Senin, 16 Januari 2023

GAMBARAN JAMUR Dermatofita PADA HELM PENUMPANG GOJEK DI KECAMATAN KEDATON BEDASARKAN SKALA USIA PEMAKAIAN TAHUN 2023

 

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

 

 

 

 

GAMBARAN JAMUR Dermatofita PADA HELM PENUMPANG

GOJEK DI KECAMATAN KEDATON BEDASARKAN

SKALA USIA PEMAKAIAN

TAHUN 2023

 

 


BAB I

PENDAHULUAN

 

 

A.    Latar Belakang 

        Kemajuan dunia di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi  yang semakin pesat mendorong negara-negara dunia memanfaatkan aplikasi online dalam mempermudah berbagai aktivitas dan pekerjaan. Salah satu pemanfaatan aplikasi di bidang tranfortasi ialah aplikasi ojek online, salah satunya Gojek. Menurut Gojek (wibesite2023) Sampai saat ini tercatat 190 juta pengguna aktif dan 2jt mitra driver yang sudah bergabung yang tersebar luas di asia tenggara seperti Indonesia, singapura, vietnam dan Thailand.

        Aplikasi Gojek resmi hadir pada tanggal 5 oktober 2010 oleh Nadiem Makarim, ide mendirikan Gojek muncul dari pengalamanya, ia selalu menggunakan transfortasi ojek setiap berangkat bekerja untuk menembus kemacetan di Jakarta. Ia berharap dengan adanya gojek membantu memperbaiki struktur transfortasi di indonesia, memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam melaksanakan pekerjaan sehari-hari seperti pengiriman dokumen, belanja harian dengan fasilitas kurir, serta turut mensejahterakan kehidupan tukang ojek di Indonesia (Gojek).

         Aplikasi ojek online menyediakan fitur Goride untuk mengantarkan penumpang dengan transportasi motor sesuai dengan perlengkapan atribut yang di wajibkan yaitu helm, peraturan memakai helm di tuangkan dalam pasal 106 ayat (8) UU no.22/2009 mengatur bahwa: “setiap orang yang mengemudikan sepeda motor dan penumpang sepeda motor wajib menggunkan helm yang memenuhi standar nasional Indonesia” .

         Pengemudi ojek online berhak atas hak keselamatan dan kesehatan kerja berdasarkan UU No. 13 Tahun 2010. K3 adalah upaya manusia untuk menciptakan kesejahteraan dalam bekerja. Waktu kerja seseorang menentukan kesehatan, efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerja. Rata-rata waktu kerja driver online adalah 10-12 jam per hari. Jam kerja yang panjang dapat menimbulkan kecenderungan kelelahan, gangguan kesehatan, penyakit dan kecelakaan (Sonhaji, 2018). Konsumen ojek online memiliki hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dituangkan  dalam pasal 4 ayat (1) UU No. 8 Tahun 1999 menyatakan bahwa: “konsumen memiliki hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan jasa “

         Pengemudi ojek online selalu mengantarkan penumpang mengunakan helm, kesehatan helm yang selalu digunakan penumpang sering tidak diperhatikan seperti kelembapan dan kebiasaan membersihkan bagian dalam permukaan  helm setelah digunakan dilakukan secara terus  menerus, helm menjadi  hospes perantara penyebaran parasit dari benda ke manusia khususnya jamur Dermatofita (Husni et al, 2018).

        Penyakit kulit termasuk salah satu penyakit yang masih sering diwaspadai masyarakat dunia termasuk pada negara Indonesia yang beriklim tropis. Lingkungan tropis yang memiliki suhu yang panas dan penggunaan helm dalam waktu yang lama, dapat menjadi salah satu risiko pertumbuhan jamur karena kondisi suhu yang lembab dan hangat (Pravitasari et al, 2019). Kerugian yang dialami akibat dari infeksi Dermatofita pada kulit disebut dengan Dermatofitosis (Siregar, 2002).

         Penyakit jamur superfisial disebabkan oleh spesies jamur Dermatofita yang menyerang bagian keratin seperti jaringan kulit, kuku dan rambut sebagai nutrisinya disebut penyakit Dermatofitosis. Trasmisi Dermatofitosis dapat menyebar langsung dari manusia ke manusia (organisme antropofilik), dari tanah ke manusia (organisme geofilik) dan dari hewan ke manusia (organisme zonofilik). Infeksi Dermatofia juga dapat terjadi secara tidak langsung melalui benda lain yang dapat berperan sebagai pembawa agen infeksi, seperti handuk, penutup kepala dan sisir yang digunakan secara bergantian (Husni et al, 2018).

         Jamur dermatofita selalu mengeluarkan enzim keratinase untuk mencerna keratin, daerah yang paling sering terinfeksi adalah pangkal kulit kepala, yang dapat menyebabkan tinea capitis atau sering dikenal sebagai kurap pada bagian kulit kepala. Tinea capitis disebabkan oleh jamur dermatofita genus Trichophyton dan Microsporum (Husni et al, 2018). Jamur tersebut menyerang dan merusak struktur kulit kepala, kondisi ini bisa berkembang menjadi koreng hingga meninggalkan bekas luka permanen dan menyebabkan rambut mudah rontok sampai berujung pada kebotakan. Penderita tinea kapitis juga berisiko mengalami tekanan emosional karena diejek, diasingkan atau diintimidasi oleh teman-temannya. Dalam beberapa kasus, penyakit ini dapat menyebabkan gangguan mental yang sangat serius pada penderitanya.

         Sampai detik ini angka peristiwa dermatofitosis di Indonesia di laporkan masih cukup tinggi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di RSU Dr. Fedinand Lumbantobing Sibolga dari 260 kasus penyakit kulit di tahun 2019, terdapat 75 kasus dermatofita, tinea korporis 32 sampel 42,7%, tinea kruris 23 sampel 30,7%, tinea kapitis 5 sampel 6,7%, tinea pedis 13 sampel 17,3% dan tinea unguium 2 sampel 2,7% dan terdapat 1 spesies Microsporum canis, 28 spesies Trichophyton rubrum, 12 spesies Trichophyton mentagrophytes. Trichophyton rubrum merupakan spesies terbanyak yang menyebabkan dermatofitosis sebanyak 28 sampel (sarumpaet,2019)

Penelitan terkait sebelumnya

         Penelitian terkait penelitian dilakukan sebelumnya (Husna 2020) tentang pemeriksaan Dermatofita pada helm driver  ojek online di Palembang di dapatkan hasil sebanyak 6 sampel (35,3%) positif (+) jamur Dermatophyta dari spesies Microsporum audouinii, Microsporum ferrugineum, Trichophyton mentagrophytes, dan Trichophyton tonsurans berdasarkan pernah membersihkan helm ditemukan positif (+) 4 responden (36,4%) dan tidak pernah membersihkan helm ditemukan positif (+) 2 responden (33,3%). Krjadian ini membuktikan bahwa helm bisa menjadi tempat tumbuhnya jamur dermatofita penyebab Tinea kapitis ditinjau dari adanya keberadaan jamur pada helm driver dari masing-masing variabel.

         Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Simanjuntak, 2017) Identifikasi Jamur Dermatofita Pada Helm Tukang Becak, Penelitian ini menunjukkan bahwa 25 tukang becak (83,3%) tidak pernah membersihkan permukaan dalam helm yang digunakan dan 5 tukang becak (16,7%) pernah membersihkan helm yang digunakan. Pemeriksaan kultur media Sabaroud dextrose agar ditemukan pada kerokan permukaan dalam helm tukang becak diperoleh didapatkan sebanyak 16 (53,3%) jamur menyebabkan dermatofitosis dari 30 sampel. Dimana spesies terbanyak berasal dari genus Trichophyton yaitu Trichophyton Mentagrophytes 8 sampel (23,3%) yang merupakan salah satu spesies yang bisa menginfeksi kepala manusia, sedangkan spesies lain yang teridentifikasi yaitu T.scholenii dua sampel (6,7%), T.violaceum dua sampel (6,7%), M.audonii 4 sampel (13,3%), dan M.Gyepsum 1 sampel (3,3%). Hal ini dikarenakan tidak ada jadwal yang teratur pada tukang becak dalam hal membersihkan helmnya dan lama penggunaan helm, sehingga meningkatkan risiko pertumbuhan jamur Dermatophyta penyebab Tinea kapitis.

        Beberapa keadaan yang telah dijelaskan maka bisa memungkinkan terjadinya pertumbuhan jamur. Pencarian referensi yang telah dilakukan dari literatur yang saya baca penelitian tentang “gambaran jamur Dermatofita Pada helm penumpang ojek online di Kecamatan Kedaton bedasarkan skala usia pemakaian helm sebelumnya bahwa belum pernah ada penelitian di Bandar Lampung khususnya pada helm penumpang ojek online. Berdasarkan observasi yang telah saya lakukan di kecamatan Kedaton Bandar Lampung di dapati keluhan kulit kepala ojol yang mengelupas, kulit kepala memerah, rambut rontok, ruam kemerahan di daun telinga.

Media helm yang dipakai bergantian dalam kondisi tidak pernah dibersihkan dan sedikit lembab minimnya kesadaran untuk menjaga kebersihan diri dan kurangnya pengetahuan masyarakat terutama ojol terhadap penyakit yang disebabkan oleh  Dermatofita dikarnakan penyebaraya yang mudah. Maka penting untuk dilakukan penelitian mengenai “Gambaran jamur Dermatofita pada helm penumpang Gojek di Kecamatan Kedaton bedasarkan usia pemakaian helm”.

B.     Rumusan Masalah

       Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Belum diketahuinya keberadaan jamur Dermatofita pada helm penumpang ojek online di Kecamatan Kedaton bedasarkan skala usia pemakaian helm.

 

 

C.    Tujuan Penelitian

1.      Tujuan Umum

Agar mengetahui jenis dan jumlah Jamur Dermatofita pada helm penumpang ojek online di kecamatan Kedaton Bandar Lampung.

 

2.      Tujuan Khusus

1.       Untuk mengetahui keberadaan jamur Dermatophyta pada helm penumpang ojek online di Kecamatan Kedaton Bandar Lampung.

2.       Untuk mengetahui persentase spesies jamur dermatofita (Trichophyton rubrum, Trichophyton mentagrophytes, Microsporum cannis, Microsporum Gypseum, dan Epydermophyton floccosum).

3.       Diketahuinya distribusi frekuensi jamur Dermatophyta pada helm penumpang ojek online di Kecamatan kedaton tahun 2023 berdasarkan skala lama penggunaan helm.

 

D.    Manfaat Penelitian

1.      Manfaat teoritis

       Memperbanyak wawasan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan menjadi bahan referensi bagi peneliti selanjutnya tentang jamur Dermatofita pada helm penumpang ojek online di Kecamatan Kedaton Bandar Lampung

2.      Manfaat aplikatif

a.       Bagi Masyarakat

Memperoleh masukan untuk masyarakat dari pengetahuan dan wawasan yang diberikan mengenai dampak dan penyebaran keberadaan jamur Dermatofita khususnya pada helm penumpang ojek online serta sebagai motivasi bagi masyarakat khususnya driver ojek online untuk selalu menjaga kebersihan diri dan penumpangnya.

b.      Bagi Peneliti

Merupakan sarana untuk melatih diri cara dan proses berpikir ilmiah serta berpikir praktis sebagai penerapan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh selama pendidikan.

c.       Bagi Institusi

Menambah referensi dan informasi kepustakaan Program diploma tiga Teknologi Laboratorium Medis.

 

A.    Ruang Lingkup Penelitian

      Bidang kajian dari penelitian ini adalah mikologi yang bersifat deskriptif analitik. Variabel yang diamati adalah variabel terikat berupa jamur dermatofita, variabel bebas pemeriksaan jamur pada helm penumpang ojek bedasarkan lama waktu. Sample penelitian berjumlah belum ditentukan yang dibagi menjadi 3 kelompok lama helm digunakan (1tahun) (2tahun) (>2tahun). Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah apusan pada permukaan dalam helm penumpang ojek online aplikasi Gojek yang memenuhi kriteria inklusi.

        Tempat penelitian ini dilakukan di Laboratorium Parasitologi Jurusan Teknologi Laboratorium Medis Poltekkes Tanjungkarang. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Maret-April 2023. Metode pemeriksaan menggunakan metode mikroskopis dan kultur dari hasil kerokan permukaan helm dengan menggunakan larutan KOH 10% lalu ditanam di media Sabouraud Dextrose Agar  (SDA). Analisis data yang digunakan untuk mengetahui distribusi frekuensi jumlah jenis jamur pada helm badasarkan skala usia waktu helm digunakan.

 


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

 

A.    Tinjauan tiori

1.      Jamur

      Jamur adalah tumbuhan uniseluler, mempunyai dinding dari selulosa atau khitin, mempunyai protoplasma yang mengandung satu atau lebih inti, bereproduksi secara seksual dan aseksual, tidak mempunyai klorofil. Ilmu tentang jamur dikenal dengan istilah Mikologi atau Fikologi. Jamur bersifat patogen menyerang manusia menyebabkan berbagai penyakit baik pada kulit, kuku maupun rambut yang disebut Mikosis Superfisial, sedangkan jamur yang menyerang organ tubuh manusia bagian disebut Mikosis Profunda atau Mikosis Sistemik (Hasyimi, 2010).

       Jamur termasuk kedalam filum talofita yang tidak mempunyai akar dan daun sejati. Jamur tidak bisa menghisap makanan dari tanah karena tidak mempunyai klorofil sehingga jamur tidak dapat mencerna makanan sendiri oleh karenanya hidup sebagai parasit atau saprofit pada organisme lain untuk keberlansungan hidupnya (Siregar, 2002). Sistem enzim yang terdapat pada tubuh jamur dapat membantu proses mencernan dan mengubah zat organik pada tubuhnya sebagai sumber energi dengan cara mengubah karbohidrat, selulosa, dan zat organik lain yang berasal dari tumbuhan, serangga, maupun binatang. Sifat inilah yang menyebabkan kerugian pada benda dan makanan yang ditumpanginya karena dapat menimbulkan kerusakan dan dapat menimbulkan penyakit (Imaniar, 2018).

       Pada umumnya kondisi hangat dan lembab jamur akan tumbuh dengan baik, namun jamur juga mudah untuk beradaptasi, sehingga jamur dapat ditemukan di mana saja (Gandahusada, 2011). Hingga terkini diperkirakan kurang lebih 200.000 macam spesies jamur, hanya 50 spesies yang patogen pada manusia, yaitu 20 spesies menyerang kulit, 12 spesies menyerang subkutis, dan 18 spesies menyerang alat dalam atau sistemik (Siregar, 2002). Dermatofita dan spesies Candida yang hanya dapat ditularkan dari satu orang ke orang yang lain (Jawetz, 1996).

a.      Dermatofita

     Banyak species jamur yang dapat menyebabkan penyakit infeksi pada manusia, salah satunya species dari jamur Dermatofita. Dermatofit berasal dari bahasa yunani dermatos phyton yang artinya tumbuhan atau tanaman pada kulit. Jamur Dermatofita termasuk dalam devisi ascomycota atau sering diberinama sac fungi karena memproduksi spora  dari bagian reproduksi tebentuk seperti kantung (wikipedia).    

   Jamur Dermatofita  dikelomopokan kedalam kelas  Deuteromycetes atau jamur yang belum diketahui cara reproduksinya. secara umum Dermatofita dibagi menjadi 3 genus trichophyton, micosporum dan epidermophyton Jamur tersebut termasuk dalam family arthodermactaceae yang menyebabkan penyakit kulit pada manusia.(wikipedia).

b.      morfologi

     Menurut (Gandahusada, 2006)  jamur termasuk memiliki dua kelompok besar, yaitu :

1)      Khamir/molds

Khamir termasuk jamur uniseluler yang memiliki sel bulat, lonjong dan memanjang. Khamir berkembang biar dengan membentuk tunas. Koloni dari Khamir berbentuk bulat, dengan permukaan yang lembab dan berlendir biasanya bewarna putih kecoklatan.

2)      Kapang/yeast

Kapang adalah jamur multiseluler yang tirdiri dari sel-sel panjang bercabang disebut dengan hifa. Hifa ada juga yang bersekat dan juga hifa tidak bersekat. Hifa yang tidak bersekat disebut dengan hifa sinositik. Jaringan hifa selama pertumbuhan disebut miselium. Kapang biasanya membentuk koloni seperti kapas bahkan sampai padat.

c.       Reproduksi jamur

   Reproduksi jamur memiliki dua bagian, yakni seksual dan aseksual.

 

 

 

Spora aseksual

   Spora aseksual disebut tallospora, adalah spora yang terbentuk lansung dari hifa reproduktif. Bagian spora yang termasuk talospora yaitu:

a)       Talospora dibagi menjadi tiga kelompok yakni Arthospora yaitu spora yang langsung dibentuk dalam satu hifa dengan membagi protoplasma, Blastospora yaitu anak sel yang dibentuk dari sel atau induk umumnya ada pada ragi, dan Klamidiospora yaitu hifa yang pada bagian tengahnya memiliki tonjolan protoplasma yang selanjutnya protoplasma terbagi-bagi menjadi spora.

b)      Konidiospora dibentuk dari ujung hifa dengan protoplasma membagi diri, memiliki dua macam bentuk yaitu mikrokonidia dan makrokonidia.

c)      Sporangiospora dibentuk dari sporangium, yaitu dari ujung hifa atau miselium khusus yang berbentuk benjolan dan dari benjolan ini dibentuk spora

Spora seksual

    Merupakan spora yang dibentuk dalam suatu organ khusus yang sebelumnya telah terjadi penggabungan dari dua hifa dan gabungan ini akhirnya membentuk alat reproduksi yang khas, misalnya:

a)      Askospora adalah spora yang dibentuk dalam suatu kantong atau askus.

b)      Basidiospora adalah spora yang dibentuk pada bagian atas atau basidium.

c)      Oospora adalah spora yang dibentuk di dalam oosit.

d)     Sigospora adalah spora yang dibentuk dari dua hifa yang sebelumnya telah bergabung (Siregar, 2002).

a.       Menurut (suryani,2020)  Faktor-faktor lingkungan yang mem-pengaruhi kehidupan jamur adalah :

1)      Temperatur/ suhu    :

Suhu minimal : 2 – 5 0C,  Suhu optimal : 22 – 270C

Suhu maksimal : 35 – 400C

2)      Kemasaman (pH) : pH optimal : 5 – 6,5  pH inimal : 2,5-4,5

3)       Kelembaban         : 40 – 60 %

4)      Kandungan oksigen

5)      Cahaya untuk tumbuh

b.      Klasifikasi Trichophyton rubrum, Trichophyton mentagrophytes, Microsporum cannis, Microsporum Gypseum, dan Epydermophyton floccosum

1)      Trichophyton

Genus Trichophyton menghasilkan banyak mikrokonidia dengan ciri” berbentuk piriform sampai clavate dengan ukurn 2-3 x 2-4 mm tidak ada makrokonidia yang memiliki karakteristik berdinding tipis dan halus.

a)      Trichophyton rubrum

Koloni khas Trichophyton rubrum mempunyai permukaan putih seperti kapas dan pigmen tidak terpisah tidak terpisahkan berwarna merah tua jika dilihat dari sisi koloni dari sudut pandng berlawanan. Mikrokonidia berukuran kecil dan piriform (Jawetz, 2008).

Ciri” : hifa halus, mikrokonidia lonjong, tersusun atau berkelompok, makrokonidia berbentuk pensil dan terdiri dari beberapa sel.

 

Kingdom   : Fungi

Devision    : Ascomycota

Kelas         : Euroticomycotina

Ordo          : Onygenales

Family       : Arthrodermataceae

Genus        : Trichophyton

Spesies       : Trichophyton rubrum

(Wikipedia, 2021).

1

2

            Sumber: Mekkes, 2014 dalam Andawiyah 2016.

Gambar 2.1 Tricophyton rubrum Pewarnaan Lactophenol Cotton Blue Perbesaran40x10.

Keterangan: 1. Mikrokonidia kecil, berdinding tipis, berbentuk tetesan air.

   2. Hifa yang tersusun oleh mikrokonidia.

 

2)      Trichophyton mentagrophytes

       Koloni Trichophyton mentagrophytes dapat berbentuk seperti kapas atau butiran, kedua spesies memiliki mikrokonidia berbentuk bola  (Jawetz, 2008).

Ciri-ciri : hifa banyak berbentuk spiral, mikrokonidia bulat, tersusun sejajar atau berkelompok, makrokonidia berbentuk pensil dan terdiri dari beberapa sel.

 

Kingdom         : Fungi

Devision          : Ascomycota

Kelas               : Euroticomycotina

Ordo                : Onygenales

Family             : Arthrodermataceae

Genus              : Trichophyton

Spesies             : Trichophyton mentagrophytes

(Wikipedia,2021).

2

1

Sumber: Billy, 2016

Gambar 2.2 Trichophyton mentagrophytes Pewarnaan Lactophenol Cotton Blue

Perbesaran 40x10.

              Keterangan: 1. Mikrokonidia berbentuk anggur.

2. Hifa melingkar berbentuk spiral.

 

3)      Epidermophyton floccosum

       Koloni Epidermophyton floccosum biasanya datar seperti beludru, bewarna coklat hingga kuning kehijauan. Menghasilkan makrokonidia yang berdinding halus (Jawetz, 2008).

Kingdom         : Fungi

Devision          : Ascomycota

Kelas               : Euroticomycotina

Ordo                : Onygenales

Family             : Arthrodermataceae

Genus              : Epidermophyton

Spesies             : Epidermophyton Floccosum

(en. Wikipedia.org, 2021).

Ciri-ciri : makrokonidia, berbentuk gada, berisi 2-4 sel, mikrokonidia biasanya tidak ada.

2

1

Sumber: Sumbul Shamim, 200

Gambar 2.3 Epidermophyton floccosum Pewarnaan Lactophenol Cotton Blue

Perbesaran 40x10 Keterangan: 1.Makrokonidia berbentuk ganda.

                                                                 2.Bersel 2-4.

 

4)      Microsporum Cannis

Koloni M. Cannis ini biasanya datar dan bewarna putih keabuan pada permukaan dan kecoklatan bagian dasar.

Ciri-ciri: mikrokonidia tidak khas, makrokonidia: berdinding tebal, berbentuk kumparan, berujung runcing, berisi 6 sel atau lebih.

                                        

                                                                 Sumber : Goldsmith, 2008.

                                 Gambar 2.4 microsporum cannispewernaan Lactophenol cotton blue

 

Kerajaan          : Jamur

Devisi              : Ascomycota

Kelas               : Euroticomycotina

Ordo                : Onygenales

Keluarga          : Arthrodermataceae

Marga              : Microsporum

Jenis                 : Microsporum Cannis

5)      Microsporum Gypseum

Bentuk koloni M Gypseum biasanya granuler dengan pigmen coklat kekuningan.

Ciri-ciri: mikrokonidia tidak khas, makrokonidia berdinding tipis, berbentuk kumparan, berujung tumpul, berisi 4-6 sel.

                                                                        

                                                             Sumber : Goldsmith, 2008.

                                 Gambar 2.4 Mikroskopis Microsporum gypseum

 

Kerajaan          : Jamur

Devisi              : Ascomycota

Kelas               : Euroticomycotina

Ordo                : Onygenales

Keluarga          : Arthrodermataceae

Marga              : Microsporum

           Jenis                 : Microsporum Gypseum

d.      Cara Penularan

    Perpindahan jamur tersebut dapat secara lansung maupun tidak lansung. Penularan lansung dapat terjadi melalui fomites, epitel, kontak lansung rambut manusia, penularan tidak lansung dapat terjadi melalui vektor tumbuhan barang pakaian, debu dan air  (Siregar, 2002).

e.       Manifestasi Klinis

     Gambaran klinis bermacam macam tergantung pada lokasi kelainanya, tergantung  respon imun seluler penderita terhadap penyebab, serta jenis spesies dan jalur penyebab. Gejala bermacam-macam (polimorfi), tergantung bagian yang terinfeksi biasanya tepinya koreng  lebih aktif, dan terasa gatal (Mansjoer, 2000).

                                      

f.       Faktor penularan Dermatophyta

a)      Faktor virulensi dari dermatofita

    Virulensi ini bergantung pada tingkat patogen jamur, apakah jamur antropofilik, zoofilik, atau geofilik. Selain afinitas ini, masing-masing jenis jamur tersebut berbeda pula satu dengan yang lain dalam afinitas terhadap manusia maupun bagian-bagian tubuh tergantung sistem kekebalan tubuh penjamu.

b)      Faktor utama

     Kulit yang utuh tanpa lesi-lesi kecil lebih susah untuk terserang jamur. Faktor suhu dan kelembaban  ini sangat jelas berpengaruh terhadap infeksi jamur, tampak pada lokalisasi atau lokal, tempat yang banyak keringat seperti kulit kepala yang tertutup lama oleh helm paling sering terserang penyakit jamur.

c)      Faktor umur, jenis kelamin, dan lainnya

     Penyakit Tinea kapitis lebih sering ditemukan pada anak-anak usia produktif dibandingkan pada orang dewasa. hal ini banyak berhubungan dengan pekerjaan. Di samping faktor-faktor tadi masih ada faktor-faktor lain, seperti faktor perlindungan tubuhyang tak di perhatikan seperti membiarkan penutup kepala yang di biarkan lembab oleh keringat, faktor transpirasi serta penggunaan pakaian yang serba nilon dapat mudahkan timbulnya penyakit jamur (Siregar, 2002).

g.      Personal Hygiene

Kesehatan diri atau dikenal dengan sebutan personal hygiene adalah pembersihan yang ditunjukan untuk menjaga kesehatan fisik maupun mental (Rejeki, 2015). Personal hygiene merupakan pencegahan khusus. Tujuan menjaga personal hygiene adalah untuk meminimalkan masuknya (portal) mikroorganisme sistemik. Bagaimanapun, kebersihan pribadi dapat mencegah seseorang tertular penyakit menular, munculnya penyakit dan membawa wabah penyakit khususnya penyakit kulit menular (Sidabutar, 2017). Perilaku kesehatan adalah tanggapan  seseorang terhadap stimulus atau objek yang berhubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, sakit dan penyakit seperti lingkungan, makanan, minuman, dan pelayanan kesehatan (Notoatmodjo, 2010). Usaha Personal hygiene dapat dilakukan dengan cara menjaga kebersihan kulit, rambut, gigi, dan  kebersihan kaki maupun kuku (Rejeki, 2015). Faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygien yakni:

a)      Keimanan

Minimnya keimanan dalam diri seorang, tanpa disadari akan mendorong melakukan prilaku mengacuhkan atau tidak mementingkan kebersihan dirinya.

b)      Body Image

Body image adalah gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri, misalnya karena ada perubahan fisik sehingga individu terbiasa tidak peduli dengan kebersihannya.

a)      Praktik sosial

Kurag peduli dengan kesehatan akan berpengaruh dengan kehidupan sosial contoh membiasakan anak dimanja dalam kebersihan diri, maka akan terjadi pengaruh pada pola perilaku kebersihan dirinya.

b)      Status sosial ekonomi

Personal hygiene memerlukan biaya dalam membeli bahan-bahan untukmerawat diri, sehingga pada masyarakat dengan ekonomi yang rendah akan mengacuhkan meerawat dirinya sehingga personal hygiene mereka kurang.

c)      Pengetahuan

Pengetahuan yang baik tentang personal hygiene sangat penting karena dapat meningkatkan kesehatan.

Perawatan tubuh adalah konsep dasar membersihkan, merawat. Sangatlah penting untuk keryawan menjadi sehat dan aman ditempat mereka (Susanty, 2015).

 

 

d)     Kebersihan kulit

Kulit adalah organ terluar manusia, melindungi jaringan dibawahnya daripaparan kerusakan, mengatur suhu, menghasilkan lemak dan mengabsorpsi vitamin D. Kulit merupakan penutup elastis yang melindungi tubuh dari lingkungan. Kulit sebagai organ pelindung, kulit berperan penting meminimalisir gangguan dari luar (Listautin, 2012). Pemeliharaan kulit tidak terlepas dari kebersihan lingkungan, makanan yang dimakan serta kebiasaan hidup sehari-hari. Hal yang perlu dilakukan dalam pemeliharaan kulit adalah:

a)      Mandi dilakukan oleh setiap individu setidaknya 2x sehari

b)      Membersihkan tubuh dengan menggunakan air bersih.

c)      Menjaga kebersihan pakaian dengan mengganti pakaian setiap hari.

d)     Mandi dengan menggunakan sabun.

e)      Makan-makanan yang bergizi terutama sayur dan buah.

f)       Menjaga kebersihan lingkungan (Rejeki, 2015).

e)      Kebersihan rambut

Kesehatan rambut mempengaruhi penampilan dan kesejahteraan seseorang dalam banyak hal, Kurangnya kebersihan akan membuat rambut terlihat kusut, kusam, tidak rapi, dantidak terawat atau gangguan seperti gatal-gatal, adanya ketombe, adanya kutu dll (Listuatin, 2012). Hal-hal yang diperlukan dalam perawatan rambut dan kulit kepala agar tetap bersih dan sehat yaitu:

1)      Mencuci rambut sekurang-kurangnya dua kali seminggu.

2)      Mencuci rambut dengan menggunakan sampo.

3)      Menggunakan alat-alat pemeliharaan rambut .

4)      Rutin membersihkan atribut yang sering dipakai di kepala seperti alat pelindung kepala.

2.      Helm

Helm atau topi pengaman adalah pelindung tubuh yang dikenakan di kepala, biasanya dibuat dari logam atau bahan keras lainnya seperti kevlar, fiber resin atau plastik. Helm selalu dikenakan perlindung kepaladalam hal nya berkendara. Helm dapat memberi perlindungan tambahan untuk melindungi organ kepala dari benturan dan bahaya dari luar. Helm motor, adalah helm digunakan untuk melindungi kepala bila terjadi kecelakaan lalu-lintas pada para pengguna sepeda motor. Helm Pertama sekali dicetuskan untuk diwajibkan untuk digunakan di Indonesia oleh Kepala Kepolisian RI Hoegeng Tahun 1992.

1)      Helm dibagi menjadi 3 bagian

2)      Lapisan luar yang keras (hard outer shell)

3)      Lapisan dalam yang tebal (inside shell or liner)

4)      Lapisan dalam yang lunak (comfort padding)

Merupakan bagian dalam yang terdiri dari bahan lunak dan kain untuk menempatkan kepala secara pas dan tepat pada rongga helm. (Wikipedia)

 

 

 

 

 

3.      Kerangka Konsep

Helm penumpang ojek online:

- skala usiapemakaian helm 1tahun, 2tahun , >2tahun.

1.       jamur dermatofita (Trichophyton rubrum, Trichophyton mentagrophytes, Microsporum cannis, Microsporum Gypseum, dan Epydermophyton floccosum).

 

 

 

 

 



BAB III

METODE PENELITIAN

 

 

 

A.    Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan ini adalah bersifat bersifat deskriptif analitik, variabel yang diamati adalah variabel terikat berupa jamur dermatofita, variabel bebas jamur pada helm penumpang gojek bedasarkan usia pemakaian helm.

 

B.     Lokasi Dan Waktu Penelitian

Lokasi pengambilan sampel helm dilakukan di Kecamatan Kedaton Bandar lampung dan pemeriksaan dilakukan di Laboratorium Parasitologi Jurusan Teknologi Laboratorium Medis Program Diploma Tiga pada bulan Maret-Mei 2023.

 

C.    Populasi dan sampel

1.      Populasi penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh helm penumpang ojek online Gojek di kecamatan kedaton Bandar Lampung.

 

2.      Sampel penelitian

Sample yang digunakan pada penelitian sampel helm penumpang Gojek yang di ambil secara purposive sampling. Sample yang digunakan yaitu sample yang memenuhi syarat kriteria inklusi dan bersedia menjadi responden.

a)      Kriteria inklusi

1)      Helm penumpang ojek online aplikasi gojek yang digunakan penumpang bedasarkan usia (1 tahun), (2tahun) dan (>2 tahun)

2)      Ojek online yang bersedia menandatangani lembar persetujuan.

3)       Helm penumpang ojek online yang digunakan oleh satu driver saja dan tidak digunakan driver ojek online lain.

4)      Helm yang digunakan driver ojek online sampai sekarang.

5)      Diamati secara makro memiliki kondisi basah,  kelembaban yang berlebih.

b)      Kriteria Ekslusi

1)      Helm yang tidak digunkan untuk menumpang.

2)      Ojek online yang tidak bersedia menandatangani lembar persetujuan.

 

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Tabel 3.1 Tabel Variabel dan Definisi Operasional

Variabel penelitian

Definisi

Cara Ukur

Alat Ukur

Hasil ukur

Skala

1.       Jamur Dermatofita

Golongan jamur dermatophyta yang melekat dan tumbuh pada helm penumpang ojek online di kecamatan Kedaton Bandar Lampung.

1. Positif (+): ditemukan jamur Dermatophyta.

2. Negatif (-): tidak ditemukan jamur Dermatophyta

(Mojas, 2017)

Pemeriksaan

laboratorium

Pengamatan

morfologi secara

makroskopis

dan mikroskopis

Media Sabouraund Dextrose Agar (SDA) dan miskroskop.

Golongan jamur dermatophyta yang melekat dan tumbuh pada helm penumpang ojek online.

1. Positif (+): ditemukan jamur Dermatophyta.

2. Negatif (-): tidak ditemukan jamur Dermatophyta

(Mojas, 2017)

Nominal

2.       Lama penggunaan helm

Masa penggunaan helm penumpang Gojek di kecamatan Kedaton

 pertama kali sampai sekarang.

 

Observasi

 

kuesioner

1 tahun

2 tahun

> 2 tahun

pemakaian

Interval

 

 

 

 

 

 

B.     JENIS DATA

    Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung oleh peneliti terhadap responden atau sampel yang meliputi identitas responden, penumpang ojek online, dan keberadaan jenis jamur dermatofita.

G. Teknik Pengumpulan data

a.       Data primer

1)      Identitas responden

 Identitas responden yaitu meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat dan pendidikan.

2)       Skala usia helm penumpang Ojek online

Melakukan wawancara langsung dan mengisi kuisioner kepada responden mengenai lama pengunaan dan pembersihan helm.

3)      Jamur dermatofita

Sampel yang telah diperiksa secara makroskopis dan mikroskopis ditentukan jenis jamur Dermatophyta (Trichophyton rubrum, Trichophyton mentagrophytes, Microsporum cannis, Microsporum Gypseum, dan Epydermophyton floccosum)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

H.    Prosedur penelitian

Driver ojek online

Informed

Wawancara

Pengambilan sample helm penumpang

Penangan dan penanaman sampel pada media SDA

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Identifikasi secara makroskopis

Ada pertumbuhan jamur

Tidak ada pertumbuhan jamur

Identifikasi secara mikroskopis dengan larutan LCB

Positif (+)

Ditemukan jamur dermatofita (Trichophyton rubrum, Trichophyton mentagrophytes, Microsporum cannis, Microsporum Gypseum, dan Epydermophyton floccosum)

 

Negatif (-)

Tidak Ditemukan jamur dermatofita (Trichophyton rubrum, Trichophyton mentagrophytes, Microsporum cannis, Microsporum Gypseum, dan Epydermophyton floccosum)

 

 

analisa

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


I.       Persiapan alat dan bahan Pemeriksaan

a.      Alat-alat

alat yang digunakan adalah scalpel, objek glass, deck glass, wadah sampel 20 cc, pipet tetes, mikroskopis dan label, timbangan, cawan petri, spatula, erlenmeyer, beaker glass, gelas ukur, objek glass, autoclave, hotplate, incubator, ose, mikroskop, benang wol, kapas lidi steril, dan selotip

b.      Bahan

Pemeriksaan yang digunakan adalah larutan KOH 10%, Pewarnaan Lactophenol Cotton Blue, NaCl 0,9%, antibiotik Choloramphenicol , tissue dan media Sabouround Dextrose Agar

c.       Spesimen

Spesimen yang digunakan adalah kerokan bagian permukaaan dalam helm penumpang ojek online di kecamatan kedaton.

J.      Cara kerja

a.       Pengambilan spesimen

1.      Mendatangi driver ojek online dan menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang akan dilakukan.

2.      Dilakukan observasi secara lansung dengan lembar ceklis pada driver di Kecamatan Kedaton Bandar Lampung.

3.      Meminta kesediaan untuk menjadi responden penelitian (Wibowo,2022).

4.      Mengambil sample dari swab helm penumpang ojek online dengan menggunakan kapas lidi steril yang dibasahi dengan larutan NaCl 0,9% kemudian dibuat suspensi dengan cara swab dimasukan kedalam larutan NaCl 0,9% (Putri 2016).

5.      Bahan pemeriksaan dibawa ke Laboratorium Prasitologi Jurusan Teknologi Laboratorium Medis Poltekkes TanjungKarang.

b.      Kultur jamur

1.      Setelah sampel mencukupi penanaman dilakukan dengan cara pulasan (swab) menggunakan kapas lidi streil.

2.      lalu suspensi ditanam ke media Sabouraud  Dextrose Agar (SDA) dengan rata.

3.      Bagian luar cawan petri di selotip agar tidak terkontaminasi jamur lalu di inkubasi menggunakan inkubator pada suhu 370C selama 2-7 hari.

 

4.      Dilakukan pengamatan secara makroskopik koloni jamur yang tumbuh pada media Sabouraud  Dextrose Agar (SDA) (Putri,2016).

 

c.       Pembuatan Sabouraud  Dextrose Agar (SDA)

1.      Menimbang media Sabouraud Dextose Agar sebanyak 65 gr lalu dimasukan kedalam Erlenmeyer yang berisi 1.000 ml Aquadest kemudian dipanaskan hinggga larut. Setelah itu di sterilisasi menggunakan autoclave selama 15 menit pada suhu 1210C dengan tekanan 2 atm.

2.      Tambahkan Choloramphenicol sebanyak 10 ml kedalam media Sabouraud  Dextrose Agar (SDA) yang telah dingin lalu dihomogenkan. Larutan antibiotik dibuat dengan melarutkan 500 mg Choloramphenicol kedalam 10 ml aquadest.

3.      Setelah itu, menuangkan larutan media Sabouraud  Dextrose Agar (SDA) ke dalam cawan petri dengan volume 20 ml/petri. Kemudian dinginkan media hingga membeku (Oxoid,2019)

d.      Pembuatan lactophenol cotton blue (LCB)

Memipet phenol 10 ml, glycerin 20ml, dan lactic acid 10 ml. Semua bahan dicampurkan dan ditambahka aquadest 10 ml lalu dihomogenkan. Lalu ditambahkan Methylen Blue 0,05 gram ke dalam larutan tersebut sampai homogen. (Surya, 2020)

e.       Pembuatan KOH 10%

1.      Di timbang KOH 10 gr

2.      Dipindakan ke gelas kimia + 100 ml aquadest

3.      Diaduk hingga larut

4.      Lalu masukan KOH 10% ke dalam botol reagen (Djuanda, 2013)

f.       Pembuatan NaCl 0,9%

1.      Meninbang sodium chloride sebanyak 0,9 gr lalu dimasukan kedalam Erlenmeyer yang berisi 100 ml aquadest kemudian dipanaskan pada hotplate hingga larut.

2.      Setelah itu di sterilkan menggunakan autoclave selama 15 menit pada suhu 1210C dengan tekanan 2 atm ( Bakteriologi, 2014 )

 

K.    Pemeriksaan Jamur Secara Mikroskopik

1.      Koloni jamur yang tumbuh pada media  Sabouraud  Dextrose Agar (SDA) diletakkan di atas objek glass dengn menggunakan ose.

2.      Kemudian teteskan 1-2 tetes lactophenol cotton blue (LCB) berfungsi untuk memperjelas ciri morfologi jamur saat di amati di bawah mikroskop.

3.      Amati dibawah mikroskop dengan perbesaran 10x dan 40x (Janna,2017)

4.      Interpretasi Hasil

Positif (+) : Ditemukan jamur pada pemeriksaan mikroskopis.

 

H.    Analisis data

      Analisis data dalam penelitian ini adalah menghitung jumlah total jamur dan jamur dermatofita pada masing” skala usia pemakaian. Data yang di peroleh akan disajikan dalam bentuk tabel berikut :

no

Skala lama usia pemakaian helm

Jumlah helm

Jumlah keseluruhan jamur

Jumlah jamur dermatofita

persentase

1

0-1 tahun

..................

..................

..................

..................

2

1-2 tahun

..................

..................

..................

..................

3

>2 tahun

..................

..................

..................

..................

    Jumlah total

 

 

 

 

       Bedarkan data pada tabel di atas perhitungan jumlah persentase jamur dermatofita di hitung menggunakan rumus berikut :

Persentase N =  x 100%

Keterangan

N= Nilai persentase jamur dermatofita yang di helm

X= jumlah dermatofita yang ditemukan

Y= Jumlah total semua jamur yaang tumbuh

Perhitungan persentase Helm yang di tumbuhi masing-masing speies Jamur.

Spesies jamur Trichophyton rubrum = X 100

 

Spesies jamur Trichophyton mentagrophytes = X 100

 

Spesies jamur Microsporum cannis = X 100

 

Spesies jamur Microsporum Gypseum= X 100

 

Spesies jamur  Epydermophyton Jloccosum  = X 100

           (rahman,2018)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Fushiani, Dwi. 2017. Pemeriksaan Dermatofita Pada Topi Siswa Di SDN Pasirkaliki Mandiri 01

 

Gandahusada S dan H.D. 2004. Parasitologi Kedokteran. Edisi Ketiga. FKUI: Jakarta

 

Gojek, 2021. Mitra Gojek. Available at : https://www.gojek.com/id-id/

 

Gojek. Komitmen Gojek. http://www.go-ride.co.id

 

Hasyimi. 2010. Mikrobiologi Parasitologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. TIM. Jakarta

 

Husni, H.,E. Asri, dan R. Gustia. 2018. Identifikasi Dermatofita Pada Sisir Tukang Pangkas Di Keluarahan Jati Kota Padang. Jurnal Kesehatan Andalas

 

Imaniar, Febry. 2018. Gambaran Keberadaan Jamur Dermatophyta Pada Kuku Petani Padi Di Kecamatan Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin Tahun 2018

 

Jawetz, E, J.L. Melnick, E.A. Adelberg, G.F. Brooks, J.S. Butel, dan L.N. Ornston.1996.Mikrobiologi Kedokteran. EGC. Jakarta

 

Jawetz; Melnick; Adelberg, 2008. Mikroboilogi Kedokteran Edisi 23. Jakarta: Kedokteran EGC, 879 halaman.

 

Mansjoer, A., Suprohalita, W.I. Wardhani, dan W. Setiowulan. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius. Jakarta

 

Pravitasari, D.N., T.A. Hidayatullah, A.F. Nuzula, dan R.Puspita. 2019. Profil Dermatofita Superfisialis Periode Januari-Desember 2017 Di Rumah Sakit Islam Aisiyah Malang. Jurnal Saintika Medika. Malang PT. Freeline Cipta Granesia.

 

Putri, A. 2016. Identifikasi njamur kontaminan padanearphone mahasiswa jurusan analis kesehatan poltekkes kemenkes jakarta III.jakarta.

 

Rahman, Hardi, I., & baharuddin, A. 2018. Identifikasi Bakteri Staphylococcus Sp pada handphone Dan Analisis Praktik Personal Hygiene. Window of health, 12(4), 216 http://jurnal.fkmumi .ac.id/index.php/woh/article/view/woh1108

Rejeki, Sri. 2015. Sinitasi Hygiene dan K3. Rekayasa Sains. Bandung

 

Sarumpaet, May Iyasya. 2019. Profil Dermatofita Pada Penderita Dermatofitosis Di Poliklinik Kulit Dan Kelamin Rumah Sakit Umum Dr. Ferdinand Lumbantobing Sibolga Tahun 2019. Skripsi. Universitas Sumatera Utara

 

Sidabutar, S., L.S. Barus, L.T. Listianingsih. 2017. Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Keluarga Dalam Melaksanakan Personal Hygiene Pada Anak Sekolah Di Mi Roudotutta’lim

 

Simanjuntak, Jemsly Maju Joel. 2017. Identifikasi Dermatofita pada Helm Tukang Becak. Skripsi. Universitas Sumatera Utara

 

Siregar.2002. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. EGC. Jakarta

 

Siregar.2002. Penyakit Jamur Kulit. EGC. Jakarta

 

Sonhaji, S. (2018). Aspek Hukum Layanan Ojek Online Perspektif Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. Administrative Law and Governance Journal, 1(4), 371–385. https://doi.org/10.14710/alj.v1i4.371-385

 

Suryani, Yani; Opik Taupiqurrohman; yani Kulsum; 2020.mikologi.padang;

 

Susanty, Evi. 2015. Hubungan Personal Hygiene Dan Karakteristik Individu Terhadap Kejadian Dermatitis Pada Petani Rumput Laut Di Dusun Puntondo Kabupaten Takalar. Universitas Hasanuddin

 

Sutanto, inge, dkk, 2008. parasitologi Kedokteran Edisi Keempat. Jakarta: Staf Pengajar Departemen Parasitologi. FKUI

 

Wikipedia, 2021. Epidermophyton Floccosum. Available at: https://en.wikipedia.org/wiki/Epidermophyton_floccosum/ [Accessed January 7, 2022].

 

Wikipedia, 2021. Trichophyton. Available at: https://id.wikipedia.org/wiki/Trichophyton/ [Accessed January 7, 2022].

 

Tidak ada komentar: