Rabu, 01 Februari 2023

MAKALAH MANAJEMEN PENANGGULANGAN BENCANA “ ISU – ISU BENCANA INTERNASIONAL ”

 

 

MAKALAH MANAJEMEN PENANGGULANGAN BENCANA

“ ISU – ISU BENCANA INTERNASIONAL ”

Dosen Pengampu : Drg Lies Elina P, M. Pd

 

Description: C:\Users\user\Downloads\Logo Poltekkes Tanjung Karang Terbaru Original PNG.png

DISUSUN OLEH:

 

 

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES TANJUNG KARANG

PRODI D3 KESEHATAN GIGI 2022

 

 

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan  rahmat serta karunia-Nya kepada kami, sehingga penulis berhasil menyelesaikan makalah berjudul “ISI-ISU BENCANA INTERNASIONAL

Makalah  ini berisikan bahasan mengennai Perlindungan Khusus Kesehatan Gigi

(Spesific Protection). Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi serta pengetahuan dan wawasan baru tentang tema yang kami bahas.

Kami menyadari bahwasanya makalah ini masih jauh dari katasempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala urusan kita.

 

 

                                                                                       Bandar Lampung, 28 Januari 2023

 

 

                                                                                        Penulis

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………2

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………3

BAB I………………………………………………………………………………………….…4

PENDAHULUAN……………………………………………………………………………….4

1.1  Latar Belakang………………………………………………………………………..4

1.2  Tujuan………………………………………………………………………………...4

1.3  Rumusan Masalah…………………………………………………………………....4

  BAB II…………………………………………………………………………………………..5

  PEMBAHASAN………………………………………………………………………………..5

2.1 Pengertian………………………………………………………………………….....5

2.1.1 Menganalisis diplomasi…………………………………………………………….5

2.1.2 Diplomasi Bencana………………………………………………………………...7

  BAB III………………………………………………………………………………………….8

  PENUTUP………………………………………………………………………………………8

3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………...8

3.2 Saran…………………………………………………………………………….…….8

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………….9

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Isu bencana menjadi salah satu isu dan tantangan kontemporer dalam dunia Internasional yang membutuhkan perhatian, kajian serta penanganan khusus. Bencana yang telah terjadi menimbulkan dampak berupa penderitaan bagi masyarakat baik berupa korban jiwa, kerugian material-harta benda, kerusakan lingkungan serta musnahnya hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai seperti kerusakan sarana dan prasarana, fasilitas umum dan lain sebagainya. Selain itu, bencana juga merupakan sebuah ancaman yang tidak dapat diprediksi oleh negara-negara dunia, ia dapat datang kapan saja dan dimana saja.

Melihat dampak terjadinya bencana yang menimbulkan beragam kerugian dan kerusakan serta fenomena solidaritas kemanusian transnasional tersebut, sudah sewajarnya jika kajian tentang bencana menjadi perhatian berbagai pihak, baik individu, kelompok, organisasi 5 maupun Negara yang secara politik memiliki otoritas untuk mengeluarkan kebijakan dan sumberdaya untuk menghadapi peristiwa bencana. Dalam taraf tertentu penyelesaian persoalan bencana disadari tidak dapat dilakukan sendiri namun membutuhkan kerjasama dari berbagai pihak. Dalam konteks ini, isu bencana dimanfaatkan sebagai sarana diplomasi untuk melakukan kerjasama antar pihak, dan secara spesifik kerjasama antara Negara dan dengan aktor internasional lainnya.

 

 

 

1.2  Rumusan Masalah

1.      Pengertian Bencana Alam!!

2.  Menganalisis Jalur agar bencana diplomasi berhasil!!

3.   Diplomasi bencana alam dibagi beberapa spesifik!!

 

 

1.3 Tujuan

Agar tercapainya diplomasi bencana alam yang sudah dispesifikasi!!

 

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Bencana alam menjadi sebuah hal yang buruk karena mengarah pada sebuah konotasi yang dimana menjadikan alam sebagai penyebab dari terjadinya bencana atau sesungguhnya secara alamiah bencana alam merupakan hal yang terjadi ketika manusia berinteraksi dengan alam. Setelah melewati beberapa analisa, terlebih analisa terhadap sikap dan perilaku manusia yang membawa kepada suatu bencana alam. Sehingga perlu penanganan yang lebih untuk mengurangi risiko bencana tersebut. Lalu, hal kedua yang menjadi fokus dari Kelman dan Koukis adalah diplomasi bencana dapat mempengaruhi kerjasama yang memang cakupannya meliputi intra-state dapat melibatkan jurisdiksi sub-nasional yang berhadapan langsung dengan pemerintah dan negara-negara berdaulat dalam menghadapi permasalahan bencana.

Namun pada praktiknya, Ilan Kelman menganalisis Diplomasi Bencana bisa saja sukses dan gagal dalam penerapannya. Untuk mengaplikasikan Diplomasi Bencana secara terus menerus dibutuhkan kesabaran, kreativitas, dan proses yang fleksibel pada semua aktor yang terlibat di dalamnya.

 2.1.1 . Menurut Kelman ada beberapa jalur agar Diplomasi Bencana itu berhasil yaitu ‘Avoid forcing’, ‘focusing on Disaster, not Diplomacy’, ‘Informal network’, ‘Multiple level/tracks’, ‘Multi-way process, Science’ dan ‘Symbolism’.

 A. ‘Avoid forcing’ secara bahasa Avoid artinya menghindari atau tidak melakukan dan Forcing artinya memaksa. Avoid Forcing berarti tidak memaksakan. Kelman menjelaskan Avoid Forcing mengacu bahwa diplomasi bencana tidak bisa dipaksakan sehingga diplomasi Bencana tidak bisa dilakukan dengan cepat, dibutuhkan komunikasi yang berkelanjutan untuk membangun kepercayaan dan untuk menghindari kesalahpahaman. Seperti dalam penerapan diplomasi bencana antara pemerintah Indonesia dengan Aceh. Konflik yang berlangsung cukup lama antara keduanya membuat pemerintah indonesia tidak bisa memaksa untuk langsung menyelesaikan konflik tersebut. Dibutuhkan bantuan untuk masyarakat aceh yang terkena dampak bencana sehingga terbangunnya kepercayaan masyarakat Aceh kepada Indonesia sehingga diplomasi bisa berlangsung. Hal serupa tidak bisa diaplikasikan di provinsi bengkulu karena contoh kasus yang berbeda dengan objek penelitian di Aceh.

B. ‘Focusing on Disaster, not Diplomacy’ secara bahasa berarti hanya berfokus kepada penanganan bencana, tidak untuk melakukan diplomasi yang berkelanjutan. Kelman menjelaskan bahwa menunda untuk menghubungkan kegiatan terkait bencana alam terhadap diplomasi, pendekatan seperti ini sangat jelas dan menghambat diplomasi bencana itu sendiri akan tetapi pendekatan ini akan memungkinkan membentuk kerjasama bencana yang selanjutnya akan menjadi landasan diplomasi. Kolaborasi dalam aktivitas bencana tanpa adanya harapan di masa depan bisa menumbuhkan kepercayaan, koneksi baru, dan ilustrasi yang sukses. Seperti yang terjadi antara Cuba dengan Amerika Serikat, hubungan kedua negara yang tidak telalu baik selama kepemimpinan Fidel Catro di kuba. Hubungan kedua negara tersebut belum pernah membaik sejak berakhirnya perang dingin, membuat Amerika masih mengembargo Kuba. Ucapan belasungkawa yang disampaikan Castro kepada pemerintah Amerika atas kejadian WTC 2001 membuat Amerika membalas kebaikan tersebut dengan memberikan bantuan untuk Cuba pasca kejadian Badai Michelle di Cuba. Cuba menerima bantuan berupa logistik di Havana di 16 Desember 2001. Akan tetapi bantuan tersebut tidak berlanjut ketahap diplomasi untuk menyelesaikan konflik diantara kedua negara tersebut karena hanya sebatas penanganan tanggap darurat bencana. Hal yang sama terjadi di Bengkulu, bantuan asing yang masuk pada tahun 2007 tidak membuat bengkulu melanjutkan long-term kerjasama dengan negara-negara yang telah membantu daerah tersebut pada saat tanggap darurat.

C.  ‘Informal Networks’ secara bahasa informal Networks artinya jaringan informal yang menurut kelman informal networks mengacu kepada komunikasi dan interaksi bukan dari bentuk yang formal seperti yang dilakukan pemerintah. Jalur ini menganggap diplomasi bencana bisa saja efektif diaplikasikan oleh masyarakat. Seperti dalam penerapan diplomasi bencana yang dilakukan oleh Yunani dan Turki. Hubungan yang buruk antara yunani dan turki membuat pemerintah tidak mempercepat penanganan bencana diantara keduanya sehingga membuat masyarakat dan media berperan aktif dalam terbentuknya diplomasi bencana antara kedua negara tersebut. Peran informal networks tidak terjadi di Provinsi Bengkulu yang mana belum adanya kesadaran dari masyarakat serta media di Provinsi Bengkulu yang mendorong terjadinya Diplomasi Bencana.

D. ‘Multiple Level/tracks’ secara bahasa multiple level track adalah banyak tingkat/jalur. Ilan kelman mengatakan dalam melakukan diplomasi bencana bukan hanya melakukan single diplomacy yang apabila diplomasi bencana hanya dipimpin oleh pemerintah berdaulat menjadi salah satu acuan bahwa diplomasi bencana biasanya mengalami kegagalan. Sehingga dibutuhkan multiple level/track diplomacy yang melibatkan organisasi seperti aktivis, media, bantuan dari perusahaan, kepentingan agama, dan sub-pemerintah. Seperti yang terjadi di DIY kerjasama yang terjalin antara DIY dengan prefektur Kyoto. Kerjasama yang diinisiasi oleh pemerintah Provinsi DIY dalam mengurangi dampak bencana Gunung Api ini berjalan dengan baik sehingga membuka kerjasama-kerjasama baru di antara keduanya. Multi Level/Track tidak berjalan begitu baik di Provinsi Bengkulu kerjasama yang dijalin oleh Bengkulu dengan pemerintah asing belum diinisasi oleh Pemda setempat akan tetapi masih masuk kedalam kerangka kerjasama pemerintah Pusat.

E. Multi-way process’ secara bahasa Multi-way Process artinya adalah proses melalui banyak cara. Kelman menjelaskan salah satu jalur keberhasilan diplomasi bencana membutuhkan proes dengan banyak cara diantaranya melalui pemerintah, organisasi, pertukaran informasi dan komunikasi antara aktor yang terlibat di dalamnya. Seperti yang terjadi antara Pakistan dan India hubungan kedua negara yang buruk akibat konflik kashmir semakin membaik setelah bantuan yang diberikan India untuk Pakistan pada Gempa 8 oktober 2005 di Kashmir. India memperbaiki jaringan telefon yang sempat terputus, transportasi, logistik di daerah bencana membuat kedua negara sejenak melupakan konflik tersebut. Beberapa tahun berikutnya masyarakat serta pemerintah di kedua negara berusaha untuk menjaga perdamain diantara keduanya. Multi way process tidak diterapkan dengan begitu baik oleh Provinsi Bengkulu. kesadaran masyarakat, media, dan pelaku usaha di bengkulu belum bisa mendorong terciptanya kerjasama terkait kebencanaan di wilayah tersebut.

 

2.1.2 Diplomasi bencana alam dapat dipahami sebagai cara diplomasi yang spesifik, hal ini dikarenakan sebuah bencana alam dapat dimanfaatkan sebagai sumber komoditas politik baik dalam skala politik nasional maupun politik internasional. Yang memiliki kewenangan dalam pengelolaan sumber komoditas politik ialah Pemerintah (Pusat dan daerah), aktor non-negara dan (Non-Govermental Organization) NGO. Diplomasi yang dilaksanakan oleh NGO (antar negara) bisa disebut ParaDiplomacy. Yang pelaksanaan bentuk kerjasama terkait bencana alam berupa proses persiapan sebelum bencana tersebut terjadi (pencegahan), proses mitigasi dan proses rekonstruksi ketika bencana tersebut telah terjadi (Herningtyas dan Surwandono 2014).

Menurut kelman diplomasi bencana alam terbagi menjadi dua bagian pengertian dan penjelasan yakni

1.      Diplomasi bencana intra-negara

Diplomasi bencana intra-negara ialah sebuah fenomena dan kejadian diplomasi bencana alam yang terjadi di dalam satu negara. Sebagai bentuk dan contoh diplomasi bencana intranegara adalah proses rekonsiliasi dan resolusi perdamaian yang terjadi di Aceh pasca bencana alam Gempa bumi yang disertai dengan bencana alam Tsunami pada tahun 2004.

 

2.      Diplomasi bencana antar Negara

Diplomasi bencana antar-negara adalah diplomasi yang dilakukan oleh antara dua negara yang berbeda. Dengan ruang yang terbuka sedemikian besar, maka sebuah bencana diyakini apabila dapat dikelola dengan baik menjadi ruang bagi peningkatan kerjasama poitik, ekonomi, dan sosial budaya yang lebih luas.

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

 

3.1 Kesimpulan

Semakin banyaknya Negara yang mengklaim bahwa bisa mengatasi dan mengemban tugas untuk mereduksi bencana sendiri juga merupakan satu hambatan dalam proses diplomasi bencana yang akan dilakukan beberapa Negara untuk melakukan perjanjian damai ataupun membentuk kerjasama baru antar Negara.

 

3.2 Saran

Semoga makalah ini dapat digunakan dan bermanfaat bagi semua pihak terkait dan bagi pembaca. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang membangun sangat saya harapkan demi perbaikan selanjutnya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

file:///C:/Users/ASUS/Downloads/BAB%20I%20Syuryansyah.pd

Tidak ada komentar: