MAKALAH
EVALUASI
PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Dosen
Pengampu:
Yuniastini.SKM.,M.Kes
Nama
kelompok
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT, yang
telah memberikan izin dan kekuatan kepada kami, sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul “Evaluasi Program Pemberdayaan
Masyarakat”.
Meskipun banyak hambatan yang saya alami dalam
proses pengerjaannya, tetapi saya berhasil menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Tidak lupa saya sampaikan terima kasih kepada dosen pembimbing saya,
yang telah membantu dan membimbing dalam mengerjakan makalah ini.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada
teman-teman mahasiswa yang juga sudah memberi kontribusi baik langsung maupun
tidak langsung dalam pembuatan makalah ini. Tentunya ada hal-hal yang ingin
saya berikan kepada masyarakat dari hasil makalah ini.
Karena itu saya berharap semoga makalah ini dapat
menjadi sesuatu yang berguna bagi kita bersama. Penulis menyadari bahwa dalam
menyusun makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun guna sempurnanya makalah ini. Penulis berharap
semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya.
Lampung, 13 Januari 2023
Penulis
A. Pembangunan dan
Pemberdayaan Masyarakat
C. Evaluasi
Program dan Analisis Kebijakan
D. Rencana dan
Implementasi Program
E. Evaluasi
Keberhasilan Program
F. Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Hasil Implementasi Program
PENDAHULUAN
Kemiskinan di Indonesia merupakan persoalan kompleks
dan multidimensional yang berkaitan dengan aspek politik, ekonomi, sosial dan
budaya. Upaya untuk mengatasi persoalan kemiskinan merupakan prioritas utama
dalam pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan dan pertumbuhan ekonomi,
tetapi pada kenyataannya, persoalan kemiskinan belum dapat diatasi sepenuhnya,
oleh karena itu diperlukan berbagai upaya untuk mengatasi persoalan-persoalan
tersebut tanpa mengabaikan pertumbuhan ekonomi. Golongan masyarakat miskin
memerlukan pemberdayaan untuk menumbuhkan kemandirian, keswadayaan dan
partisipasi. Keberdayaan masyarakat yang ditandai adanya kemandirian dapat
dicapai melalui proses pemberdayaan masyarakat (Sumodiningrat, 1999).
Pelaksanaan program tersebut diarahkan untuk melakukan pemberdayaan kepada
warga masyarakat kampung (desa) setempat agar dapat meningkatkan kondisi sosial
ekonomi dan lingkungannya secara mandiri/berkelanjutan (Suhartini et.al, 2005).
Menurut Oakley dan Marsden, dalam proses pemberdayaan terdapat dua
kecenderungan (Prijono dan Pranarka, 1996), yaitu: Pertama, kecenderungan
primer, artinya proses pemberdayaan menekankan pada proses memberikan atau
mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan atau kemampuan kepada masyarakat agar
individu lebih berdaya. Proses ini berupaya membangun kemandirian melalui
organisasi. Kedua, kecenderungan sekunder, artinya proses pemberdayaan
menekankan pada proses menstimulasi, mendorong atau memotivasi individu agar
mempunyai kemampuan dan keberdayaan untuk apa yang menjadi pilihan hidupnya
melalui proses dialog.
Dalam implementasi program pemberdayaan masyarakat,
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) memiliki peran penting untuk memberdayakan
masyarakat dalam rangka mengatasi persoalan kemiskinan. Di Kota Salatiga
terdapat sebuah LSM bernama Yayasan Kristen Trukajaya yang bergerak dalam
bidang pemberdayaan masyarakat di desa-desa dampingan di berbagai daerah,
antara lain Kota Salatiga, Kabupaten Semarang, Kabupaten Boyolali, Kabupaten
Grobogan, Kabupaten Batang, dan beberapa daerah lainnya. Implementasi program
pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh Trukajaya dapat berdampak pada
dua hal, yaitu: Pertama, masyarakat menjadi bergantung pada program tersebut.
Hal tersebut menunjukkan bahwa ketergantungan adalah budaya, di mana masyarakat
terbiasa berada dalam hirarki, birokrasi dan kontrol manajemen yang tegas,
sehingga membuat mereka terpola dalam berpikir dan berbuat dalam rutinitas
(Sumaryadi, 2005). Kedua, masyarakat menjadi berdaya dan mandiri. Hal tersebut
merupakan salah satu indikator keberhasilan program berdasarkan perspektif
pemberdayaan masyarakat, yaitu meningkatkan kemandirian kelompok yang ditandai
dengan makin berkembangnya usaha produktif anggota dan kelompok, makin kuatnya
permodalan kelompok, makin rapinya sistem administrasi kelompok, serta makin
luasnya interaksi kelompok lain di dalam masyarakat (Sumodiningrat, 1999).
Desa Lembu merupakan salah satu desa yang menjadi
perhatian utama implementasi program pemberdayaan masyarakat. Trukajaya telah
mendampingi desa tersebut sejak tahun 2009 dan masih berlangsung hingga saat
ini. Dibandingkan dengan desa-desa dampingan lainnya, desa Lembu termasuk desa
di mana Trukajaya mengalami berbagai persoalan dalam implementasi program
pemberdayaan masyarakat. Hal tersebut dapat mempengaruhi keberhasilan program
pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh Trukajaya. Untuk mengatasi
persoalan tersebut diperlukan evaluasi program untuk mengetahui seberapa jauh
program tersebut dilaksanakan agar dapat mengetahui berbagai kekurangan dan
kelebihan dari program tersebut. Evaluasi tersebut bertujuan untuk menganalisis
keberhasilan program berdasarkan perspektif pemberdayaan masyarakat. Hal
tersebut bertujuan untuk mengetahui apakah masyarakat benar-benar menjadi
berdaya atau hanya bergantung pada program pemberdayaan masyarakat yang
dilaksanakan oleh Trukajaya.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
bagaimana keberhasilan program pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh
Trukajaya di Desa Lembu dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi hasil
implementasi program tersebut berdasarkan perspektif pemberdayaan masyarakat.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi keberhasilan program
pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh Trukajaya di Desa Lembu dan
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi hasil implementasi program
tersebut berdasarkan perspektif pemberdayaan masyarakat.
TUJUAN
Berikut merupakan tujuan dari makalah ini yaitu:
1. Untuk
mengetahui pembangunan dan pemberdayaan masyarakat
2. Untuk
mengetahui perubahan sosial
3. Untuk
mengetahui evaluasi program dan analisis lkebijakan
4. Untuk
mengetahui rencana dan implementasi program
5. Untuk
mengetahui evaluasi keberhasilan program
6. Untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi hasil implementasi program
TOPIK DAN PEMBAHASAN
A. Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pembangunan merupakan suatu usaha yang dilakukan
untuk meningkatkan dan memajukan kehidupan masyarakat dan warganya. Sekurangnya
terdapat tiga komponen penting yang selalu terlibat dalam perencanaan dan
pembinaan pedesaan (Sairin, 2002), yaitu perencana, agents dan masyarakat yang
dijadikan sasaran. Perencana adalah mereka yang secara teoritis mengembangkan
konsep, strategi dan metodologi, yang dipandang dapat diandalkan dalam upaya
mencapai tujuan pembinaan masyarakat itu. Mereka ini adalah kumpulan orang yang
duduk di belakang meja, berpikir, merumuskan dan kemudian mencoba melaksanakan
pikiran dan gagasan itu untuk agents yang telah mereka siapkan lebih dahulu.
Agents ini umumnya adalah petugas yang berusaha menerjemahkan ide dan pikiran
pada perencanaan itu kepada masyarakat yang menjadi sasaran pembinaan. Para
agents ini umumnya adalah kaki tangan perencana yang mungkin berasal dari luar
atau dari dalam masyarakat yang dijadikan sasaran, sedangkan masyarakat yang
menjadi sasaran pembinaan adalah unsur penerima gagasan. Umumnya mereka
menunggu dan seringkali bersifat pasif.
Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu upaya untuk
memberikan kekuasaan agar suara mereka (masyarakat) didengar guna memberikan
kontribusi kepada perencanaan dan keputusan yang mempengaruhi komunitasnya
(Foy,1994). Pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk membentuk individu dan
masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian tersebut meliputi kemandirian berpikir,
bertindak dan mengendalikan apa yang mereka lakukan. Kemandirian masyarakat
merupakan suatu kondisi yang dialami oleh masyarakat yang ditandai dengan
kemampuan memikirkan, memutuskan serta melakukan sesuatu yang dipandang tepat
demi mencapai pemecahan masalah yang dihadapi dengan mempergunakan
daya/kemampuan yang dimiliki (Sulistiyani, 2004).
Dalam implementasi pemberdayaan masyarakat terdapat
lima indikator keberhasilan (Sumodiningrat, 1999), yaitu: Pertama, berkurangnya
jumlah penduduk miskin. Kedua, berkembangnya usaha peningkatan pendapatan yang
dilakukan oleh penduduk miskin dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia.
Ketiga, meningkatnya kepedulian masyarakat terhadap upaya peningkatan
kesejahteraan keluarga miskin di lingkungannya. Keempat, meningkatnya
kemandirian kelompok yang ditandai dengan makin berkembangnya usaha produktif
anggota dan kelompok, makin kuatnya permodalan kelompok, makin rapinya sistem
administrasi kelompok serta makin luasnya interaksi kelompok lain di dalam
masyarakat. Kelima, meningkatnya kapasitas masyarakat dan pemerataan pendapatan
yang ditandai oleh peningkatan pendapatan keluarga miskin yang mampu memenuhi
kebutuhan pokok dan kebutuhan sosial dasar.
E. Evaluasi Keberhasilan Program
1. Berkurangnya
Jumlah Penduduk Miskin
Menurut
Schiller, kemiskinan merupakan ketidaksanggupan untuk mendapatkan barang dan
pelayanan yang memadai untuk memenuhi kebutuhan sosial yang terbatas (Ala,
1981). Program pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh Trukajaya
merupakan salah satu upaya untuk mengatasi persoalan kemiskinan di Desa Lembu.
Program tersebut membantu penduduk untuk menghemat pengeluaran melalui program
biogas yang membantu penduduk untuk memproduksi listrik dan gaduhan ternak yang
membantu penduduk untuk menggunakan kotoran ternak sebagai pupuk dan tidak
menggunakan pupuk kimia. Selain itu, program tersebut juga membantu penduduk
untuk meningkatkan pendapatan melalui produksi dan penjualan makanan yang
diperoleh dari bantuan Trukajaya. Hal tersebut menunjukkan bahwa program
tersebut berperan dalam mengatasi persoalan kemiskinan di Desa Lembu, tetapi
program tersebut belum sepenuhnya mampu mengurangi jumlah penduduk miskin di
desa tersebut. Di beberapa dusun, jumlah penduduk miskin bahkan mengalami
peningkatan. Hal tersebut tampak dari tabel berikut:
Tabel 1. Jumlah Rumah Tangga Miskin
Di Desa Lembu Tahun 2010
No. |
Dusun |
Jumlah (rumah tangga) |
Persentase
(%) |
1. |
Bamban |
54 dari 156 |
34,61 |
2. |
Kalimacan |
23 dari 73 |
31,50 |
3. |
Kendel |
44 dari 94 |
46,80 |
4. |
Krajan |
29 dari 73 |
39,72 |
5. |
Ngebleng |
73 dari 133 |
54,88 |
Jumlah |
223 dari 529 |
42,15 |
Tabel 2. Jumlah Rumah Tangga Miskin
Di Desa Lembu Tahun 2012
No. |
Dusun |
Jumlah (rumah tangga) |
Persentase
(%) |
1. |
Bamban |
65 dari 156 |
41,66 |
2. |
Kalimacan |
31 dari 73 |
42,46 |
3. |
Kendel |
41 dari 94 |
43,61 |
4. |
Krajan |
47 dari 73 |
64,38 |
5. |
Ngebleng |
37 dari 133 |
27,82 |
Jumlah |
221 dari 529 |
41,78 |
Jumlah
penduduk miskin di Desa Lembu yang menjadi sasaran program pemberdayaan
masyarakat yang dilaksanakan oleh Trukajaya secara keseluruhan berkurang,
tetapi hal tersebut berbeda dengan jumlah penduduk miskin di masing-masing
dusun yang menjadi wilayah implementasi program tersebut. Di Dusun Bamban,
Dusun Kalimacan dan Dusun Krajan, jumlah penduduk miskin meningkat, sedangkan
di Dusun Kendel dan Dusun Ngebleng, jumlah penduduk miskin berkurang. Hal
tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, baik dari program pemberdayaan
masyarakat yang dilaksanakan oleh Trukajaya maupun pemerintah. Selain itu, hal
tersebut juga disebabkan oleh faktor-faktor lain, baik dari penduduk maupun
wilayah dusun-dusun tersebut. Meningkatnya jumlah penduduk miskin di Dusun
Bamban, Dusun Kalimacan dan Dusun Krajan disebabkan oleh implementasi program
yang tidak merata yang disebabkan oleh sedikitnya jumlah penduduk yang
mengikuti program tersebut dan kekeringan yang terjadi di wilayah dusun-dusun
tersebut, sedangkan berkurangnya jumlah penduduk miskin di Dusun Kendel dan
Dusun Ngebleng disebabkan oleh banyaknya penduduk yang merantau dan memperoleh
pekerjaan di wilayah lain. Selain program pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan
oleh Trukajaya juga terdapat Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)
Mandiri Pedesaan yang dilaksanakan oleh pemerintah, tetapi program-program
tersebut lebih cenderung ditujukan pada pembangunan fisik desa.
2. Berkembangnya
Usaha Peningkatan Pendapatan yang Dilakukan oleh Penduduk Miskin
Salah
satu indikator keberhasilan program pemberdayaan masyarakat adalah
berkembangnya usaha peningkatan pendapatan yang dilakukan oleh penduduk miskin
dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia (Sumodiningrat, 1999). Sejak
Trukajaya melaksanakan program pemberdayaan masyarakat di Desa Lembu, telah
terjadi perkembangan di desa tersebut. Menurut Solikhin Kemat dan Mukiran,
sebelum Trukajaya melaksanakan program biogas, penduduk Desa Lembu menggunakan
kayu bakar sebagai bahan bakar untuk memasak. Penduduk memerlukan tenaga dan
biaya yang lebih besar untuk proses memasak, tetapi setelah Trukajaya
melaksanakan program biogas di Desa Lembu, masyarakat dapat menghemat tenaga
dan biaya. Kegiatan penyuluhan dan pelatihan program pertanian organik juga
membantu penduduk untuk beralih dari penggunaan pupuk kimia ke pupuk organik.
Selain itu, menurut Mugiono, bantuan bibit dan penyuluhan keterampilan juga
menambah pengalaman penduduk dan membantu penduduk untuk mengembangkan usaha.
Menurut
Widodo, Trukajaya telah memberikan bantuan berupa uang dan peralatan kepada
penduduk untuk produksi dan penjualan makanan dengan memanfaatkan sumber pangan
lokal kepada penduduk. Seharusnya bantuan tersebut dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan pendapatan, tetapi pada kenyataannya bantuan tersebut tidak
dimanfaatkan dengan baik, sehingga produksi dan penjualan makanan tidak dapat
berkembang. Hal tersebut disebabkan oleh penduduk yang menggunakan bantuan
tersebut untuk keperluan yang lain karena keterbatasan dana untuk mencukupi
kebutuhan sehari-hari, sehingga menghambat produksi dan penjualan makanan. Hal
tersebut menunjukkan bahwa telah terjadi usaha peningkatan pendapatan, walaupun
usaha tersebut belum dapat berkembang.
3. Meningkatnya
Kepedulian Masyarakat terhadap Upaya Peningkatan Kesejahteraan Keluarga Miskin
di Lingkungannya
Menurut
Rubin, pemberdayaan masyarakat selalu melibatkan partisipasi masyarakat, baik
dalam perencanaan maupun dalam pelaksanaan yang dilakukan (Sumaryadi, 2005). Program
pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh Trukajaya direncanakan dan
dilaksanakan bersama dengan penduduk Desa Lembu sebagai upaya untuk
meningkatkan kesejahteraan keluarga miskin di desa tersebut. Setelah program
tersebut direncanakan, Trukajaya melakukan sosialisasi dan musyawarah bersama
dengan masyarakat sebelum program tersebut dilaksanakan. Program tersebut
kemudian dilaksanakan melalui berbagai kegiatan yang melibatkan masyarakat.
Sebagian
besar dari masyarakat tersebut cukup sering menghadiri kegiatan-kegiatan
tersebut dan mengetahui keputusan yang dihasilkan, serta terlibat dalam
pengambilan keputusan. Selain itu, penduduk Desa Lembu juga mengawasi
implementasi program pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh Trukajaya.
Misalnya, Widodo dan Karjono yang menyampaikan berbagai informasi dalam
wawancara yang telah dilakukan dalam penelitian ini mengenai implementasi
program pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh Trukajaya di Desa Lembu
sebagai masukan bagi Trukajaya agar dapat melaksanakan program tersebut dengan
lebih baik di masa mendatang. Hal tersebut menunjukkan bahwa penduduk Desa
Lembu memiliki kepedulian/partisipasi yang cukup tinggi terhadap upaya
peningkatan kesejahteraan keluarga miskin di lingkungannya.
4. Meningkatnya
Kemandirian Kelompok
Pemberdayaan
masyarakat bertujuan untuk membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri.
Kemandirian masyarakat merupakan suatu kondisi yang dialami oleh masyarakat
yang ditandai dengan kemampuan memikirkan, memutuskan serta melakukan sesuatu
yang dipandang tepat demi mencapai pemecahan masalah yang dihadapi dengan
mempergunakan daya/kemampuan yang dimiliki (Sulistiyani, 2004). Menurut Widodo,
Trukajaya telah mengupayakan pelatihan produksi dan penjualan makanan, tetapi
cara-cara pembuatan makanan yang telah diberikan tidak dimanfaatkan dengan baik
oleh penduduk, sehingga usaha penduduk tidak berkembang, padahal Trukajaya
telah memberikan bantuan berupa uang dan peralatan. Hal tersebut disebabkan
oleh penduduk yang menggunakan bantuan tersebut untuk keperluan yang lain
karena keterbatasan dana untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, sehingga
menghambat produksi dan penjualan makanan.
Selain
itu, menurut Karjono, Trukajaya bersikap kurang terbuka terhadap penduduk Desa
Lembu, sehingga program pemberdayaan masyarakat, seperti pertanian organik,
pendidikan gender dan demokratisasi desa, hanya diikuti oleh orang-orang
tertentu yang sudah kenal baik dengan Trukajaya. Bantuan berupa uang dan
peralatan yang ditujukan untuk dapat merata tidak dilakukan. Pada kenyataannya,
sesuatu yang ada uangnya telah dikuasai oleh orang-orang tertentu. Trukajaya
hanya memberikan bantuan tersebut di satu titik dan hanya orang-orang tersebut
yang mengambil karena jika tidak ada yang mengambil, maka bantuan tersebut
tidak ada yang menggunakan. Hal tersebut menyebabkan munculnya dominasi
terhadap program pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh Trukajaya, di
mana hanya orang-orang tertentu yang menjadi sasaran dari program tersebut,
sehingga implementasi program tersebut menjadi tidak merata karena tidak dapat
menjangkau penduduk miskin di Desa Lembu secara keseluruhan, mengingat sasaran
dari program pemberdayaan masyarakat adalah penduduk miskin. Dominasi tersebut
menimbulkan kesenjangan dan ketidakpedulian dari penduduk lain terhadap program
tersebut.
Menurut
Eunike, Trukajaya telah mensosialisasikan program di Balai Desa Lembu kepada
perangkat desa dan perwakilan penduduk, hanya saja menurutnya, perangkat desa
tidak menyampaikan hal tersebut kepada penduduk secara keseluruhan. Hal
tersebut juga terjadi karena informasi yang tidak jelas antarpenduduk. Ketika
di satu dusun tidak ada penduduk yang tertarik dengan program pemberdayaan
masyarakat, Trukajaya melaksanakan program tersebut di dusun lain di Desa Lembu.
Jadi, dalam hal ini persoalannya terletak pada komunikasi antara perangkat desa
dengan penduduk, di mana perangkat desa tidak menyampaikan sosialisasi yang
telah dilakukan oleh Trukajaya kepada penduduk, sehingga hanya orang-orang
dalam lingkup perangkat desa tersebut yang mengetahui informasi mengenai
program pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh Trukajaya.
5. Meningkatnya
Kapasitas Masyarakat dan Pemerataan Pendapatan
Salah
satu indikator keberhasilan program pemberdayaan masyarakat adalah meningkatnya
kapasitas masyarakat dan pemerataan pendapatan yang ditandai oleh peningkatan
pendapatan keluarga miskin yang mampu memenuhi kebutuhan pokok dan kebutuhan
sosial dasar (Sumodiningrat, 1999). Menurut Widodo, produksi dan penjualan
makanan yang dibantu oleh Trukajaya berupa uang dan peralatan kepada penduduk
Desa
Lembu seharusnya dapat meningkatkan pendapatan keluarga miskin, tetapi usaha
tersebut kurang maksimal karena penduduk tidak memanfaatkan bantuan tersebut
dengan baik. Hal itu dikarenakan, penduduk yang menggunakan bantuan tersebut
untuk keperluan yang lain karena keterbatasan dana untuk mencukupi kebutuhan
sehari-hari, sehingga menghambat produksi dan penjualan makanan.
Walaupun
demikian, menurut Karjono dan Jarwati, program pemberdayaan masyarakat yang
dilaksanakan oleh Trukajaya di Desa Lembu dapat menambah pengalaman dan wawasan
masyarakat melalui berbagai kegiatan penyuluhan dan pelatihan yang dilaksanakan
melalui program pemberdayaan masyarakat. Hal tersebut dapat menjadi modal bagi
penduduk Desa Lembu dalam memenuhi kebutuhan pokok dan kebutuhan sosial dasar.
Selain itu, menurut Solikhin, Jarwati dan Tri, program tersebut juga
meringankan beban hidup masyarakat dan membuat kehidupan menjadi lebih maju,
serta menghemat pengeluaran dan tenaga melalui program biogas yang membantu
penduduk untuk memudahkan proses memasak, pertanian organik yang membantu dalam
penggunaan pupuk organik, serta gaduhan ternak yang membantu penduduk untuk
menggunakan kotoran ternak sebagai pupuk dan tidak menggunakan pupuk kimia.
B. Perubahan Sosial
Menurut Soemardjan, perubahan sosial merupakan
segala perubahan pada lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang
mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap dan pola
perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat. Proses perubahan sosial
memiliki beberapa ciri, antara lain: Pertama, tidak ada masyarakat yang
berhenti perkembangannya karena setiap masyarakat akan mengalami perubahan baik
cepat atau lambat. Kedua, perubahan terjadi pada lembaga kemasyarakatan
tertentu dan diikuti oleh perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga sosial
lainnya. Ketiga, perubahan sosial yang cepat biasanya diikuti dengan
disorganisasi yang bersifat sementara karena berada dalam proses penyesuaian
diri. Keempat, perubahan tidak dapat dibatasi hanya pada bidang kebendaan atau
spiritual saja karena kedua bidang itu mempunyai kaitan yang timbal balik
(Soekanto, 2007).
C. Evaluasi Program dan Analisis Kebijakan
Evaluasi program merupakan proses penetapan secara sistematis
tentang nilai, tujuan, efektivitas atau kecocokan sesuatu sesuai dengan
kriteria dan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya (Arikunto dan Jabar,
2004). Dalam evaluasi terdapat tiga langkah uji, yaitu: Pertama, observasi atau
mengumpulkan data. Kedua, menerapkan beberapa standard atau kriteria pada
observasi kita. Ketiga, dibuatkan pertimbangan, menarik kesimpulan atau membuat
keputusan (Warsito, 1986). Evaluasi program memiliki enam tujuan, yaitu:
Pertama, memberikan masukan bagi perencanaan program. Kedua, menyajikan masukan
bagi pengambil keputusan yang berkaitan dengan tindak lanjut, perluasan atau
penghentian program. Ketiga, memberikan masukan bagi pengambil keputusan
tentang modifikasi atau perbaikan program. Keempat, memberikan masukan yang
berkenaan dengan faktor pendukung dan penghambat program. Kelima, memberi
masukan untuk kegiatan motivasi dan pembinaan bagi penyelenggara, pengelola dan
pelaksana program. Keenam, menyajikan data tentang landasan keilmuan bagi
evaluasi program. Evaluasi bertujuan untuk mengetahui empat hal utama (Warsito,
1986), yaitu: Pertama, efektivitas, yaitu melihat sejauh mana tujuan telah
dicapai atau mempertimbangkan antara tujuan yang direncanakan dengan tujuan
yang telah dicapai. Kedua, efisiensi, yaitu melihat perbandingan antara input
dan output dari segi waktu dan biaya/uang. Ketiga, mutu, yaitu melihat sejauh
mana yang dilakukan menghasilkan mutu yang sesuai dengan/lebih baik daripada
standard. Keempat, kegunaan, yaitu melihat apakah program yang dilaksanakan
berguna bagi sasaran yang dituju (Sudjana, 2006).
Analisis kebijakan merupakan suatu disiplin ilmu
sosial terapan yang menggunakan berbagai macam metode penelitian dan argumen
untuk menghasilkan dan memindahkan informasi yang relevan dengan kebijakan, sehingga
dapat dimanfaatkan di tingkat politik dalam rangka memecahkan masalah-masalah
kebijakan (Dunn, 2000). Menurut Hogwood dan Gunn, kebijakan terdiri dari tiga
proses (Tangkilisan, 2003), yaitu: Pertama, proses pembuatan kebijakan, yaitu
kegiatan perumusan hingga dibuatnya suatu kebijakan. Kedua, proses
implementasi, yaitu pelaksanaan kebijakan yang sudah dirumuskan. Ketiga, proses
evaluasi kebijakan, yaitu proses mengkaji kembali implementasi yang sudah
dilaksanakan atau dengan kata lain mencari jawaban apa yang terjadi akibat
implementasi kebijakan tertentu dan membahas antara cara yang digunakan dengan
hasil yang dicapai. Analisis kebijakan dapat dikembangkan melalui tiga proses
(Dunn, 2003), yaitu: Pertama, proses pengkajian kebijakan, menyajikan metodologi
untuk analisis kebijakan. Metodologi di sini adalah sistem standar, aturan dan
prosedur untuk menciptakan, menilai secara kritis dan mengkomunikasikan
pengetahuan yang relevan dengan kebijakan. Kedua, proses pembuatan kebijakan
adalah serangkaian tahap yang saling bergantung yang diatur menurut urutan
waktu, yaitu penyusunan agenda, formulasi kebijakan, adopsi kebijakan,
implementasi kebijakan dan penilaian kebijakan. Ketiga, proses komunikasi
kebijakan merupakan upaya untuk meningkatkan proses pembuatan kebijakan berikut
hasilnya. Dalam hal ini sebagai penciptaan dan penilaian kritis, pengetahuan
yang relevan dengan kebijakan.
D. Rencana dan Implementasi Program
Desa Lembu terletak di Kecamatan Bancak, Kabupaten
Semarang. Secara administratif, Desa Lembu terdiri dari 7 RW dan 16 RT dengan
tujuh dusun yang terdiri dari Dusun Bamban, Dusun Kalimacan, Dusun Kendel,
Dusun Krajan, Dusun Krempel, Dusun Melikan dan Dusun Ngebleng. Jumlah penduduk
Desa Lembu pada tahun 2013 adalah 2.242 jiwa yang terdiri dari 1.115 laki-laki
dan 1.127 perempuan.
Trukajaya melaksanakan beberapa program pemberdayaan
masyarakat di Desa Lembu sebagai salah satu desa binaannya, antara lain biogas,
pertanian organik, gaduhan ternak, pendidikan gender dan demokratisasi desa.
Sebelum melaksanakan program-program tersebut, Trukajaya telah menyusun
berbagai rencana program. Program-program tersebut dilaksanakan melalui
berbagai kegiatan dengan jangka waktu dan anggaran tertentu, serta kelompok
sasaran yang berasal dari berbagai kalangan masyarakat. Dalam rencana tersebut,
Trukajaya memiliki berbagai tujuan dari implementasi program-program tersebut.
Penduduk Desa Lembu cukup sering menghadiri
kegiatan-kegiatan dalam program pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh
Trukajaya dan mengetahui keputusan yang dihasilkan, serta terlibat dalam
pengambilan keputusan. Misalnya, Solikhin cukup sering menghadiri kegiatan
penyuluhan dan pelatihan dalam program pertanian organic, Karjono menyampaikan
pendapat mengenai pelatihan pembuatan tempe dan tahu dengan menggunakan bahan
pangan lokal, serta Jarwati cukup sering menghadiri kegiatan dalam program
pendidikan gender. Selain itu, mereka juga merasakan manfaat dari
kegiatan-kegiatan tersebut. Misalnya, Mukiran merasakan manfaat dari program
biogas yang diperoleh melalui kegiatan pelatihan dan pembangunan biogas,
sehingga membantu memudahkan proses memasak. Menurut Eunike, Trukajaya sudah
tidak mendampingi penduduk dalam program tersebut sejak bulan Desember 2012.
Selanjutnya, aplikasi program tersebut diharapkan dilakukan sendiri oleh
penduduk, tetapi terdapat beberapa penduduk yang tidak melakukan aplikasi
program tersebut.
Sejak Trukajaya melaksanakan program pemberdayaan
masyarakat di Desa Lembu, telah terjadi perkembangan di desa tersebut. Menurut
Solikhin Kemat dan Mukiran (terkait dengan program biogas), sebelum Trukajaya
melaksanakan program tersebut, penduduk Desa Lembu menggunakan kayu bakar
sebagai bahan bakar untuk memasak, tetapi setelah Trukajaya melaksanakan
program pemberdayaan masyarakat di Desa Lembu, masyarakat dapat menghemat
tenaga dan biaya melalui program biogas dan gaduhan ternak. Kegiatan penyuluhan
dan pelatihan program pertanian organik juga membantu penduduk untuk beralih
dari penggunaan pupuk kimia ke pupuk organik. Program pemberdayaan masyarakat
yang dilaksanakan oleh Trukajaya memberikan beberapa manfaat bagi penduduk Desa
Lembu, antara lain: Pertama, program tersebut dapat meringankan beban hidup
masyarakat dan membuat kehidupan menjadi lebih maju. Kedua, program tersebut
dapat menambah pengalaman, wawasan dan SDM masyarakat. Ketiga, program tersebut
dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan modal desa. Keempat, program
tersebut dapat menghemat pengeluaran dan tenaga.
Beberapa penduduk Desa Lembu yang menjadi sasaran program
pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh Trukajaya merasa cukup puas
dengan hasil dari program tersebut karena program tersebut telah terlaksana
dengan baik dan sesuai dengan kebutuhan mereka. Namun demikian, ada beberapa
penduduk yang merasa kurang puas dengan hasil dari program tersebut. Menurut
Karjono, Trukajaya cenderung bersikap kurang terbuka terhadap penduduk Desa
Lembu, sehingga program pemberdayaan masyarakat, seperti pertanian organik,
pendidikan gender dan demokratisasi desa, hanya diikuti oleh orang-orang
tertentu. Bantuan berupa uang dan peralatan yang ditujukan untuk dapat merata
tidak dilakukan. Pada kenyataannya, sesuatu yang ada uangnya telah dikuasai
oleh orang-orang tersebut. Misalnya, kacang tanah dengan anggaran sebesar Rp 500.000
diambil oleh Jarwati, sedangkan dia telah memiliki lahan dan kacang tanah
sendiri.
Walaupun tidak ada Trukajaya, dia juga menanam,
tetapi ketika diberi bantuan uang, dia menggunakan bantuan tersebut untuk
hal-hal yang lain. Hal tersebut menimbulkan kesenjangan dan ketidakpedulian
dari penduduk yang lain terhadap program tersebut.15 Menurut Eunike, Trukajaya
telah mensosialisasikan program di Balai Desa Lembu kepada perangkat desa dan
perwakilan penduduk, hanya saja perangkat desa tidak menyampaikan hal tersebut
kepada penduduk secara keseluruhan. Hal tersebut juga terjadi karena informasi
yang tidak jelas antar penduduk.
Menurut Widodo, program biogas pada awalnya
dilaksanakan dengan membangun biogas jenis bis beton dan geomembrane yang
mengalami kegagalan dan tidak bermanfaat bagi masyarakat. Kegagalan tersebut
terjadi karena gas yang dihasilkan cepat habis. Trukajaya kemudian membangun
biogas jenis fixed dome yang berfungsi dengan baik dan bermanfaat bagi
masyarakat karena membantu masyarakat memudahkan proses memasak dan menghemat
biaya listrik. Selain itu, Trukajaya telah mengupayakan pelatihan produksi dan
penjualan makanan, tetapi cara-cara membuat makanan yang telah diberikan tidak
dimanfaatkan dengan baik, padahal Trukajaya telah memberikan bantuan berupa
uang dan peralatan, sehingga usaha penduduk tidak berkembang. Hal tersebut
disebabkan oleh penduduk yang menggunakan bantuan tersebut untuk keperluan yang
lain karena keterbatasan dana untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, sehingga
menghambat produksi dan penjualan makanan.
F. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Implementasi Program
Hasil
implementasi program pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh Trukajaya
di Desa Lembu dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: Pertama, kesediaan
penduduk Desa Lembu untuk menerima program pemberdayaan masyarakat yang
dilaksanakan oleh Trukajaya. Kedua, pemikiran bahwa program pemberdayaan
masyarakat yang dilaksanakan oleh Trukajaya belum mampu menjangkau keseluruhan
masyarakat miskin di Desa Lembu. Ketiga, program pemberdayaan masyarakat yang
dilaksanakan oleh Trukajaya memerlukan sumber daya yang besar, baik dari segi
pembiayaan, tenaga maupun waktu.
RANGKUMAN
Berdasarkan
perspektif program, program tersebut berhasil karena berjalan sesuai dengan
rencana dan tujuannya tercapai, sedangkan berdasarkan perspektif pemberdayaan
masyarakat, program tersebut belum berhasil, tetapi tidak dapat dikatakan
sepenuhnya gagal karena disebabkan oleh beberapa hal, antara lain:
1. Program
pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh Trukajaya belum dapat mengurangi
jumlah penduduk miskin di Desa Lembu, walaupun program tersebut berperan dalam
mengatasi persoalan kemiskinan di desa tersebut.
2. Program
pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh Trukajaya belum cukup membantu
penduduk miskin dalam mengembangkan usaha peningkatan pendapatan dengan
memanfaatkan sumber daya yang tersedia, walaupun telah dilakukan upaya untuk
membantu penduduk dalam usaha peningkatan pendapatan.
3. Program
pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh Trukajaya berhasil meningkatkan
kepedulian masyarakat terhadap upaya peningkatan kesejahteraan keluarga miskin
di lingkungannya.
4. Program
pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh Trukajaya belum dapat
meningkatkan kemandirian kelompok.
5. Program
pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh Trukajaya belum dapat sepenuhnya
meningkatkan kapasitas masyarakat dan memeratakan pendapatan karena pendapatan
keluarga miskin tidak meningkat secara signifikan, walaupun program tersebut
dapat menambah pengalaman dan wawasan masyarakat, meringankan beban hidup
masyarakat dan membuat kehidupan menjadi lebih maju, menghemat pengeluaran dan
tenaga, serta meningkatkan SDM masyarakat.
LATIHAN SOAL
1. Berikut
merupakan pengertian perubahan sosial menurut Soemarjdan adalah?
a. Perubahan
sosial adalah perubahan-perubahan yang terjadi dalam hubungan sosial (social
relation) atau perubahan terhadap keseimbangan (ekuilibrium) hubungan sosial.
b. Adalah
perubahan yang mencakup unsur-unsur kebudayaan baik material maupun immaterial
yang menekankan adanya pengaruh besar dari unsur-unsur kebudayaan material
terhadap unsur-unsur immaterial.
c. Perubahan
sosial adalah suatu variasi dari cara hidup yang diterima, sebagai akibat
adanya perubahan kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk,
ideologi, maupun karena adanya difusi dan penemuan baru dalam masyarakat.
d. Perubahan
sosial terjadi sebagai hasil dari faktor-faktor ekologis dan demografis, yang
mengubah kehidupan masyarakat dari kondisi tradisional yang diikat solidaritas
mekanistik, ke dalam kondisi masyarakat modern yang diikat oleh solidaritas
organistik.
e.
Perubahan
sosial merupakan segala perubahan pada lembaga kemasyarakatan di dalam suatu
masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai,
sikap dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat.
2. Dalam
evaluasi terdapat tiga langkah uji, yaitu:
a. Observasi,
wawancara, pengamatan langsung
b. Observasi,
survei wawancara
c.
Surevi,
pengamatan tidak langsung, menerapkan standard
d. Observasi,
menerapkan beberapa standard atau kriteria pada observasi kita, dibuatkan
pertimbangan menarik kesimpulan atau membuat keputusan
e. Survei,
menerapkan beberapa standard atau kriteria pada observasi kita, dibuatkan
pertimbangan menarik kesimpulan atau membuat keputusan
3. Berikut
mana yang benar, salah satu tujuan evaluasi!
a.
Efektivitas
b. Kolektivitas
c. Value
d. Output
e. Income
4. Apa
penyebab kegagalan program dalam biogas!
a. Mudah
terbakar
b. Mudah
meledak
c. Tidak
efesien
d. Susah
dipindahkan
e.
Cepat
habis
5. Menurut
Schiller kemiskinan merupakan?
a. Kemiskinan
adalah situasi serba kekurangan karena keadaan yang tidak dapat dihindari oleh
seseorang dengan kekuatan yang dimilikinya
b.
Kemiskinan
merupakan ketidaksanggupan untuk mendapatkan barang dan pelayanan yang memadai
untuk memenuhi kebutuhan sosial yang terbatas
c. Kemiskinan
adalah kondisi ketika seseorang tidak dapat mempertahankan skala hidup yang
cukup tinggi untuk memberikan efisiensi fisik dan mental untuk memungkinkan dia
dan keluarganya menjalankan fungsi sebagaimana mestinya sesuai dengan standar
masyarakat baik karena pendapatan yang tidak memadai ataupun pengeluaran yang
tidak bijaksana
d. Kemiskinan
adalah standar tingkat hidup yang rendah karena kekurangan materi pada sejumlah
atau golongan orang bila dibandingkan dengan standar kehidupan yang berlaku di
masyarakat sekitarnya.
e. Kemiskinan
adalah ketidaksamaan kesempatan untuk memformulasikan kekuasaan sosial berupa
asset, sumber keuangan, organisasi sosial politik, jaringan sosial, barang atau
jasa, pengetahuan dan keterampilan, serta informasi
6. Desa
Lembu terletak di Kecamatan mana?
a.
Kecamatan
Bancak
b. Kecamatan
Batujajar
c. Kecamatan
Cililin
d. Kecamatan
Cipatat
e. Kecamatan
Cisarua
7. Desa
Lembu terdiri dari berapa RW?
a. 5
RW
b.
7 RW
c. 8
RW
d. 9
RW
e. 10
RW
8. Desa
lembu terletak di Kecamatan Bancak, Kabupaten?
a.
Semarang
b. Tapin
c. Banjar
d. Banjarnegara
e. Murung
Raya
9. Beberapa
penduduk Desa Lembu yang menjadi sasaran program pemberdayaan masyarakat yang
dilaksanakan oleh siapa?
a.
Trukajaya
b. Sindang
c. Ahmad
d. Sahroni
e. Ralos
10. Apakah
program pemberdayaan masyarakat yang telah dilaksanakan memerlukan sumber daya
yang besar?
a.
Program
pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh Trukajaya memerlukan sumber daya
yang besar, baik dari segi pembiayaan, tenaga maupun waktu.
b. Program
pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh Trukajaya tidak memerlukan
sumber daya yang besar, baik dari segi pembiayaan, tenaga maupun waktu.
c. Program
pemberdayaan masyarakat wajib mempunyai sumber daya yang sedang
d. Program
pemberdayaan masyarakat wajib mempunyai sumber daya yang besar
e. Program
pemberdayaan masyarakat siapa yang mau saja
DAFTAR PUSTAKA
Ala, Andre Bayo. 1981. Kemiskinan dan Strategi Memerangi Kemiskinan.
Yogyakarta: Penerbit Liberty.
Arikunto, Suharsimi; Jabar, Cepi
Safrudin Abdul. 2004. Evaluasi Program
Pendidikan: Pedoman Teoritis bagi Praktisi Pendidikan. Jakarta: Penerbit
Bumi Aksara.
Dunn, William N. 2000. Pengantar Analisis Kebijakan Publik.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Dunn, William N. 2003. Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Foy, Nancy. 1994. Empowering People at Work. Cambridge:
Gower Publishing Ltd.
Miles, Matthew B.; Huberman, A.
Michael. 1992. Analisis Data Kualitatif:
Buku Sumber tentang Metode-metode Baru. Jakarta: UI Press.
Prijono, O. S.; Pranarka, A. M. W.
1996. Pemberdayaan: Konsep, Kebijakan dan
Implementasi. Jakarta: CSIS.
Sairin, Sjafri. 2002. Perubahan Sosial Masyarakat Indonesia:
Perspektif Antropologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Siahaan, N. H. T. 2004. Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Soekanto, Soerjono. 2007. Sosiologi: Suatu Pengantar. Jakarta:
Rajagrafindo Persada.
Sudjana, Djudju. 2006. Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Suhartini, Rr. et.al. 2005. Model-model Pemberdayaan Masyarakat.
Yogyakarta: Pustaka Pesantren.
Sulistiyani, Ambar Teguh. 2004. Kemitraan dan Model-model Pemberdayaan.
Yogyakarta: Penerbit Gava Media.
Sumaryadi, I Nyoman. 2005. Perencanaan Pembangunan Daerah Otonom dan
Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: CV. Citra Utama Gemilang.
Sumodiningrat, G. 1999. Pemberdayaan Masyarakat dan JPS.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Tangkilisan, Hessel Nogi S. 2003. Kebijakan Publik yang Membumi.
Yogyakarta: Lukman Offset & YPAPI.
Warsito, Rukmadi. 1986. Evaluasi Program Pengembangan Masyarakat.
Salatiga: World Vision International Indonesia & Universitas Kristen Satya
Wacana.
LAMPIRAN
Lampiran
1. Jumlah Rumah Tangga Miskin Di Desa Lembu Tahun 2010
No. |
Dusun |
Jumlah (rumah tangga) |
Persentase (%) |
1. |
Bamban |
54 dari
156 |
34,61 |
2. |
Kalimacan |
23 dari 73 |
31,50 |
3. |
Kendel |
44 dari 94 |
46,80 |
4. |
Krajan |
29 dari 73 |
39,72 |
5. |
Ngebleng |
73 dari
133 |
54,88 |
Jumlah |
223 dari 529 |
42,15 |
Lampiran
2. Jumlah Rumah Tangga Miskin Di Desa Lembu Tahun 2012
No. |
Dusun |
Jumlah (rumah tangga) |
Persentase (%) |
1. |
Bamban |
65 dari
156 |
41,66 |
2. |
Kalimacan |
31 dari 73 |
42,46 |
3. |
Kendel |
41 dari 94 |
43,61 |
4. |
Krajan |
47 dari 73 |
64,38 |
5. |
Ngebleng |
37 dari
133 |
27,82 |
Jumlah |
221 dari 529 |
41,78 |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar