah dapat enzim pemecah lemak. Hal ini berakibat dengan
kekurangan ASI, karbohidrat bentuk glukosa, karbohidrat yang mudah
diserap.
c. Sistem
pernapasan
Lebih pendek masa gestasi maka semakin kurang
perkembangan paru – paru pada bayi dengan berat 900 gr. Alveoli cenderung
kecil, dengan adanya sedikit pembuluh darah yang mengelilingi stroma seluler.
Semakin mature bayi dan lebih berat badanya maka akan semakin besar alveoli.
Pada hakekatnya dindingnya dibentuk oleh kapiler, otot pernapasan bayi lemah dan
pusat pernapasan kurang berkenbang. Terdapat juga kekurangan lipoprotein paru –
paru, yaitu surfaktan yang dapat mengurangi tegangan permukaan pada paru –
paru. Surfaktan diduga bertindak dengan cara menstabilkan alveoli yang kecil,
sehingga mencegah terjadinya kolaps pada saat terjadi ekspirasi.
Ritme dari dalamnya pernapasan cenderung tidak
teratur, seringkali ditemukan apnea, dalam keadaan ini maka hal ini harus di
hitung selama 1 menit untuk perhitungan yang tepat. Pada bayi preterm yang
terkecil batuk tidak ada. Hal ini dapat mengarah pada timbulnya inhalasi cairan
yang dimuntahkan dengan timbulnya konsekuensi yang serius. Saluran hidung
sangat kecil dan mengalami cidera bertahap, mukosa nasal mudah terjadi, hal ini
penting diingat untuk memasukkan tabung nasogastrik atau endotrakeal melalui
hidung.
Kecepatan pernapasan bervariasi pada semua neonatus
dan bayi preterm. Pada bayi neonatus pada keadaan istirahat, maka kecepatan
pernapasan dapat 60–80 kali / menit berangsur – angsur menurun mencapai kecepatan
yang mendekati biasa yaitu 34 – 36 kali / menit.
d. Sistem
sirkulasi
Jantung relatif kecil pada saat lahir, pada beberapa
bayi preterm kerjanya lambat dan lemah. Terjadinya ekstrasistole dan bising
yang dapat di dengar pada atau segara setalah lahir. Hal ini hilang ketika
apartusa jantung fetus menutup secara berangsur – angsur. Sirkulasi perifer
seringkali buruk dari dinding pembuluh darah intrakranial. Hal ini merupakan
sebab dari timbulnya kecenderungan perdarahan intrakranial yang terlihat pada
bayi preterm.
Tekanan darah lebih rendah dibandingkan dengan bayi
aterm. Tekanan menurun dengan menurunya berat badan. Tekanan sistolik bayi
aterm sekitar 80 mmHg dan pada bayi preterm 45 – 60 mmHg. Tekanan diastolik
secara proporsional rendah, bervariasi dari 30 – 45 mmHg. Nadi bervariasi
antara 100 – 160 kali / menit cenderung ditemukan aritmia, dan untuk memperoleh
suara yang tepat maka dianjurkan untuk mendengar pada debaran apeks dengan
menggunakan stetoskop.
e. Sistem
urinarius
Pada saat lahir fungsi ginjal perlu menyesuaikan
diri dengan lingkungan, fungsi ginjal kurang efisien dengan adanya angka
filtrasi glomerolus yang menurun, klirens urea dan bahan terlarut yang rendah.
Hal ini menyebabkan perubahan kemampuan untuk mengkonsentrasi urine dan urine
menjadi sedikit. Gangguan keseimbangan air dan elektrolit mudah terjadi. Hal
ini disebabkan adanya tubulus yang kurang berkembang.
f. Sistem
persyarafan
Perkembangan susunan syaraf sebagian besar
tergantung pada derajat maturitas, pusat pengendali fungsi fital, misalnya
pernapasan, suhu tubuh dan pusat refleks kurang berkembang. Refleks seperti
refleks leher tonik ditemukan pada bayi prematur normal, tetapi refleks tendon
bervariasi karena perkembangan susunan saraf yang buruk, maka bayi terkecil
pada khususnya yang lemah, lebih sulit untuk di bangunkan dan mempunyai
tangisan yang lemah.
g. Sistem
genital
Genital kecil pada wanita, labia minora tidak
ditutupi labia mayora hingga aterm. Pada laki – laki testis terdapat dalam
abdomen kanalis inguinalis atau skrotum.
h. Sistem
Pengindraan (Penglihatan)
Maturitas fundus uteri pada gestasi sekitar 34
minggu, terdapat adanya 2 stadium perkembangan yang dapat diketahui yaitu
immature dan transisional (peralihan) yang terjadi antara 24 dan 33 – 34
minggu. Selama setahun stadium ini bayi bisa menjadi buta jika diberikan
oksigen dalam konsentrasi yang tinggi untuk waktu yang lama.
4. Penyimpangan KDM
5. Penatalaksanaan
Adapun
penatalaksanaan umum pada bayi BBLR (Proverawati dan Ismawati, 2010).
a.
Mempertahankan suhu tubuh bayi
Bayi
prematur akan cepat mengalami kehilangan panas badan dan menjadi hipotermia,
karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi dengan baik, metabolismenya rendah, dan permukaan
badan relatif luas. Oleh karena itu, bayi prematur harus dirawat di dalam
inkubator sehingga panas badannya mendekati dalam rahim. Bila belum memiliki
inkubator, bayi prematur dapat dibungkus dengan kain dan disampingnya ditaruh
botol yang berisi air panas atau menggunakan metode kanguru yaitu perawatan
bayi baru lahir seperti bayi kanguru dalam kantung ibunya.
Bayi
dengan berat badan lahir rendah, dirawat di dalam inkubator. Inkubator yang
modern dilengkapi dengan alat pengatur suhu dan kelembaban agar bayi dapat
mempertahankan suhu tubuhnya yang normal, alat oksigen yang dapat diatur, serta
kelengkapan lain untuk mengurangi kontaminasi bila incubator dibersihkan.
Kemampuan bayi BBLR dan bayi sakit untuk hidup bila mereka dirawat pada atau
mendekati suhu lingkungan yang netral. Suhu ini ditetapkan dengan mengatur suhu
permukaan yang terpapar radiasi, kelembaban relatif, dan aliran udara sehingga
produksi panas (yang diukur dengan konsumsi oksigen) sesedikit mungkin dan suhu
tubuh bayi dapat dipertahankan dalam batas normal. Suhu inkubator yang optimum
diperlukan agar panas yang hilang dan konsumsi oksigen terjadi minimal sehingga
bayi telanjang pun dapat mempertahankan suhu tubuhnya sekitar 36,50-37oC.
Prosedur
perawatan dapat dilakukan melalui “jendela” atau “lengan baju”. Sebelum
memasukkan bayi ke dalam inkubator, inkubator terlebih dahulu dihangatkan,
sampai sekitar 29,4oC, untuk bayi dengan berat 1,7 kg dan 32,2oC
untuk bayi yang lebih kecil. Bayi dirawat dalam keadaan telanjang, hal ini
memungkinkan pernafasan yang adekuat, bayi dapat bergerak tanpa dibatasi
pakaian, observasi terhadap pernafasan lebih mudah. Mempertahankan kelembaban
nisbi 40-60% diperlukan dalam membantu stabilisasi suhu tubuh yaitu dengan cara
sebagai berikut:
1.
Mengurangi kehilangan panas pada suhu
lingkungan yang rendah
2.
Mencegah kekeringan dan iritasi pada
selaput lendir jalan nafas terutama pada pemberian oksigen dan selama
pemasangan intubasi endotrakea atau nasotrakea
3.
Mengencerkan sekresi yang kental serta
mengurangi kehilangan cairan insensible dari paru.
b.
Pengaturan dan pengawasan intake nutrisi
Pengaturan
dan pengawasan intake nutrisi dalam hal ini adalah menentukan pilihan susu,
cara pemberian dan jadwal pemberian yang sesuai dengan kebutuhan bayi BBLR.
ASI
(Air Susu Ibu) merupakan pilihan pertama jika bayi mampu mengisap. ASI juga
dapat dikeluarkan dan diberikan pada bayi yang tidak cukup mengisap.
Cara
pemberian makanan bayi BBLR harus diikuti tindakan pencegahan khusus untuk
mencegah terjadinya regurgitasi dan masuknya udara dalam usus. Pada bayi BBLR
yang lebih kecil, kurang giat mengisap dan sianosis ketika minum melalui botol
atau menekan pada ibunya, makanan diberikan melalui Naso Gastric Tube (NGT).
Jadwal pemberian makanan disesuaikan dengan kebutuhan dan berat badan bayi
BBLR. Pemberian makanan interval tiap jam dilakukan pada bayi dengan Berat
Badan lebih rendah.
Alat
pencernaan bayi prematur masih belum sempurna, lambung kecil, enzim pencernaan
belum matang. Sedngkan kebutuhan protein 3 sampai 5 gr/kgBB dan kalori 110
gr/kgBB, sehingga pertumbuhannya dapat meningkat. Pemberian minum bayi sekitar
3 jam setelah lahir dan didahului dengan menghisap cairan lambung. Refleks
menghisap masih lemah, sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit,
tetapi dengan frekuensi sedikit yang lebih sering.
c.
Pencegahan infeksi
Infeksi
adalah masuknya bibit penyakit atau kuman kedalam tubuh khususnya mikroba. Bayi
BBLR sangat mudah mendapat infeksi. Infeksi terutama disebabkan oleh infeksi
nasokomial. Rentan terhadap infeksi ini disebabkan oleh kadar immunoglobulin
serum pada bayi BBLR masih rendah, aktivitas bakterisidal neotrofil, efek sitotoksik limfosit juga masih rendah dan
fungsi imun belum berpengalaman.
Fungsi
perawat disini adalah memberi perlindungan terhadap bayi BBLR dari bahaya
infeksi. Oleh karena itu, bayi BBLR tidak boleh kontak dengan penderita infeksi
dalam bentuk apapun. Digunakan masker dan baju khusus dalam penanganan bayi,
perawatan luka tali pusat, perawatan mata, hidung, kulit, tindakan aseptis dan
antiseptik alat-alat yang digunakan, isolasi pasien, jumlah pasien dibatasi, rasio
perawat pasien ideal, mengatur kunjungan, menghindari perawatan yang terlalu
lama, mencegah timbulnya asfiksia dan pemberian antibiotik yang tepat. Bayi
prematur mudah sekali terkena infeksi karena daya tahan tubuh yang masih lemah,
kemampuan leukosit masih kurang, dan pembentukan antibodi belum sempurna. Oleh
karena itu, upaya preventif dapat dilakukan sejak pengawasan antenatal sehingga
tidak terjadi persalinan prematuritas/BBLR.
d.
Penimbangan berat badan
Perubahan
berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi bayi dan erat kaitannya
dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan harus dilakukan
dengan ketat.
e.
Pemberian oksigen
Ekspansi
paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi preterm BBLR, akibat tidak
adanya alveoli dan surfaktan. Konsentrasi O2 yang diberikan sekitar
30-35% dengan menggunakan head box, konsentrasi O2 yang tinggi dalam
masa yang panjang akan menyebabkan kerusakan pada jaringan retina bayi yang
dapat menimbulkan kebutaan.
f.
Pengawasan jalan nafas
Jalan
nafas merupakan jalan udara melalui hidung, pharing, trachea, bronchiolus,
bronchiolus respiratorius, dan duktus alveoleris ke alveoli. Terhambatnya jalan
nafas dapat menimbulkan asfiksia, hipoksia dan akhirnya kematian. Selain itu
bayi BBLR tidak dapat beradaptasi dengan asfiksia yang terjadi selama proses
kelahiran sehingga dapat lahir dengan asfiksia perinatal.
Bayi
BBLR berisiko mengalami serangan apneu dan defisiensi surfakatan, sehingga
tidak dapat memperoleh oksigen yang cukup yang sebelumnya diperoleh dari
plasenta. Dalam kondisi seperti ini diperlukan pembersihan jalan nafas segera
setelah lahir (aspirasi lendir), dibaringkan pada posisi miring, merangsang
pernapasan dengan menepuk atau menjentik tumit. Bila tindakan ini gagal,
dilakukan ventilasi, intubasi endotrakhea, pijatan jantung dan pemberian
oksigen dan selama pemberian intake dicegah terjadinya aspirasi. Dengan
tindakan ini dapat dicegah sekaligus mengatasi asfiksia sehingga memperkecil
kematian bayi BBLR.
6. Data Penunjang
Data
penunjang untuk kasus BBLR dapat diperoleh dari pemeriksaan sebagai berikut
(IDAI, 2009):
a. Pemeriksaan
skor ballard
b. Tes kocok
(shake test), dianjur untuk bayi kurang bulan.
c. Darah rutin,
glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa kadar elektrolit
dan analisa gas darah.
d. Foto dada
ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur kehamilan kurang
bulan dimulai pada umur 8 jam atau didapat/diperkirakan akan terjadi sindrom
gawat nafas.
e. USG kepala
terutama pada bayi dengan umur kehamilan.
B. ASUHAN KEPERAWATAN
ASUHAN
KEPERAWATAN PASIEN BERAT BADAN LAHIR RENDAH
A.
PENGERTIAN
Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat badannya saat
lahir
kurang
dari 2500 gram atau sampai dengan 2499 gram (Saifuddin, 2020).
BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan
kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa kehamilan (Proverawati, 2018).
Dalam
hal ini dibedakan menjadi :
- Prematuritas
murni
Yaitu
bayi pada kehamilan < 37 minggu dengan berat badan sesuai.
- Retardasi
pertumbuhan janin intra uterin (IUGR)
Yaitu
bayi yang lahir dengan berat badan rendah dan tidak sesuai dengan usia
kehamilan.
B.
ETIOLOGI
Penyebab kelahiran prematur tidak
diketahui, tapi ada beberapa faktor yang berhubungan, yaitu :
1.
Faktor ibu
§ Gizi
saat hamil yang kurang, umur kurang dari 20 tahun atau diaatas 35 tahun
§ Jarak
hamil dan persalinan terlalu dekat, pekerjaan yang terlalu berat
§ Penyakit
menahun ibu : hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah, perokok
2.
Faktor kehamilan
§ Hamil
dengan hidramnion, hamil ganda, perdarahan antepartum
§ Komplikasi
kehamilan : preeklamsia/eklamsia, ketuban pecah dini
3.
Faktor janin
§ Cacat
bawaan, infeksi dalam rahim
4.
Faktor yang masih belum diketahui
C.
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Prematuritas
murni
§ BB
< 2500 gram, PB < 45 cm, LK < 33 cm, LD < 30 cm
§ Masa
gestasi < 37 minggu
§ Kepala
lebih besar dari pada badan, kulit tipis transparan, mengkilap dan licin
§ Lanugo
(bulu-bulu halus) banyak terdapat terutama pada daerah dahi, pelipis, telinga
dan lengan, lemak subkutan kurang, ubun-ubun dan sutura lebar
§ Genetalia
belum sempurna, pada wanita labia minora belum tertutup oleh labia mayora, pada
laki-laki testis belum turun.
§ Tulang
rawan telinga belum sempurna, rajah tangan belum sempurna
§ Pembuluh
darah kulit banyak terlihat, peristaltik usus dapat terlihat
§ Rambut
tipis, halus, teranyam, puting susu belum terbentuk dengan baik
§ Bayi
kecil, posisi masih posisi fetal, pergerakan kurang dan lemah
§ Banyak
tidur, tangis lemah, pernafasan belum teratur dan sering mengalami apnea, otot
masih hipotonik
§ Reflek
tonus leher lemah, reflek menghisap, menelan dan batuk belum sempurna
2. Dismaturitas
§ Kulit
berselubung verniks kaseosa tipis/tak ada,
§ Kulit
pucat bernoda mekonium, kering, keriput, tipis
§ Jaringan
lemak di bawah kulit tipis, bayi tampak gesit, aktif dan kuat
§ Tali
pusat berwarna kuning kehijauan
D.
KOMPLIKASI
§ Sindrom
aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum, sindrom distres respirasi, penyakit
membran hialin
§ Dismatur
preterm terutama bila masa gestasinya kurang dari 35 minggu
§ Hiperbilirubinemia,
patent ductus arteriosus, perdarahan ventrikel otak
§ Hipotermia,
Hipoglikemia, Hipokalsemia, Anemi, gangguan pembekuan darah
§ Infeksi,
retrolental fibroplasia, necrotizing enterocolitis (NEC)
§ Bronchopulmonary
dysplasia, malformasi konginetal
E.
PENATALAKSANAAN MEDIS
§ Resusitasi
yang adekuat, pengaturan suhu, terapi oksigen
§
Pengawasan terhadap PDA (Patent Ductus
Arteriosus)
§
Keseimbangan cairan dan elektrolit,
pemberian nutrisi yang cukup
§
Pengelolaan hiperbilirubinemia, penanganan
infeksi dengan antibiotik yang tepat
F.
ASUHAN KEPERAWATAN
No |
Diagnosa Keperawatan |
Tujuan/Kriteria |
Rencana Tindakan |
|
1. 2. |
Pola
nafas tidak efektif b/d tidak
adekuatnya ekspansi paru Gangguan
pertukaran gas b/d kurangnya ventilasi alveolar sekunder terhadap defisiensi
surfaktan |
Pola
nafas yang efektif Kriteria
: § Kebutuhan
oksigen menurun § Nafas spontan,
adekuat § Tidak sesak. § Tidak ada
retraksi Pertukaran
gas adekuat Kriteria
: § Tidak sianosis. § Analisa gas
darah normal § Saturasi
oksigen normal. |
§ Berikan posisi
kepala sedikit ekstensi § Berikan
oksigen dengan metode yang sesuai § Observasi
irama, kedalaman dan frekuensi pernafasan § Lakukan isap
lendir kalau perlu § Berikan
oksigen dengan metode yang sesuai § Observasi
warna kulit § Ukur saturasi
oksigen § Observasi
tanda-tanda perburukan pernafasan § Lapor dokter
apabila terdapat tanda-tanda
perburukan pernafasan § Kolaborasi
dalam pemeriksaan analisa gas darah § Kolaborasi
dalam pemeriksaan surfaktan |
|
No |
Diagnosa Keperawatan |
Tujuan/Kriteria |
Rencana Tindakan
|
|
3. 4. 5 |
Resiko
tinggi gangguan keseimbangan keseimbangan cairan dan elektrolit b/d
ketidakmampuan ginjal mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak adekuatnya
persediaan zat besi, kalsium, metabolisme yang tinggi dan intake yang kurang
adekuat Resiko
tinggi hipotermi atau hipertermi b/d imaturitas fungsi termoregulasi atau
perubahan suhu lingkungan |
Hidrasi
baik Kriteria: § Turgor kulit
elastik § Tidak ada
edema § Produksi urin
1-2 cc/kgbb/jam § Elektrolit
darah dalam batas normal Nutrisi
adekuat Kriteria
: § Berat badan
naik 10-30 gram / hari § Tidak ada
edema § Protein dan
albumin darah dalam batas normal Suhu
bayi stabil §
Suhu 36,5 0C -37,2 0C §
Akral hangat |
§ Observasi
turgor kulit. § Catat intake
dan output § Kolaborasi
dalam pemberian cairan intra vena dan elektrolit § Kolaborasi
dalam pemeriksaan elektrolit darah § Berikan
ASI/PASI dengan metode yang tepat § Observasi dan
catat toleransi minum § Timbang berat
badan setiap hari § Catat intake
dan output § Kolaborasi
dalam pemberian total parenteral nutrition kalau perlu § Rawat bayi
dengan suhu lingkungan sesuai § Hindarkan bayi
kontak langsung dengan benda sebagai sumber dingin/panas § Ukur suhu bayi
setiap 3 jam atau kalau perlu § Ganti popok
bila basah |
|
No |
Diagnosa Keperawatan |
Tujuan/Kriteria |
Rencana Tindakan
|
|
6. 7. 8. |
Resiko
tinggi terjadi gangguan perfusi jaringan b/d imaturitas fungsi kardiovaskuler Resiko
tinggi injuri susunan saraf pusat b/d hipoksia Resiko
tinggi infeksi b/d imaturitas fungsi imunologik |
Perfusi jaringan baik § Tekanan darah
normal § Pengisian
kembali kapiler <2 detik § Akral hangat
dan tidak sianosis § Produksi urin
1-2 cc/kgbb/jam §
Kesadaran composmentis Tidak
ada injuri Kriteria
: § Kesadaran
composmentis § Gerakan aktif
dan terkoordinasi § Tidak ada
kejang ataupun twitching § Tidak ada
tangisan melengking § Hasil USG
kepala dalam batas normal Bayi
tidak terinfeksi Kriteria
: § Suhu 36,5 0C
-37,2 0C § Darah rutin
normal |
§
Ukur tekanan darah kalau perlu §
Observasi warna dan suhu kulit §
Observasi pengisian kembali kapiler §
Observasi adanya edema perifer §
Kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium §
Kolaborasi dalam pemberian obat-obatan §
Cegah terjadinya hipoksia §
Ukur saturasi oksigen §
Observasi kesadaran dan aktifitas bayi §
Observasi tangisan bayi §
Observasi adanya kejang §
Lapor dokter apabila ditemukan kelainan pada saat
observasi §
Ukur lingkar kepala kalau perlu §
Kolaborasi dalam pemeriksaan USG kepala §
Hindari bayi dari orang-orang yang terinfeksi
kalau perlu rawat dalam inkubator §
Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi §
Lakukan tehnik aseptik dan antiseptik bila
melakukan prosedur invasif |
|
No |
Diagnosa Keperawatan |
Tujuan/Kriteria |
Rencana Tindakan
|
|
9. 10. 11. |
Resiko
tinggi gangguan integritas kulit b/d imaturitas struktur kulit Gangguan
persepsi-sensori : penglihatan, pendengaran, penciuman, taktil b/d stimulus
yang kurang atau berlebihan dari lingkungan perawatan intensif Koping
keluarga tidak efektif b/d kondisi kritis pada bayinya, perawatan yang lama
dan takut untuk merawat bayinya setelah pulang dari RS |
Integritas kulit baik Kriteria : § Tidak ada rash § Tidak ada
iritasi § Tidak plebitis Persepsi
dan sensori baik Kriteria : § Bayi berespon
terhadap stimulus Koping
keluarga efektif Kriteria
: § Ortu
kooperatif dg perawatan bayinya. § Pengetahuan
ortu bertambah § Orang tua
dapat merawat bayi di rumah |
§
Lakukan perawatan tali pusat §
Observasi tanda-tanda vital §
Kolaborasi pemeriksaan darah rutin §
Kolaborasi pemberian antibiotika §
Kaji kulit bayi dari tanda-tanda kemerahan,
iritasi, rash, lesi dan lecet pada daerah yang tertekan §
Gunakan plester non alergi dan seminimal mungkin §
Ubah posisi bayi dan pemasangan elektrode atau
sensor §
Membelai bayi sebelum malakukan tindakan §
Mengajak bayi berbicara atau merangsang
pendengaran bayi dengan memutarkan lagu-lagu yang lembut §
Memberikan rangsang cahaya pada mata §
Kurangi suara monitor jika memungkinkan §
Lakukan stimulas untuk refleks menghisap dan
menelan dengan memasang dot § Memberikan
kesempatan pada ortu berkonsultasi dengan dokter § Rujuk ke ahli psikologi
jika perlu § Berikan penkes
cara perawatan bayi BBLR di rumah termasuk pijat bayi, metode kanguru, cara
memandikan § Lakukan home
visit jika bayi pulang dari RS untuk menilai kemampuan orang tua merawat
bayinya |
Asuhan
Keperawatan By. M dengan BBLR
A.
Pengkajian By. M
- Keluhan
Utama
Bayi
kedinginan atau suhu tubuh rendah
- Riwayat
penyakit sekarang
Lahir
SC G3P2A0 hamil 35 minggu (pematangan paru 1x) dengan indikasi PPI + Presbo +
MOW. BB 2400 gram, PB 49 cm, LK 32 cm dan JK perempuan.
- ADL
- Pola
nutrisi : reflek hisap kuat, daya absorbsi baik sehingga kebutuhan nutrisi
tidak terganggu
- Pola
istirahat tidur : terganggu oleh karena hipotermia
- Pola
personal Hygiene : tahap awal tidak dimandikan
- Pola
aktivitas : gerakan kaki dan tangan aktif dan kuat
- Pola
Eliminasi : BAB yang pertama kali keluar adalah mekonium, produksi urine rendah
- Pemeriksaan
Fisik
- Sistem
sirkulasi /kardiovaskuler : frekuensi dan irama jantung rata-rata
120-160x/menit, warna kulit bayi pucat, pengisian CRT kurang dari 2-3 detik.
- Sistem
pernafasan : frekuensi dan keteraturan pernafasan rata-rata antara
40-60x/menit, bentuk dada cembung, penggunaan otot aksesoris.
- Sistem
gastrointestinal : peristaltik usus normal, tidak ada muntah, BAB meconium,
reflek menghisap dan menelan kuat.
- Sistem
termoregulasi : suhu 36,5 derajat celcius dan dirawat di inkubator T 32 derajat
celcius.
- Sistem
kulit : warna pucat, membran mukosa merah muda,
tidak ada lesi, turgor kulit elasitis, tali pusat basah, tidak ada
kemerahan, dan tidak berbau
- Pemeriksaan
Penunjang
•
01/01/2021
GDS 73 mg/dl
•
04/01/2021
HB 16,2 g/dl, leukosit 9300, trombosit
273.000, hematokrit 46, GDS 75 mg/dl
- Data
Fokus
•
Data
subyektif
•
-
•
Data
Obyektif
•
Ku baik, kesadaran CM, menangis kuat,
gerak aktif, sianosis tidak ada, warna kulit pucat, membran mukosa merah muda,
tali pusat basah, kemerahan tidak ada, bau tidak ada, daya hisap kuat, ASI on
demond, BAB meconium, BAK ada, BB 2400 gram, rawat inkubator T 32 derajat
celcius, T 36,5 derajat celcius, HR 130x/menit, RR 44x/menit
- Diagnosa
Keperawatan
a. Nutrisi
kurang dari kebutuhan
b. Resiko
hipotermi
c. Resiko
infeksi
- Intervensi
Resiko
Hipotermi
•
Tujuan : tidak terjadi hipotermia
•
Kriteria hasil :
-
Suhu tubuh dalam batas normal (36,5-37,5
derajat celcius)
-
Tidak menggigil
-
Tidak ada perubahan warna kulit
-
Membran mukosa merah muda
•
Intervensi :
- Observasi
TTV 2-4 jam
- Beri
Lingkungan yang hangat pada bayi (inkubator)
-
Ajarkan orang tua metode KMC (Kangguru
metode care)
Resiko
Infeksi
Tujuan
: Selama perawatan tidak terjadi komplikasi (infeksi)
Kriteria
hasil :
- Tidak
ada tanda-tanda dan gejala infeksi
- Pasien
bisa cuci tangan sesuai 6 langkah
Intervensi
:
- Kaji
tanda-tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan
dan anjurkan orang tua cuci tangan 6 langkah
- Anjurkan
menggunakan masker/APD
- Kolaborasi
dengan dokter dalam pemberian terapi
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
BBLR merupakan salah satu penyebab
kematian pada bulan pertama kelahiran seorang bayi. Kejadian BBLR menyebabkan berbagai
dampak kesehatan masyarakat baik dimasa bayi dilahirkan maupun
dimasa perkembangannya di waktu yang akan datang (Jayant, 2011).
BBLR akan meningkatkan angka kesakitan dan
angka kematian bayi, BBLR merupakan individu manusia yang karena berat badan, usia kehamilan dan
faktor penyebab kelahirannya kurang dari standar kelahiran bayi
normal (Maryuni, 2013).
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi baru
lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram atau sampai dengan
2499 gram (Saifuddin, 2020).
BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan
kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa kehamilan (Proverawati, 2018).
B. Saran
Demikian
makalah singkat tengang berat badan lahir rendah ini semoga makalah ini
bermanfaat bagi penulis khususnya dan umumnya bagi pembaca semua.
DAFTAR PUSTAKA
Festy,pipit.
2009. Analisis Faktor Resiko pada
Kejadian Berat Badan Lahir Rendah di Kabupaten Sumenep. Surabaya :
Fakultas Ilmu kesehatan UM
Ikatan
Dokter Anak Indonesia (IDAI). 2009. Bayi Berat Lahir Rendah. Dalam : Standar
Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Edisi I. Jakarta
Kun,
Saputra. 2012 . Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).URL : http://kamusaskep.blogspot.com/2012/
12/berat-badan-lahir-rendah-bblr.html. diakses tanggal 10 mei 2013
Nursalam. 2008. Proses dan Dokumentasi Keperawatan :
Konsep dan Praktik. Jakarta : Salemba
Medika
Syafruddin dan Hamidah. 2009. Kebidanan Komunitas. Jakarta :EGC
LAMPIRAN
DOKUMENTASI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar