Senin, 09 Januari 2023

 

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPEREMESIS GRAVIDARUM


 


 

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG

TAHUN AJARAN 2022/2023

 

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPEREMESIS GRAVIDARUM

 

      A.   PENGERTIAN

                  Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi sampai umur kehamilan 20 minggu, begitu hebat dimana segala apa yang dimakan dan diminum dmuntahkan sehingga mempengaruhi keadaan umum dan pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi, terdapat aseton dalam urine, bukan karena penyakit seperti appendicitis, pielitis dan sebagainya.

                  Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah yang lebih dari 10 kalli dalam waktu 24 jam atau setiap saat pada wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya menjadi buruk dan dapat terjadi dehidrasi. (Standar pelayanan medic obstetric & ginekologi).

 

B. ETIOLOGI

Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti, beberapa faktor predisposisi dan faktor lain yang ditemukan.

a.   Faktor predisposisi yang sering ditemukan adalah primigravida, molahidatidosa dan kehamilan ganda. Frekuensi yang tinggi pada molahidatidosa dan kehamilan ganda menimbulkan dugaan bahwa faktor hormon memegang peranan, karena pada kedua keadaan tersebut hormon khorionik gonadotropin dibentuk berlebihan.

b.  Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik akibat hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan ini merupakan faktor organic.

c.    Alergi

d. Faktor psikologik memegang peranan yang penting pada penyakit ini walaupun hubungannya dengan terjadinya hiperemesis gravidarum belum diketahui dengan pasti.

 

 

 

C. GEJALA DAN TANDA, KLASIFIKASI

Hiperemesis gravidarum, menurut berat ringannya gejala dapat dibagi dalam 3 tingkatan yaitu

a.   Tingkatan I

            Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita, ibu merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan nyeri pada epigastrium. Nadi meningkat sekitar 100 kali permenit, tekanan darah sistol menurun, turgor kulit berkurang, lidah mengering dan mata cekung.

b.  Tingkatan II

            Penderita tampak lebih lemah dan apatis, turgor kulit lebih berkurang, lidah mongering dan nampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik dan mata sedikit ikterus. Berat badan menurun dan mata menjadi cekung, tensi rendha, hemokonsentrasi, oliguri dan konstipasi, aseton dapat tercium dalam hawa pernapasan, karena mempunyai aroma yang khas dan dapat pula ditemukan dalam kencing.

c.  Tingkatan III

            Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dan somnolen sampai koma, nadi kecil dan cepat, suhu badan meningkat dan tensi menurun.komplikasi fetal dapat terjadi pada saraf yang dikenal sebagai ensefalopati wernicke, dengan gejala nistagmus dan diplopia, keadaan ini adalah akibat sangat kekurangan zat makanan, termasuk vitamin B kompleks. Timbulnya ikterus adalah tanda adanya payah hati

 

      D. PATOFISIOLOGI

     Ada yang mengatakan bahwa, perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogen, oleh karena itu keluhan ini terjadi pada trimester pertama.

     Pengaruh psikologik hormon estrogen ini tidak jelas, mungkin berasal dari sistem saraf pusat atau akibat berkurangnya pengosongan lambung. Penyesuaian terjadi pada kebanyakan wanita hamil, meskipun demikian mual dan muntah pada hamil muda, bila terjadi terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak seimbangnya elektrolit dengan alkalosis hipokloremik. Belum jelas mengapa gejala ini hanya terjadi pada sebagian kecil wanita tetapi faktor psikologik merupakan faktor utama, disamping faktor hormonal yang  jelas wanita yang sebelum kehamilan sudah menderita lambung spastic dengan gejala tak suka makan dan mual, akan mengalami emesis gravidarum yang berat.

     Hiperemesis gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tak sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton asetik, asam hidroksi butirik dan aseton dalam darah. Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan karena muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan klorida darah turun, demikian pula klorida air kemih. Selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi sehingga aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan berkurang pula dan tertimbunlah zat metabolik yang toksik. Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal, bertambahnya frekuensi muntah-muntah yang lebih banyak, dapat merusak hati dan terjadilah lingkaran setan yang sulit dipatahkan.

 

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1.      USG (dengan menggunakan waktu yang tepat)

            Mengkaji usia gestasi janin dan adanya gestasi multipel, mendeteksi abnormalitas janin, melokalisasi plasenta

2.      Urinalis : kultur, mendeteksi bakteri, BUN

3.      Pemeriksaan fungsi hepar : AST, ALT, dan kadar LDH

 

F. PENATALAKSANAAN

                  Pencegahan terhadap hyperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan jalan memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologik, memberikan keyakinan bahwa mual dan muntah kadang-kadang muntah merupakan gejala yang fisioligk pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan, menganjurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil tetapi lebih sering, waktu bangun pagi  jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan untuk makan roti kering atau biskuit dengan teh hangat.

                  Makan yang berminyak dan minuman sebaiknya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin.

a.   Obat-obatan

            Sedatif yang sering digunakan adalah Phenobarbital,  vitamin yang dianjurkan vitamin B1 dan B6 keadaan yang lebih berat diberikan anti emetiksepeti disiklomin hidroklorida dan khlorpromazin, anti histamine ini juga dianjurkan seperti dramamin, avomin.

b.  Terapi Nutrisi

            pemberian nutrisi tergantung pada derajat muntah, berat ringannya deplesi nutrisi dan penerimaan penderita terhadap rencana pemberian makanan.

c.  Isolasi

            Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang tetapi cerah dan peredaran udara yang baik tidak diberikan makan/minuman selama 24 – 28 jam. Kadang-kadang dengan isolasi saja gejala-gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan

d.  Terapi psikologik

            Perlu diyakinkan pada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan yang berat serta menghilangkan masalah dan konflik, yang kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini.

e.   Cairan parenteral

            Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan glukosa 5% dalam caran garam fisiologik sebanyak 2 – 3 liter per hari. Bila perlu dapat ditambah kalium dan vitamin, khususnya vitamin B kompleks dan vitamin C. bila ada kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino secara intravena.

f.   Penghentian kehamilan

                  Pada sebagian kecil kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur. Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatri bila keadaan memburuk. Delirium, kebutuhan, bradikardi, ikterus anuria dan perdarahan merupakan manifestasi komplikasi organic. Dalam keadaan demikian pual perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk melakukan abortus terapeutik sering sulit diambil, oleh karena satu pihak tidak boleh dilakukan terlalu cepat, tetapi dilain pihak tak boleh menunggu sampai terjadi gejala ireversibel pada organ vital.

g.    Diet

1)   Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat II. Makanan hanya berupa roti kering dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersamaan dengan makanan tetapi 1 – 2 jam sesuadahnya. Makanan ini kurang dsalam semua zat-zat gizi, kecuali vitamin C, karena itu hanya diberikan selama beberapa hari.

2)   Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang secara berangsur mulai diberikan bersamaan. Makanan ini rendah dalam semua zat-zat gizi kecuali vitamin A dan D.

3)   Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis ringan. Menurut kesanggupan penderita minum boleh diberikan besama makanan. Makanan ini cukup dalam semua zat gizi kecuali kalsium.

h. Terapi Alternatif

1)      Vitamin B6

      Peranan vitamin B6 untuk mengatasi hiperemesis gravidarum masih menjadi kontroversi. Dosis vitamin B6 yang cukup efektif berkisar 12,5-25 mg /hari tiap 8 jam.

2)      Jahe (Zingiber officinale)

      pemberian       

 

G. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA PENDUKUNG

1.      Risiko Defisit nutrisi b/d frekuensi mual dan muntah berlebihan

Data Subjektif : (Tidak Tersedia)

Data objektif   : : (Tidak Tersedia)

 

2.      Hipovolemia b/d kehilangan cairan aktif

Data Subjektif : (Tidak Tersedia)

Data Objektif

        Merasa lemah

        Mengeluh haus

 

3.      Intoleransi aktivitas b/d kelemahan

Data Subjektif

        Mengeluh lelah

Data Objektif

        Merasa lemah

 

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1.      Risiko Defisit nutrisi b/d frekuensi mual dan muntah berlebihan

2.      Hipovolemia b/d kehilangan cairan aktif

3.      Intoleransi aktivitas b/d kelemahan

 

I. TUJUAN RENCANA KEPERAWATAN DAN KRITERIA HASIL

DX

TUJUAN KEEPRAWATAN

KRITERIA HASIL

1.

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2x24 jam maka fungsi gastrointestinal membaik

·         Klien akan mengungkapkan selera makan baik

·         Tidak ada rasa mual dan muntah

·         BB meningkat

2.

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2x24 jam maka Status Cairan membaik

·         Mukosa bibir lembab

·         Turgor kulit baik

·         Output sesuai intake

·         Kadar elektrolit dalam batas normal

3.

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2x24 jam maka Tingkat Keletihan Menurun

·         Energi bertambah

·         Dapat melakukan aktivitas sesuai kebutuhan

 

 

J. INTERVENSI DAN RASIONAL

DX

Intervensi

Rasional

1.

Manajemen Nutrisi

        Kaji frekuensi dan beratnya mual dan muntah

        Timbang BB setiap hari

        Anjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering

        Anjurkan untuk makan makanan selingan seperti biscuit, roti dan teh hangat sebelum tidur pada siang hari

        Pantau kadar hemoglobin dan hematokrit

 

 

 

 

        BB penting untuk memonitor proses terapi, perkembangan BB merupakan salah satu indikator adanya perbaikan nutrisi

        Dapat mencukupi asuhan nutrisi yang dibutuhkan tubuh

        Makanan selingan dapat mengurangi atau menghindari rangsangan mual dan muntah yang berlebih

        Mengidentifikasi adanya anemia dan potensial penurunan kapasitas pembawa oksigen ibu.

 

 

 

 

2.

Pemantauan Cairan

        Pantau tanda-tanda dan gejala kekurangan cairan

Membran mukosa kering

Urine kuning kecoklatan

Turgor kulit jelek

        Lakukan pemeliharaan kebersihan mulut  sebelum dan sesudah makan.

        Observasi tanda vital setiap 2 – 4 jam

        Anjurkan klien untuk minum dalam jumlah kecil tapi sering

        Kolaborasi tim medis untuk  pemberian cairan parenteral dan pemberian obat anti emetik bila memungkinkan

 

        penurunan volume cairan yang bersirkulasi menyebabkan kekeringan jaringan dan pemekatan urine merupakan tanda dehidrasi

        Mencegah perkembang biakan kuman dan memberi rasa segar dan nyaman sehingga rasa mual kurang.

        Perubahan tanda vital merupakan indikator  adanya gangguan keseimbangan cairan, tekanan darah menurun, nadi dan suhu yang meningkat merupakan tanda dehidrasi hipovolemia.

        Mengganti kekurangan cairan yang keluar bersama-sama dengan muntah

        Pemberian cairan parenteral  memperbaiki volume cairan  dan memungkinkan untuk mengganti cairan.

3.

Manajemen Energi

        Anjurkan klien membatasi aktivitas dengan istirahat yang cukup

        Anjurkan klien untuk menghindari mengangkat berat

        Bantu klien beraktifitas secara bertahap

        Anjurkan tirah baring yang dimodifikasi sesuai indikasi

 

 

        Menghemat energi dan menghindari pengeluaran tenaga yang terus menerus untuk meminimalkan kelelahan/kepekaan uterus

        Aktivitas yang ditoleransi sebelumnya mungkin tidak dimodifikasi untuk wanita beresiko

        Aktivitas bertahap meminimalkan terjadinya trauma serta meringankan dalam memnuhi kebutuhannya

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

  

Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC

Mitayani, 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta : Salemba Medika

Runiari, Nengah. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Hiperemesis Gravidarum. Jakarta :

PPNI (2016).  Standar DIagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator DIagnostik,Edisi 1. Jakarta:DPP PPNI

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan,Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan,Edisi 1. Jakarta:DPP PPNI

 

 

 

 

Tidak ada komentar: