LAPORAN
PENDAHULUAN
HIPEREMESIS
GRAVIDARUM
KEMENTRIAN KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
TAHUN
AJARAN 2022/2023
LAPORAN
PENDAHULUAN
HIPEREMESIS
GRAVIDARUM
A. PENGERTIAN
Hiperemesis
gravidarum adalah muntah yang terjadi sampai umur kehamilan 20 minggu, begitu
hebat dimana segala apa yang dimakan dan diminum dmuntahkan sehingga
mempengaruhi keadaan umum dan pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun,
dehidrasi, terdapat aseton dalam urine, bukan karena penyakit seperti
appendicitis, pielitis dan sebagainya.
Hiperemesis
Gravidarum adalah mual dan muntah yang lebih dari 10 kalli dalam waktu 24 jam
atau setiap saat pada wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari
karena keadaan umumnya menjadi buruk dan dapat terjadi dehidrasi. (Standar
pelayanan medic obstetric & ginekologi).
B. ETIOLOGI
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara
pasti, beberapa faktor predisposisi dan faktor lain yang ditemukan.
a. Faktor
predisposisi yang sering ditemukan adalah primigravida, molahidatidosa dan
kehamilan ganda. Frekuensi yang tinggi pada molahidatidosa dan kehamilan ganda
menimbulkan dugaan bahwa faktor hormon memegang peranan, karena pada kedua
keadaan tersebut hormon khorionik gonadotropin dibentuk berlebihan.
b. Masuknya
vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik akibat hamil
serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan ini merupakan
faktor organic.
c. Alergi
d. Faktor
psikologik memegang peranan yang penting pada penyakit ini walaupun hubungannya
dengan terjadinya hiperemesis gravidarum belum diketahui dengan pasti.
C. GEJALA DAN
TANDA, KLASIFIKASI
Hiperemesis gravidarum, menurut berat ringannya gejala dapat dibagi dalam 3
tingkatan yaitu
a. Tingkatan
I
Muntah
terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita, ibu merasa lemah, nafsu
makan tidak ada, berat badan menurun dan nyeri pada epigastrium. Nadi meningkat
sekitar 100 kali permenit, tekanan darah sistol menurun, turgor kulit
berkurang, lidah mengering dan mata cekung.
b. Tingkatan
II
Penderita
tampak lebih lemah dan apatis, turgor kulit lebih berkurang, lidah mongering
dan nampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik dan mata
sedikit ikterus. Berat badan menurun dan mata menjadi cekung, tensi rendha,
hemokonsentrasi, oliguri dan konstipasi, aseton dapat tercium dalam hawa
pernapasan, karena mempunyai aroma yang khas dan dapat pula ditemukan dalam
kencing.
c. Tingkatan
III
Keadaan
umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dan somnolen sampai koma,
nadi kecil dan cepat, suhu badan meningkat dan tensi menurun.komplikasi fetal
dapat terjadi pada saraf yang dikenal sebagai ensefalopati wernicke, dengan
gejala nistagmus dan diplopia, keadaan ini adalah akibat sangat kekurangan zat
makanan, termasuk vitamin B kompleks. Timbulnya ikterus adalah tanda adanya
payah hati
D.
PATOFISIOLOGI
Ada
yang mengatakan bahwa, perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar
estrogen, oleh karena itu keluhan ini terjadi pada trimester pertama.
Pengaruh
psikologik hormon estrogen ini tidak jelas, mungkin berasal dari sistem saraf
pusat atau akibat berkurangnya pengosongan lambung. Penyesuaian terjadi pada
kebanyakan wanita hamil, meskipun demikian mual dan muntah pada hamil muda,
bila terjadi terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak seimbangnya
elektrolit dengan alkalosis hipokloremik. Belum jelas mengapa gejala ini hanya
terjadi pada sebagian kecil wanita tetapi faktor psikologik merupakan faktor
utama, disamping faktor hormonal yang jelas wanita yang sebelum kehamilan
sudah menderita lambung spastic dengan gejala tak suka makan dan mual, akan
mengalami emesis gravidarum yang berat.
Hiperemesis
gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis
terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tak sempurna, terjadilah
ketosis dengan tertimbunnya asam aseton asetik, asam hidroksi butirik dan
aseton dalam darah. Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan karena
muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan plasma
berkurang. Natrium dan klorida darah turun, demikian pula klorida air kemih.
Selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi sehingga aliran darah ke
jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke
jaringan berkurang pula dan tertimbunlah zat metabolik yang toksik. Kekurangan
kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal,
bertambahnya frekuensi muntah-muntah yang lebih banyak, dapat merusak hati dan
terjadilah lingkaran setan yang sulit dipatahkan.
E. PEMERIKSAAN
PENUNJANG
1. USG (dengan
menggunakan waktu yang tepat)
Mengkaji usia gestasi janin dan
adanya gestasi multipel, mendeteksi abnormalitas janin, melokalisasi plasenta
2. Urinalis :
kultur, mendeteksi bakteri, BUN
3. Pemeriksaan
fungsi hepar : AST, ALT, dan kadar LDH
F. PENATALAKSANAAN
Pencegahan
terhadap hyperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan jalan memberikan
penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang
fisiologik, memberikan keyakinan bahwa mual dan muntah kadang-kadang muntah merupakan
gejala yang fisioligk pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4
bulan, menganjurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah
kecil tetapi lebih sering, waktu bangun pagi jangan segera turun dari
tempat tidur, tetapi dianjurkan untuk makan roti kering atau biskuit dengan teh
hangat.
Makan
yang berminyak dan minuman sebaiknya disajikan dalam keadaan panas atau sangat
dingin.
a. Obat-obatan
Sedatif
yang sering digunakan adalah Phenobarbital, vitamin yang dianjurkan vitamin
B1 dan B6 keadaan yang lebih berat diberikan anti
emetiksepeti disiklomin hidroklorida dan khlorpromazin, anti histamine ini juga
dianjurkan seperti dramamin, avomin.
b. Terapi Nutrisi
pemberian nutrisi tergantung pada
derajat muntah, berat ringannya deplesi nutrisi dan penerimaan penderita
terhadap rencana pemberian makanan.
c. Isolasi
Penderita
disendirikan dalam kamar yang tenang tetapi cerah dan peredaran udara yang baik
tidak diberikan makan/minuman selama 24 – 28 jam. Kadang-kadang dengan isolasi
saja gejala-gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan
d. Terapi
psikologik
Perlu
diyakinkan pada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan rasa
takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan yang berat serta menghilangkan
masalah dan konflik, yang kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini.
e. Cairan
parenteral
Berikan
cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan glukosa
5% dalam caran garam fisiologik sebanyak 2 – 3 liter per hari. Bila perlu dapat
ditambah kalium dan vitamin, khususnya vitamin B kompleks dan vitamin C. bila
ada kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino secara intravena.
f. Penghentian
kehamilan
Pada sebagian kecil kasus
keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur. Usahakan mengadakan pemeriksaan
medik dan psikiatri bila keadaan memburuk. Delirium, kebutuhan, bradikardi,
ikterus anuria dan perdarahan merupakan manifestasi komplikasi organic. Dalam
keadaan demikian pual perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan.
Keputusan untuk melakukan abortus terapeutik sering sulit diambil, oleh karena
satu pihak tidak boleh dilakukan terlalu cepat, tetapi dilain pihak tak boleh
menunggu sampai terjadi gejala ireversibel pada organ vital.
g. Diet
1) Diet hiperemesis
I diberikan pada hiperemesis tingkat II. Makanan hanya berupa roti kering dan
buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersamaan dengan makanan tetapi 1 – 2 jam
sesuadahnya. Makanan ini kurang dsalam semua zat-zat gizi, kecuali vitamin C,
karena itu hanya diberikan selama beberapa hari.
2) Diet hiperemesis
II diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang secara berangsur mulai
diberikan bersamaan. Makanan ini rendah dalam semua zat-zat gizi kecuali
vitamin A dan D.
3) Diet hiperemesis
III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis ringan. Menurut kesanggupan
penderita minum boleh diberikan besama makanan. Makanan ini cukup dalam semua
zat gizi kecuali kalsium.
h. Terapi
Alternatif
1) Vitamin B6
Peranan vitamin
B6 untuk mengatasi hiperemesis gravidarum masih menjadi kontroversi. Dosis
vitamin B6 yang cukup efektif berkisar 12,5-25 mg /hari tiap 8 jam.
2) Jahe (Zingiber officinale)
pemberian
G. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA PENDUKUNG
1. Risiko Defisit nutrisi b/d frekuensi
mual dan muntah berlebihan
Data Subjektif : (Tidak Tersedia)
Data objektif : :
(Tidak Tersedia)
2. Hipovolemia b/d kehilangan cairan aktif
Data Subjektif : (Tidak Tersedia)
Data Objektif
–
Merasa lemah
–
Mengeluh haus
3. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan
Data Subjektif
–
Mengeluh lelah
Data Objektif
–
Merasa lemah
H. DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1.
Risiko Defisit nutrisi b/d frekuensi mual dan muntah
berlebihan
2.
Hipovolemia b/d kehilangan cairan aktif
3.
Intoleransi aktivitas b/d kelemahan
I. TUJUAN RENCANA KEPERAWATAN DAN KRITERIA
HASIL
DX |
TUJUAN
KEEPRAWATAN |
KRITERIA
HASIL |
1. |
Setelah
dilakukan intervensi keperawatan selama 2x24 jam maka fungsi gastrointestinal
membaik |
·
Klien akan mengungkapkan selera makan baik ·
Tidak ada rasa mual dan muntah ·
BB meningkat |
2. |
Setelah dilakukan
intervensi keperawatan selama 2x24 jam maka Status Cairan membaik |
·
Mukosa bibir lembab ·
Turgor kulit baik ·
Output sesuai intake ·
Kadar elektrolit dalam batas normal |
3. |
Setelah dilakukan
intervensi keperawatan selama 2x24 jam maka Tingkat Keletihan Menurun |
·
Energi bertambah ·
Dapat melakukan aktivitas sesuai kebutuhan |
J. INTERVENSI DAN RASIONAL
DX |
Intervensi |
Rasional |
1. |
Manajemen Nutrisi –
Kaji frekuensi dan beratnya mual dan muntah –
Timbang BB setiap hari –
Anjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering –
Anjurkan untuk makan makanan selingan seperti biscuit,
roti dan teh hangat sebelum tidur pada siang hari –
Pantau kadar hemoglobin dan hematokrit |
–
BB penting untuk memonitor proses terapi, perkembangan BB
merupakan salah satu indikator adanya perbaikan nutrisi –
Dapat mencukupi asuhan nutrisi yang dibutuhkan tubuh –
Makanan selingan dapat mengurangi atau menghindari
rangsangan mual dan muntah yang berlebih –
Mengidentifikasi adanya anemia dan potensial penurunan
kapasitas pembawa oksigen ibu. |
2. |
Pemantauan
Cairan –
Pantau tanda-tanda dan gejala kekurangan cairan Membran
mukosa kering Urine kuning
kecoklatan Turgor kulit jelek –
Lakukan pemeliharaan kebersihan mulut sebelum dan
sesudah makan. –
Observasi tanda vital setiap 2 – 4 jam –
Anjurkan klien untuk minum dalam jumlah kecil tapi sering –
Kolaborasi tim medis untuk pemberian cairan
parenteral dan pemberian obat anti emetik bila memungkinkan |
–
penurunan volume cairan yang bersirkulasi menyebabkan
kekeringan jaringan dan pemekatan urine merupakan tanda dehidrasi –
Mencegah perkembang biakan kuman dan memberi rasa segar
dan nyaman sehingga rasa mual kurang. –
Perubahan tanda vital merupakan indikator adanya
gangguan keseimbangan cairan, tekanan darah menurun, nadi dan suhu yang
meningkat merupakan tanda dehidrasi hipovolemia. –
Mengganti kekurangan cairan yang keluar bersama-sama
dengan muntah –
Pemberian cairan parenteral memperbaiki volume
cairan dan memungkinkan untuk mengganti cairan. |
3. |
Manajemen Energi –
Anjurkan klien membatasi aktivitas dengan istirahat yang
cukup –
Anjurkan klien untuk menghindari mengangkat berat –
Bantu klien beraktifitas secara bertahap –
Anjurkan tirah baring yang dimodifikasi sesuai indikasi |
–
Menghemat energi dan menghindari pengeluaran tenaga yang
terus menerus untuk meminimalkan kelelahan/kepekaan uterus –
Aktivitas yang ditoleransi sebelumnya mungkin tidak
dimodifikasi untuk wanita beresiko –
Aktivitas bertahap meminimalkan terjadinya trauma serta
meringankan dalam memnuhi kebutuhannya |
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Mitayani, 2009. Asuhan Keperawatan
Maternitas. Jakarta : Salemba Medika
Runiari, Nengah. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Hiperemesis Gravidarum. Jakarta :
PPNI (2016). Standar DIagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator DIagnostik,Edisi 1. Jakarta:DPP PPNI
PPNI
(2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan,Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI
(2018). Standar Luaran
Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan,Edisi 1. Jakarta:DPP PPNI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar