LAPORAN
PENDAHULUAN
INTRANATAL
CARE (INC)
KEMENTRIAN KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
TAHUN
AJARAN 2022/2023
LAPORAN
PENDAHULUAN
INTRANATAL
CARE (INC)
A. DEFINISI PERSALINAN NORMAL
Persalinan adalah proses alamiah membuka dan menipisnya serviks dan
turunnya janin ke dalam jalan lahir. Persalinan normal adalah proses
pengeluaran janin secara alamiah yang kehamilannya sudah cukup bulan (37-42
minggu), lahir spontan tanpa komplikasi pada ibu janin (Dwi Asri H. &
Clistine P, 2010)
Persalinan normal adalah proses
pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu) lahir
spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam tanpa
komplikasi baik ibu maupun janin (Prawirorahardji, 2005)
Persalinan adalah suatu proses
pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup didalam uterus melalui vagina ke
dunia luar (Wiknjosastro, 2002)
B. ETIOLOGI
Selama kehamilan, didalam tubuh perempuan terdapat dua hormon yang dominan
yaitu esterogen dan progesteron. Hormon esterogen berfungsi untuk meningkatkan
sensitivitas otot rahim serta memudahkan penerimaan rangsangan dari luar
seperti oksitosin, prostaglandin dan mekanis. Sedangkan hormon progesteron
berfungsi untuk menurunkan sensitifitas otot rahim, menghambat rangsangan dari
luar seperti rangsangan oksitosin, prostaglandin dan mekanis serta menyebabkan
otot rahim dan otot polos relaksasi (Sulistyawati, dkk. 2013).
Sampai saat ini hal yang menyebabkan mulainya proses persalinan
belumdiketahui sehingga hanya teori-teori antara lain disebabkan oleh hormon,
struktur rahim, sirkulasi rahim, pengaruh tekanan pada sraf, dan nutrisi.
Dengan demikian dapat disebutkan beberapa teori yang dapat menyebabkan
persalinan menurut Rohani (2013) sebagai berikut:
a. Teori Keregangan
Otot
rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu. Setelah batas waktu
tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai. Keadaan uterus
terus membesar dan menjadi tegang yang mengakibatkan iskemia oto-totot uterus.
b. Teori Penurunan Progesteron
Proses
penuaan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28 minggu, dimana terjadi
penimbunan jaringan ikat sehingga pembuluh darah mengalami penyempitan dan
buntu. Produksi progesteron mengalami penurunan sehingga lebih sensitiv
terhadap oksitosin. Akibatnya, otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai
tingkat penurunan progesteron tertentu.
c. Teori Oksitosin Internal
Oksitosin
dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis pars posterior. Perubahan keseimbangan
esterogen dan progesteron daapt mengubah sensitivitas otot rahim sehingga
sering terjadi kontraksi Braxton Hicks. Menurunnya konsentrasi progesteron
akibat tuanya usia kehamilan menyebabkan oksitosin meningkatkan aktifitas
sehingga persalinan dimulai.
d. Teori Prostaglandin
Konsentrasi
prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15 minggu yang dikeluarkan oleh
desidua. Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot
rahim sehingga hasil konsepsi dapat dikeluarkan. Prostaglandin dianggap sebagai
pemicu terjadinya persalinan.
C. TANDA DAN GEJALA , KLASIFIKASI
Menjelang minggu ke 36 pada primigravida terjadi penurunan fundus uterus
karena kepala bayi sudah masuk ke dalam pintu atas panggul (PAP). Gambaran lightening pada primigravida menunjukkan
hubungan normal antara power (His) ; passage (jalan lahir); passanger (penampang). Pada multipara
gambarannya menjadi tidak jelas seperti primigravida, karena masuknya kepala
janin kedalam panggul terjadi bersamaan dengan proses persalinan (Sulistyawati,
2013)
Berikut adalah tanda-tanda dimulainya persalinan menurut Jennya J.S.
Sondakh (2013) :
1. Terjadinya his persalinan
Saat
terjadi his pinggang terasa sakit dan menjalar kedepan, sifatnya teratur,
interval lebih pendek, dan kekuatan makin besar, serta semakin beraktivitas
(jalan) kekuatan akan makin bertambah.
2. Pengeluaran Lendir dan Darah
Terjadinya
his persalinan mengakibatkan terjadinya perubahan pada serviks yang akan
menimbulkan perdarahan dan pembukaan. Hal tersebut menyebabkan lendir yang
terdapat pada kanalis servikalis lepas dan pembuluh darah pecah sehingga
terjadi terdarahan
3. Terjadi pecah Ketuban
Sebagian
besar, keadaan ini terjadi menjelang pembukaan lengkap. Setelah adanya pecah
ketuban, diharapkan proses persalinan akan berlangsung kurang dari 24 jam.
Berikut adalah tabel dalam persalinan sesungguhnya dan
persalinan semu.
Persalinan Sesungguhnya |
Persalinan Semu |
Serviks menipis dan membuka |
Tidak ada
perubahan serviks |
Rasa nyeri dan interval teratur |
Rasa nyeri
tidak teratur |
Interval antara rasa nyeri yang secara perlahan
semakin pendek |
Tidak ada
perubahan interval antara rasa nyeri yang satu dengan yang lain |
Waktu dan kekuatan kontraksi semakin bertambah |
Tidak ada
perubahan pada waktu dan kekuatan kontraksi |
Rasa nyeri terasa dibagian belakang dan
menyebar ke depan |
Kebanyakan
rasa nyeri dibagian depan |
Dengan berjalan bertambah intensitas |
Tidak ada perubahan
rasa nyeri dengan berjalan |
Ada hubungan antara tingkat kekuatan kontraksi
dengan intensitas nyeri |
Tidak ada
hubungan antara tingkaat kekuatan kontraksi uterus dengan intensitas nyeri |
Lendir darah sering tampak |
Tidak ada
lendir darah |
Adanya penurunan bagian kepala janin |
Tidak ada
penurunan bagian terendah janin |
Kepala janin sudah terfiksasi di PAP diantara
kontraksi |
Kepala belum
masuk PAP walau ada kontraksi |
Pemberian obat penenang tidak menghentikan
proses persalinan sesungguhnya |
Pemberian
obat penenang yang efisien menghentikan rasa nyeri pada persalinan semu |
D. PATOFISIOLOGI
Persalinan
dibagi dalam empat kala menurut Prawirohardjo (2006) yaitu:
1. Kala I (kala pembukaan)
In partu (partu mulai) ditandai dengan keluarnya
lendir bercampur darah, servik mulai membuka dan mendatar, darah berasal dari
pecahnya pembuluh darah kapiler, kanalis servikalis.
Kala pembukaan dibagi
menjadi 2 fase:
a.
Fase laten
Pembukaan servik berlangsung lambat, sampai pembukaan berlangsung
2 jam, cepat menjadi 9 cm.
b.
Fase aktik
Berlangsung selama 6 jam
dibagi atas 3 sub fase:
·
Periode akselerasi : berlangsung 2 jam,
pembukaan menjadi 4 cm.
·
Periode dilatasi maksimal (steady) selama 2 jam,
pembukaan berlangsung 2 jam, cepat menjadi 9 cm.
·
Periode deselerasi berlangsung lambat dalam
waktu 2 jam pembukaan menjadi 10 cm.
Akhir kala I servik
mengalami dilatasi penuh, uterus servik dan vagina menjadi saluran yang
continue, selaput amnio ruptur, kontraksi uterus kuat tiap 2-3 menit selama
50-60 detik untuk setiap kontraksi, kepala janin turun ke pelvis.
2. Kala II (pengeluaran
janin)
His terkoordinir cepat dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali,
kepala janin telah turun dan masuk ruang panggul, sehingga terjadilah tekanan
pada otot-otot dasar panggul yang secara reflek menimbulkan rasa ngedan karena
tekanan pada rectum sehingga merasa seperti BAB dengan tanda anus membuka. Pada
waktu his kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan perineum meregang.
Dengan his mengedan yang terpimpin akan lahir dan diikuti oleh seluruh badan
janin. Kala II pada primi 1.5-2 jam, pada multi 0.5 jam.
Mekanisme persalinan:
Janin dengan presentasi belakang kepala,
ditemukan hampir sekitar 95 % dari semua kehamilan.Presentasi janin paling umum
dipastikan dengan palpasi abdomen dan kadangkala diperkuat sebelum atau pada
saat awal persalinan dengan pemeriksaan vagina (toucher). Pada
kebanyakan kasus, presentasi belakang kepala masuk dalampintu atas panggul
dengan sutura sagitalis melintang. Oleh karena itu kita uraikan dulu mekanisme
persalinan dalam presentasi belakang kepala dengan posisi ubun-ubun kecil
melintang dan anterior.
Karena panggul mempunyai bentuk yang tertentu
, sedangkan ukuran-ukuran kepala bayi hampir sama besarnya dengan dengan ukuran
dalam panggul, maka jelas bahwa kepala harus menyesuaikan diri dengan bentuk
panggul mulai dari pintu atas panggul, ke bidang tengah panggul dan pada pintu
bawah panggul, supaya anak dapat lahir. Misalnya saja jika sutura sagitalis
dalam arah muka belakang pada pintu atas panggul, maka hal ini akan mempersulit
persalinan, karena diameter antero posterior adalah ukuran yang terkecil dari
pintu atas panggul. Sebaliknya pada pintu bawah panggul, sutura sagitalis dalam
jurusan muka belakang yang menguntungkan karena ukuran terpanjang pada pintu
bawah panggul ialah diameter antero posterior.
Gerakan-gerakan utama dari mekanisme
persalinan adalah:
1)
Penurunan kepala.
2)
Fleksi.
3)
Rotasi dalam ( putaran
paksi dalam)
4)
Ekstensi.
5)
Ekspulsi.
6)
Rotasi luar ( putaran paksi
luar)
Dalam kenyataannya beberapa
gerakan terjadi bersamaan, akan tetapi untuk lebih jelasnya akan
dibicarakan gerakan itu satu persatu.
1)
Penurunan Kepala.
Pada primigravida,
masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul biasanya sudah terjadi pada
bulan terakhir dari kehamilan, tetapi pada multigravida biasanya baru terjadi
pada permulaan persalinan. Masuknya kepala ke dalam PAP, biasanya dengan sutura
sagitalis melintang dan dengan fleksi yang ringan. Masuknya kepala melewati
pintu atas panggul (PAP), dapat dalam keadaan asinklitismus yaitu bila sutura
sagitalis terdapat di tengah-tengah jalan lahir tepat di antara simpisis dan
promontorium.
Pada
sinklitismus os parietal depan dan belakang sama tingginya. Jika sutura
sagitalis agak ke depan mendekati simpisis atau agak ke belakang
mendekati promontorium, maka dikatakan kepala dalam keadaan asinklitismus, ada
2 jenis asinklitismus yaitu:
–
Asinklitismus posterior: Bila sutura
sagitalis mendekati simpisis dan os parietal belakang lebih rendah dari
os parietal depan.
–
Asinklitismus anterior: Bila sutura
sagitalis mendekati promontorium sehingga os parietal depan lebih rendah dari
os parietal belakang.
Derajat sedang
asinklitismus pasti terjadi pada persalinan normal, tetapi kalau berat gerakan
ini dapat menimbulkan disproporsi sepalopelvik dengan panggul yang berukuran
normal sekalipun.
Penurunan
kepala lebih lanjut terjadi pada kala I dan kala II persalinan. Hal ini
disebabkan karena adanya kontraksi dan retraksi dari segmen atas rahim, yang
menyebabkan tekanan langsung fundus pada bokong janin. Dalam waktu yang bersamaan
terjadi relaksasi dari segmen bawah rahim, sehingga terjadi penipisan dan
dilatasi servik. Keadaan ini menyebabkan bayi terdorong ke dalam jalan lahir.
Penurunan kepala ini juga disebabkan karena tekanan cairan intra uterine,
kekuatan mengejan atau adanya kontraksi otot-otot abdomen dan melurusnya badan
anak.
–
Sutura sagitalis terdapat di tengah-tengah
jalan lahir tepat di antara simpisis dan promontorium.
–
Sutura sagitalis mendekati simpisis dan
os parietal belakang lebih rendah dari os parietal depan.
–
Sutura sagitalis mendekati promontorium
sehingga os parietal depan lebih rendah dari os parietal belakang
2)
Fleksi
Pada awal persalinan,
kepala bayi dalam keadaan fleksi yang ringan. Dengan majunya kepala biasanya
fleksi juga bertambah. Pada pergerakan ini dagu dibawa lebih dekat ke arah dada
janin sehingga ubun-ubun kecil lebih rendah dari ubun-ubun besar hal ini
disebabkan karena adanya tahanan dari dinding seviks, dinding pelvis dan lantai
pelvis. Dengan adanya fleksi, diameter suboccipito bregmatika (9,5 cm)
menggantikan diameter suboccipito frontalis (11 cm). sampai di dasar panggul,
biasanya kepala janin berada dalam keadaan fleksi maksimal.
a)
Rotasi
Dalam (Putaran Paksi Dalam)
Putaran
paksi dalam adalah pemutaran dari bagian depan sedemikian rupa sehingga bagian
terendah dari bagian depan janin memutar ke depan ke bawah simpisis. Pada
presentasi belakang kepala bagian yang terendah ialah daerah ubun-ubun kecil
dan bagian inilah yang akan memutar ke depan kearah simpisis. Rotasi dalam
penting untuk menyelesaikan persalinan, karena rotasi dalam merupakan suatu
usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir khususnya
bidang tengah dan pintu bawah panggul.
b)
Ekstensi
Sesudah kepala janin
sampai di dasar panggul dan ubun-ubun kecil berada di bawah simpisis, maka
terjadilah ekstensi dari kepala janin. Hal ini di sebabkan karena sumbu jalan
lahir pada pintu bawah panggul mengarah ke depan dan ke atas sehingga kepala
harus mengadakan fleksi untuk melewatinya. Kalau kepala yang fleksi penuh pada
waktu mencapai dasar panggul tidak melakukan ekstensi maka kepala akan tertekan
pada perineum dan dapat menembusnya.
Subocciput yang tertahan
pada pinggir bawah simpisis akan menjadi pusat pemutaran (hypomochlion), maka
lahirlah berturut-turut pada pinggir atas perineum: ubun-ubun besar, dahi,
hidung, mulut dan dagu bayi dengan gerakan ekstensi.
c)
Rotasi
Luar (Putaran Paksi Luar)
Kepala
yang sudah lahir selanjutnya mengalami restitusi yaitu kepala bayi memutar
kembali ke arah punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher yang terjadi
karena putaran paksi dalam. Bahu melintasi pintu dalam keadaan miring. Di dalam
rongga panggul bahu akan menyesuaikan diri dengan bentuk panggul yang
dilaluinya, sehingga di dasar panggul setelah kepala bayi lahir, bahu mengalami
putaran dalam dimana ukuran bahu (diameter bisa kromial) menempatkan diri dalam
diameter anteroposterior dari pintu bawah panggul. Bersamaan dengan itu kepala
bayi juga melanjutkan putaran hingga belakang kepala berhadapan dengan tuber
ischiadikum sepihak.
d) Ekspulsi
Setelah putaran paksi
luar, bahu depan sampai di bawah simpisis dan menjadi hipomochlion untuk
kelahiran bahu belakang. Setelah kedua bahu bayi lahir, selanjutnya seluruh
badan bayi dilahirkan searah dengan sumbu jalan lahir.
Dengan kontraksi yang
efektif, fleksi kepala yang adekuat, dan janin dengan ukuran yang rata-rata,
sebagian besar oksiput yang posisinya posterior berputar cepat segera setelah
mencapai dasar panggul, dan persalinan tidak begitu bertambah panjang. Tetapi
pada kira-kira 5-10 % kasus, keadaan yang menguntungkan ini tidak terjadi.
Sebagai contoh kontraksi yang buruk atau fleksi kepala yang salah atau
keduanya, rotasi mungkin tidak sempurna atau mungkin tidak terjadi sama sekali,
khususnya kalau janin besar.
3. Kala III (pengeluaran
plasenta)
Setelah bayi lahir,
kontraksi, rahim istirahat sebentar, uterus teraba keras dengan fundus uteri
sehingga pucat, plasenta menjadi tebal 2x sebelumnya. Beberapa saat kemudian
timbul his, dalam waktu 5-10 menit, seluruh plasenta terlepas, terdorong
kedalam vagina dan akan lahir secara spontan atau dengan sedikit dorongan dari
atas simpisis/fundus uteri, seluruh proses berlangsung 5-30 menit setelah bayi
lahir. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200
cc.
4. Kala IV
Pengawasan, selama 2 jam
setelah bayi dan plasenta lahir, mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya
perdarahan post partum. Dengan menjaga kondisi
kontraksi dan retraksi uterus yang kuat dan terus-menerus. Tugas uterus ini dapat
dibantu dengan obat-obat oksitosin.
PATHWAY
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.
USG
2.
Pemeriksaan Hb
F. PENATALAKSANAAN
Menurut
Wiknjosastro (2005), penatalaksanaan yang diberikan untuk penanganan plasenta
previa tergantung dari jenis plasenta previanya yaitu:
a.
Kaji kondisi fisik klien
b.
Menganjurkan klien untuk tidak coitus
c.
Menganjurkan klien istirahat
d.
Mengobservasi perdarahan
e.
Memeriksa tanda vital
f.
Memeriksa kadar Hb
g.
Berikan cairan pengganti intravena RL
h.
Berikan betametason untuk pematangan paru bila
perlu dan bila fetus masih premature.
PERSIAPAN PERSALINAN
a.
Ibu
1)
Gurita, 3 buah
2)
Baju tidur, 3 buah
3)
Underware secukupnya
4)
Handuk, sabun, shampoo, sikat gigi dan pasta
gigi
5)
Pembalut khusus, 1 bungkus
6)
Under pad (dapat dibeli di apotik), 3 lembar
b.
Bayi
1)
Popok dan gurita bayi, 1-2 buah.
2)
Baju bayi, 1-2 buah
3)
Diaper (popok sekali pakai) khusus new baby
born, 1-2 buah.
4)
Selimut,topi dan kaos kaki
bayi
5)
Perlengkapan Resusitasi bayi baru lahir
c.
Penolong
1)
Memakai APD, terdiri dari : Sarung Tangan
steril, Masker, Alas kaki, celemek.
2)
Menyiapkan tempat
persalinan, perlengkapan dan bahan
Penolong
persalinan harus menilai ruangan dimana proses persalinan akan berlangsung.
Ruangan tersebut harus memiliki pencahayaan atau penerangan yang cukup. Tempat tidur dengan
kasur yang dilapisi kain penutup yang bersih, kain tebal, dan pelapis anti
bocor. Ruangan harus hangat (tetapi jangan pamas), harus rersedia meja atau
permukaan yang bersih dan mudah dijangkau untuk meletakkan peralatan yang
diperlukan.
3)
Menyiapkan tempat dan
lingkungan kelahiran bayi.
Memastikan bahwa rungan
tersebut bersih, hangat (minimal 25oC, pencahayaan cukup dan bebas
dari tiupan angin.
4)
Alat
Partus Set (didalam wadah
stenis yang berpenutup):
a)
2 klem Kelly atau 2 klem kocher
b)
Gunting tali pusat
c)
Benang tali pusat
d) Kateter nelaton
e)
Gunting episiotomy
f)
Alat pemecah selaput ketuban
g)
2 psang sarung tangan dtt
h)
Kasa atau kain kecil
i)
Gulungan kapas basah
j)
Tabung suntik 3 ml dengan
jarum i.m sekali pakai
k)
Kateter penghisap de lee (penghisap lender)
l)
4 kain bersih
m) 3 handuk atau kain untuk
mengeringkan bayi
5)
Bahan
a)
Partograf
b)
Termometer
c)
Pita pengukur
d) Feteskop/ dopler
e)
Jam tangan detik
f)
Stetoskop
g)
Tensi meter
h)
Sarung tangan bersih
6)
Obat-Obatan
·
Ibu
a)
8 Ampul Oksitosin 1
ml 10 U (atau 4 oksitosin 2ml U/ml.
b)
20 ml Lidokain 1% tanpa
Epinefrin atau 10ml Lidokain 2% tanpa Epinefrin.
c)
3 botol RL
d) 2 Ampul metal ergometrin
maleat ( disimpan dalam suhu 2-80C )
·
Bayi
a)
Salep mata tetrasiklin
b)
Vit K 1 mg
G. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA PENDUKUNG
1.
Nyeri melahirkan berhubungan dengan pengeluaran janin.
Data Subjektif :
–
Mengeluh nyeri
–
Perinium terasa tertekan
–
Mual
–
Nafsu makan menurun/meningkat
Data Objektif
–
Ekspresi wajah meringis
–
Berposisi meringankan nyeri
–
Uterus teraba membulat
–
Tekanan darah meningkat
–
Frekuensi nadi meningkat
–
Ketegangan otot meningkat
–
Pola tidur berubah
–
Fungsi berkemih berubah
–
Diaforesis
–
Gangguan prilaku
–
Pupil dilatasi
–
Muntah
–
Fokus pada diri sendiri
2.
Risiko perdarahan berhubungan dengan komplikasi kehamilan (mis:ketuban
pecah sebelum waktunya,plasenta previa\abrupsio,kehamilan kembar)
DS:
(tidak tersedia)
DO:(tidak
tersedia)
3.
Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
Data
Subjektif :
–
Merasa lemah/lemas
–
Mengeluh haus
Data Objektif :
–
Frekuensi nadi meningkat
–
Nadi teraba ,emah
–
Tekanan darah menurun
–
Tekanan nadi menyempit
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Nyeri melahirkan berhubungan dengan pengeluaran janin.
2.
Risiko perdarahan berhubungan dengan komplikasi kehamilan (mis:ketuban
pecah sebelum waktunya, plasenta previa\abrupsio, kehamilan kembar)
3.
Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
I. TUJUAN RENCANA KEPERAWATAN DAN
KRITERIA HASIL
DX |
Tujuan |
Kriteria hasil |
1. |
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam maka status
intrapartum membaik dan tingkat nyeri menurun |
·
Klien mengatakan nyeri yang
dirasakan menurun ·
Klien tampak meringis
berkurang ·
Frekuensi nadi klien tampak
membaik ·
Perdarahan vagina menurun |
2. |
Setelah dilakukan
intervensi keperawatan selama 3x24 jam maka tingkat perdarahan menurun |
·
Perdarahan vagina menurun ·
Distensi abdomen menurun ·
Hemoglobin membaik ·
Tekanan darah dan suhu tubuh
membaik |
3. |
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24
jam maka status cairan klien membaik. |
·
Kekuatan nadi klien meningkat ·
Tekanan darah klien membaik ·
Dyspnea klien menurun |
J. INTERVENSI DAN RASIONAL
DX |
Intervensi |
Rasional |
1 |
Manajemen nyeri Observasi : ·
Identifikasi lokasi, kareteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri. ·
Identifikasi skala nyeri ·
Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri ·
Identifikasi pengaruh nyeri terhadap kualitas
hidup Terapeutik ·
Berikan teknik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri ( mis. TENS, hipnosis, akupresur, terapi musik, terapi pijat dll) ·
Fasilitasi istirahat dan tidur Edukasi ·
Jelaskan strategi meredakan nyeri ·
Ajarkan teknik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri Kolaborasi ·
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu |
·
Untuk menentukan lokasi nyeri yang membuat
tidak nyaman dirasakan ·
Untuk mengetahui seberapa sakit nyeri yang
dirasakan klien ·
Untuk mengetahu faktor faktor yang membuat
sakit semakin ringan ataupun semakin berat ·
Untuk mengetahui nyeri yang dirasakan klien dapan
mempengaruhi aktivitas sehari hari ·
Memberikan teknik non farmakologis kepada klien
untuk mempengaruhi nyeri ·
Memberikan edukasi ke klien bagaiman cara
meredakan nyeri dengan teknik non farmakologis |
2 |
Pencegahan perdarahan Observasi : ·
Monitor tanda dan gejala perdarahan ·
Monitor nilai hemotokrit/hemoglobin sebelum dan setlah kehilangan darah Terapeutik ·
Pertahankan bed rest selama perdarahan ·
Batasi tindakan invasif,jika perlu Edukasi ·
Jelaskan tanda dan gejala perdarahan ·
Anjurkan segera melapor jika terjadi perdarahan Kolaborasi ·
Kolaborasi pemberian obat pengontrol
perdarahan,produk darah, jika perlu |
·
Untuk mengetahui tanda dan gejala
perdarahan klien ·
Untuk mengurangi risiko akibat perdarahan |
3 |
Manajemen hipovolemia Observasi : ·
Periksa tanda dan gejala hipovolemia ( mis: frekuensi nadi
meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah ,menurun, tekanan nadi menyempit,
turgor kulit menurun, membran mukosa kering, volume urine menurun, hematokrit
meningkat, haus, lemah ) ·
Monitor intake dan output cairan Terapeutik ·
Hitung kebutuhan cairan ·
Berikan posisi modified
trendelenbrug ·
Berikan asupan cairan oral Edukasi ·
Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral ·
Anjurkan menghindari pindah posisi terlalu
sering Kolaborasi ·
Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis :
RL,NaCl 0,9 %) |
·
Untuk memeriksa tanda dan gejala hipovolemia
pada klien ·
Untuk mengetahui seberapa banyak cairan yang
masuk dan keluar dari tubuh klien ·
Memposisikan klien modified
trendelenbrug. |
DAFTAR PUSTAKA
http://perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/1502100018/bab_II.pdf
Azamirahnatnur ,amrah.2016.Laporan pendahuluan pada ibu
hamil tahap INC.
https://www.academia.edu/33721437/LAPORAN_PENDAHULUAN_ASUHAN_KEPERAWATAN_INTRANATAL_CARE_INC
Rachmawati,rolla.2015.Laporan pendahuluan INC
.https://www.academia.edu/8133857/LAPORAN_PENDAHULUAN_PERSALINAN_NORMAL
PPNI (2016). Standar
DIagnosis Keperawatan
Indonesia: Definisi dan Indikator DIagnostik,Edisi 1. Jakarta:DPP PPNI
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi
dan Tindakan Keperawatan,Edisi 1.
Jakarta: DPP PPNI
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi
dan Kriteria Hasil Keperawatan,Edisi 1. Jakarta:DPP
PPNI
Buku SLKI, SDKI, SIKI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar