PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN JAMUR Dermatofita PADA HELM PENUMPANG
GOJEK DI KECAMATAN KEDATON BEDASARKAN
SKALA USIA PEMAKAIAN
TAHUN 2023
BAB
I
PENDAHULUAN
Kemajuan dunia di bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi yang semakin pesat mendorong negara-negara dunia
memanfaatkan aplikasi online dalam mempermudah berbagai aktivitas dan pekerjaan.
Salah satu pemanfaatan aplikasi di bidang tranfortasi ialah aplikasi ojek
online, salah satunya Gojek. Menurut Gojek (wibesite2023)
Sampai saat ini tercatat 190 juta pengguna aktif dan 2jt mitra driver yang
sudah bergabung yang tersebar luas di asia tenggara seperti Indonesia,
singapura, vietnam dan Thailand.
Aplikasi Gojek resmi hadir pada tanggal
5 oktober 2010 oleh Nadiem Makarim, ide mendirikan Gojek muncul dari pengalamanya,
ia selalu menggunakan transfortasi ojek setiap berangkat bekerja untuk menembus
kemacetan di Jakarta. Ia berharap dengan adanya gojek membantu memperbaiki
struktur transfortasi di indonesia, memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam
melaksanakan pekerjaan sehari-hari seperti pengiriman dokumen, belanja harian
dengan fasilitas kurir, serta turut mensejahterakan kehidupan tukang ojek di
Indonesia (Gojek).
Aplikasi ojek online menyediakan fitur Goride untuk mengantarkan penumpang dengan transportasi
motor sesuai dengan perlengkapan atribut yang di wajibkan yaitu helm, peraturan
memakai helm di tuangkan dalam pasal 106 ayat (8) UU no.22/2009 mengatur bahwa:
“setiap orang yang mengemudikan sepeda motor dan penumpang sepeda motor wajib
menggunkan helm yang memenuhi standar nasional Indonesia” .
Pengemudi ojek online berhak atas hak keselamatan dan kesehatan kerja berdasarkan UU No. 13 Tahun 2010. K3 adalah upaya manusia untuk menciptakan
kesejahteraan dalam bekerja.
Waktu kerja seseorang menentukan kesehatan, efisiensi, efektivitas dan
produktivitas kerja. Rata-rata waktu
kerja driver online adalah
10-12 jam per hari. Jam
kerja yang panjang dapat menimbulkan kecenderungan kelelahan, gangguan
kesehatan, penyakit dan kecelakaan (Sonhaji, 2018). Konsumen ojek online memiliki hak atas
kenyamanan, keamanan dan keselamatan dituangkan
dalam pasal 4 ayat (1) UU No. 8 Tahun 1999 menyatakan bahwa: “konsumen
memiliki hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi
barang dan jasa “
Pengemudi ojek online selalu mengantarkan penumpang mengunakan
helm, kesehatan helm yang selalu digunakan penumpang sering
tidak diperhatikan seperti kelembapan dan kebiasaan membersihkan bagian dalam permukaan helm setelah
digunakan dilakukan secara terus menerus, helm menjadi hospes perantara penyebaran parasit dari benda
ke manusia khususnya jamur Dermatofita (Husni et al, 2018).
Penyakit kulit termasuk salah satu penyakit yang masih
sering diwaspadai masyarakat dunia termasuk pada negara Indonesia yang beriklim
tropis. Lingkungan tropis yang memiliki suhu yang panas dan penggunaan helm
dalam waktu yang lama, dapat menjadi salah satu risiko pertumbuhan jamur karena
kondisi suhu yang lembab dan hangat (Pravitasari et al, 2019). Kerugian yang
dialami akibat dari infeksi Dermatofita pada kulit disebut dengan Dermatofitosis
(Siregar, 2002).
Penyakit jamur superfisial disebabkan oleh
spesies jamur Dermatofita yang menyerang bagian keratin seperti jaringan kulit, kuku dan rambut
sebagai nutrisinya disebut penyakit Dermatofitosis. Trasmisi Dermatofitosis dapat menyebar
langsung dari manusia ke manusia (organisme antropofilik), dari tanah
ke manusia (organisme geofilik)
dan dari hewan ke manusia (organisme
zonofilik). Infeksi Dermatofia
juga dapat terjadi secara tidak langsung melalui benda lain yang dapat berperan
sebagai pembawa agen infeksi, seperti handuk, penutup kepala dan sisir yang digunakan secara bergantian (Husni et al, 2018).
Jamur dermatofita selalu mengeluarkan enzim keratinase untuk mencerna keratin,
daerah yang paling sering
terinfeksi adalah pangkal kulit kepala, yang dapat menyebabkan tinea
capitis atau sering dikenal sebagai kurap pada bagian kulit kepala. Tinea
capitis
disebabkan oleh jamur dermatofita genus Trichophyton dan Microsporum (Husni et al, 2018). Jamur tersebut menyerang dan merusak struktur kulit kepala, kondisi ini bisa berkembang menjadi koreng hingga meninggalkan bekas luka permanen dan menyebabkan rambut mudah rontok sampai berujung pada kebotakan. Penderita tinea kapitis
juga berisiko mengalami tekanan emosional
karena diejek, diasingkan atau diintimidasi oleh teman-temannya. Dalam
beberapa kasus, penyakit ini dapat menyebabkan gangguan mental yang sangat serius
pada penderitanya.
Sampai detik ini angka peristiwa dermatofitosis di Indonesia di laporkan masih cukup tinggi. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan di RSU Dr. Fedinand Lumbantobing Sibolga dari 260
kasus penyakit kulit di tahun 2019, terdapat 75 kasus dermatofita, tinea korporis 32 sampel 42,7%, tinea kruris 23 sampel 30,7%, tinea kapitis 5 sampel 6,7%, tinea pedis 13 sampel 17,3% dan tinea unguium 2 sampel 2,7% dan terdapat
1 spesies Microsporum canis, 28
spesies Trichophyton rubrum, 12
spesies Trichophyton mentagrophytes. Trichophyton rubrum merupakan spesies
terbanyak yang menyebabkan dermatofitosis sebanyak 28 sampel (sarumpaet,2019)
Penelitan
terkait sebelumnya
Penelitian terkait penelitian dilakukan
sebelumnya (Husna 2020) tentang pemeriksaan Dermatofita pada helm driver ojek online di Palembang di dapatkan hasil sebanyak
6 sampel (35,3%) positif (+) jamur Dermatophyta dari spesies Microsporum
audouinii, Microsporum ferrugineum, Trichophyton mentagrophytes, dan Trichophyton
tonsurans berdasarkan pernah membersihkan helm ditemukan positif (+) 4
responden (36,4%) dan tidak pernah membersihkan helm ditemukan positif (+) 2
responden (33,3%). Krjadian ini membuktikan bahwa helm bisa menjadi tempat
tumbuhnya jamur dermatofita penyebab Tinea kapitis ditinjau dari
adanya keberadaan jamur pada helm driver dari masing-masing variabel.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Simanjuntak, 2017)
Identifikasi Jamur Dermatofita Pada Helm Tukang
Becak, Penelitian ini menunjukkan bahwa
25 tukang becak (83,3%) tidak pernah membersihkan permukaan
dalam helm
yang digunakan dan 5 tukang becak (16,7%) pernah membersihkan helm yang
digunakan. Pemeriksaan kultur media Sabaroud dextrose agar ditemukan
pada kerokan permukaan dalam helm
tukang becak diperoleh didapatkan
sebanyak 16 (53,3%) jamur menyebabkan dermatofitosis
dari 30 sampel. Dimana
spesies terbanyak berasal dari genus Trichophyton yaitu Trichophyton
Mentagrophytes 8 sampel (23,3%) yang merupakan salah satu spesies yang bisa
menginfeksi kepala manusia, sedangkan spesies lain yang teridentifikasi yaitu T.scholenii
dua sampel (6,7%), T.violaceum
dua sampel (6,7%), M.audonii 4 sampel (13,3%), dan M.Gyepsum 1
sampel (3,3%). Hal ini dikarenakan tidak ada jadwal yang teratur pada tukang
becak dalam hal membersihkan helmnya dan lama penggunaan helm, sehingga
meningkatkan risiko pertumbuhan jamur Dermatophyta penyebab Tinea
kapitis.
Beberapa keadaan yang telah
dijelaskan maka bisa memungkinkan terjadinya pertumbuhan jamur. Pencarian
referensi yang telah dilakukan dari literatur yang saya baca penelitian tentang
“gambaran jamur Dermatofita Pada helm
penumpang ojek online di Kecamatan Kedaton bedasarkan skala usia pemakaian helm
sebelumnya bahwa belum pernah ada penelitian di Bandar Lampung khususnya pada
helm penumpang ojek online. Berdasarkan observasi yang telah saya lakukan di
kecamatan Kedaton Bandar Lampung di dapati keluhan kulit kepala ojol yang mengelupas,
kulit kepala memerah, rambut rontok, ruam kemerahan di daun telinga.
Media helm yang dipakai bergantian dalam
kondisi tidak pernah dibersihkan dan sedikit lembab minimnya kesadaran untuk menjaga kebersihan
diri dan kurangnya pengetahuan masyarakat terutama ojol terhadap penyakit yang disebabkan oleh Dermatofita
dikarnakan penyebaraya yang mudah. Maka penting untuk dilakukan penelitian mengenai
“Gambaran jamur Dermatofita pada helm penumpang Gojek di
Kecamatan Kedaton bedasarkan usia pemakaian helm”.
Berdasarkan
latar belakang yang telah diuraikan, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
Belum diketahuinya keberadaan jamur Dermatofita
pada helm penumpang ojek online di Kecamatan Kedaton bedasarkan skala usia
pemakaian helm.
C.
Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Agar mengetahui jenis
dan jumlah Jamur Dermatofita pada helm penumpang ojek online di kecamatan Kedaton Bandar Lampung.
2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui keberadaan jamur Dermatophyta pada helm
penumpang ojek online di Kecamatan Kedaton
Bandar Lampung.
2. Untuk mengetahui persentase spesies jamur dermatofita (Trichophyton rubrum,
Trichophyton mentagrophytes, Microsporum cannis, Microsporum Gypseum, dan
Epydermophyton floccosum).
3. Diketahuinya distribusi frekuensi jamur Dermatophyta pada helm penumpang ojek online di Kecamatan kedaton
tahun 2023 berdasarkan skala lama penggunaan helm.
D.
Manfaat Penelitian
1. Manfaat
teoritis
Memperbanyak wawasan untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan dan menjadi bahan referensi bagi peneliti selanjutnya tentang jamur
Dermatofita pada helm penumpang ojek online di Kecamatan Kedaton
Bandar Lampung
2. Manfaat aplikatif
a. Bagi Masyarakat
Memperoleh
masukan untuk masyarakat dari pengetahuan dan wawasan yang diberikan mengenai
dampak dan penyebaran keberadaan jamur Dermatofita
khususnya pada helm penumpang ojek online serta sebagai motivasi bagi
masyarakat khususnya driver ojek online
untuk selalu menjaga kebersihan diri dan penumpangnya.
b.
Bagi Peneliti
Merupakan sarana untuk melatih diri cara dan proses berpikir ilmiah
serta berpikir praktis sebagai penerapan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang
diperoleh selama pendidikan.
c. Bagi Institusi
Menambah
referensi dan informasi kepustakaan Program diploma tiga Teknologi Laboratorium Medis.
A. Ruang Lingkup Penelitian
Bidang kajian dari
penelitian ini adalah mikologi yang bersifat deskriptif analitik. Variabel yang
diamati adalah variabel terikat berupa jamur dermatofita, variabel bebas
pemeriksaan jamur pada helm penumpang ojek bedasarkan lama waktu. Sample
penelitian berjumlah belum ditentukan yang dibagi menjadi 3 kelompok lama helm
digunakan (1tahun) (2tahun) (>2tahun). Sampel yang digunakan pada penelitian
ini adalah apusan pada permukaan dalam helm penumpang ojek online aplikasi Gojek
yang memenuhi kriteria inklusi.
Tempat
penelitian ini dilakukan di Laboratorium Parasitologi Jurusan Teknologi
Laboratorium Medis Poltekkes Tanjungkarang. Waktu penelitian dilakukan pada
bulan Maret-April 2023. Metode pemeriksaan menggunakan metode mikroskopis dan
kultur dari hasil kerokan permukaan helm dengan menggunakan larutan KOH 10% lalu
ditanam di media Sabouraud Dextrose Agar (
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Tinjauan tiori
1. Jamur
Jamur adalah tumbuhan uniseluler, mempunyai dinding
dari selulosa atau khitin, mempunyai protoplasma yang
mengandung satu atau lebih inti, bereproduksi secara seksual dan aseksual, tidak mempunyai klorofil.
Ilmu tentang jamur dikenal dengan
istilah Mikologi atau Fikologi. Jamur bersifat patogen menyerang manusia
menyebabkan berbagai penyakit baik pada kulit, kuku maupun rambut yang disebut Mikosis Superfisial, sedangkan jamur
yang menyerang organ tubuh manusia bagian
disebut Mikosis Profunda atau Mikosis Sistemik (Hasyimi, 2010).
Jamur termasuk kedalam filum talofita yang tidak mempunyai akar
dan daun sejati. Jamur tidak bisa menghisap makanan dari tanah karena tidak
mempunyai klorofil sehingga jamur
tidak dapat mencerna makanan sendiri oleh karenanya hidup sebagai parasit atau
saprofit pada organisme lain untuk keberlansungan hidupnya (Siregar, 2002).
Sistem enzim yang terdapat pada tubuh
jamur dapat membantu proses mencernan dan mengubah zat organik pada tubuhnya
sebagai sumber energi dengan cara mengubah karbohidrat, selulosa, dan zat
organik lain yang berasal dari tumbuhan, serangga, maupun binatang. Sifat
inilah yang menyebabkan kerugian pada benda dan makanan yang ditumpanginya karena
dapat menimbulkan kerusakan dan dapat menimbulkan penyakit (Imaniar, 2018).
Pada umumnya kondisi hangat dan
lembab jamur akan tumbuh dengan baik, namun jamur juga mudah untuk beradaptasi,
sehingga jamur dapat ditemukan di mana saja (Gandahusada, 2011). Hingga terkini diperkirakan kurang lebih 200.000
macam spesies jamur, hanya 50 spesies yang patogen pada manusia, yaitu 20
spesies menyerang kulit, 12 spesies menyerang subkutis, dan 18 spesies
menyerang alat dalam atau sistemik (Siregar, 2002). Dermatofita dan
spesies Candida yang hanya dapat ditularkan dari satu orang ke orang
yang lain (Jawetz, 1996).
a. Dermatofita
Banyak species jamur yang dapat menyebabkan penyakit infeksi pada manusia,
salah satunya species dari jamur Dermatofita. Dermatofit berasal dari bahasa yunani dermatos phyton yang artinya tumbuhan
atau tanaman pada kulit. Jamur Dermatofita termasuk dalam devisi ascomycota atau sering diberinama sac fungi karena memproduksi spora dari bagian reproduksi tebentuk seperti
kantung (wikipedia).
Jamur Dermatofita
dikelomopokan kedalam kelas Deuteromycetes atau jamur yang belum
diketahui cara reproduksinya. secara umum Dermatofita dibagi menjadi 3 genus trichophyton, micosporum
dan epidermophyton Jamur tersebut termasuk
dalam family arthodermactaceae yang
menyebabkan penyakit kulit pada manusia.(wikipedia).
b.
morfologi
Menurut (Gandahusada, 2006) jamur termasuk memiliki dua kelompok besar,
yaitu :
1)
Khamir/molds
Khamir termasuk jamur uniseluler yang memiliki sel bulat, lonjong dan
memanjang. Khamir berkembang biar dengan membentuk tunas. Koloni dari Khamir
berbentuk bulat, dengan permukaan yang lembab dan berlendir biasanya bewarna
putih kecoklatan.
2)
Kapang/yeast
Kapang adalah jamur multiseluler yang tirdiri dari sel-sel panjang
bercabang disebut dengan hifa. Hifa ada juga yang bersekat dan juga hifa tidak
bersekat. Hifa yang tidak bersekat disebut dengan hifa sinositik. Jaringan hifa
selama pertumbuhan disebut miselium. Kapang biasanya membentuk koloni seperti
kapas bahkan sampai padat.
c. Reproduksi jamur
Reproduksi jamur memiliki dua
bagian, yakni seksual dan aseksual.
Spora aseksual
Spora aseksual disebut tallospora, adalah spora yang terbentuk
lansung dari hifa reproduktif. Bagian spora yang termasuk talospora yaitu:
a) Talospora dibagi
menjadi tiga kelompok yakni Arthospora yaitu spora yang langsung
dibentuk dalam satu hifa dengan membagi protoplasma, Blastospora yaitu
anak sel yang dibentuk dari sel atau induk umumnya ada pada ragi, dan Klamidiospora
yaitu hifa yang pada bagian tengahnya memiliki tonjolan protoplasma yang
selanjutnya protoplasma terbagi-bagi menjadi spora.
b) Konidiospora dibentuk dari ujung hifa dengan protoplasma
membagi diri, memiliki dua macam bentuk yaitu mikrokonidia dan makrokonidia.
c) Sporangiospora dibentuk dari sporangium, yaitu dari ujung
hifa atau miselium khusus yang berbentuk benjolan dan dari benjolan ini
dibentuk spora
Spora seksual
Merupakan spora yang dibentuk dalam suatu
organ khusus yang sebelumnya telah terjadi penggabungan dari dua hifa dan
gabungan ini akhirnya membentuk alat reproduksi yang khas, misalnya:
a) Askospora adalah spora yang dibentuk dalam suatu kantong atau
askus.
b) Basidiospora adalah spora yang dibentuk pada bagian atas
atau basidium.
c) Oospora adalah spora yang dibentuk di dalam oosit.
d) Sigospora adalah spora yang dibentuk dari dua hifa yang sebelumnya
telah bergabung (Siregar, 2002).
a.
Menurut (suryani,2020) Faktor-faktor lingkungan yang mem-pengaruhi
kehidupan jamur adalah :
1)
Temperatur/
suhu :
Suhu minimal : 2 – 5 0C, Suhu optimal : 22 – 270C
Suhu maksimal : 35 – 400C
2)
Kemasaman
(pH) : pH optimal :
5 – 6,5 pH inimal : 2,5-4,5
3)
Kelembaban : 40 – 60 %
4)
Kandungan oksigen
5)
Cahaya untuk tumbuh
b.
Klasifikasi Trichophyton rubrum, Trichophyton mentagrophytes, Microsporum cannis,
Microsporum Gypseum, dan Epydermophyton
floccosum
1) Trichophyton
Genus Trichophyton menghasilkan
banyak mikrokonidia dengan ciri” berbentuk piriform sampai clavate dengan
ukurn 2-3 x 2-4 mm tidak ada makrokonidia yang memiliki karakteristik
berdinding tipis dan halus.
a)
Trichophyton rubrum
Koloni khas Trichophyton rubrum mempunyai permukaan
putih seperti kapas dan pigmen tidak terpisah tidak terpisahkan berwarna merah tua
jika dilihat dari sisi koloni dari sudut pandng berlawanan. Mikrokonidia
berukuran kecil dan piriform (Jawetz, 2008).
Ciri” : hifa
halus, mikrokonidia lonjong, tersusun atau berkelompok, makrokonidia berbentuk
pensil dan terdiri dari beberapa sel.
Kingdom : Fungi
Devision : Ascomycota
Kelas : Euroticomycotina
Ordo : Onygenales
Family : Arthrodermataceae
Genus : Trichophyton
Spesies : Trichophyton
rubrum
(Wikipedia,
2021).
1 2
Sumber: Mekkes,
2014 dalam Andawiyah 2016.
Gambar 2.1 Tricophyton
rubrum Pewarnaan Lactophenol Cotton Blue Perbesaran40x10.
Keterangan:
1. Mikrokonidia kecil, berdinding tipis, berbentuk tetesan air.
2. Hifa
yang tersusun oleh mikrokonidia.
2)
Trichophyton mentagrophytes
Koloni Trichophyton mentagrophytes dapat berbentuk seperti kapas atau butiran, kedua spesies memiliki mikrokonidia
berbentuk bola (Jawetz,
2008).
Ciri-ciri : hifa banyak berbentuk spiral, mikrokonidia
bulat, tersusun sejajar atau berkelompok, makrokonidia berbentuk pensil dan
terdiri dari beberapa sel.
Kingdom : Fungi
Devision : Ascomycota
Kelas : Euroticomycotina
Ordo : Onygenales
Family : Arthrodermataceae
Genus : Trichophyton
Spesies : Trichophyton mentagrophytes
(Wikipedia,2021).
2 1
Sumber: Billy, 2016
Gambar
2.2 Trichophyton
mentagrophytes Pewarnaan Lactophenol Cotton Blue
Perbesaran
40x10.
Keterangan: 1. Mikrokonidia
berbentuk anggur.
2.
Hifa melingkar berbentuk spiral.
3)
Epidermophyton floccosum
Koloni Epidermophyton floccosum biasanya datar seperti beludru, bewarna coklat hingga kuning kehijauan.
Menghasilkan makrokonidia yang berdinding halus (Jawetz, 2008).
Kingdom : Fungi
Devision : Ascomycota
Kelas : Euroticomycotina
Ordo : Onygenales
Family : Arthrodermataceae
Genus : Epidermophyton
Spesies : Epidermophyton Floccosum
(en.
Wikipedia.org, 2021).
Ciri-ciri : makrokonidia, berbentuk gada, berisi 2-4
sel, mikrokonidia biasanya tidak ada.
2 1
Sumber:
Sumbul Shamim, 200
Gambar
2.3
Epidermophyton floccosum Pewarnaan Lactophenol Cotton Blue
Perbesaran 40x10
Keterangan: 1.Makrokonidia berbentuk ganda.
2.Bersel 2-4.
4)
Microsporum Cannis
Koloni M. Cannis ini biasanya datar dan bewarna putih keabuan
pada permukaan dan kecoklatan bagian dasar.
Ciri-ciri: mikrokonidia tidak khas, makrokonidia: berdinding tebal,
berbentuk kumparan, berujung runcing, berisi 6 sel atau lebih.
Sumber : Goldsmith, 2008.
Gambar 2.4 microsporum
cannispewernaan Lactophenol
cotton blue
Kerajaan :
Jamur
Devisi :
Ascomycota
Kelas : Euroticomycotina
Ordo : Onygenales
Keluarga : Arthrodermataceae
Marga : Microsporum
Jenis : Microsporum
Cannis
5) Microsporum Gypseum
Bentuk koloni M Gypseum biasanya granuler dengan pigmen coklat
kekuningan.
Ciri-ciri: mikrokonidia tidak khas, makrokonidia berdinding tipis,
berbentuk kumparan, berujung tumpul, berisi 4-6 sel.
Sumber : Goldsmith, 2008.
Gambar
2.4 Mikroskopis Microsporum gypseum
Kerajaan :
Jamur
Devisi :
Ascomycota
Kelas : Euroticomycotina
Ordo : Onygenales
Keluarga : Arthrodermataceae
Marga : Microsporum
Jenis : Microsporum
Gypseum
d.
Cara Penularan
Perpindahan jamur tersebut
dapat secara lansung maupun tidak lansung. Penularan lansung dapat terjadi
melalui fomites, epitel, kontak lansung rambut manusia, penularan tidak lansung
dapat terjadi melalui vektor tumbuhan barang pakaian, debu dan air (Siregar,
2002).
e.
Manifestasi Klinis
Gambaran
klinis bermacam
macam tergantung pada lokasi kelainanya, tergantung respon imun seluler penderita terhadap
penyebab, serta jenis spesies dan jalur penyebab. Gejala bermacam-macam
(polimorfi), tergantung bagian yang terinfeksi biasanya tepinya koreng lebih aktif, dan terasa gatal (Mansjoer,
2000).
f. Faktor penularan Dermatophyta
a)
Faktor
virulensi dari dermatofita
Virulensi ini bergantung pada tingkat patogen jamur, apakah jamur
antropofilik, zoofilik, atau geofilik. Selain afinitas ini, masing-masing jenis
jamur tersebut berbeda pula satu dengan yang lain dalam afinitas terhadap
manusia maupun bagian-bagian tubuh tergantung sistem kekebalan tubuh penjamu.
b)
Faktor
utama
Kulit yang utuh tanpa lesi-lesi kecil lebih
susah untuk terserang jamur. Faktor suhu dan kelembaban ini
sangat jelas berpengaruh terhadap infeksi jamur, tampak pada lokalisasi atau
lokal, tempat yang banyak keringat seperti kulit kepala yang
tertutup lama oleh helm paling
sering terserang penyakit jamur.
c)
Faktor
umur, jenis kelamin, dan lainnya
Penyakit Tinea
kapitis lebih sering ditemukan pada anak-anak usia produktif
dibandingkan pada orang dewasa. hal ini banyak berhubungan dengan pekerjaan. Di
samping faktor-faktor tadi masih ada faktor-faktor lain, seperti faktor perlindungan tubuhyang tak di
perhatikan seperti membiarkan penutup kepala yang di biarkan
lembab oleh keringat,
faktor transpirasi serta penggunaan pakaian yang serba nilon dapat mudahkan
timbulnya penyakit jamur (Siregar, 2002).
g.
Personal
Hygiene
Kesehatan diri atau dikenal dengan sebutan personal hygiene adalah pembersihan yang
ditunjukan untuk menjaga kesehatan fisik maupun mental (Rejeki, 2015). Personal hygiene merupakan
pencegahan khusus. Tujuan menjaga personal hygiene adalah untuk meminimalkan masuknya (portal) mikroorganisme sistemik.
Bagaimanapun, kebersihan pribadi dapat mencegah seseorang tertular penyakit
menular, munculnya penyakit dan membawa wabah penyakit khususnya penyakit kulit
menular (Sidabutar,
2017). Perilaku kesehatan adalah tanggapan seseorang terhadap stimulus atau objek yang berhubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, sakit dan penyakit seperti lingkungan, makanan,
minuman, dan pelayanan kesehatan (Notoatmodjo, 2010). Usaha Personal hygiene
dapat dilakukan dengan cara menjaga kebersihan kulit, rambut, gigi, dan kebersihan kaki maupun kuku (Rejeki, 2015). Faktor-faktor yang mempengaruhi personal
hygien yakni:
a) Keimanan
Minimnya
keimanan dalam diri seorang, tanpa disadari akan mendorong melakukan prilaku
mengacuhkan atau tidak mementingkan kebersihan dirinya.
b) Body Image
Body image adalah gambaran individu
terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri, misalnya karena ada
perubahan fisik sehingga individu terbiasa tidak peduli dengan kebersihannya.
a)
Praktik
sosial
Kurag peduli dengan kesehatan akan berpengaruh dengan kehidupan sosial
contoh membiasakan anak dimanja
dalam kebersihan diri, maka akan terjadi pengaruh pada pola perilaku kebersihan dirinya.
b)
Status
sosial ekonomi
Personal hygiene memerlukan biaya dalam membeli bahan-bahan
untukmerawat diri, sehingga pada masyarakat dengan ekonomi yang rendah akan mengacuhkan meerawat dirinya
sehingga personal hygiene mereka kurang.
c)
Pengetahuan
Pengetahuan yang baik tentang personal
hygiene sangat penting karena dapat meningkatkan kesehatan.
Perawatan tubuh adalah konsep
dasar membersihkan, merawat. Sangatlah penting untuk keryawan menjadi sehat dan aman ditempat mereka (Susanty, 2015).
d)
Kebersihan
kulit
Kulit adalah organ terluar manusia, melindungi jaringan dibawahnya daripaparan kerusakan, mengatur suhu, menghasilkan lemak dan mengabsorpsi vitamin D. Kulit merupakan penutup elastis yang melindungi tubuh dari lingkungan. Kulit
sebagai organ pelindung, kulit berperan penting meminimalisir
gangguan dari luar (Listautin,
2012). Pemeliharaan kulit tidak terlepas dari kebersihan lingkungan, makanan
yang dimakan serta kebiasaan hidup sehari-hari. Hal yang perlu dilakukan dalam
pemeliharaan kulit adalah:
a) Mandi dilakukan oleh setiap individu setidaknya 2x sehari
b) Membersihkan tubuh dengan menggunakan air
bersih.
c) Menjaga kebersihan pakaian dengan mengganti
pakaian setiap hari.
d) Mandi dengan menggunakan sabun.
e) Makan-makanan yang bergizi terutama sayur dan
buah.
f)
Menjaga
kebersihan lingkungan (Rejeki, 2015).
e)
Kebersihan
rambut
Kesehatan rambut mempengaruhi penampilan dan kesejahteraan seseorang dalam banyak hal, Kurangnya kebersihan akan membuat rambut terlihat kusut, kusam, tidak rapi, dantidak terawat atau gangguan seperti gatal-gatal, adanya ketombe,
adanya kutu dll (Listuatin,
2012). Hal-hal yang diperlukan dalam perawatan rambut dan kulit kepala agar
tetap bersih dan sehat yaitu:
1) Mencuci rambut sekurang-kurangnya dua kali
seminggu.
2) Mencuci rambut dengan menggunakan sampo.
3)
Menggunakan
alat-alat pemeliharaan rambut .
4)
Rutin membersihkan atribut yang sering dipakai
di kepala seperti alat pelindung kepala.
2.
Helm
Helm atau topi pengaman adalah pelindung tubuh yang
dikenakan di kepala, biasanya dibuat dari logam atau bahan keras lainnya seperti kevlar, fiber resin atau
plastik. Helm selalu dikenakan perlindung kepaladalam
hal nya berkendara. Helm
dapat memberi perlindungan tambahan untuk melindungi organ kepala dari benturan
dan bahaya dari luar. Helm motor, adalah helm digunakan untuk
melindungi kepala bila terjadi kecelakaan lalu-lintas pada
para pengguna sepeda motor.
Helm Pertama
sekali dicetuskan untuk diwajibkan untuk digunakan di Indonesia oleh Kepala
Kepolisian RI Hoegeng Tahun 1992.
1) Helm
dibagi menjadi 3 bagian
2) Lapisan
luar yang keras (hard outer shell)
3) Lapisan
dalam yang tebal (inside shell or liner)
4) Lapisan
dalam yang lunak (comfort padding)
Merupakan bagian dalam yang terdiri
dari bahan lunak dan kain untuk menempatkan kepala secara pas dan tepat pada
rongga helm. (Wikipedia)
3.
Kerangka Konsep
Helm
penumpang ojek online: - skala usiapemakaian helm 1tahun, 2tahun , >2tahun. 1. jamur dermatofita (Trichophyton rubrum, Trichophyton
mentagrophytes, Microsporum cannis, Microsporum Gypseum, dan
Epydermophyton floccosum).
BAB
III
METODE
PENELITIAN
A.
Jenis penelitian
Jenis
penelitian yang digunakan ini adalah bersifat bersifat deskriptif analitik, variabel yang diamati adalah variabel terikat berupa jamur dermatofita, variabel
bebas jamur pada helm penumpang gojek bedasarkan usia pemakaian helm.
B.
Lokasi Dan Waktu
Penelitian
Lokasi
pengambilan sampel helm dilakukan di Kecamatan Kedaton Bandar lampung dan
pemeriksaan dilakukan di Laboratorium Parasitologi Jurusan Teknologi
Laboratorium Medis Program Diploma Tiga pada bulan Maret-Mei 2023.
C.
Populasi dan sampel
1. Populasi penelitian
Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh helm penumpang ojek online Gojek di kecamatan
kedaton Bandar Lampung.
2.
Sampel penelitian
Sample yang digunakan
pada penelitian sampel helm penumpang Gojek yang di ambil secara purposive sampling. Sample yang
digunakan yaitu sample yang memenuhi syarat kriteria inklusi dan bersedia
menjadi responden.
a) Kriteria inklusi
1) Helm penumpang ojek
online aplikasi gojek yang digunakan penumpang bedasarkan usia (1 tahun),
(2tahun) dan (>2 tahun)
2) Ojek online yang bersedia
menandatangani lembar persetujuan.
3) Helm penumpang ojek online yang digunakan oleh satu driver
saja dan tidak digunakan driver ojek online lain.
4) Helm yang digunakan driver ojek online
sampai sekarang.
5) Diamati secara makro
memiliki kondisi basah, kelembaban yang
berlebih.
b) Kriteria Ekslusi
1) Helm yang tidak
digunkan untuk menumpang.
2)
Ojek online
yang tidak bersedia menandatangani lembar persetujuan.
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Tabel 3.1 Tabel
Variabel dan Definisi Operasional
Variabel penelitian |
Definisi |
Cara Ukur |
Alat Ukur |
Hasil ukur |
Skala |
1.
Jamur Dermatofita |
Golongan
jamur dermatophyta yang melekat dan
tumbuh pada helm penumpang ojek online di kecamatan Kedaton Bandar
Lampung. 1.
Positif (+): ditemukan jamur Dermatophyta. 2.
Negatif (-): tidak ditemukan jamur Dermatophyta (Mojas, 2017) |
Pemeriksaan
laboratorium Pengamatan
morfologi
secara makroskopis
dan mikroskopis |
Media Sabouraund Dextrose Agar (SDA) dan
miskroskop. |
Golongan
jamur dermatophyta yang melekat dan
tumbuh pada helm penumpang ojek online. 1.
Positif (+): ditemukan jamur Dermatophyta. 2.
Negatif (-): tidak ditemukan jamur Dermatophyta (Mojas, 2017) |
Nominal |
2. Lama
penggunaan helm |
Masa penggunaan
helm penumpang Gojek di kecamatan Kedaton pertama kali sampai sekarang. |
Observasi |
kuesioner |
1 tahun 2 tahun > 2 tahun pemakaian |
Interval |
B.
JENIS DATA
Data primer merupakan data yang diperoleh secara
langsung oleh peneliti terhadap responden atau sampel yang meliputi identitas
responden, penumpang ojek online, dan keberadaan jenis jamur dermatofita.
G. Teknik Pengumpulan data
a.
Data
primer
1)
Identitas
responden
Identitas responden yaitu meliputi nama, umur,
jenis kelamin, alamat dan pendidikan.
2) Skala usia helm penumpang Ojek online
Melakukan wawancara
langsung dan mengisi kuisioner kepada responden mengenai lama pengunaan dan
pembersihan helm.
3) Jamur dermatofita
Sampel yang telah
diperiksa secara makroskopis dan mikroskopis ditentukan jenis jamur Dermatophyta
(Trichophyton rubrum,
Trichophyton mentagrophytes, Microsporum cannis, Microsporum Gypseum, dan Epydermophyton floccosum)
H. Prosedur
penelitian
Driver ojek online Informed Wawancara Pengambilan sample helm penumpang Penangan dan penanaman sampel pada media SDA
Identifikasi secara makroskopis Ada pertumbuhan jamur Tidak ada pertumbuhan jamur Identifikasi secara mikroskopis dengan larutan LCB Positif (+) Ditemukan
jamur dermatofita (Trichophyton
rubrum, Trichophyton mentagrophytes, Microsporum cannis, Microsporum
Gypseum, dan
Epydermophyton floccosum) Negatif (-) Tidak Ditemukan jamur dermatofita (Trichophyton rubrum,
Trichophyton mentagrophytes, Microsporum cannis, Microsporum Gypseum, dan Epydermophyton floccosum) analisa
I.
Persiapan alat dan bahan
Pemeriksaan
a.
Alat-alat
alat yang digunakan adalah scalpel, objek glass, deck glass, wadah
sampel 20 cc, pipet tetes, mikroskopis dan label, timbangan, cawan petri,
spatula, erlenmeyer, beaker glass, gelas ukur, objek glass, autoclave,
hotplate, incubator, ose, mikroskop, benang wol, kapas lidi steril, dan selotip
b.
Bahan
Pemeriksaan yang digunakan adalah
larutan KOH 10%, Pewarnaan Lactophenol
Cotton Blue, NaCl 0,9%, antibiotik Choloramphenicol
, tissue dan media Sabouround Dextrose
Agar
c.
Spesimen
Spesimen yang digunakan adalah
kerokan bagian permukaaan dalam helm penumpang ojek online di kecamatan
kedaton.
J.
Cara kerja
a. Pengambilan spesimen
1. Mendatangi driver ojek online dan menjelaskan
maksud dan tujuan penelitian yang akan dilakukan.
2. Dilakukan observasi
secara lansung dengan lembar ceklis pada driver di Kecamatan Kedaton Bandar
Lampung.
3. Meminta kesediaan
untuk menjadi responden penelitian (Wibowo,2022).
4. Mengambil sample dari
swab helm penumpang ojek online dengan menggunakan kapas lidi steril yang
dibasahi dengan larutan NaCl 0,9% kemudian dibuat suspensi dengan cara swab
dimasukan kedalam larutan NaCl 0,9% (Putri 2016).
5. Bahan pemeriksaan
dibawa ke Laboratorium Prasitologi Jurusan Teknologi Laboratorium Medis
Poltekkes TanjungKarang.
b. Kultur jamur
1. Setelah sampel
mencukupi penanaman dilakukan dengan cara pulasan (swab) menggunakan kapas lidi
streil.
2. lalu suspensi ditanam
ke media Sabouraud Dextrose Agar (SDA) dengan rata.
3. Bagian luar cawan
petri di selotip agar tidak terkontaminasi jamur lalu di inkubasi menggunakan
inkubator pada suhu 370C selama 2-7 hari.
4. Dilakukan pengamatan
secara makroskopik koloni jamur yang tumbuh pada media Sabouraud Dextrose Agar (SDA)
(Putri,2016).
c. Pembuatan Sabouraud
Dextrose Agar (SDA)
1. Menimbang media Sabouraud Dextose Agar sebanyak 65 gr
lalu dimasukan kedalam Erlenmeyer yang berisi 1.000 ml Aquadest kemudian
dipanaskan hinggga larut. Setelah itu di sterilisasi menggunakan autoclave
selama 15 menit pada suhu 1210C dengan tekanan 2 atm.
2. Tambahkan Choloramphenicol sebanyak 10 ml kedalam
media Sabouraud Dextrose Agar (SDA) yang telah dingin
lalu dihomogenkan. Larutan antibiotik dibuat dengan melarutkan 500 mg Choloramphenicol kedalam 10 ml aquadest.
3. Setelah itu,
menuangkan larutan media Sabouraud Dextrose Agar (SDA) ke dalam cawan petri
dengan volume 20 ml/petri. Kemudian dinginkan media hingga membeku (Oxoid,2019)
d. Pembuatan lactophenol cotton blue (LCB)
Memipet phenol 10 ml, glycerin 20ml, dan lactic
acid 10 ml. Semua bahan dicampurkan dan ditambahka aquadest 10 ml lalu
dihomogenkan. Lalu ditambahkan Methylen
Blue 0,05 gram ke dalam larutan tersebut sampai homogen. (Surya, 2020)
e. Pembuatan KOH 10%
1. Di timbang KOH 10 gr
2. Dipindakan ke gelas
kimia + 100 ml aquadest
3. Diaduk hingga larut
4. Lalu masukan KOH 10%
ke dalam botol reagen (Djuanda, 2013)
f. Pembuatan NaCl 0,9%
1. Meninbang sodium chloride sebanyak 0,9 gr lalu
dimasukan kedalam Erlenmeyer yang berisi 100 ml aquadest kemudian dipanaskan
pada hotplate hingga larut.
2. Setelah itu di
sterilkan menggunakan autoclave selama 15 menit pada suhu 1210C
dengan tekanan 2 atm ( Bakteriologi, 2014 )
K.
Pemeriksaan Jamur
Secara Mikroskopik
1. Koloni jamur yang
tumbuh pada media Sabouraud Dextrose Agar (SDA)
diletakkan di atas objek glass dengn menggunakan ose.
2. Kemudian teteskan 1-2
tetes lactophenol cotton blue (LCB)
berfungsi untuk memperjelas ciri morfologi jamur saat di amati di bawah
mikroskop.
3. Amati dibawah
mikroskop dengan perbesaran 10x dan 40x (Janna,2017)
4. Interpretasi Hasil
Positif (+) : Ditemukan jamur pada pemeriksaan
mikroskopis.
H.
Analisis data
Analisis data dalam penelitian ini adalah
menghitung jumlah total jamur dan jamur dermatofita pada masing” skala usia
pemakaian. Data yang di peroleh akan disajikan dalam bentuk tabel berikut :
no |
Skala lama usia
pemakaian helm |
Jumlah helm |
Jumlah keseluruhan
jamur |
Jumlah jamur
dermatofita |
persentase |
1 |
0-1 tahun |
.................. |
.................. |
.................. |
.................. |
2 |
1-2 tahun |
.................. |
.................. |
.................. |
.................. |
3 |
>2 tahun |
.................. |
.................. |
.................. |
.................. |
Jumlah total |
|
|
|
|
Bedarkan data pada tabel di atas perhitungan jumlah
persentase jamur dermatofita di hitung menggunakan rumus berikut :
Persentase N =
Keterangan
N= Nilai persentase jamur
dermatofita yang di helm
X= jumlah dermatofita
yang ditemukan
Y= Jumlah total semua
jamur yaang tumbuh
Perhitungan
persentase Helm yang di tumbuhi masing-masing speies Jamur.
Spesies jamur Trichophyton rubrum = |
Spesies jamur Trichophyton
mentagrophytes = |
Spesies jamur Microsporum cannis = |
Spesies jamur Microsporum
Gypseum= |
Spesies jamur Epydermophyton Jloccosum = |
(rahman,2018)
DAFTAR
PUSTAKA
Fushiani, Dwi. 2017. Pemeriksaan Dermatofita Pada Topi
Siswa Di SDN Pasirkaliki Mandiri 01
Gandahusada S dan H.D. 2004. Parasitologi Kedokteran.
Edisi Ketiga. FKUI: Jakarta
Gojek, 2021. Mitra Gojek. Available at :
https://www.gojek.com/id-id/
Gojek. Komitmen Gojek. http://www.go-ride.co.id
Hasyimi. 2010. Mikrobiologi Parasitologi Untuk Mahasiswa
Keperawatan. TIM. Jakarta
Husni, H.,E. Asri, dan R. Gustia. 2018. Identifikasi
Dermatofita Pada Sisir Tukang Pangkas Di Keluarahan Jati Kota Padang. Jurnal
Kesehatan Andalas
Imaniar, Febry. 2018. Gambaran Keberadaan Jamur
Dermatophyta Pada Kuku Petani Padi Di Kecamatan Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin
Tahun 2018
Jawetz, E, J.L. Melnick, E.A. Adelberg, G.F. Brooks, J.S.
Butel, dan L.N. Ornston.1996.Mikrobiologi Kedokteran. EGC. Jakarta
Jawetz; Melnick; Adelberg, 2008. Mikroboilogi Kedokteran
Edisi 23. Jakarta: Kedokteran EGC, 879 halaman.
Mansjoer, A., Suprohalita, W.I. Wardhani, dan W.
Setiowulan. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius. Jakarta
Pravitasari, D.N., T.A. Hidayatullah, A.F. Nuzula, dan
R.Puspita. 2019. Profil Dermatofita Superfisialis Periode Januari-Desember 2017
Di Rumah Sakit Islam Aisiyah Malang. Jurnal Saintika Medika. Malang PT.
Freeline Cipta Granesia.
Putri, A. 2016. Identifikasi njamur kontaminan
padanearphone mahasiswa jurusan analis kesehatan poltekkes kemenkes jakarta
III.jakarta.
Rahman, Hardi, I., & baharuddin, A. 2018.
Identifikasi Bakteri Staphylococcus Sp pada handphone Dan Analisis Praktik
Personal Hygiene. Window of health, 12(4), 216 http://jurnal.fkmumi
.ac.id/index.php/woh/article/view/woh1108
Rejeki, Sri. 2015. Sinitasi Hygiene dan K3. Rekayasa
Sains. Bandung
Sarumpaet, May Iyasya. 2019. Profil Dermatofita Pada
Penderita Dermatofitosis Di Poliklinik Kulit Dan Kelamin Rumah Sakit Umum Dr.
Ferdinand Lumbantobing Sibolga Tahun 2019. Skripsi. Universitas Sumatera Utara
Sidabutar, S., L.S. Barus, L.T. Listianingsih. 2017.
Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Keluarga Dalam Melaksanakan Personal Hygiene
Pada Anak Sekolah Di Mi Roudotutta’lim
Simanjuntak, Jemsly Maju Joel. 2017. Identifikasi
Dermatofita pada Helm Tukang Becak. Skripsi. Universitas Sumatera Utara
Siregar.2002. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit.
EGC. Jakarta
Siregar.2002. Penyakit Jamur Kulit. EGC. Jakarta
Sonhaji, S. (2018). Aspek Hukum Layanan Ojek Online
Perspektif Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
Administrative Law and Governance Journal, 1(4), 371–385.
https://doi.org/10.14710/alj.v1i4.371-385
Suryani, Yani; Opik Taupiqurrohman; yani Kulsum;
2020.mikologi.padang;
Susanty, Evi. 2015. Hubungan Personal Hygiene Dan
Karakteristik Individu Terhadap Kejadian Dermatitis Pada Petani Rumput Laut Di
Dusun Puntondo Kabupaten Takalar. Universitas Hasanuddin
Sutanto, inge, dkk, 2008. parasitologi Kedokteran Edisi
Keempat. Jakarta: Staf Pengajar Departemen Parasitologi. FKUI
Wikipedia, 2021. Epidermophyton Floccosum. Available at: https://en.wikipedia.org/wiki/Epidermophyton_floccosum/
[Accessed January 7, 2022].
Wikipedia, 2021. Trichophyton. Available at:
https://id.wikipedia.org/wiki/Trichophyton/ [Accessed January 7, 2022].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar