Senin, 16 Januari 2023

MAKALAH KOMUNIKASI KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA KLIEN DALAM KONTEKS KELUARGA

 

MAKALAH KOMUNIKASI

KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA KLIEN DALAM KONTEKS KELUARGA

 

Description: Logo Poltekkes Tanjung Karang Terbaru Original PNG - rekreartive

 

 

Dosen Pengampu : Ns. Retno Pujihastuti, S.Kep., M.Kep.

 

Disusun Oleh Kelompok 8 :

 

 

 

 

 

 

SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN TANJUNG KARANG

T.A 2023/2024

 

 

KATA PENGANTAR

 

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang membahas tentang " Komunikasi Terapeutik Pada Klien Dalam Konteks Keluarga ". Terima kasih kami ucapkan kepada seluruh anggota kelompok, karena atas kerjasama yang dilakukan sangat membantu dalam menyelesaikan tugas ini dengan baik.

Makalah ini merupakan hasil diskusi kelompok kami. Pembahasan didalamnya kami dapatkan dari browsing internet, diskusi anggota. Dengan pemahaman berdasarkan pokok bahasan " Komunikasi Terapeutik Pada Klien Dalam Konteks Keluarga ". Kami sadari makalah ini jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami yang sedang menempuh pendidikan dan dapat dijadikan pelajaran bagi teman-teman.

 

Bandar Lampung, 10 Januari 2023

 

 

Kelompok 8

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................... 2

DAFTAR ISI............................................................................................................................... 3

BAB I........................................................................................................................................... 4

PENDAHULUAN...................................................................................................................... 4

1.1  Latar Belakang...................................................................................................................... 4

1.2  Rumusan Masalah................................................................................................................ 5

1.3  Tujuan Masalah.................................................................................................................... 5

BAB II.......................................................................................................................................... 6

PEMBAHASAN......................................................................................................................... 6

2.1 Pengertian Komunikasi Terapeutik.................................................................................... 6

2.2 Penerapan Komunikasi Terapeutik pada Klien dalam Konteks Keluarga..................... 7

2.3 Hambatan-hambatan Komunikasi Terapeutik dengan Keluarga Klien serta Upaya untuk Mengatasinya...................................................................................................................................................... 9

BAB III........................................................................................................................................ 12

PENUTUP................................................................................................................................... 12

3.1 Kesimpulan............................................................................................................................ 12

3.2 Saran...................................................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................ 13

 

 

 

 

 

 

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Komunikasi adalah suatu kebutuhan yang sangat fundamental bagi seseorang dalam hidup bermasyarakat. Profesor Wilbur Schramm menyebutnya bahwa komunikasi dan masyarakat adalah dua kata kembar yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Sebab tanpa komunikasi tidak mungkin masyarakat terbentuk, sebaliknya tanpa masyarakat maka manusia tidak mungkin dapat mengembangkan komunikasi. (Schramm, 1988).

Komunikasi berusaha menjembatani antara pikiran, perasaan, dan kebutuhan seseorang dengan dunia luarnya. Komunikasi membangun kontak-kontak manusia dengan menunjukkan keberadaan dirinya dan berusaha memahami kehendak, sikap dan perilaku orang lain. Seseorang tidak dapat hidup tanpa komunikasi, sehingga setiap orang pasti berkomunikasi dan tidak mungkin tidak membutuhkan komunikasi.

Dalam bidang kesehatan, rumah sakit dan institusi perawatan kesehatan, memastikan bahwa pasien yang menerima perawatan yang tepat membutuhkan lebih dari sekadar melakukan prosedur dan membuat diagnosis. Komunikasi adalah komponen penting dalam semua langkah proses perawatan kesehatan. Baik itu klinik yang secara akurat berbagi informasi pasien dengan fasilitas lain, atau sekelompok dokter, perawat, spesialis, dan staf lain di rumah sakit yang membahas cara merawat pasien saat ini dan yang datang, kebutuhan akan komunikasi yang ringkas dan efektif selalu ada di bidang kesehatan.

Organisasi dengan kebijakan komunikasi yang kuat dapat memperkaya kesehatan pasien mereka, sementara organisasi yang tidak memiliki prosedur yang efektif dapat berdampak negatif pada kesejahteraan pasien. Ketika mempertimbangkan pentingnya komunikasi dalam perawatan kesehatan, keselamatan pasien adalah salah satu alasan utama untuk menciptakan struktur komunikasi yang efektif di setiap organisasi perawatan kesehatan. Komunikasi yang tidak memadai seringkali menjadi penyebab kematian di rumah sakit. Profesional dan institusi perawatan kesehatan perlu menyadari pentingnya komunikasi dalam perawatan kesehatan agar dapat berkembang.

 

 

 

 

 

1.2  Rumusan Masalah

1.      Apa yang dimaksud dengan komunikasi terapeutik?

2.      Bagaimana penerapan komunikasi terapeutik pada klien dalam konteks keluarga?

3.      Apa saja hambatan komunikasi terapeutik dengan keluaga klien serta upaya untuk mengatasinya?

 

1.3  Tujuan Masalah

1.      Dapat mengetahui pengertian dari komunikasi terapeutik.

2.      Dapat mengatahui penerapan komunikasi terapeutik pada klien dalam konteks keluarga.

3.      Dapat mengetahui hambatan-hambatan komunikasi terapeutik dengan keluarga klien serta upaya untuk mengatasinya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Komunikasi Terapeutik

Komunikasi merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari oleh setiap manusia. Sebagai mahluk sosial, manusia dikodratkan untuk hidup bermasyarakat dan berinteraksi dengan manusia. Komunikasi terapeutik adalah kemampuan dan keterampilan perawat dalam berinteraksi dan menyampaikan informasi kepada pasien dan keluarganya, agar pasien dan keluarga dapat beradaptasi terhadap permasalahan yang dihadapi. Komunikasi terapeutik diharapkan dapat membantu pasien dan keluarga, memaksimalkan pikiran dan tenaga positif yang nantinya dapat mengurangi beban pikiran dalam menghadapi maupun mengambil tindakan untuk kesehatannya (Anjaswarni, 2016).

Menurut Setianti (2007) mengatakan, komunikasi merupakan alat penghubung dalam bersosial. Salah satu kajian ilmu komunikasi ialah komunikasi kesehatan, yang dimana selalu dilakukan saat berhubungan dengan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. Komunikasi yang terjalin antara perawat dan pasien disebut sebagai komunikasi teraupetik. Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan atau dirancang untuk tujuan terapi. Seorang penolong atau perawat dapat membantu pasien mengatasi masalah yang dihadapinya melalui komunikasi (Suryani, 2005).

Dikatakan oleh Mundakir (2006), bahwa komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan. Selanjutnya Siti Fatmawati (2010) mengatakan pada dasarnya komunikasi terapeutik merupakan komunikasi professional yang mengarah pada tujuan yaitu penyembuhan pasien.

Sementara Mubarak & Chatain, (2009) menyatakan bahwa komunikasi teraupetik memberikan gambaran yang jelas kepada perawat tentang kondisi pasien yang sedang dirawat, mengenai tanda dan gejala yang ditampilkan serta keluhan yang dirasakan. Komunikasi teraupetik terjadi apabila didahului hubungan saling percaya antara perawat-pasien.

 

 

 

2.2 Penerapan Komunikasi Terapeutik pada Klien dalam Konteks Keluarga

Keluarga adalah orang yang paling dekat dengan pasien yang terdiri dari orang-orang yang memiliki hubungan darah dengan pasien (Damayanti:2008). Ketika ada anggota keluarga yang sakit kemudian dirawat di rumah sakit memunculkan kecemasan dan kesedihan bagi anggota  keluarga lain, terlebih masuk ruang ICU  yang  merupakan  tempat  pasien  yang mengalami penyakit parah yang hidupnya bergantung pada alat-alat medis.  Keluarga akan mengalami ansietas dan disorganisasi perasaan ketika anggota keluarganya mengalami sakit yang harus dirawat di rumah sakit dan ini akan lebih jelas ditemukan di unit perawatan kritis. Pasien yang dirawat dalam Critical Care Unit tidak hanya membutuhkan teknologi dan terapi tapi juga memerlukan perawatan humanistik dari keluarganya (Rusmini, 2006).

Pada umumnya pasien yang datang di unit perawatan kritis ini adalah dalam keadaan mendadak dan tidak direncanakan, hal ini yang menyebabkan keluarga dari pasien datang dengan wajah yang sarat dengan bermacam-macam stressor yaitu ketakutan akan kematian, ketidakpastian hasil, kekhawatiran akan biaya perawatan, situasi dan keputusan antara hidup dan mati, rutinitas yang tidak beraturan, ketidak berdayaan untuk tetap atau selalu berada disamping orang yang disayangi sehubungan dengan peraturan kunjungan yang ketat, tidak terbiasa dengan perlengkapan atau lingkungan di unit perawatan kritis, personel atau staf di ruang perawatan, dan rutinitas ruangan. Semua stressor ini menyebabkan keluarga jatuh pada kondisi krisis dimana koping mekanisme yang digunakan menjadi tidak efektif dan perasaan menyerah atau apatis dan kecemasan akan mendominasi perilaku keluarga.

Perasaan cemas yang dirasakan oleh pasien dan keluarga dapat dipengaruhi oleh sikap dan cara berkomunikasi petugas kesehatan termasuk perawat (Tridiyawati et al, 2018). Kecemasan yang dirasakan oleh keluarga dapat berdampak pada kurangnya konsentrasi dan ketenangan pikiran. Ketika tenaga kesehatan menjelaskan perihal penyakit pada keluarga pasien, keluarga sukar menentukan suatu keputusan yang berakibat tertundanya suatu tindakan (Fandizal et al, 2020). Terlebih pada ruang intensif segala keputusan harus diambil secara cepat dengan pertimbangan yang matang, dan semua itu dilakukan demi kebaikan pasien (Handayani,2017).

Komunikasi adalah salah satu alat yang paling esensial bagi perawat. Dengan komunikasi (verbal ataupun nonverbal), perawat dapat memberikan kesembuhan untuk pasien dan keluarga. Senyum perawat, kesabaran, kelembutan, kata-kata yang tegas dan menyejukkan atau kata-kata yang disampaikan dengan jelas dapat mempengaruhi perilaku pasien bahkan keluarganya untuk berbuat lebih baik dalam rangka meningkatkan derajat kesehatannya.

Kualitas asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien sangat dipengaruhi oleh kualitas hubungan perawat-klien. Apabila perawat tidak memperhatikan hal ini, hubungan perawat-klien tersebut bukanlah hubungan yang memberikan dampak terapeutik yang mempercepat kesembuhan klien, tetapi hubungan sosial biasa (Tridiyawati et al, 2018).

Perawat memegang tanggung jawab yang sangat besar dalam keperawatan profesional, hal ini dikarenakan perawat dituntut untuk melaksanakan perannya merawat pasien selama 24 jam. Pasien dan keluarga akan merasakan kecemasan ketika pertama kali dirawat dirumah sakit terlebih ketika pasien dirawat diruang intensif. Menurut Retnaningsih (2016) salah satu penyebab keluarga pasien mengalami kecemasan, karena antara perawat dan keluarga tidak mampu membangun hubungan saling percaya sehingga tidak terwujud kerjasama dengan baik. Hal ini berdampak pula pada ketidakmampuan keluarga dalam mengambil keputusan mengenai tindakan pada pasien sehingga tindakan tidak dapat dilakukan dengan segera. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menurunkan tingkat kecemasan keluarga adalah dengan menerapkan komunikasi terapeutik.

Menurut teori Potter & Perry (2012), tujuan dari komunikasi terapeutik adalah membina hubungan saling percaya antara perawat dengan keluarga pasien. Ketika keluarga dapat mengutarakan perasaan nya, maka saat itulah perawat hadir untuk memberikan pertolongan. Perawat dapat berperan menjadi pemberi asuhan keperawatan, advokat serta edukator. Perawat yang dapat menjalankan perannya dengan baik tentunya dapat memberi rasa nyaman kepada pasien dan keluarga, sehingga diharapkan dapat menurunkan kecemasan pasien dan keluarganya (Tridiyawati et al, 2018).

 

Perawat perlu mempersiapkan diri secara matang sebelum melakukan komunikasi terapeutik dengan keluarga pasien.  Diantaranya adalah Ketenangan, keikhlasan dan penerimaan. Tidak kalah pentingnya untuk mempelajari latar belakang penyakit dan sosial budaya dari pasien dan keluarganya. Setelah itu semua disiapkan oleh perawat, maka selanjutnya perawat siap untuk memulai komunikasi terapeutik dengan keluarga pasien (Tridiyawati et al, 2018).

Perawat memegang peranan penting dalam komunikasi terapeutik (Wianti, 2017). Lingkungan yang tenang dan nyaman turut mendukung terciptanya komunikasi terapeutik.  Sikap terbuka, tenang, empati, menerima segala sesuatu yang diucapkan oleh keluarga pasien tanpa mengkonfrontasinya, semata-mata dilakukan perawat agar keluarga menyampaikan perasaannya. Berbekal informasi yang diberikan oleh keluarga pasien, perawat dapat memaksimalkan perannya sebagai edukator, advokat dan konselor (Silalahi, 2021). Ketika keluarga sudah merasa tenang karena sudah berhasil menyampaikan perasaannya, tenaga kesehatan baik dokter, perawat dan lain sebagainya bisa menyampaikan infomasi mengenai pasien sehingga keluarga dapat mengambil keputusan mengenai tindakan yang terbaik untuk pasien. Perasaan tenang yang dirasakan oleh keluarga berdampak besar pada maksimalnya peran dan berakhir pada turunnya kecemasan pada keluarga pasien.

Jika perawat kurang atau tidak dapat melaksanakan komunikasi terapeutik yang efektif, maka keluarga akan terus terpuruk dalam situasi yang demikian dan pada akhirnya asuhan keperawatan yang kita berikan secara komperhensif dan holistik tidak akan tercapai dengan baik. Keterampilan berkomunikasi harus dimiliki oleh seorang perawat, karena komunikasi merupakan proses yang digunakan untuk mengumpulkan data pengkajian, memberikan pendidikan atau informasi kesehatan dan mempengaruhi pasien untuk mengaplikasikannya dalam hidup, menunjukan kepedulian, memberikan rasa nyaman, menumbuhkan rasa percaya diri dan menghargai nilai-nilai pasien, karena komunikasi efektif merupakan hal penting dalam menciptakan hubungan antara perawat dan pasien.

 

2.3 Hambatan-hambatan Komunikasi Terapeutik dengan Keluarga Klien serta Upaya untuk Mengatasinya

1.      Keluarga sulit mengerti

Hambatan komunikasi yang dirasakan selama berkomunikasi dengan keluarga pasien, yaitu ketika perawat sedang menjelaskan prosedur suatu tindakan, keluarga tidak mengerti bahkan sulit mengerti dan sulit memahami maksud perkataan perawat meskipun sudah dijelaskan berkali-kali.

2.      Pendidikan, dan ketidaktahuan  keluarga yang sulit mengerti disebabkan beberapa faktor seperti faktor pendidikan,  daya tangkap dan ketidaktahuan keluarga pasien. Keluarga pasien yang pendidikannya rendali ketika di- informasikan sesuatu dapat langsung memahami, sedangkan keluarga pasien yang pendidikannya tinggi sering merasa dia lah yang lebih tau dan tidak mau mendengarkan apa yang dikatakan perawat dan juga tidak mau menerima informasi dari perawat.

3.      Keluarga yang Kritis

Hambatan komunikasi terjadi karena keluarga pasien yang kritis. Kritis dalam artian sebelum perawat menyampaikan informasi tentang pasien. keluarga sudah menanyakannya lebih dulu. Ini menjadi sebuah hambatan komunikasi karena rata-rata keluarga bertanya pada perawat tidak lama setelah pasien masuk ICU, padahal perawat maupun dokter dapat mendiagnosa dan mengetahui kondisi pasien setelah diobservasi. Karena untuk dapat mengetahui kondisi dan penyakit yang diderita pasien, idealnya

pasien harus diobservasi selama enam jam, sama seperti di IGD.

4.      Keluarga tidak kooperatif

Keluarga yang kurang kooperatif dengan perawat, kurang kooperatif di sini maksudnya keluarga yang sulit diajak kerjasama oleh perawat demi kesembuhan pasien.

 

Hambatan-hambatan tersebut dapat menganggu atau menghambat komunikasi yang efektif untuk itu perlu diatasi. Berikut upaya-upaya dapat mengatasi hambatan-hambatan komunikasi terapeutik dengan keluarga klien.

1.      Menggunakan bahasa yang dimengerti bersama. Salah satu alasan keluarga pasien tidak mengerti dengan informasi yang disampaikan perawat karena ketika berkomunikasi dengan keluarga pasien, perawat menggunakan bahasa medis, untuk itu, untuk mengatasi hambatan komunikasi dengan keluarga pasien dengan mengubah bahasa medis ke bahasa yang dapat dimengerti oleh keluarga pasien, istilah-istilah medis dijelaskan secara rinci.

2.      Pendekatan secara personal

Upaya untuk mengatasi hambatau komunikasi dengan keluarga adalah dengan melakukan pendekatan secara personal kepada keluarga terlebili dahulu. Jika keluarga sudali merasa dekat, otomatis mereka akan lebih terbuka, pendekatan dengan keluarga juga membuat keluarga sedikitnya percaya pada perawat, jadi perawat lebih mudah menggali informasi yang dibutuhkan.

3.      Memanggil anggota keluarga yang lain

Upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan kommunikasi dengan keluarga pasien adalah dengan memanggil anggota keluarga yang lain. Ini bertujuan agar perawat tidak menjelaskan suatu informasi berkali-kali pada orang yang berbeda (anggota keluarga yang lain) juga untuk keseragaman informasi diantara anggota keluarga, selain itu ketika ada keluarga yang tidak mengerti dan tidak menerima informasi yang perawat sampaikan, cara ini bisa digunakan dengan harapan ada anggota keluarga yang lain yang lebili mengerti dan menerima informasi yang perawat sampaikan.

4.       Menggunakan media (alat)

Untuk mengatasi hambatan kommunikasi dengan keluarga adalah dengan mencari cara alternatif, yaitu membawa alat yang akan dipasang pada pasien kepada keluarga pasien untuk dipraktekkan dan dijelaskan secara rinci pada keluarga. Selain itu perawat memperlakukan keluarga seperti teman jadi tidak ada sekat antara perawat dengan keluarga pasien yang akhirnya membuat keluarga pasien mengerti.

5.      Membaca hasil observasi

Salah satu upaya yang dapat perawat lakukan untuk mengatasi hambatan komunikasi dengan keluarga pasien sebelum berkomunikasi dengan keluarga adalah dengan banyak membaca informasi mengenai pasien, agar komunikasi berjalan baik dan efektif. Informasi yang disampaikan juga benar bukan informasi yang asal. Intinya sebelum berkomunikasi dengan keluarga pasien, perawat harus melihat hasil observasi terlebih dahulu.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan

Perawat memegang penting dalam layanan kesehatan kepada pasien dan keluarga. Komunikasi merupakan alat penghubungnya. Upaya penurunan kecemasan dapat dilakukan dengan menjalin hubungan komunikasi yang baik, dalam hal ini komunikasi terapeutik. Dengan komunikasi terapeutik akan tercipta hubungan saling percaya antara perawat dan keluarga pasien sehingga perawat mampu menjelaskan kondisi pasien dan keluargapun dapat memahaminya. Hal ini akan membantu keluarga untuk dapat mengambil keputusan terbaik dan tentunya akan memberikan kepuasan bagi pasien dan keluarga sehingga rasa cemas itu akan turun dengan sendirinya.

 

3.2  Saran

Dalam proses komunikasi antara perawat dengan keluarga pasien tidak luput dari hambatan. Untuk itu, perawat perlu untuk selalu melakukan beberapa upaya dalam mengatasi hambatan komunikasi dengan keluarga pasien di mana upaya tersebut perawat lakukan agar komunikasi dengan keluarga berjalan efektif. Perawat bisa melakukan komunikasi terapeutik terhadap keluarga pasien.Perawat dapat mengoptimalkan peran sebagai konselor dan advokator. Keluarga pasien juga harus memanfaatkan hak untuk
mendapatkan layanan komunikasi perawat.
Selain itu, besar harapan penulis semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan agar makalah ini dapat disusun menjadi lebih baik dan sempurna.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Andi Ulfah Magefirah Rasyid, I. M. (2021, March 8). KOMUNIKASI KESEHATAN. Retrieved from Repositori CV WIDINA MEDIA: https://repository.penerbitwidina.com

Loihala, M. (2016). Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat dengan Tingkat Kecemasan Keluarga pasien yang di Rawat di Ruangan HCU RSU Sele Be Solu Kota Sorong. Kesehatan, 176-180.

Neli Anzani, P. H. (2020). Hambatan Komunikasi Terapeutik Perawat dengan Keluarga pasien di Ruang ICU RSUD Dr. SDlamet Garut. Communicology, 157-159.

Sardjito, H. (2021, October 13). Pentingnya Penerapan Komunikasi Terapeutik pada Keluarga Pasien Anak. Retrieved from RSUP Dr. SARDJITO: https://sardjito.co.id

 

 

Tidak ada komentar: