Senin, 09 Januari 2023

LAPORAN PENDAHULUAN INTRANATAL CARE (INC)

 

LAPORAN PENDAHULUAN

INTRANATAL CARE (INC)


 


KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG

TAHUN AJARAN 2022/2023

 

 

LAPORAN PENDAHULUAN

INTRANATAL CARE (INC)

 

A.    DEFINISI PERSALINAN NORMAL

Persalinan adalah proses alamiah membuka dan menipisnya serviks dan turunnya janin ke dalam jalan lahir. Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin secara alamiah yang kehamilannya sudah cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan tanpa komplikasi pada ibu janin (Dwi Asri H. & Clistine P, 2010)

Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu) lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam tanpa komplikasi baik ibu maupun janin (Prawirorahardji, 2005)

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup didalam uterus melalui vagina ke dunia luar (Wiknjosastro, 2002)

 

B.     ETIOLOGI

Selama kehamilan, didalam tubuh perempuan terdapat dua hormon yang dominan yaitu esterogen dan progesteron. Hormon esterogen berfungsi untuk meningkatkan sensitivitas otot rahim serta memudahkan penerimaan rangsangan dari luar seperti oksitosin, prostaglandin dan mekanis. Sedangkan hormon progesteron berfungsi untuk menurunkan sensitifitas otot rahim, menghambat rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin, prostaglandin dan mekanis serta menyebabkan otot rahim dan otot polos relaksasi (Sulistyawati, dkk. 2013).

Sampai saat ini hal yang menyebabkan mulainya proses persalinan belumdiketahui sehingga hanya teori-teori antara lain disebabkan oleh hormon, struktur rahim, sirkulasi rahim, pengaruh tekanan pada sraf, dan nutrisi. Dengan demikian dapat disebutkan beberapa teori yang dapat menyebabkan persalinan menurut Rohani (2013) sebagai berikut:

a.      Teori Keregangan

Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu. Setelah batas waktu tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai. Keadaan uterus terus membesar dan menjadi tegang yang mengakibatkan iskemia oto-totot uterus.

b.      Teori Penurunan Progesteron

Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28 minggu, dimana terjadi penimbunan jaringan ikat sehingga pembuluh darah mengalami penyempitan dan buntu. Produksi progesteron mengalami penurunan sehingga lebih sensitiv terhadap oksitosin. Akibatnya, otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat penurunan progesteron tertentu.

c.       Teori Oksitosin Internal

Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis pars posterior. Perubahan keseimbangan esterogen dan progesteron daapt mengubah sensitivitas otot rahim sehingga sering terjadi kontraksi Braxton Hicks. Menurunnya konsentrasi progesteron akibat tuanya usia kehamilan menyebabkan oksitosin meningkatkan aktifitas sehingga persalinan dimulai.

d.      Teori Prostaglandin

Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15 minggu yang dikeluarkan oleh desidua. Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga hasil konsepsi dapat dikeluarkan. Prostaglandin dianggap sebagai pemicu terjadinya persalinan.

 

C.    TANDA DAN GEJALA , KLASIFIKASI

Menjelang minggu ke 36 pada primigravida terjadi penurunan fundus uterus karena kepala bayi sudah masuk ke dalam pintu atas panggul (PAP). Gambaran lightening pada primigravida menunjukkan hubungan normal antara power (His) ; passage (jalan lahir); passanger (penampang). Pada multipara gambarannya menjadi tidak jelas seperti primigravida, karena masuknya kepala janin kedalam panggul terjadi bersamaan dengan proses persalinan (Sulistyawati, 2013)

Berikut adalah tanda-tanda dimulainya persalinan menurut Jennya J.S. Sondakh (2013) :

1.      Terjadinya his persalinan

Saat terjadi his pinggang terasa sakit dan menjalar kedepan, sifatnya teratur, interval lebih pendek, dan kekuatan makin besar, serta semakin beraktivitas (jalan) kekuatan akan makin bertambah.

2.      Pengeluaran Lendir dan Darah

Terjadinya his persalinan mengakibatkan terjadinya perubahan pada serviks yang akan menimbulkan perdarahan dan pembukaan. Hal tersebut menyebabkan lendir yang terdapat pada kanalis servikalis lepas dan pembuluh darah pecah sehingga terjadi terdarahan

3.      Terjadi pecah Ketuban

Sebagian besar, keadaan ini terjadi menjelang pembukaan lengkap. Setelah adanya pecah ketuban, diharapkan proses persalinan akan berlangsung kurang dari 24 jam.

            Berikut adalah tabel dalam persalinan sesungguhnya dan persalinan semu.

Persalinan Sesungguhnya

Persalinan Semu

Serviks menipis dan membuka

Tidak ada perubahan serviks

Rasa nyeri dan interval teratur

Rasa nyeri tidak teratur

Interval antara rasa nyeri yang secara perlahan semakin pendek

Tidak ada perubahan interval antara rasa nyeri yang satu dengan yang lain

Waktu dan kekuatan kontraksi semakin bertambah

Tidak ada perubahan pada waktu dan kekuatan kontraksi

Rasa nyeri terasa dibagian belakang dan menyebar ke depan

Kebanyakan rasa nyeri dibagian depan

Dengan berjalan bertambah intensitas

Tidak ada perubahan rasa nyeri dengan berjalan

Ada hubungan antara tingkat kekuatan kontraksi dengan intensitas nyeri

Tidak ada hubungan antara tingkaat kekuatan kontraksi uterus dengan intensitas nyeri

Lendir darah sering tampak

Tidak ada lendir darah

Adanya penurunan bagian kepala janin

Tidak ada penurunan bagian terendah janin

Kepala janin sudah terfiksasi di PAP diantara kontraksi

Kepala belum masuk PAP walau ada kontraksi

Pemberian obat penenang tidak menghentikan proses persalinan sesungguhnya

Pemberian obat penenang yang efisien menghentikan rasa nyeri pada persalinan semu

 

 

D.    PATOFISIOLOGI

Persalinan dibagi dalam empat kala menurut Prawirohardjo (2006) yaitu:

1.      Kala I (kala pembukaan)

In partu (partu mulai) ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah, servik mulai membuka dan mendatar, darah berasal dari pecahnya pembuluh darah kapiler, kanalis servikalis.

Kala pembukaan dibagi menjadi 2 fase:

a.       Fase laten

Pembukaan servik berlangsung lambat, sampai pembukaan berlangsung 2 jam, cepat menjadi 9 cm.

b.      Fase aktik

Berlangsung selama 6 jam dibagi atas 3 sub fase:

·         Periode akselerasi : berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm.

·         Periode dilatasi maksimal (steady) selama 2 jam, pembukaan berlangsung 2 jam, cepat menjadi 9 cm.

·         Periode deselerasi berlangsung lambat dalam waktu 2 jam pembukaan menjadi 10 cm.

Akhir kala I servik mengalami dilatasi penuh, uterus servik dan vagina menjadi saluran yang continue, selaput amnio ruptur, kontraksi uterus kuat tiap 2-3 menit selama 50-60 detik untuk setiap kontraksi, kepala janin turun ke pelvis.

2.      Kala II (pengeluaran janin)

His terkoordinir cepat dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali, kepala janin telah turun dan masuk ruang panggul, sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara reflek menimbulkan rasa ngedan karena tekanan pada rectum sehingga merasa seperti BAB dengan tanda anus membuka. Pada waktu his kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan perineum meregang. Dengan his mengedan yang terpimpin akan lahir dan diikuti oleh seluruh badan janin. Kala II pada primi 1.5-2 jam, pada multi 0.5 jam.

Mekanisme persalinan:

Janin dengan presentasi belakang kepala, ditemukan hampir sekitar 95 % dari semua kehamilan.Presentasi janin paling umum dipastikan dengan palpasi abdomen dan kadangkala diperkuat sebelum atau pada saat awal persalinan dengan pemeriksaan vagina (toucher). Pada kebanyakan kasus, presentasi belakang kepala masuk dalampintu atas panggul dengan sutura sagitalis melintang. Oleh karena itu kita uraikan dulu mekanisme persalinan dalam presentasi belakang kepala dengan posisi ubun-ubun kecil melintang dan anterior.

Karena panggul mempunyai bentuk yang tertentu , sedangkan ukuran-ukuran kepala bayi hampir sama besarnya dengan dengan ukuran dalam panggul, maka jelas bahwa kepala harus menyesuaikan diri dengan bentuk panggul mulai dari pintu atas panggul, ke bidang tengah panggul dan pada pintu bawah panggul, supaya anak dapat lahir. Misalnya saja jika sutura sagitalis dalam arah muka belakang pada pintu atas panggul, maka hal ini akan mempersulit persalinan, karena diameter antero posterior adalah ukuran yang terkecil dari pintu atas panggul. Sebaliknya pada pintu bawah panggul, sutura sagitalis dalam jurusan muka belakang yang menguntungkan karena ukuran terpanjang pada pintu bawah panggul ialah diameter antero posterior.

Gerakan-gerakan utama dari mekanisme persalinan adalah:

1)         Penurunan kepala.

2)         Fleksi.

3)         Rotasi dalam ( putaran paksi dalam)

4)         Ekstensi.

5)         Ekspulsi.

6)         Rotasi luar ( putaran paksi luar)

Dalam kenyataannya beberapa gerakan terjadi bersamaan,  akan tetapi untuk lebih jelasnya akan dibicarakan gerakan itu satu persatu.

1)         Penurunan Kepala.

Pada primigravida, masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul  biasanya sudah terjadi pada bulan terakhir dari kehamilan, tetapi pada multigravida biasanya baru terjadi pada permulaan persalinan. Masuknya kepala ke dalam PAP, biasanya dengan sutura sagitalis melintang dan dengan fleksi yang ringan. Masuknya kepala melewati pintu atas panggul (PAP), dapat dalam keadaan asinklitismus yaitu bila sutura sagitalis terdapat di tengah-tengah jalan lahir tepat di antara simpisis dan promontorium.

Pada sinklitismus os parietal depan dan belakang sama tingginya. Jika sutura sagitalis  agak ke depan mendekati simpisis atau agak ke belakang mendekati promontorium, maka dikatakan kepala dalam keadaan asinklitismus, ada 2 jenis asinklitismus yaitu:

        Asinklitismus posterior:   Bila sutura sagitalis mendekati simpisis dan os  parietal belakang lebih rendah dari os parietal depan.

        Asinklitismus anterior:   Bila sutura sagitalis mendekati promontorium sehingga os parietal depan lebih rendah dari os parietal belakang.

Derajat sedang asinklitismus pasti terjadi pada persalinan normal, tetapi kalau berat gerakan ini dapat menimbulkan disproporsi sepalopelvik dengan panggul yang berukuran normal sekalipun.

Penurunan kepala lebih lanjut terjadi pada kala I dan kala II persalinan. Hal ini disebabkan karena adanya kontraksi dan retraksi dari segmen atas rahim, yang menyebabkan tekanan langsung fundus pada bokong janin. Dalam waktu yang bersamaan terjadi relaksasi dari segmen bawah rahim, sehingga terjadi penipisan dan dilatasi servik. Keadaan ini menyebabkan bayi terdorong ke dalam jalan lahir. Penurunan kepala ini juga disebabkan karena tekanan cairan intra uterine, kekuatan mengejan atau adanya kontraksi otot-otot abdomen dan melurusnya badan anak.

        Sutura sagitalis terdapat di tengah-tengah jalan lahir tepat di antara simpisis dan promontorium.

        Sutura sagitalis mendekati simpisis dan os  parietal belakang lebih rendah dari os parietal depan.

        Sutura sagitalis mendekati promontorium sehingga os parietal depan lebih rendah dari os parietal belakang

2)         Fleksi

Pada awal persalinan, kepala bayi dalam keadaan fleksi yang ringan. Dengan majunya kepala biasanya fleksi juga bertambah. Pada pergerakan ini dagu dibawa lebih dekat ke arah dada janin sehingga ubun-ubun kecil lebih rendah dari ubun-ubun besar hal ini disebabkan karena adanya tahanan dari dinding seviks, dinding pelvis dan lantai pelvis. Dengan adanya fleksi, diameter suboccipito bregmatika (9,5 cm) menggantikan diameter suboccipito frontalis (11 cm). sampai di dasar panggul, biasanya kepala janin berada dalam keadaan fleksi maksimal.

 

a)         Rotasi Dalam (Putaran Paksi Dalam)

Putaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian depan sedemikian rupa sehingga bagian terendah dari bagian depan janin memutar ke depan ke bawah simpisis. Pada presentasi belakang kepala bagian yang terendah ialah daerah ubun-ubun kecil dan bagian inilah yang akan memutar ke depan kearah simpisis. Rotasi dalam penting untuk menyelesaikan persalinan, karena rotasi dalam merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir khususnya bidang tengah dan pintu bawah panggul.

b)         Ekstensi

Sesudah kepala janin sampai di dasar panggul dan ubun-ubun kecil berada di bawah simpisis, maka terjadilah ekstensi dari kepala janin. Hal ini di sebabkan karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul mengarah ke depan dan ke atas sehingga kepala harus mengadakan fleksi untuk melewatinya. Kalau kepala yang fleksi penuh pada waktu mencapai dasar panggul tidak melakukan ekstensi maka kepala akan tertekan pada perineum dan dapat menembusnya.

Subocciput yang tertahan pada pinggir bawah simpisis akan menjadi pusat pemutaran (hypomochlion), maka lahirlah berturut-turut pada pinggir atas perineum: ubun-ubun besar, dahi, hidung, mulut dan dagu bayi dengan gerakan ekstensi.

c)         Rotasi Luar (Putaran Paksi Luar)

Kepala yang sudah lahir selanjutnya mengalami restitusi yaitu kepala bayi memutar kembali ke arah punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena putaran paksi dalam. Bahu melintasi pintu dalam keadaan miring. Di dalam rongga panggul bahu akan menyesuaikan diri dengan bentuk panggul yang dilaluinya, sehingga di dasar panggul setelah kepala bayi lahir, bahu mengalami putaran dalam dimana ukuran bahu (diameter bisa kromial) menempatkan diri dalam diameter anteroposterior dari pintu bawah panggul. Bersamaan dengan itu kepala bayi juga melanjutkan putaran hingga belakang kepala berhadapan dengan tuber ischiadikum sepihak.

 

 

d)     Ekspulsi

Setelah putaran paksi luar, bahu depan sampai di bawah simpisis dan menjadi hipomochlion untuk kelahiran bahu belakang. Setelah kedua bahu bayi lahir, selanjutnya seluruh badan bayi dilahirkan searah dengan sumbu jalan lahir.

Dengan kontraksi yang efektif, fleksi kepala yang adekuat, dan janin dengan ukuran yang rata-rata, sebagian besar oksiput yang posisinya posterior berputar cepat segera setelah mencapai dasar panggul, dan persalinan tidak begitu bertambah panjang. Tetapi pada kira-kira 5-10 % kasus, keadaan yang menguntungkan ini tidak terjadi. Sebagai contoh kontraksi yang buruk atau fleksi kepala yang salah atau keduanya, rotasi mungkin tidak sempurna atau mungkin tidak terjadi sama sekali, khususnya kalau janin besar.

3.      Kala III (pengeluaran plasenta)

Setelah bayi lahir, kontraksi, rahim istirahat sebentar, uterus teraba keras dengan fundus uteri sehingga pucat, plasenta menjadi tebal 2x sebelumnya. Beberapa saat kemudian timbul his, dalam waktu 5-10 menit, seluruh plasenta terlepas, terdorong kedalam vagina dan akan lahir secara spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas simpisis/fundus uteri, seluruh proses berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc.

4.      Kala IV

Pengawasan, selama 2 jam setelah bayi dan plasenta lahir, mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan post partum. Dengan menjaga kondisi kontraksi dan retraksi uterus yang kuat dan terus-menerus. Tugas uterus ini dapat dibantu dengan obat-obat oksitosin.

 

 

 

 

PATHWAY

Description: Description: Pathway Persalinan Normal

 

E.     PEMERIKSAAN PENUNJANG

1.      USG

2.      Pemeriksaan Hb

 

 

 

 

F.     PENATALAKSANAAN

Menurut Wiknjosastro (2005), penatalaksanaan yang diberikan untuk penanganan plasenta previa tergantung dari jenis plasenta previanya yaitu:

a.       Kaji kondisi fisik klien

b.      Menganjurkan klien untuk tidak coitus

c.       Menganjurkan klien istirahat

d.      Mengobservasi perdarahan

e.       Memeriksa tanda vital

f.       Memeriksa kadar Hb

g.      Berikan cairan pengganti intravena RL

h.      Berikan betametason untuk pematangan paru bila perlu dan bila fetus masih premature.

 

PERSIAPAN PERSALINAN

a.          Ibu

1)      Gurita, 3 buah

2)      Baju tidur, 3 buah

3)      Underware secukupnya

4)      Handuk, sabun, shampoo, sikat gigi dan pasta gigi

5)      Pembalut khusus, 1 bungkus

6)      Under pad (dapat dibeli di apotik), 3 lembar

b.         Bayi

1)      Popok dan gurita bayi, 1-2 buah.

2)      Baju bayi, 1-2 buah

3)      Diaper (popok sekali pakai) khusus new baby born, 1-2 buah.

4)      Selimut,topi dan kaos kaki bayi

5)      Perlengkapan Resusitasi bayi baru lahir

c.          Penolong

1)      Memakai APD, terdiri dari : Sarung Tangan steril, Masker, Alas kaki, celemek.

2)      Menyiapkan tempat persalinan, perlengkapan dan bahan

Penolong persalinan harus menilai ruangan dimana proses persalinan akan berlangsung. Ruangan tersebut harus memiliki pencahayaan atau penerangan yang cukup. Tempat tidur dengan kasur yang dilapisi kain penutup yang bersih, kain tebal, dan pelapis anti bocor. Ruangan harus hangat (tetapi jangan pamas), harus rersedia meja atau permukaan yang bersih dan mudah dijangkau untuk meletakkan peralatan yang diperlukan.

3)      Menyiapkan tempat dan lingkungan kelahiran bayi.

Memastikan bahwa rungan tersebut bersih, hangat (minimal 25oC, pencahayaan cukup dan bebas dari tiupan angin.

4)      Alat

Partus Set (didalam wadah stenis yang berpenutup):

a)      2 klem Kelly atau 2 klem kocher

b)      Gunting tali pusat

c)      Benang tali pusat

d)     Kateter nelaton

e)      Gunting episiotomy

f)       Alat pemecah selaput ketuban

g)      2 psang sarung tangan dtt

h)      Kasa atau kain kecil

i)        Gulungan kapas basah

j)        Tabung suntik 3 ml dengan jarum i.m sekali pakai

k)      Kateter penghisap de lee (penghisap lender)

l)        4 kain bersih

m)    3 handuk atau kain untuk mengeringkan bayi

5)      Bahan

a)      Partograf

b)      Termometer

c)      Pita pengukur

d)     Feteskop/ dopler

e)      Jam tangan detik

f)       Stetoskop

g)      Tensi meter

h)      Sarung tangan bersih

6)      Obat-Obatan

·         Ibu

a)      8 Ampul Oksitosin 1 ml  10 U (atau 4 oksitosin 2ml U/ml.

b)      20 ml Lidokain 1% tanpa Epinefrin atau 10ml Lidokain 2% tanpa Epinefrin.

c)      3 botol RL

d)     2 Ampul metal ergometrin maleat ( disimpan dalam suhu 2-80C   )

·         Bayi   

a)      Salep mata tetrasiklin

b)      Vit K 1 mg

 

G.    MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA PENDUKUNG

1.      Nyeri melahirkan berhubungan dengan pengeluaran janin.

Data Subjektif :

        Mengeluh nyeri

        Perinium terasa tertekan

        Mual

        Nafsu makan menurun/meningkat

Data Objektif

        Ekspresi wajah meringis

        Berposisi meringankan nyeri

        Uterus teraba membulat

        Tekanan darah meningkat

        Frekuensi nadi meningkat

        Ketegangan otot meningkat

        Pola tidur berubah

        Fungsi berkemih berubah

        Diaforesis

        Gangguan prilaku

        Pupil dilatasi

        Muntah

        Fokus pada diri sendiri

 

2.      Risiko perdarahan berhubungan dengan komplikasi kehamilan (mis:ketuban pecah sebelum waktunya,plasenta previa\abrupsio,kehamilan kembar)

DS: (tidak tersedia)

DO:(tidak tersedia)

 

3.      Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif

Data Subjektif :

        Merasa lemah/lemas

        Mengeluh haus

Data Objektif :

        Frekuensi nadi meningkat

        Nadi teraba ,emah

        Tekanan darah menurun

        Tekanan nadi menyempit

 

H.    DIAGNOSA KEPERAWATAN

1.      Nyeri melahirkan berhubungan dengan pengeluaran janin.

2.      Risiko perdarahan berhubungan dengan komplikasi kehamilan (mis:ketuban pecah sebelum waktunya, plasenta previa\abrupsio, kehamilan kembar)

3.      Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif

 

 

 

 

 

 

I.       TUJUAN  RENCANA KEPERAWATAN DAN KRITERIA HASIL

DX

Tujuan

Kriteria hasil

1.

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam maka status intrapartum membaik dan tingkat nyeri menurun

·         Klien mengatakan nyeri yang dirasakan menurun

·         Klien tampak meringis berkurang

·         Frekuensi nadi klien tampak membaik

·         Perdarahan vagina menurun

2.

 

 

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam maka tingkat perdarahan menurun

·           Perdarahan vagina menurun

·           Distensi abdomen menurun

·           Hemoglobin membaik

·           Tekanan darah dan suhu tubuh membaik

3.

 

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam maka status cairan klien membaik.

·         Kekuatan nadi klien meningkat

·         Tekanan darah klien membaik

·         Dyspnea klien menurun

 

J.      INTERVENSI DAN RASIONAL

 

DX

Intervensi

Rasional

1

Manajemen nyeri

Observasi :

·         Identifikasi lokasi, kareteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri.

·         Identifikasi skala nyeri

·         Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri

·         Identifikasi pengaruh nyeri terhadap kualitas hidup

Terapeutik

·         Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri ( mis. TENS, hipnosis, akupresur, terapi musik, terapi pijat dll)

·         Fasilitasi istirahat dan tidur

Edukasi

·         Jelaskan strategi meredakan nyeri

·         Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi

·         Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

·         Untuk menentukan lokasi nyeri yang membuat tidak nyaman dirasakan

·         Untuk mengetahui seberapa sakit nyeri yang dirasakan klien

·         Untuk mengetahu faktor faktor yang membuat sakit semakin ringan ataupun semakin berat

·         Untuk mengetahui nyeri yang dirasakan klien dapan mempengaruhi aktivitas sehari hari

·         Memberikan teknik non farmakologis kepada klien untuk mempengaruhi nyeri

·         Memberikan edukasi ke klien bagaiman cara meredakan nyeri dengan teknik non farmakologis

 

2

Pencegahan perdarahan

Observasi :

·         Monitor tanda dan gejala perdarahan

·         Monitor nilai hemotokrit/hemoglobin sebelum dan setlah kehilangan darah

Terapeutik

·         Pertahankan bed rest selama perdarahan

·         Batasi tindakan invasif,jika perlu

Edukasi

·         Jelaskan tanda dan gejala perdarahan

·         Anjurkan segera melapor jika terjadi perdarahan

Kolaborasi

·         Kolaborasi pemberian obat pengontrol perdarahan,produk darah, jika perlu

·         Untuk mengetahui tanda dan gejala perdarahan  klien

·         Untuk mengurangi risiko akibat perdarahan

3

Manajemen hipovolemia

Observasi :

·         Periksa tanda dan gejala  hipovolemia ( mis: frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah ,menurun, tekanan nadi menyempit, turgor kulit menurun, membran mukosa kering, volume urine menurun, hematokrit meningkat, haus, lemah )

·         Monitor intake dan output cairan

Terapeutik

·         Hitung kebutuhan cairan

·         Berikan posisi modified trendelenbrug

·         Berikan asupan cairan oral

Edukasi

·         Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral

·         Anjurkan menghindari pindah posisi terlalu sering

Kolaborasi

·         Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis : RL,NaCl 0,9 %)

·         Untuk memeriksa tanda dan gejala hipovolemia pada klien

·         Untuk mengetahui seberapa banyak cairan yang masuk dan keluar dari tubuh klien

·         Memposisikan klien modified trendelenbrug.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

http://perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/1502100018/bab_II.pdf

Azamirahnatnur ,amrah.2016.Laporan pendahuluan pada ibu hamil tahap INC.

https://www.academia.edu/33721437/LAPORAN_PENDAHULUAN_ASUHAN_KEPERAWATAN_INTRANATAL_CARE_INC

Rachmawati,rolla.2015.Laporan pendahuluan INC

.https://www.academia.edu/8133857/LAPORAN_PENDAHULUAN_PERSALINAN_NORMAL

PPNI (2016).  Standar DIagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator DIagnostik,Edisi 1. Jakarta:DPP PPNI

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan,Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan,Edisi 1. Jakarta:DPP PPNI

Buku SLKI, SDKI, SIKI

 

 

 

Tidak ada komentar: