MAKALAH
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
KONSEP
DAN PENGELOLAAN PADA PASIEN GANGGUAN KEBUTUHAN AKIBAT PATOLOGIS SISTEM MOSKULOSKELETAL
(INFEKSI DAN DEGENERATIF)
DOSEN PENGAMPU :
TORI RIHIANTORO S.Kp. M. Kep
DISUSUN
OLEH :
Kelompok
II
PROGRAM STUDI SARJANA
TERAPAN KEPERAWATAN TINGKAT II REGULER 1
POLITEKNIK KESEHATAN
TANJUNGKARANG
TAHUN AKADEMIK 2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT.
karena atas rahmat, karunia serta kasih sayangNya kami bisa menyelesaikan
makalah mengenai KONSEP DAN PENGELOLAAN
PADA PASIEN GANGGUAN KEBUTUHAN
AKIBAT PATOLOGIS SISTEM MOSKULOSKELETAL (INFEKSI DAN DEGENERATIF). Sholawat
serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Tidak lupa pula
kami ucapkan terima kasih kepada Bapak TORI RIHIANTORO S.Kp. M. Kep selaku
dosen mata kuliah keperawatan medikal bedah 2.
Dalam menulis materi ini, kami menyadari
masih banyak terdapat kesalahan dan kekeliruan, baik yang berkenan dengan
materi pembahasan ataupun pengetikan. Walaupun demikian, inilah usaha maximal
kami selaku para penulis usahakan.
Semoga dalam makalah ini para pembaca dapat
menambah wawasan ilmu pengetahuan dan diharapkan kritik yang membangun dari
para pembaca guna memperbaiki kesalahan sebagaimana mestinya.
Bandar Lampung, 25 Januari 2023
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..................................................................................................................... ii
Daftar Isi .............................................................................................................................. iii
BAB
I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang............................................................................................................ 1
1.2
Rumusan Masalah....................................................................................................... 1
1.3
Tujuan
Pembahasan .................................................................................................... 1-2
BAB
II PEMBAHASAN
2.1 Definisi.......................................................................................................................
2.2
Klasifikasi....................................................................................................................
2.3
Etiologi........................................................................................................................
2.4
Manifestasi Klinis........................................................................................................
2.5 Komplikasi .................................................................................................................
2.6 Patofisiologi................................................................................................................
2.7 Contoh Askep.............................................................................................................
BAB
III PENUTP
3.1
Kesimpulan..................................................................................................................
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
Sistem muskuloskeletal merupakan
penunjang bentuk tubuh dan bertanggung jawab terhadap pergerakan. Komponen utama
sistem utama sistem muskuloskeletal adalah jaringan ikat. Sistem ini terdiri
dari tulang, sendi, otot rangka, tendon, ligamen, bursa, dan jaringan-jaringan
khusus yang menghubungkan struktur-struktur ini. Beragamnya jaringan dan organ
sistem muskuloskeletal dapat menimbulkan berbagai macam gangguan. Beberapa
gangguan tersebut timbul pada sistem itu sendiri, sedangkan gangguan yang
berasal dari bagian lain tubuh tetapi menimbulkan efek pada sistem
muskuloskeletal. Tanda utama gangguan sistem muskuloskeletal adalah nyeri dan
rasa tidak nyaman , yang dapat bervariasi dari tingkat yang paling ringan
sampai yang sangat berat (Price, Wilson, 2005).
Gangguan muskuloskeletal adalah suatu
kondisi yang mengganggu fungsi sendi, ligamen, otot, saraf dan tendon, serta
tulang belakang.Sistem muskuloskeletal atau sistem gerak Anda melibatkan
struktur yang mendukung anggota tubuh, termasuk leher dan punggung.Gangguan
muskuloskeletal seringnya merupakan penyakit degeneratif, penyakit yang
menyebabkan jaringan tubuh Anda lama-kelamaan mengalami kerusakan.Hal ini dapat
mengakibatkan rasa sakit dan mengurangi kemampuan Anda untuk bergerak, yang
dapat mencegah Anda dalam melakukan kegiatan sehari-hari seperti biasa.Gangguan
muskuloskeletal dapat mempengaruhi setiap area dalam tubuh. Bagian utama
termasuk leher, bahu, pergelangan tangan, punggung, pinggul, lutut, dan kaki.
1.2
Rumusan
Masalah
1. Apa
itu penyakit penyakit infeksi dan degeneratif pada sistem moskuloskeletal?
2. Apa
penyebab infeksi dan degeneratif pada sistem moskuloskeletal?
3. Bagaimana
asuhan keperawatan pada klienyang terkena penyakit infeksi dan degeneratif pada
sistem moskuloskeletal?
1.3
Tujuan
Pembahasan
1. Mengetahui
apa yang dimaksud dengan penyakit infeksi dan degeneratif pada sistem
moskuloskeletal.
2. Mengetahui
apa penyebab penyakit infeksi dan degeneratif pada sistem moskuloskeletal
3. Mengetahui
bagaimana asuhan keperawatan pada klien yang terkena penyakit infeksi dan
degeneratif pada sistem moskuloskeletal.
2.1 Definisi
a.osteomyelitis
Osteomyelitis adalah infeksi dari jaringan tulang
yang mencakup Sumsum dan atau kortek tulang dapat berupa eksogen (infeksi masuk
dari luar Tubuh) atau hemotogen (infeksi yang berasal dari dalam tubuh).
(Reeves, 2001:257).Osteomyelitis adalah infeksi substansi tulang oleh bakteri
piogenik (Overdoff, 2002:571). Sedangkan menurut Bruce, osteomyelitis adalah
infeksi pada tulang Yang disebabkan oleh mikroorganisme. Osteomyelitis biasanya
merupakan Infeksi bakteri, tetapi mikrobakterium dan jamur juga dapat
menyebabkan Osteomyelitis jika mereka menginvasi tulang (Ros, 1997:90). Menurut
Price (1995:1200). Osteomyelitis adalah infeksi jaringan Tulang.
Beberapa ahli memberikan defenisi terhadap
osteomyelitis sebagai berkut :
1.
Osteomyelitis adalah infeksi
Bone marrow pada tulang-tulang panjang yang disebabkan oleh staphylococcus
aureus dan kadang-kadang Haemophylus influensae (Depkes RI, 1995).
2.
Osteomyelitis adalah infeksi
tulang (Carpenito, 1990).
3.
Osteomyelitis adalah suatu
infeksi yang disebarkan oleh darah yang disebabkan oleh staphylococcus
(Henderson, 1997)
4.
Osteomyelitis adalah influenza
Bone Marow pada tulang-tulang panjang yang disebabkan oleh staphyilococcus
Aureus dan kadang-kadang haemophylus influenzae, infeksi yang hampir selalu
disebabkan oleh staphylococcus aureus.
Osteomyelitis akut adalah infeksi tulang panjang
yang disebabkan oleh Infeksi lokal akut atau trauma tulang, biasanya disebabkan
oleh escherichia Coli, staphylococcus aureus, atau streptococcus pyogenes
(Tucker, 1998:429). Jadi pengertian osteomyelitis yang paling mendasar adalah
infeksi Jaringan tulang yang mencakup sumsum atau kortek tulang yang disebabkan
Oleh bakteri piogenik. Osteomyelitis dapat timbul akut atau kronik. Bentuk Akut
dicirikan dengan adanya awitan demam sistemik maupun manifestasi Lokal yang
berjalan dengan cepat. Osteomyelitis kronik adalah akibat dari Osteomyelitis
akut yang tidak ditangani dengan baik (Price, 1995:1200). Ada dua macam infeksi
tulang menurut Robbins dan Kumar (1995:463-464) yaitu :
1.Osteomyelitis piogenik hematogen
Biasanya terjadi pada anak-anak, osteomyelitis
piogenik hematogen Terutama disebabkan oleh staphylococcus aureus kemudian
diikuti oleh Bacillus colli. Kecuali samonela, osteomyelitis hematogen biasanya
bermanisfestasi sebagai suatu penyakit demam sistemik akut yang disertai dengan
gejala nyeri setempat, perasaan tak enak, kemerahan dan pembengkakan.
2.Osteomyelitis tuberkulosis
Timbulnya
secara tersembunyi dan cenderung mengenai rongga sendi.
Daerah yang sering kena adalah tulang-tulang panjang
dari ekstremitas dan
tulang belakang. Osteomyelitis tuberkulosis dapat
menyebabkan
deformitas yang serius (kifosis, skoliosis)
berkaitan dengan destruksi dan
perubahan sumbu tulang belakang dari posisi
normalnya.
b.Osteoporosis
Osteoporosis berasal dari
kata osteo dan porous, osteo artinya tulang, dan porous berarti
berlubang-lubang atau keropos. Jadi, osteoporosis adalah tulang yang keropos,
yaitu penyakit yang mempunyai sifat khas berupa massa tulangnya rendah atau
berkurang, disertai gangguan mikro-arsitektur tulang dan penurunan kualitas
jaringan tulang yang dapat menimbulkan kerapuhan tulang (Tandra, 2009).
Menurut WHO pada
International Consensus Development Conference, di Roma, Itali, 1992
Osteoporosis adalah penyakit dengan sifat-sifat khas berupa massa tulang yang
rendah, disertai perubahan mikroarsitektur tulang, dan penurunan kualitas
jaringan tulang, yang pada akhirnya menimbulkan akibat meningkatnya kerapuhan
tulang dengan resiko terjadinya patah tulang (Suryati, 2006).
Menurut National Institute
of Health (NIH), 2001 Osteoporosis adalah kelainan kerangka, ditandai dengan
kekuatan tulang mengkhawatirkan dan dipengaruhi oleh meningkatnya risiko patah
tulang. Sedangkan kekuatan tulang merefleksikan gabungan dari dua faktor, yaitu
densitas tulang dan kualitas tulang (Junaidi, 2007).
Osteoporosis adalah
penyakit tulamg sisitemik yang ditandai oleh penurunan mikroarsitektur tulang
sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Pada tahun 2001, National Institute of Health (NIH) mengajukan
definisi baru osteoporosis sebagai penyakit tulang sistemik yang ditandai oleh
compromised bone strength sehingga tulang mudah patah ( Sudoyo, 2009 ).
Osteoporosis dibagi 2 kelompok, yaitu :
1. Osteoporosis
Primer
Osteoporosis primer
berhubungan dengan kelainan pada tulang, yang menyebabkan peningkatan proses
resorpsi di tulang trabekula sehingga meningkatkan resiko fraktur vertebra dan
Colles. Pada usia decade awal pasca menopause, wanita lebih sering terkena dari
pada pria dengan perbandingan 68:1 pada usia rata-rata 53-57 tahun.Osteoporosis
primer adalah kehilangan massa tulang yang terjadi sesuai dengan proses
penuaan, sedangkan osteoporisis sekunder didefinisikan sebagai kehilangan massa
tulang akibat hal hal tertentu. Sampai saat ini osteoporosis primer masih
menduduki tempat utama karena lebih banyak ditemukan dibanding dengan
osteoporosis sekunder. Proses ketuaan pada wanita menopause dan usia lanjut
merupakan contoh dari osteoporosis primer.
2. Osteoporosis Sekunder
Osteoporosis sekunder
disebabkan oleh penyakit atau sebab lain diluar tulang. Osteoporisis sekunder
mungkin berhubungan dengan kelainan patologis tertentu termasuk kelainan
endokrin, epek samping obat obatan, immobilisasi, Pada osteoporosis sekunder,
terjadi penurunan densitas tulang yang cukup berat untuk menimbulkan fraktur
traumatik akibat faktor ekstrinsik seperti kelebihan steroid, artritis
reumatoid, kelainan hati/ginjal kronis, sindrom malabsorbsi, mastositosis
sistemik, hiperparatiroidisme, hipertiroidisme, varian status hipogonade, dan
lain-lain.
2.2
Klasifikasi
a.osteomiyelitis
Osteomiyelitis dapat
diklasifikasikan dua macam , yaitu:
1. Osteomielitis Primer ,yaitu penyebarannya
secara hematogen dimana mikroorganisme berasal dari focus ditempat lain dan
beredar melalui sirkulasi darah.
2. Osteomielitis Sekunder ,yaitu terjadi
akibat penyebaran kuman dari sekitarnya akibat dari bisul, luka fraktur dan
sebagainya.
Berdasarkan lama infeksi,
osteomielitis terbagi menjadi 3, yaitu:
1.
Osteomielitis akut
Yaitu
osteomielitis yang terjadi dalam 2 minggu sejak infeksi pertama atau sejak
penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis akut ini biasanya terjadi pada
anak-anak dari pada orang dewasa dan biasanya terjadi sebagai komplikasi dari
infeksi di dalam darah. (osteomielitis hematogen).Osteomielitis akut terbagi
menjadi 2, yaitu:
A. Osteomielitis hematogen
Merupakan
infeksi yang penyebarannya berasal dari darah. Osteomielitis hematogen akut
biasanya disebabkan oleh penyebaran bakteri darah dari daerah yang jauh.
Kondisi ini biasannya terjadi pada anak-anak. Lokasi yang sering terinfeksi
biasa merupakan daerah yang tumbuh dengan cepat dan metafisis menyebabkan
thrombosis dan nekrosis local serta pertumbuhan bakteri pada tulang itu
sendiri. Osteomielitis hematogen akut mempunyai perkembangan klinis dan onset
yang lambat.
B. Osteomielitis direk
Disebabkan oleh
kontak langsung dengan jaringan atau bakteri akibat trauma atau pembedahan.
Osteomielitis direk adalah infeksi tulang sekunder akibat inokulasi bakteri
yang menyebabkan oleh trauma, yang menyebar dari focus infeksi atau sepsis
setelah prosedur pembedahan. Manifestasi klinis dari osteomielitis direk lebih
terlokasasi dan melibatkan banyak jenis organisme.
2.
Osteomielitis sub-akut
Yaitu
osteomielitis yang terjadi dalam 1-2 bulan sejak infeksi pertama atau sejak
penyakit pendahulu timbul.
3.
Osteomielitis kronis
Yaitu
osteomielitis yang terjadi dalam 2 bulan atau lebih sejak infeksi pertama atau
sejak penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis sub-akut dan kronis biasanya
terjadi pada orang dewasa dan biasanya terjadi karena ada luka atau trauma
(osteomielitis kontangiosa), misalnya osteomielitis yang terjadi pada tulang
yang fraktur.
b.osteoporosis
Bila
disederhanakan, terdapat dua jenis osteoporosis, yaitu:
1. Osteoporosis
Primer
Osteoporosis
primer adalah kehilangan massa tulang yang terjadi sesuai Dengan proses
penuaan. Sampai saat ini osteoporosis primer masih menduduki Tempat utama
karena lebih banyak ditemukan dibandingkan osteoporosis sekunder (Ode,
2012).Pada wanita biasanya disebabkan oleh pengaruh hormonal yang tidak
Seefektif biasanya. Osteoporosis ini terjadi karena kekurangan kalsiumakibat
Penuaan usia
(Syam dkk, 2014). Menurut Zaviera (2007) osteoporosis primer ini
Terdiri dari 2
bagian yaitu:
a.
Tipe I
(Post-menopausal)
Terjadi 15-20
tahun setelah menopause (53-75 tahun). Ditandai oleh fraktur Tulang belakang
dan berkurangnya gigi geligi. Hal ini disebabkan luasnya Jaringan trabekular
pada tempat tersebut, dimana jaringan trabekular lebih Responsif terhadap
defisiensi esterogen.
b.
Tipe II (Senile)
Terjadi pada
pria dan wanita usia 70 tahun keatas. Ditandai oleh fraktur Panggul dan tulang
belakang tipe wedge. Hilangnya masa tulang kortikal Terbesar terjadi pada usia
tersebut.
2.
Osteoporosis Sekunder
Osteoporosis
sekunder disebabkan oleh penyakit tertentu, gangguan Hormonal, dan juga
kesalahan pada gaya hidup seperti konsumsi alkohol secara Berlebihan, rokok,
kafein, dan kurangnya aktifitas fisik. Berbeda dengan Osteoporosis primer yang
terjadi karena faktor usia, osteoporosis sekunder bisa Saja terjadi pada orang
yang masih berusia muda (Syam dkk, 2014).
2.3 Etiologi
a.osteomiyelitis
(Henderson,
1997) Bisa disebabkan oleh bakteri,antara lain :
1.
Staphylococcus aureus sebanyak
90%
2.
Haemophylus influenzae (50%)
pada anak-anak dibawah umur 4 tahun.
3.
Streptococcus hemolitikus
4.
Pseudomonas aurenginosa
5.
Escherechia coli
6.
Clastridium perfringen
7.
Neisseria gonorhoeae
8.
Salmonella thyposa
Bagian
tulang bisa mengalami infeksi melalui 3 cara,yaitu :
a.
Aliran darah
Aliran
darah bisa membawa suatu infeksi dari bagian tubuh yang lain ke tulang. Infeksi
biasanya terjadi di ujung tulang tungkai dan lengan (pada anak-anak) dan di
tulang belakang (pada dewasa).
Orang
yang menjalani dialisa ginjal dan penyalahgunaaan obat suntik ilegal, rentan
terhadap infeksi tulang belakang (osteomielitis vertebral). Infeksi juga bisa
terjadi jika sepotong logam telah ditempelkan pada tulang, seperti yang terjadi
pada perbaikan panggul atau patah tulang lainnya.
b.
Penyebaran langsung
Organisme
bisa memasuki tulang secara langsung melalui patah tulang terbuka, selama
pembedahan tulang atau dari benda yang tercemar yang menembus tulang.Infeksi
ada sendi buatan, biasanya didapat selama pembedahan dan bisa menyebar ke
tulang di dekatnya.
c.
Infeksi dari jaringan lunak
di dekatnya.
Infeksi
pada jaringan lunak di sekitar tulang bisa menyebar ke tulang setelah beberapa
hari atau minggu. Infeksi jaringan lunak bisa timbul di daerah yang mengalami
kerusakan karena cedera, terapi penyinaran atau kanker, atau ulkus di kulit
yang disebabkan oleh jeleknya pasokan darah atau diabetes (kencing manis).
Suatu infeksi pada sinus, rahang atau gigi, bisa menyebar ke tulang tengkorak.
b.osteoporosis
Faktor-faktor
yang mempengaruhi pengurangan massa tulang pada usia lanjut:
1.
Determinan Massa Tulang
a.
Faktor genetic
Perbedaan
genetik mempunyai pengaruh terhadap derajat kepadatan tulang. Beberapa orang
mempunyai tulang yang cukup besar dan yang lain kecil. Sebagai contoh, orang
kulit hitam pada umumnya mempunyai struktur tulang lebih kuat/berat dari pada
bangsa Kaukasia. Jadi seseorang yang mempunyai tulang kuat (terutama kulit
Hitam Amerika), relatif imun terhadap fraktur karena osteoporosis.
b.
Faktor mekanis
Beban
mekanis berpengaruh terhadap massa tulang di samping faktor genetik.
Bertambahnya beban akan menambah massa tulang dan berkurangnya beban akan mengakibatkan
berkurangnya massa tulang. Kedua hal tersebut menunjukkan respons terhadap
kerja mekanik beban mekanik yang berat akan mengakibatkan massa otot besar dan
juga massa tulang yang besar. Sebagai contoh adalah pemain tenis atau pengayuh
becak, akan dijumpai adanya hipertrofi baik pada otot maupun tulangnya terutama
pada lengan atau tungkainya, sebaliknya atrofi baik pada otot maupun tulangnya
akan dijumpai pada pasien yang harus istirahat di tempat tidur dalam waktu yang
lama, poliomielitis atau pada penerbangan luar angkasa. Walaupun demikian belum
diketahui dengan pasti berapa besar beban mekanis yang diperlukan dan berapa
lama untuk meningkatkan massa tulang di samping faktor genetik.
c.
Faktor makanan dan hormone
Pada
seseorang dengan pertumbuhan hormon dengan nutrisi yang cukup (protein dan
mineral), pertumbuhan tulang akan mencapai maksimal sesuai dengan pengaruh
genetik yang bersangkutan. Pemberian makanan yang berlebih (misalnya kalsium)
di atas kebutuhan maksimal selama masa pertumbuhan, disangsikan dapat
menghasilkan massa tulang yang melebihi kemampuan pertumbuhan tulang yang
bersangkutan sesuai dengan kemampuan genetiknya.
2.
Determinan penurunan Massa
Tulang
a.
Faktor genetic
Pada
seseorang dengan tulang yang kecil akan lebih mudah mendapat risiko fraktur
dari pada seseorang dengan tulang yang besar. Sampai saat ini tidak ada ukuran
universal yang dapat dipakai sebagai ukuran tulang normal. Setiap individu
mempunyai ketentuan normal sesuai dengan sitat genetiknya serta beban mekanis
dan besar badannya. Apabila individu dengan tulang yang besar, kemudian terjadi
proses penurunan massa tulang (osteoporosis) sehubungan dengan lanjutnya usia,
maka individu tersebut relatif masih mempunyai tulang lebih banyak dari pada
individu yang mempunyai tulang kecil pada usia yang sama.
b.
Faktor mekanis
Faktor
mekanis mungkin merupakan yang terpenting dalarn proses penurunan massa tulang
schubungan dengan lanjutnya usia. Walaupun demikian telah terbukti bahwa ada
interaksi panting antara faktor mekanis dengan faktor nutrisi hormonal. Pada umumnya aktivitas fisis akan
menurun dengan bertambahnya usia; dan karena massa tulang merupakan fungsi
beban mekanis, massa tulang tersebut pasti akan menurun dengan bertambahnya
usia.
c.
Kalsium
Faktor
makanan ternyata memegang peranan penting dalam proses penurunan massa tulang
sehubungan dengan bertambahnya usia, terutama pada wanita post menopause.
Kalsium, merupakan nutrisi yang sangat penting. Wanita-wanita pada masa peri
menopause, dengan masukan kalsiumnya rendah dan absorbsinya tidak bak, akan
mengakibatkan keseimbangan kalsiumnya menjadi negatif, sedang mereka yang
masukan kalsiumnya baik dan absorbsinya juga baik, menunjukkan keseimbangan
kalsium positif. Dari keadaan ini jelas, bahwa pada wanita masa menopause ada
hubungan yang erat antara masukan kalsium dengan keseimbangan kalsium dalam
tubuhnya. Pada wanita dalam masa menopause keseimbangan kalsiumnya akan
terganggu akibat masukan serta absorbsinya kurang serta ekskresi melalui urin yang
bertambah. Hasil akhir kekurangan/kehilangan estrogen pada masa menopause
adalah pergeseran keseimbangan kalsium yang negatif, sejumiah 25 mg kalsium
sehari.
d. Protein
Protein
juga merupakan faktor yang penting dalam mempengaruhi penurunan massa tulang.
Makanan yang kaya protein akan mengakibatkan ekskresi asam amino yang
mengandung sulfat melalui urin, hal ini akan meningkatkan ekskresi kalsium.
Pada umumnya protein tidak dimakan secara tersendiri, tetapi bersama makanan
lain. Apabila makanan tersebut mengandung fosfor, maka fosfor tersebut akan
mengurangi ekskresi kalsium melalui urin. Sayangnya fosfor tersebut akan
mengubah pengeluaran kalsium melalui tinja. Hasil akhir dari makanan yang
mengandung protein berlebihan akan mengakibatkan kecenderungan untuk terjadi
keseimbangan kalsium yang negative.
e.
Estrogen
Berkurangnya/hilangnya
estrogen dari dalam tubuh akan mengakibatkan terjadinya gangguan keseimbangan
kalsium. Hal ini disebabkan oleh karena menurunnya efisiensi absorbsi kalsium
dari makanan dan juga menurunnya konservasi kalsium di ginjal.
f. Rokok
dan kopi
Merokok
dan minum kopi dalam jumlah banyak cenderung akan mengakibatkan penurunan massa
tulang, lebih-lebih bila disertai masukan kalsium yang rendah. Mekanisme
pengaruh merokok terhadap penurunan massa tulang tidak diketahui, akan tetapi
kafein dapat memperbanyak ekskresi kalsium melalui urin maupun tinja.
g. Alkohol
Alkoholisme
akhir-akhir ini merupakan masalah yang sering ditemukan. Individu dengan alkoholisme mempunyai kecenderungan
masukan kalsium rendah, disertai dengan ekskresi lewat urin yang meningkat.
Mekanisme yang jelas belum diketahui dengan pasti.
Beberapa
penyebab osteoporosis dalam (Junaidi, 2007), yaitu:
1.
Osteoporosis pascamenopause
terjadi karena kurngnya hormon estrogen (hormon utama pada wanita), yang
membantu mengatur pengangkutan kalsium kedalam tulang. Biasanya gejala timbul
pada perempuan yang berusia antara 51-75 tahun, tetapi dapat muncul lebih cepat
atau lebih lambat. Hormon estrogen produksinya menurun 2-3 tahun sebelum
menopause dan terus berlangsung 3-4
tahun setelah menopause. Hal ini berakibat menurunnya massa tulang sebanyak
1-3% dalam waktu 5-7 tahun pertama setelah menopause.
2.
Osteoporosis senilis kemungkinan
merupakan akibat dari kekurangan kalsium yang berhubungan dengan usia dan
ketidak seimbangan antara kecepatan hancurnya tulang (osteoklas) dan
pembentukan tulang baru (osteoblast). Senilis berati bahwa keadaan ini hanya
terjadi pada usia lanjut. Penyakit ini biasanya terjadi pada orang-orang
berusia diatas 70 tahun dan 2 kali lebih sering wanita. Wanita sering kali
menderita osteoporosis senilis dan pasca menopause.
3.
Kurang dari 5% penderita
osteoporosis juga mengalami osteoporosis sekunder yang disebakan oleh keadaan
medis lain atau obat-obatan. Penyakit ini bisa disebabkan oleh gagal ginjal
kronis dan kelainan hormonal (terutama tiroid, paratiroid, dan adrenal) serta
obat-obatan (mislnya kortikosteroid, barbiturat, anti kejang, dan hormon tiroid
yang berlebihan). Pemakaian alkohol yang berlebihan dapat memperburuk keadaan
ini.
4.
Osteoporosis juvenil idiopatik
merupakan jenis osteoporosis yang penyebabnya tidak diketahui. Hal ini terjadi
pada anak-anak dan dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi hormon yang
normal, kadar vitamin yang normal, dan tidak memiliki penyebab yang jelas dari
rapuhnya tulang.
2.4 Manifestasi Klinis
a.osteomiyelitis
(Henderson,
1997)
1.
Demam
2.
Nafsu makan menurun
3.
Nyeri tekan saat pemeriksaan
fisik
4.
Gangguan sendi karena adanya
pembengkakan
Pada
anak-anak, infeksi tulang yang didapat melalui aliran darah, menyebabkan demam,
menyebabkan nyeri pada tulang yang terinfeksi. Daerah diatas tulang bisa
mengalami luka dan membengkak, dan pergerakan akan menimbulkan nyeri.Infeksi
tulang belakang biasanya timbul secara bertahap, menyebabkan nyeri punggung dan
nyeri tumpul jika disentuh. Nyeri akan memburuk bila penderita bergerak dan
tidak berkurang dengan istirahat.
Infeksi
tulang yang disebabkan oleh infeksi jaringan lunak di dekatnya atau yang
berasal dari penyebaran langsung, menyebabkan nyeri dan pembengkakan di daerah
diatas tulang, dan abses bisa terbentuk di jaringan sekitarnya. Infeksi ini
tidak menyebabkan demam, dan pemeriksaan darah menunjukkan hasil yang
normal.Penderita yang mengalami infeksi pada sendi buatan atau anggota gerak,
biasanya memiliki nyeri yang menetap di daerah tersebut.Jika suatu infeksi
tulang tidak berhasil diobati, bisa terjadi osteomielitis menahun (osteomielitis
kronis).Kadang-kadang infeksi ini tidak terdeteksi selama bertahun-tahun dan
tidak menimbulkan gejala selama beberapa bulan atau beberapa tahun.
Osteomielitis
menahun sering menyebabkan nyeri tulang, infeksi jaringan lunak diatas tulang
yang berulang dan pengeluaran nanah yang menetap atau hilang timbul dari kulit.
Pengeluaran nanah terjadi jika nanah dari tulang yang terinfeksi menembus
permukaan kulit dan suatu saluran (saluran sinus) terbentuk dari tulang menuju
kulit.
b.osteoporosis
Osteoporosis merupakan silent disease. Penderita osteoporosis umumnya
tidak mempunyai keluhan sama sekali sampai orang tersebut mengalami fraktur.
Osteoporosis mengenai tulang seluruh tubuh, tetapi paling sering menimbulkan
gejala pada daerah-daerah yang menyanggah berat badan atau pada daerah yang
mendapat tekanan (tulang vertebra dan kolumna femoris). Korpus vertebra
menunjukan adanya perubahan bentuk, pemendekan dan fraktur kompresi. Hal ini
mengakibatkan berat badan pasien menurun dan terdapat lengkung vertebra abnormal
(kiposis). Osteoporosis pada kolumna femoris sering merupakan predisposisi
terjadinya fraktur patologik (yaitu fraktur akibat trauma ringan), yang sering
terjadi pada pasien usia lanjut.
Masa total tulang yang terkena mengalami penurunaan dan menunjukan
penipisan korteks serta trabekula. Pada kasus ringan, diagnosis sulit
ditegakkan karena adanya variasi ketebalan trabekular pada individu ”normal”
yang berbeda.
Diagnosis mungkin dapat ditegakkan dengan radiologis maupun histologist
jika osteoporosis dalam keadaan berat. Struktur tulang, seperti yang ditentukan
secara analisis kimia dari abu tulang tidak menunjukan adanya kelainan. Pasien
osteoporosis mempunyai kalsium,fosfat, dan alkali fosfatase yang normal dalam
serum.
Manifestasi
osteoporosis :
1.
Nyeri dengan atau tanpa
fraktur yang nyata
2.
Rasa sakit oleh karena adanya
fraktur pada anggota gerak
3.
Nyeri timbul mendadak
4.
Sakit hebat dan terlokalisasi
pada vertebra yg terserang. Bagian-bagian tubuh yang sering fraktur adalah pergelangan
tangan, panggul dan vertebra
5.
Nyeri berkurang pada saat
istirahat di tempat tidur
6.
Nyeri ringan pada saat bangun
tidur dan akan bertambah jika melakukan aktivitas atau karena suatu pergerakan
yang salah
7.
Deformitas vertebra thorakalis
menyebabkan penurunan tinggi badan, Hal ini terjadi oleh karena adanya kompresi
fraktur yang asimtomatis pada vertebra.
Tulang lainnya bisa patah, yang sering kali disebabkan oleh tekanan yang
ringan atau karena jatuh. Salah satu patah tulang yang paling serius adalah
patah tulang panggul. Selain itu, yang juga sering terjadi karena adalah patah
tulang lengan di daerah persambungannya dengan pergelangan tangan, yang disebut
fraktur Colles, Pada penderita osteoporosis, patah tulang cenderung mengalami
secara perlahan.
2.5 Komplikasi
a.osteomiyelitis
(Brunner, suddarth. (2001)
Komplikasi osteomyelitis dapat terjadi akibat perkembangan infeksi yang
tidak terkendali dan pemberian antibiotik yang tidak dapat mengeradikasi
bakteri penyebab. Komplikasi osteomyelitis dapat mencakup infeksi yang semakin
memberat pada daerah tulang yang terkena infeksi atau meluasnya infeksi dari
fokus infeksi ke jaringan sekitar bahkan ke aliran darah sistemik.
Secara
umum komplikasi osteomyelitis adalah sebagai berikut:
1.
Abses Tulang
2.
Bakteremia
3.
Fraktur Patologis
4.
Meregangnya implan prosthetik
(jika terdapat implan prosthetic)
5.
Sellulitis pada jaringan lunak
sekitar.
6.
Abses otak pada osteomyelitis
di daerah kranium.
b.osteoporosis
Osteoporosis
mengakibatkan tulang secara progresif menjadi panas, rapuh dan mudah patah.
Osteoporosis sering mengakibatkan fraktur. Bisa terjadi fraktur kompresi
vertebra torakalis dan lumbalis, fraktur daerah kolum femoris dan daerah
trokhanter, dan fraktur colles pada pergelangan tangan.
2.6 Patofisiologi
a.osteomiyelitus
(Brunner,
suddarth. (2001)
Staphylococcus aureus merupakan penyebab 70% sampai 80% infeksi tulang.
Organisme patogenik lainnya yang sering dijumpai pada Osteomielitis meliputi :
Proteus, Pseudomonas, dan Escerichia Coli. Terdapat peningkatan insiden infeksi
resistensi penisilin, nosokomial, gram negative dan anaerobik. Awitan
Osteomielitis stelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3 bulan pertama
(akut fulminan – stadium 1) dan sering berhubngan dengan penumpukan hematoma atau infeksi superficial.
Infeksi awitan lambat (stadium 2)
terjadi antara 4 sampai 24 bulan setelah pembedahan. Osteomielitis awitan lama
(stadium 3) biasanya akibat penyebaran hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih
setelah pembedahan. Respon inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari
inflamasi, peningkatan vaskularisasi, dan edema. Setelah 2 atau 3 hari,
trombisis pada pembuluh darah
terjadi pada tempat tersebut, mengakibatkan iskemia dan nefrosis tulang
sehubungan dengan penigkatan tekanan jaringan dan medula. Infeksi kemudian
berkembang ke kavitas medularis dan ke bawah periosteum dan dapat menyebar ke
jaringan lunak atau sendi di sekitarnya. Kecuali bila proses infeksi dapat
dikontrol awal, kemudian akan membentuk abses tulang. Pada perjalanan
alamiahnya, abses dapat keluar spontan namun yang lebih sering harus dilakukan
insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam dindingnya
terbentuk daerah jaringan mati (sequestrum) tidak mudah mencari dan mengalir
keluar. Rongga tidak dapat mengempis dan menyembuh, seperti yang terjadi pada
jaringan lunak lainnya. Terjadi pertumbuhan tulang baru(involukrum) dan
mengelilingi sequestrum. Jadi meskipun tampak terjadi proses penyembuhan, namun
sequestrum infeksius kronis yang ada tetap rentan mengeluarkan abses kambuhan
sepanjang hidup penderita. Dinamakan osteomielitis tipe kronik.
b.osteoporosis
Osteoporosis terjadi karena adanya interaksi yang menahun antara faktor
genetic dan faktor lingkungan. Faktor genetic meliputi, usia, jenis kelamin,
ras keluarga, bentuk tubuh, tidak pernah melahirkan. Faktor mekanis meliputi,
merokok, alkohol, kopi, defisiensi vitamin dan gizi, gaya hidup, mobilitas,
anoreksia nervosa dan pemakaian obat-obatan. Kedua faktor diatas akan
menyebabkan melemahnya daya serap sel terhadap kalsium dari darah ke tulang,
peningkatan pengeluaran kalsium bersama urin, tidak tercapainya masa tulang
yang maksimal dengan resobsi tulang menjadi lebih cepat yang selanjutnya
menimbulkan penyerapan tulang lebih banyak dari pada pembentukan tulang baru
sehingga terjadi penurunan massa tulang total yang disebut osteoporosis.
Dalam keadaan normal, pada tulang kerangka tulang kerangka akan terjadi
suatu proses yang berjalan secara terus menerus dan terjadi secara seimbang,
yaitu proses resorbsi dan proses pembentukan tulang (remodeling). Setiap perubahan dalam keseimbangan ini,
misalnya apabila proses resorbsi lebih besar dari pada proses pembentukan
tulang, maka akan terjadi pengurangan massa tulang dan keadaan inilah yang kita
jumpai pada osteoporosis.
Dalam massa pertumbuhan tulang, sesudah terjadi penutupan epifisis,
pertumbuhan tulang akan sampai pada periode yang disebut dengan peride
konsolidasi. Pada periode ini terjadi proses penambahan kepadatan tulang atau
penurunan porositas tulang pada bagian korteks. Proses konsolidasi secara
maksimal akan dicapai pada usia kuarang lebih antara 30-45 tahun untuk tulang
bagian korteks dan mungkin keadaan serupa akan terjadi lebih dini pada tulang
bagian trabekula.
Sesudah manusia mencapai umur antara 45-50 tahun, baik wanita maupun pria
akan mengalami proses penipisan tulang bagian korteks sebesar 0,3-0,5% setiap
tahun, sedangkan tulang bagian trabekula akan mengalami proses serupa pada usia
lebih muda. Pada wanita, proses berkurangnya massa tulang tersebut pada awalnya
sama dengan pria, akan tetapi pada wanita sesudah menopause, proses ini akan
berlangsung lebiuh cepat. Pada pria seusia wanita menopause massa tulang akan
menurun berkisar antara 20-30%, sedang pada wanita penurunan massa tulang
berkisar antara 40-50%. Pengurangan massa tulang ini berbagai bagian tubuh
ternyata tidak sama.
Dengan teknik pemeriksaan tertentu dapat dibuktikan bahwa penurunan massa
tulang tersebut lebih cepat terjadi pada bagian-bagian tubuh seperti berikut:
metacarpal, kolum femoris serta korpus vertebra, sedang pada bagian tubuh yang
lain, misalnya : tulang paha bagian tengah, tibia dan panggul, mengalami proses
tersebut secara lambat.
Pada osteoporosis, terjadi proses pengurangan massa tulang dengan
mengikuti pola yang sama dan berakhir dengan terjadinya penipisan bagian
korteks serta pelebaran lumen, sehingga secara anatomis tulang tersebut tampak
normal. Titik kritis proses ini akan tercapai apabila massa tulang yang hilang
tersebut sudah sedemikian berat sehingga tulang yang bersangkutan sangat peka
terhadap trauma mekanis dan akan mengakibatkan terjadinya fraktur.
Bagian-bagian tubuh yang sering mengalami fraktur pada kasus osteoporosis
adalah vertebra, paha bagian prosimal dan radius bagian distal. Osteoporosis
dapat terjadi oleh karena berbagai sebab, akan tetapi yang paling sering dan
paling banyak dijumpai adalah osteoporosis oleh karena bertambahnya usia.
2.7 Contoh Askep
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Sistem muskuloskeletal merupakan
penunjang bentuk tubuh dan bertanggung jawab terhadap pergerakan. Komponen
utama sistem utama sistem muskuloskeletal adalah jaringan ikat. Sistem ini
terdiri dari tulang, sendi, otot rangka, tendon, ligamen, bursa, dan
jaringan-jaringan khusus yang menghubungkan struktur-struktur ini.Gangguan
muskuloskeletal adalah suatu kondisi yang mengganggu fungsi sendi, ligamen,
otot, saraf dan tendon, serta tulang belakang.Sistem muskuloskeletal atau
sistem gerak Anda melibatkan struktur yang mendukung anggota tubuh, termasuk
leher dan punggung.Gangguan muskuloskeletal seringnya merupakan penyakit
degeneratif, penyakit yang menyebabkan jaringan tubuh yang lama-kelamaan
mengalami kerusakan.Hal ini dapat mengakibatkan rasa sakit dan mengurangi
kemampuan seseorang untuk bergerak, yang dapat mencegah seseorang dalam
melakukan kegiatan sehari-hari seperti biasa.Gangguan muskuloskeletal dapat
mempengaruhi setiap area dalam tubuh. Bagian utama termasuk leher, bahu,
pergelangan tangan, punggung, pinggul, lutut, dan kaki.
DAFTAR PUSTAKA
Anjarwati,
Wangi,(2010), Tulang dan Tubuh Kita, Getar Hati:Yogyakarta.
Brunner,
Suddarth,(2001) Buku Ajar Keperawatan-Medikal Bedah, Edisi 8 Volume 3,EGC :
Jakarta.
Brunner,suddarth.2001.Buku
ajar Keperawatan Medikal Bedah.Penerbit, EGC : Jakarta
Carpenito,
1990. Diagnosis Keperawatan Pada Praktek Klinik.
Depkes
RI, 1995. Pusat Data Kesehatan.
Dorland,
W. A. Newman, 2002. Kamus Kedokteran Dorland.Terbitan EGC :
Jakarta.
Dorland,
2002.Kamuskedokteran dorland.Terbitat EGC :Jakarta.
Henderson,
1997. Effects of Air Quality Regulation on in Polluting Industries.
KAMUS
KEDOKTERAN Edisi 29. Alih bahasa : Andy Setiawan, et al. Jakarta : EGC, pp :
1565, 1.
Tandra,
H, 2009. Segala Sesuatu Yang Harus Anda Ketahui Tentang Osteoporosis Mengenal,
Mengatasi
dan Mencegah Tulang Keropos. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
Sudoyo,
Aru dkk. 2009. Buku Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 3 Edisi 5. Jakarta : Internal
Publishing
Junaidi,
I, 2007. Osteoporosis – Seri Kesehatan Populer. Cetakan Kedua : Penerbit PT
Bhuana
Ilmu Populer
Suryati,
A, Nuraini, S. 2006. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan. Vol.2. Jakarta
Anonim,
2013/05. www.debyrahmad.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar