MAKALAH MANAJEMEN
PENANGGULANGAN BENCANA
“ ISU – ISU BENCANA
INTERNASIONAL ”
Dosen Pengampu : Drg
Lies Elina P, M. Pd
DISUSUN OLEH:
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES TANJUNG KARANG
PRODI D3 KESEHATAN GIGI
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan
syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami, sehingga
penulis berhasil menyelesaikan makalah berjudul “ISI-ISU BENCANA INTERNASIONAL”
Makalah ini berisikan bahasan mengennai Perlindungan Khusus Kesehatan Gigi
(Spesific
Protection). Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi
serta pengetahuan dan wawasan baru tentang tema yang kami bahas.
Kami
menyadari bahwasanya makalah ini masih jauh dari katasempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata,
kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhoi segala urusan kita.
Bandar Lampung, 28 Januari
2023
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………2
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………3
BAB
I………………………………………………………………………………………….…4
PENDAHULUAN……………………………………………………………………………….4
1.1 Latar
Belakang………………………………………………………………………..4
1.2 Tujuan………………………………………………………………………………...4
1.3 Rumusan
Masalah…………………………………………………………………....4
BAB
II…………………………………………………………………………………………..5
PEMBAHASAN………………………………………………………………………………..5
2.1
Pengertian………………………………………………………………………….....5
2.1.1
Menganalisis diplomasi…………………………………………………………….5
2.1.2
Diplomasi Bencana………………………………………………………………...7
BAB
III………………………………………………………………………………………….8
PENUTUP………………………………………………………………………………………8
3.1
Kesimpulan…………………………………………………………………………...8
3.2
Saran…………………………………………………………………………….…….8
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………….9
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Isu bencana menjadi
salah satu isu dan tantangan kontemporer dalam dunia Internasional yang
membutuhkan perhatian, kajian serta penanganan khusus. Bencana yang telah
terjadi menimbulkan dampak berupa penderitaan bagi masyarakat baik berupa
korban jiwa, kerugian material-harta benda, kerusakan lingkungan serta
musnahnya hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai seperti kerusakan sarana
dan prasarana, fasilitas umum dan lain sebagainya. Selain itu, bencana juga
merupakan sebuah ancaman yang tidak dapat diprediksi oleh negara-negara dunia,
ia dapat datang kapan saja dan dimana saja.
Melihat dampak
terjadinya bencana yang menimbulkan beragam kerugian dan kerusakan serta
fenomena solidaritas kemanusian transnasional tersebut, sudah sewajarnya jika
kajian tentang bencana menjadi perhatian berbagai pihak, baik individu,
kelompok, organisasi 5 maupun Negara yang secara politik memiliki otoritas
untuk mengeluarkan kebijakan dan sumberdaya untuk menghadapi peristiwa bencana.
Dalam taraf tertentu penyelesaian persoalan bencana disadari tidak dapat
dilakukan sendiri namun membutuhkan kerjasama dari berbagai pihak. Dalam
konteks ini, isu bencana dimanfaatkan sebagai sarana diplomasi untuk melakukan
kerjasama antar pihak, dan secara spesifik kerjasama antara Negara dan dengan
aktor internasional lainnya.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Pengertian
Bencana Alam!!
2. Menganalisis Jalur agar bencana diplomasi
berhasil!!
3. Diplomasi bencana alam dibagi beberapa
spesifik!!
1.3 Tujuan
Agar tercapainya
diplomasi bencana alam yang sudah dispesifikasi!!
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Bencana alam menjadi sebuah hal yang buruk karena
mengarah pada sebuah konotasi yang dimana menjadikan alam sebagai penyebab dari
terjadinya bencana atau sesungguhnya secara alamiah bencana alam merupakan hal
yang terjadi ketika manusia berinteraksi dengan alam. Setelah melewati beberapa
analisa, terlebih analisa terhadap sikap dan perilaku manusia yang membawa
kepada suatu bencana alam. Sehingga perlu penanganan yang lebih untuk
mengurangi risiko bencana tersebut. Lalu, hal kedua yang menjadi fokus dari
Kelman dan Koukis adalah diplomasi bencana dapat mempengaruhi kerjasama yang
memang cakupannya meliputi intra-state dapat melibatkan jurisdiksi sub-nasional
yang berhadapan langsung dengan pemerintah dan negara-negara berdaulat dalam
menghadapi permasalahan bencana.
Namun pada praktiknya, Ilan Kelman menganalisis
Diplomasi Bencana bisa saja sukses dan gagal dalam penerapannya. Untuk
mengaplikasikan Diplomasi Bencana secara terus menerus dibutuhkan kesabaran,
kreativitas, dan proses yang fleksibel pada semua aktor yang terlibat di
dalamnya.
2.1.1 . Menurut Kelman ada beberapa
jalur agar Diplomasi Bencana itu berhasil yaitu ‘Avoid forcing’, ‘focusing on
Disaster, not Diplomacy’, ‘Informal network’, ‘Multiple level/tracks’,
‘Multi-way process, Science’ dan ‘Symbolism’.
A. ‘Avoid forcing’
secara bahasa Avoid artinya menghindari atau tidak melakukan dan Forcing
artinya memaksa. Avoid Forcing berarti tidak memaksakan. Kelman menjelaskan
Avoid Forcing mengacu bahwa diplomasi bencana tidak bisa dipaksakan sehingga
diplomasi Bencana tidak bisa dilakukan dengan cepat, dibutuhkan komunikasi yang
berkelanjutan untuk membangun kepercayaan dan untuk menghindari kesalahpahaman.
Seperti dalam penerapan diplomasi bencana antara pemerintah Indonesia dengan
Aceh. Konflik yang berlangsung cukup lama antara keduanya membuat pemerintah
indonesia tidak bisa memaksa untuk langsung menyelesaikan konflik tersebut.
Dibutuhkan bantuan untuk masyarakat aceh yang terkena dampak bencana sehingga
terbangunnya kepercayaan masyarakat Aceh kepada Indonesia sehingga diplomasi
bisa berlangsung. Hal serupa tidak bisa diaplikasikan di provinsi bengkulu
karena contoh kasus yang berbeda dengan objek penelitian di Aceh.
B. ‘Focusing on Disaster, not Diplomacy’ secara
bahasa berarti hanya berfokus kepada penanganan bencana, tidak untuk melakukan
diplomasi yang berkelanjutan. Kelman menjelaskan bahwa menunda untuk
menghubungkan kegiatan terkait bencana alam terhadap diplomasi, pendekatan
seperti ini sangat jelas dan menghambat diplomasi bencana itu sendiri akan
tetapi pendekatan ini akan memungkinkan membentuk kerjasama bencana yang
selanjutnya akan menjadi landasan diplomasi. Kolaborasi dalam aktivitas bencana
tanpa adanya harapan di masa depan bisa menumbuhkan kepercayaan, koneksi baru,
dan ilustrasi yang sukses. Seperti yang terjadi antara Cuba dengan Amerika
Serikat, hubungan kedua negara yang tidak telalu baik selama kepemimpinan Fidel
Catro di kuba. Hubungan kedua negara tersebut belum pernah membaik sejak
berakhirnya perang dingin, membuat Amerika masih mengembargo Kuba. Ucapan
belasungkawa yang disampaikan Castro kepada pemerintah Amerika atas kejadian
WTC 2001 membuat Amerika membalas kebaikan tersebut dengan memberikan bantuan
untuk Cuba pasca kejadian Badai Michelle di Cuba. Cuba menerima bantuan berupa
logistik di Havana di 16 Desember 2001. Akan tetapi bantuan tersebut tidak berlanjut
ketahap diplomasi untuk menyelesaikan konflik diantara kedua negara tersebut
karena hanya sebatas penanganan tanggap darurat bencana. Hal yang sama terjadi
di Bengkulu, bantuan asing yang masuk pada tahun 2007 tidak membuat bengkulu
melanjutkan long-term kerjasama dengan negara-negara yang telah membantu daerah
tersebut pada saat tanggap darurat.
C. ‘Informal
Networks’ secara bahasa informal Networks artinya jaringan informal yang menurut
kelman informal networks mengacu kepada komunikasi dan interaksi bukan dari
bentuk yang formal seperti yang dilakukan pemerintah. Jalur ini menganggap
diplomasi bencana bisa saja efektif diaplikasikan oleh masyarakat. Seperti
dalam penerapan diplomasi bencana yang dilakukan oleh Yunani dan Turki.
Hubungan yang buruk antara yunani dan turki membuat pemerintah tidak
mempercepat penanganan bencana diantara keduanya sehingga membuat masyarakat
dan media berperan aktif dalam terbentuknya diplomasi bencana antara kedua
negara tersebut. Peran informal networks tidak terjadi di Provinsi Bengkulu
yang mana belum adanya kesadaran dari masyarakat serta media di Provinsi
Bengkulu yang mendorong terjadinya Diplomasi Bencana.
D. ‘Multiple Level/tracks’ secara bahasa multiple
level track adalah banyak tingkat/jalur. Ilan kelman mengatakan dalam melakukan
diplomasi bencana bukan hanya melakukan single diplomacy yang apabila diplomasi
bencana hanya dipimpin oleh pemerintah berdaulat menjadi salah satu acuan bahwa
diplomasi bencana biasanya mengalami kegagalan. Sehingga dibutuhkan multiple
level/track diplomacy yang melibatkan organisasi seperti aktivis, media,
bantuan dari perusahaan, kepentingan agama, dan sub-pemerintah. Seperti yang
terjadi di DIY kerjasama yang terjalin antara DIY dengan prefektur Kyoto.
Kerjasama yang diinisiasi oleh pemerintah Provinsi DIY dalam mengurangi dampak
bencana Gunung Api ini berjalan dengan baik sehingga membuka
kerjasama-kerjasama baru di antara keduanya. Multi Level/Track tidak berjalan begitu
baik di Provinsi Bengkulu kerjasama yang dijalin oleh Bengkulu dengan
pemerintah asing belum diinisasi oleh Pemda setempat akan tetapi masih masuk
kedalam kerangka kerjasama pemerintah Pusat.
E. Multi-way process’ secara bahasa Multi-way
Process artinya adalah proses melalui banyak cara. Kelman menjelaskan salah
satu jalur keberhasilan diplomasi bencana membutuhkan proes dengan banyak cara
diantaranya melalui pemerintah, organisasi, pertukaran informasi dan komunikasi
antara aktor yang terlibat di dalamnya. Seperti yang terjadi antara Pakistan
dan India hubungan kedua negara yang buruk akibat konflik kashmir semakin
membaik setelah bantuan yang diberikan India untuk Pakistan pada Gempa 8
oktober 2005 di Kashmir. India memperbaiki jaringan telefon yang sempat
terputus, transportasi, logistik di daerah bencana membuat kedua negara sejenak
melupakan konflik tersebut. Beberapa tahun berikutnya masyarakat serta
pemerintah di kedua negara berusaha untuk menjaga perdamain diantara keduanya.
Multi way process tidak diterapkan dengan begitu baik oleh Provinsi Bengkulu.
kesadaran masyarakat, media, dan pelaku usaha di bengkulu belum bisa mendorong
terciptanya kerjasama terkait kebencanaan di wilayah tersebut.
2.1.2 Diplomasi bencana alam dapat dipahami
sebagai cara diplomasi yang spesifik, hal ini dikarenakan sebuah bencana alam
dapat dimanfaatkan sebagai sumber komoditas politik baik dalam skala politik
nasional maupun politik internasional. Yang memiliki kewenangan dalam
pengelolaan sumber komoditas politik ialah Pemerintah (Pusat dan daerah), aktor
non-negara dan (Non-Govermental Organization) NGO. Diplomasi yang dilaksanakan
oleh NGO (antar negara) bisa disebut ParaDiplomacy. Yang pelaksanaan bentuk
kerjasama terkait bencana alam berupa proses persiapan sebelum bencana tersebut
terjadi (pencegahan), proses mitigasi dan proses rekonstruksi ketika bencana
tersebut telah terjadi (Herningtyas dan Surwandono 2014).
Menurut kelman diplomasi bencana alam terbagi
menjadi dua bagian pengertian dan penjelasan yakni
1.
Diplomasi
bencana intra-negara
Diplomasi bencana intra-negara ialah
sebuah fenomena dan kejadian diplomasi bencana alam yang terjadi di dalam satu
negara. Sebagai bentuk dan contoh diplomasi bencana intranegara adalah proses
rekonsiliasi dan resolusi perdamaian yang terjadi di Aceh pasca bencana alam
Gempa bumi yang disertai dengan bencana alam Tsunami pada tahun 2004.
2.
Diplomasi
bencana antar Negara
Diplomasi bencana antar-negara adalah
diplomasi yang dilakukan oleh antara dua negara yang berbeda. Dengan ruang yang
terbuka sedemikian besar, maka sebuah bencana diyakini apabila dapat dikelola
dengan baik menjadi ruang bagi peningkatan kerjasama poitik, ekonomi, dan
sosial budaya yang lebih luas.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Semakin banyaknya Negara yang mengklaim bahwa bisa
mengatasi dan mengemban tugas untuk mereduksi bencana sendiri juga merupakan
satu hambatan dalam proses diplomasi bencana yang akan dilakukan beberapa
Negara untuk melakukan perjanjian damai ataupun membentuk kerjasama baru antar
Negara.
3.2 Saran
Semoga makalah
ini dapat digunakan dan bermanfaat bagi semua pihak terkait dan bagi pembaca.
Oleh sebab itu, kritik dan saran yang membangun sangat saya harapkan demi
perbaikan selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar