MAKALAH
KOMUNIKASI
KOMUNIKASI
TERAPEUTIK PADA KLIEN DALAM KONTEKS KELUARGA
Dosen
Pengampu : Ns. Retno Pujihastuti, S.Kep., M.Kep.
Disusun
Oleh Kelompok 8 :
SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN TANJUNG KARANG
T.A 2023/2024
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmatnya sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang membahas tentang " Komunikasi
Terapeutik Pada Klien Dalam Konteks Keluarga ". Terima kasih kami ucapkan
kepada seluruh anggota kelompok, karena atas kerjasama yang dilakukan sangat
membantu dalam menyelesaikan tugas ini dengan baik.
Makalah
ini merupakan hasil diskusi kelompok kami. Pembahasan didalamnya kami dapatkan
dari browsing internet, diskusi anggota. Dengan pemahaman berdasarkan pokok
bahasan " Komunikasi Terapeutik Pada Klien Dalam Konteks Keluarga ".
Kami sadari makalah ini jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran yang membangun
dari semua pihak sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Demikian
yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi
kami yang sedang menempuh pendidikan dan dapat dijadikan pelajaran bagi
teman-teman.
Bandar
Lampung, 10 Januari 2023
Kelompok
8
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR............................................................................................................... 2
DAFTAR
ISI............................................................................................................................... 3
BAB
I........................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN...................................................................................................................... 4
1.1
Latar Belakang...................................................................................................................... 4
1.2
Rumusan Masalah................................................................................................................ 5
1.3 Tujuan
Masalah.................................................................................................................... 5
BAB
II.......................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN......................................................................................................................... 6
2.1
Pengertian Komunikasi Terapeutik.................................................................................... 6
2.2
Penerapan Komunikasi Terapeutik pada Klien dalam Konteks Keluarga..................... 7
2.3
Hambatan-hambatan Komunikasi Terapeutik dengan Keluarga Klien serta Upaya untuk
Mengatasinya...................................................................................................................................................... 9
BAB
III........................................................................................................................................ 12
PENUTUP................................................................................................................................... 12
3.1
Kesimpulan............................................................................................................................ 12
3.2
Saran...................................................................................................................................... 12
DAFTAR
PUSTAKA................................................................................................................ 13
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Komunikasi
adalah suatu kebutuhan yang sangat fundamental bagi seseorang dalam hidup
bermasyarakat. Profesor Wilbur Schramm menyebutnya bahwa komunikasi dan
masyarakat adalah dua kata kembar yang tidak dapat dipisahkan satu sama
lainnya. Sebab tanpa komunikasi tidak mungkin masyarakat terbentuk, sebaliknya
tanpa masyarakat maka manusia tidak mungkin dapat mengembangkan komunikasi.
(Schramm, 1988).
Komunikasi
berusaha menjembatani antara pikiran, perasaan, dan kebutuhan seseorang dengan
dunia luarnya. Komunikasi membangun kontak-kontak manusia dengan menunjukkan
keberadaan dirinya dan berusaha memahami kehendak, sikap dan perilaku orang
lain. Seseorang tidak dapat hidup tanpa komunikasi, sehingga setiap orang pasti
berkomunikasi dan tidak mungkin tidak membutuhkan komunikasi.
Dalam
bidang kesehatan, rumah sakit dan institusi perawatan kesehatan, memastikan
bahwa pasien yang menerima perawatan yang tepat membutuhkan lebih dari sekadar
melakukan prosedur dan membuat diagnosis. Komunikasi adalah komponen penting
dalam semua langkah proses perawatan kesehatan. Baik itu klinik yang secara
akurat berbagi informasi pasien dengan fasilitas lain, atau sekelompok dokter,
perawat, spesialis, dan staf lain di rumah sakit yang membahas cara merawat
pasien saat ini dan yang datang, kebutuhan akan komunikasi yang ringkas dan
efektif selalu ada di bidang kesehatan.
Organisasi
dengan kebijakan komunikasi yang kuat dapat memperkaya kesehatan pasien mereka,
sementara organisasi yang tidak memiliki prosedur yang efektif dapat berdampak
negatif pada kesejahteraan pasien. Ketika mempertimbangkan pentingnya
komunikasi dalam perawatan kesehatan, keselamatan pasien adalah salah satu
alasan utama untuk menciptakan struktur komunikasi yang efektif di setiap
organisasi perawatan kesehatan. Komunikasi yang tidak memadai seringkali
menjadi penyebab kematian di rumah sakit. Profesional dan institusi perawatan
kesehatan perlu menyadari pentingnya komunikasi dalam perawatan kesehatan agar
dapat berkembang.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apa
yang dimaksud dengan komunikasi terapeutik?
2.
Bagaimana
penerapan komunikasi terapeutik pada klien dalam konteks keluarga?
3.
Apa
saja hambatan komunikasi terapeutik dengan keluaga klien serta upaya untuk
mengatasinya?
1.3 Tujuan Masalah
1.
Dapat
mengetahui pengertian dari komunikasi terapeutik.
2.
Dapat
mengatahui penerapan komunikasi terapeutik pada klien dalam konteks keluarga.
3.
Dapat
mengetahui hambatan-hambatan komunikasi terapeutik dengan keluarga klien serta
upaya untuk mengatasinya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Komunikasi Terapeutik
Komunikasi merupakan suatu hal yang tidak dapat
dihindari oleh setiap manusia. Sebagai mahluk sosial, manusia dikodratkan untuk
hidup bermasyarakat dan berinteraksi dengan manusia. Komunikasi terapeutik
adalah kemampuan dan keterampilan perawat dalam berinteraksi dan menyampaikan
informasi kepada pasien dan keluarganya, agar pasien dan keluarga dapat
beradaptasi terhadap permasalahan yang dihadapi. Komunikasi terapeutik
diharapkan dapat membantu pasien dan keluarga, memaksimalkan pikiran dan tenaga
positif yang nantinya dapat mengurangi beban pikiran dalam menghadapi maupun
mengambil tindakan untuk kesehatannya (Anjaswarni, 2016).
Menurut Setianti (2007) mengatakan, komunikasi merupakan
alat penghubung dalam bersosial. Salah satu kajian ilmu komunikasi ialah
komunikasi kesehatan, yang dimana selalu dilakukan saat berhubungan dengan
pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. Komunikasi yang terjalin antara
perawat dan pasien disebut sebagai komunikasi teraupetik. Komunikasi terapeutik
adalah komunikasi yang dilakukan atau dirancang untuk tujuan terapi. Seorang
penolong atau perawat dapat membantu pasien mengatasi masalah yang dihadapinya
melalui komunikasi (Suryani, 2005).
Dikatakan oleh Mundakir (2006), bahwa komunikasi
terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan
kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan. Selanjutnya Siti Fatmawati (2010)
mengatakan pada dasarnya komunikasi terapeutik merupakan komunikasi
professional yang mengarah pada tujuan yaitu penyembuhan pasien.
Sementara Mubarak & Chatain, (2009) menyatakan
bahwa komunikasi teraupetik memberikan gambaran yang jelas kepada perawat
tentang kondisi pasien yang sedang dirawat, mengenai tanda dan gejala yang
ditampilkan serta keluhan yang dirasakan. Komunikasi teraupetik terjadi apabila
didahului hubungan saling percaya antara perawat-pasien.
2.2 Penerapan Komunikasi Terapeutik pada Klien dalam Konteks
Keluarga
Keluarga adalah orang yang paling dekat dengan pasien
yang terdiri dari orang-orang yang memiliki hubungan darah dengan pasien
(Damayanti:2008). Ketika ada anggota keluarga yang sakit kemudian dirawat di
rumah sakit memunculkan kecemasan dan kesedihan bagi anggota keluarga lain, terlebih masuk ruang ICU yang
merupakan tempat pasien
yang mengalami penyakit parah yang hidupnya bergantung pada alat-alat
medis. Keluarga akan mengalami ansietas
dan disorganisasi perasaan ketika anggota keluarganya mengalami sakit yang harus
dirawat di rumah sakit dan ini akan lebih jelas ditemukan di unit perawatan
kritis. Pasien yang dirawat dalam Critical Care Unit tidak hanya membutuhkan
teknologi dan terapi tapi juga memerlukan perawatan humanistik dari keluarganya
(Rusmini, 2006).
Pada umumnya pasien yang datang di unit perawatan
kritis ini adalah dalam keadaan mendadak dan tidak direncanakan, hal ini yang
menyebabkan keluarga dari pasien datang dengan wajah yang sarat dengan
bermacam-macam stressor yaitu ketakutan akan kematian, ketidakpastian hasil,
kekhawatiran akan biaya perawatan, situasi dan keputusan antara hidup dan mati,
rutinitas yang tidak beraturan, ketidak berdayaan untuk tetap atau selalu
berada disamping orang yang disayangi sehubungan dengan peraturan kunjungan
yang ketat, tidak terbiasa dengan perlengkapan atau lingkungan di unit
perawatan kritis, personel atau staf di ruang perawatan, dan rutinitas ruangan.
Semua stressor ini menyebabkan keluarga jatuh pada kondisi krisis dimana koping
mekanisme yang digunakan menjadi tidak efektif dan perasaan menyerah atau
apatis dan kecemasan akan mendominasi perilaku keluarga.
Perasaan cemas yang dirasakan oleh pasien dan keluarga
dapat dipengaruhi oleh sikap dan cara berkomunikasi petugas kesehatan termasuk
perawat (Tridiyawati et al, 2018). Kecemasan yang dirasakan oleh keluarga dapat
berdampak pada kurangnya konsentrasi dan ketenangan pikiran. Ketika tenaga
kesehatan menjelaskan perihal penyakit pada keluarga pasien, keluarga sukar
menentukan suatu keputusan yang berakibat tertundanya suatu tindakan (Fandizal
et al, 2020). Terlebih pada ruang intensif segala keputusan harus diambil
secara cepat dengan pertimbangan yang matang, dan semua itu dilakukan demi
kebaikan pasien (Handayani,2017).
Komunikasi adalah salah satu alat yang paling esensial
bagi perawat. Dengan komunikasi (verbal ataupun nonverbal), perawat dapat
memberikan kesembuhan untuk pasien dan keluarga. Senyum perawat, kesabaran,
kelembutan, kata-kata yang tegas dan menyejukkan atau kata-kata yang
disampaikan dengan jelas dapat mempengaruhi perilaku pasien bahkan keluarganya
untuk berbuat lebih baik dalam rangka meningkatkan derajat kesehatannya.
Kualitas asuhan keperawatan yang diberikan kepada
klien sangat dipengaruhi oleh kualitas hubungan perawat-klien. Apabila perawat
tidak memperhatikan hal ini, hubungan perawat-klien tersebut bukanlah hubungan
yang memberikan dampak terapeutik yang mempercepat kesembuhan klien, tetapi
hubungan sosial biasa (Tridiyawati et al, 2018).
Perawat memegang tanggung jawab yang sangat besar dalam
keperawatan profesional, hal ini dikarenakan perawat dituntut untuk
melaksanakan perannya merawat pasien selama 24 jam. Pasien dan keluarga akan
merasakan kecemasan ketika pertama kali dirawat dirumah sakit terlebih ketika
pasien dirawat diruang intensif. Menurut Retnaningsih (2016) salah satu
penyebab keluarga pasien mengalami kecemasan, karena antara perawat dan
keluarga tidak mampu membangun hubungan saling percaya sehingga tidak terwujud
kerjasama dengan baik. Hal ini berdampak pula pada ketidakmampuan keluarga
dalam mengambil keputusan mengenai tindakan pada pasien sehingga tindakan tidak
dapat dilakukan dengan segera. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk
menurunkan tingkat kecemasan keluarga adalah dengan menerapkan komunikasi
terapeutik.
Menurut teori Potter & Perry (2012), tujuan dari
komunikasi terapeutik adalah membina hubungan saling percaya antara perawat
dengan keluarga pasien. Ketika keluarga dapat mengutarakan perasaan nya, maka
saat itulah perawat hadir untuk memberikan pertolongan. Perawat dapat berperan
menjadi pemberi asuhan keperawatan, advokat serta edukator. Perawat yang dapat
menjalankan perannya dengan baik tentunya dapat memberi rasa nyaman kepada
pasien dan keluarga, sehingga diharapkan dapat menurunkan kecemasan pasien dan
keluarganya (Tridiyawati et al, 2018).
Perawat perlu mempersiapkan diri secara matang sebelum
melakukan komunikasi terapeutik dengan keluarga pasien. Diantaranya adalah Ketenangan, keikhlasan dan
penerimaan. Tidak kalah pentingnya untuk mempelajari latar belakang penyakit
dan sosial budaya dari pasien dan keluarganya. Setelah itu semua disiapkan oleh
perawat, maka selanjutnya perawat siap untuk memulai komunikasi terapeutik
dengan keluarga pasien (Tridiyawati et al, 2018).
Perawat memegang peranan penting dalam komunikasi
terapeutik (Wianti, 2017). Lingkungan yang tenang dan nyaman turut mendukung
terciptanya komunikasi terapeutik. Sikap
terbuka, tenang, empati, menerima segala sesuatu yang diucapkan oleh keluarga
pasien tanpa mengkonfrontasinya, semata-mata dilakukan perawat agar keluarga
menyampaikan perasaannya. Berbekal informasi yang diberikan oleh keluarga
pasien, perawat dapat memaksimalkan perannya sebagai edukator, advokat dan
konselor (Silalahi, 2021). Ketika keluarga sudah merasa tenang karena sudah
berhasil menyampaikan perasaannya, tenaga kesehatan baik dokter, perawat dan
lain sebagainya bisa menyampaikan infomasi mengenai pasien sehingga keluarga
dapat mengambil keputusan mengenai tindakan yang terbaik untuk pasien. Perasaan
tenang yang dirasakan oleh keluarga berdampak besar pada maksimalnya peran dan
berakhir pada turunnya kecemasan pada keluarga pasien.
Jika perawat kurang atau tidak dapat melaksanakan
komunikasi terapeutik yang efektif, maka keluarga akan terus terpuruk dalam
situasi yang demikian dan pada akhirnya asuhan keperawatan yang kita berikan
secara komperhensif dan holistik tidak akan tercapai dengan baik. Keterampilan
berkomunikasi harus dimiliki oleh seorang perawat, karena komunikasi merupakan
proses yang digunakan untuk mengumpulkan data pengkajian, memberikan pendidikan
atau informasi kesehatan dan mempengaruhi pasien untuk mengaplikasikannya dalam
hidup, menunjukan kepedulian, memberikan rasa nyaman, menumbuhkan rasa percaya
diri dan menghargai nilai-nilai pasien, karena komunikasi efektif merupakan hal
penting dalam menciptakan hubungan antara perawat dan pasien.
2.3 Hambatan-hambatan
Komunikasi Terapeutik dengan Keluarga Klien serta Upaya untuk Mengatasinya
1.
Keluarga
sulit mengerti
Hambatan komunikasi yang dirasakan selama
berkomunikasi dengan keluarga pasien, yaitu ketika perawat sedang menjelaskan
prosedur suatu tindakan, keluarga tidak mengerti bahkan sulit mengerti dan
sulit memahami maksud perkataan perawat meskipun sudah dijelaskan berkali-kali.
2.
Pendidikan,
dan ketidaktahuan keluarga yang sulit
mengerti disebabkan beberapa faktor seperti faktor pendidikan, daya tangkap dan ketidaktahuan keluarga
pasien. Keluarga pasien yang pendidikannya rendali ketika di- informasikan
sesuatu dapat langsung memahami, sedangkan keluarga pasien yang pendidikannya
tinggi sering merasa dia lah yang lebih tau dan tidak mau mendengarkan apa yang
dikatakan perawat dan juga tidak mau menerima informasi dari perawat.
3.
Keluarga
yang Kritis
Hambatan komunikasi terjadi karena keluarga pasien
yang kritis. Kritis dalam artian sebelum perawat menyampaikan informasi tentang
pasien. keluarga sudah menanyakannya lebih dulu. Ini menjadi sebuah hambatan
komunikasi karena rata-rata keluarga bertanya pada perawat tidak lama setelah
pasien masuk ICU, padahal perawat maupun dokter dapat mendiagnosa dan
mengetahui kondisi pasien setelah diobservasi. Karena untuk dapat mengetahui
kondisi dan penyakit yang diderita pasien, idealnya
pasien harus diobservasi selama enam jam, sama seperti
di IGD.
4.
Keluarga
tidak kooperatif
Keluarga yang kurang kooperatif dengan perawat, kurang
kooperatif di sini maksudnya keluarga yang sulit diajak kerjasama oleh perawat
demi kesembuhan pasien.
Hambatan-hambatan tersebut dapat menganggu atau
menghambat komunikasi yang efektif untuk itu perlu diatasi. Berikut upaya-upaya
dapat mengatasi hambatan-hambatan komunikasi terapeutik dengan keluarga klien.
1.
Menggunakan
bahasa yang dimengerti bersama. Salah satu alasan keluarga pasien tidak
mengerti dengan informasi yang disampaikan perawat karena ketika berkomunikasi
dengan keluarga pasien, perawat menggunakan bahasa medis, untuk itu, untuk
mengatasi hambatan komunikasi dengan keluarga pasien dengan mengubah bahasa
medis ke bahasa yang dapat dimengerti oleh keluarga pasien, istilah-istilah
medis dijelaskan secara rinci.
2.
Pendekatan
secara personal
Upaya untuk mengatasi hambatau komunikasi dengan
keluarga adalah dengan melakukan pendekatan secara personal kepada keluarga
terlebili dahulu. Jika keluarga sudali merasa dekat, otomatis mereka akan lebih
terbuka, pendekatan dengan keluarga juga membuat keluarga sedikitnya percaya
pada perawat, jadi perawat lebih mudah menggali informasi yang dibutuhkan.
3.
Memanggil
anggota keluarga yang lain
Upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan
kommunikasi dengan keluarga pasien adalah dengan memanggil anggota keluarga
yang lain. Ini bertujuan agar perawat tidak menjelaskan suatu informasi
berkali-kali pada orang yang berbeda (anggota keluarga yang lain) juga untuk
keseragaman informasi diantara anggota keluarga, selain itu ketika ada keluarga
yang tidak mengerti dan tidak menerima informasi yang perawat sampaikan, cara
ini bisa digunakan dengan harapan ada anggota keluarga yang lain yang lebili
mengerti dan menerima informasi yang perawat sampaikan.
4.
Menggunakan media (alat)
Untuk mengatasi hambatan kommunikasi dengan keluarga
adalah dengan mencari cara alternatif, yaitu membawa alat yang akan dipasang
pada pasien kepada keluarga pasien untuk dipraktekkan dan dijelaskan secara
rinci pada keluarga. Selain itu perawat memperlakukan keluarga seperti teman
jadi tidak ada sekat antara perawat dengan keluarga pasien yang akhirnya
membuat keluarga pasien mengerti.
5.
Membaca
hasil observasi
Salah satu upaya yang dapat perawat lakukan untuk
mengatasi hambatan komunikasi dengan keluarga pasien sebelum berkomunikasi
dengan keluarga adalah dengan banyak membaca informasi mengenai pasien, agar
komunikasi berjalan baik dan efektif. Informasi yang disampaikan juga benar
bukan informasi yang asal. Intinya sebelum berkomunikasi dengan keluarga
pasien, perawat harus melihat hasil observasi terlebih dahulu.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perawat memegang penting dalam layanan kesehatan
kepada pasien dan keluarga. Komunikasi merupakan alat penghubungnya. Upaya
penurunan kecemasan dapat dilakukan dengan menjalin hubungan komunikasi yang
baik, dalam hal ini komunikasi terapeutik. Dengan komunikasi terapeutik akan
tercipta hubungan saling percaya antara perawat dan keluarga pasien sehingga
perawat mampu menjelaskan kondisi pasien dan keluargapun dapat memahaminya. Hal
ini akan membantu keluarga untuk dapat mengambil keputusan terbaik dan tentunya
akan memberikan kepuasan bagi pasien dan keluarga sehingga rasa cemas itu akan
turun dengan sendirinya.
3.2 Saran
Dalam proses komunikasi antara perawat dengan keluarga
pasien tidak luput dari hambatan. Untuk itu, perawat perlu untuk selalu
melakukan beberapa upaya dalam mengatasi hambatan komunikasi dengan keluarga
pasien di mana upaya tersebut perawat lakukan agar komunikasi dengan keluarga
berjalan efektif.
Perawat bisa melakukan komunikasi
terapeutik terhadap keluarga pasien.Perawat dapat
mengoptimalkan peran sebagai
konselor dan advokator. Keluarga
pasien juga harus
memanfaatkan hak untuk
mendapatkan layanan komunikasi perawat. Selain itu, besar harapan penulis semoga makalah ini
bermanfaat bagi para pembaca. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat
diharapkan agar makalah ini dapat disusun menjadi lebih baik dan sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Andi Ulfah Magefirah Rasyid,
I. M. (2021, March 8). KOMUNIKASI KESEHATAN. Retrieved from Repositori
CV WIDINA MEDIA: https://repository.penerbitwidina.com
Loihala, M.
(2016). Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat dengan Tingkat Kecemasan
Keluarga pasien yang di Rawat di Ruangan HCU RSU Sele Be Solu Kota Sorong. Kesehatan,
176-180.
Neli Anzani, P.
H. (2020). Hambatan Komunikasi Terapeutik Perawat dengan Keluarga pasien di
Ruang ICU RSUD Dr. SDlamet Garut. Communicology, 157-159.
Sardjito, H.
(2021, October 13). Pentingnya Penerapan Komunikasi Terapeutik pada
Keluarga Pasien Anak. Retrieved from RSUP Dr. SARDJITO:
https://sardjito.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar