Rabu, 01 Februari 2023

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH KONSEP DAN PENGELOLAAN PADA PASIEN GANGGUAN KEBUTUHAN AKIBAT PATOLOGIS SISTEM MOSKULOSKELETAL (INFEKSI DAN DEGENERATIF)

 

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

KONSEP DAN PENGELOLAAN  PADA PASIEN  GANGGUAN KEBUTUHAN AKIBAT PATOLOGIS SISTEM MOSKULOSKELETAL (INFEKSI DAN DEGENERATIF)

Description: logo poltekkes tanjung karang - Indonesian Medical Laboratory
 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


DOSEN PENGAMPU :

TORI RIHIANTORO S.Kp. M. Kep

 

DISUSUN OLEH :

 

Kelompok II

 

 

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN TINGKAT II REGULER 1

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG

TAHUN AKADEMIK 2023/2024

KATA PENGANTAR

 

     Puji syukur atas kehadirat Allah SWT. karena atas rahmat, karunia serta kasih sayangNya kami bisa menyelesaikan makalah mengenai KONSEP DAN PENGELOLAAN  PADA PASIEN  GANGGUAN KEBUTUHAN AKIBAT PATOLOGIS SISTEM MOSKULOSKELETAL (INFEKSI DAN DEGENERATIF). Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Tidak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada Bapak TORI RIHIANTORO S.Kp. M. Kep selaku dosen mata kuliah keperawatan medikal bedah 2.

    

Dalam menulis materi ini, kami menyadari masih banyak terdapat kesalahan dan kekeliruan, baik yang berkenan dengan materi pembahasan ataupun pengetikan. Walaupun demikian, inilah usaha maximal kami selaku para penulis usahakan.

 

     Semoga dalam makalah ini para pembaca dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dan diharapkan kritik yang membangun dari para pembaca guna memperbaiki kesalahan sebagaimana mestinya.

 

  Bandar Lampung, 25 Januari 2023

 

 

 

Penyusun

 

                                                           


DAFTAR ISI

 

Kata Pengantar..................................................................................................................... ii

Daftar Isi .............................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1        Latar Belakang............................................................................................................ 1

1.2        Rumusan Masalah....................................................................................................... 1

1.3        Tujuan Pembahasan .................................................................................................... 1-2

 

BAB II PEMBAHASAN

 2.1 Definisi.......................................................................................................................           

2.2 Klasifikasi....................................................................................................................

2.3 Etiologi........................................................................................................................

2.4 Manifestasi Klinis........................................................................................................

2.5 Komplikasi .................................................................................................................

2.6 Patofisiologi................................................................................................................

2.7 Contoh Askep.............................................................................................................

 

 

 

BAB III PENUTP

        3.1      Kesimpulan..................................................................................................................

 

DAFTAR PUSTAKA


BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar belakang

Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan bertanggung jawab terhadap pergerakan. Komponen utama sistem utama sistem muskuloskeletal adalah jaringan ikat. Sistem ini terdiri dari tulang, sendi, otot rangka, tendon, ligamen, bursa, dan jaringan-jaringan khusus yang menghubungkan struktur-struktur ini. Beragamnya jaringan dan organ sistem muskuloskeletal dapat menimbulkan berbagai macam gangguan. Beberapa gangguan tersebut timbul pada sistem itu sendiri, sedangkan gangguan yang berasal dari bagian lain tubuh tetapi menimbulkan efek pada sistem muskuloskeletal. Tanda utama gangguan sistem muskuloskeletal adalah nyeri dan rasa tidak nyaman , yang dapat bervariasi dari tingkat yang paling ringan sampai yang sangat berat (Price, Wilson, 2005).

 

Gangguan muskuloskeletal adalah suatu kondisi yang mengganggu fungsi sendi, ligamen, otot, saraf dan tendon, serta tulang belakang.Sistem muskuloskeletal atau sistem gerak Anda melibatkan struktur yang mendukung anggota tubuh, termasuk leher dan punggung.Gangguan muskuloskeletal seringnya merupakan penyakit degeneratif, penyakit yang menyebabkan jaringan tubuh Anda lama-kelamaan mengalami kerusakan.Hal ini dapat mengakibatkan rasa sakit dan mengurangi kemampuan Anda untuk bergerak, yang dapat mencegah Anda dalam melakukan kegiatan sehari-hari seperti biasa.Gangguan muskuloskeletal dapat mempengaruhi setiap area dalam tubuh. Bagian utama termasuk leher, bahu, pergelangan tangan, punggung, pinggul, lutut, dan kaki.

 

1.2  Rumusan Masalah

1.      Apa itu penyakit penyakit infeksi dan degeneratif pada sistem moskuloskeletal?

2.      Apa penyebab infeksi dan degeneratif pada sistem moskuloskeletal?

3.      Bagaimana asuhan keperawatan pada klienyang terkena penyakit infeksi dan degeneratif pada sistem moskuloskeletal?

 

1.3  Tujuan Pembahasan

1.      Mengetahui apa yang dimaksud dengan penyakit infeksi dan degeneratif pada sistem moskuloskeletal.

2.      Mengetahui apa penyebab penyakit infeksi dan degeneratif pada sistem moskuloskeletal

3.      Mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada klien yang terkena penyakit infeksi dan degeneratif pada sistem moskuloskeletal.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

 

a.osteomyelitis

 

Osteomyelitis adalah infeksi dari jaringan tulang yang mencakup Sumsum dan atau kortek tulang dapat berupa eksogen (infeksi masuk dari luar Tubuh) atau hemotogen (infeksi yang berasal dari dalam tubuh). (Reeves, 2001:257).Osteomyelitis adalah infeksi substansi tulang oleh bakteri piogenik (Overdoff, 2002:571). Sedangkan menurut Bruce, osteomyelitis adalah infeksi pada tulang Yang disebabkan oleh mikroorganisme. Osteomyelitis biasanya merupakan Infeksi bakteri, tetapi mikrobakterium dan jamur juga dapat menyebabkan Osteomyelitis jika mereka menginvasi tulang (Ros, 1997:90). Menurut Price (1995:1200). Osteomyelitis adalah infeksi jaringan Tulang.

Beberapa ahli memberikan defenisi terhadap osteomyelitis sebagai berkut :

1.           Osteomyelitis adalah infeksi Bone marrow pada tulang-tulang panjang yang disebabkan oleh staphylococcus aureus dan kadang-kadang Haemophylus influensae (Depkes RI, 1995).

2.           Osteomyelitis adalah infeksi tulang (Carpenito, 1990).

3.           Osteomyelitis adalah suatu infeksi yang disebarkan oleh darah yang disebabkan oleh staphylococcus (Henderson, 1997)

4.           Osteomyelitis adalah influenza Bone Marow pada tulang-tulang panjang yang disebabkan oleh staphyilococcus Aureus dan kadang-kadang haemophylus influenzae, infeksi yang hampir selalu disebabkan oleh staphylococcus aureus.

 

 

Osteomyelitis akut adalah infeksi tulang panjang yang disebabkan oleh Infeksi lokal akut atau trauma tulang, biasanya disebabkan oleh escherichia Coli, staphylococcus aureus, atau streptococcus pyogenes (Tucker, 1998:429). Jadi pengertian osteomyelitis yang paling mendasar adalah infeksi Jaringan tulang yang mencakup sumsum atau kortek tulang yang disebabkan Oleh bakteri piogenik. Osteomyelitis dapat timbul akut atau kronik. Bentuk Akut dicirikan dengan adanya awitan demam sistemik maupun manifestasi Lokal yang berjalan dengan cepat. Osteomyelitis kronik adalah akibat dari Osteomyelitis akut yang tidak ditangani dengan baik (Price, 1995:1200). Ada dua macam infeksi tulang menurut Robbins dan Kumar (1995:463-464) yaitu :

1.Osteomyelitis piogenik hematogen

 

Biasanya terjadi pada anak-anak, osteomyelitis piogenik hematogen Terutama disebabkan oleh staphylococcus aureus kemudian diikuti oleh Bacillus colli. Kecuali samonela, osteomyelitis hematogen biasanya bermanisfestasi sebagai suatu penyakit demam sistemik akut yang disertai dengan gejala nyeri setempat, perasaan tak enak, kemerahan dan pembengkakan.

 

2.Osteomyelitis tuberkulosis

 

Timbulnya secara tersembunyi dan cenderung mengenai rongga sendi.

Daerah yang sering kena adalah tulang-tulang panjang dari ekstremitas dan

tulang belakang. Osteomyelitis tuberkulosis dapat menyebabkan

deformitas yang serius (kifosis, skoliosis) berkaitan dengan destruksi dan

perubahan sumbu tulang belakang dari posisi normalnya.

 

 

b.Osteoporosis

 

Osteoporosis berasal dari kata osteo dan porous, osteo artinya tulang, dan porous berarti berlubang-lubang atau keropos. Jadi, osteoporosis adalah tulang yang keropos, yaitu penyakit yang mempunyai sifat khas berupa massa tulangnya rendah atau berkurang, disertai gangguan mikro-arsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang yang dapat menimbulkan kerapuhan tulang (Tandra, 2009).

 

Menurut WHO pada International Consensus Development Conference, di Roma, Itali, 1992 Osteoporosis adalah penyakit dengan sifat-sifat khas berupa massa tulang yang rendah, disertai perubahan mikroarsitektur tulang, dan penurunan kualitas jaringan tulang, yang pada akhirnya menimbulkan akibat meningkatnya kerapuhan tulang dengan resiko terjadinya patah tulang (Suryati, 2006).

 

Menurut National Institute of Health (NIH), 2001 Osteoporosis adalah kelainan kerangka, ditandai dengan kekuatan tulang mengkhawatirkan dan dipengaruhi oleh meningkatnya risiko patah tulang. Sedangkan kekuatan tulang merefleksikan gabungan dari dua faktor, yaitu densitas tulang dan kualitas tulang (Junaidi, 2007).

 

Osteoporosis adalah penyakit tulamg sisitemik yang ditandai oleh penurunan mikroarsitektur tulang sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Pada tahun 2001,  National Institute of Health (NIH) mengajukan definisi baru osteoporosis sebagai penyakit tulang sistemik yang ditandai oleh compromised bone strength sehingga tulang mudah patah ( Sudoyo, 2009 ).

 

Osteoporosis dibagi 2 kelompok, yaitu :

 

1.      Osteoporosis Primer

 

Osteoporosis primer berhubungan dengan kelainan pada tulang, yang menyebabkan peningkatan proses resorpsi di tulang trabekula sehingga meningkatkan resiko fraktur vertebra dan Colles. Pada usia decade awal pasca menopause, wanita lebih sering terkena dari pada pria dengan perbandingan 68:1 pada usia rata-rata 53-57 tahun.Osteoporosis primer adalah kehilangan massa tulang yang terjadi sesuai dengan proses penuaan, sedangkan osteoporisis sekunder didefinisikan sebagai kehilangan massa tulang akibat hal hal tertentu. Sampai saat ini osteoporosis primer masih menduduki tempat utama karena lebih banyak ditemukan dibanding dengan osteoporosis sekunder. Proses ketuaan pada wanita menopause dan usia lanjut merupakan contoh dari osteoporosis primer.

 

2. Osteoporosis Sekunder

 

Osteoporosis sekunder disebabkan oleh penyakit atau sebab lain diluar tulang. Osteoporisis sekunder mungkin berhubungan dengan kelainan patologis tertentu termasuk kelainan endokrin, epek samping obat obatan, immobilisasi, Pada osteoporosis sekunder, terjadi penurunan densitas tulang yang cukup berat untuk menimbulkan fraktur traumatik akibat faktor ekstrinsik seperti kelebihan steroid, artritis reumatoid, kelainan hati/ginjal kronis, sindrom malabsorbsi, mastositosis sistemik, hiperparatiroidisme, hipertiroidisme, varian status hipogonade, dan lain-lain.

 

 

 

2.2 Klasifikasi

 

a.osteomiyelitis

Osteomiyelitis dapat diklasifikasikan dua macam , yaitu:

 

1.           Osteomielitis Primer ,yaitu penyebarannya secara hematogen dimana mikroorganisme berasal dari focus ditempat lain dan beredar melalui sirkulasi darah.

 

2.           Osteomielitis Sekunder ,yaitu terjadi akibat penyebaran kuman dari sekitarnya akibat dari bisul, luka fraktur dan sebagainya.

 

 

Berdasarkan lama infeksi, osteomielitis terbagi menjadi 3, yaitu:

 

1.                       Osteomielitis akut

 

Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 minggu sejak infeksi pertama atau sejak penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis akut ini biasanya terjadi pada anak-anak dari pada orang dewasa dan biasanya terjadi sebagai komplikasi dari infeksi di dalam darah. (osteomielitis hematogen).Osteomielitis akut terbagi menjadi 2, yaitu:

A.     Osteomielitis hematogen

Merupakan infeksi yang penyebarannya berasal dari darah. Osteomielitis hematogen akut biasanya disebabkan oleh penyebaran bakteri darah dari daerah yang jauh. Kondisi ini biasannya terjadi pada anak-anak. Lokasi yang sering terinfeksi biasa merupakan daerah yang tumbuh dengan cepat dan metafisis menyebabkan thrombosis dan nekrosis local serta pertumbuhan bakteri pada tulang itu sendiri. Osteomielitis hematogen akut mempunyai perkembangan klinis dan onset yang lambat.

 

B.         Osteomielitis direk

Disebabkan oleh kontak langsung dengan jaringan atau bakteri akibat trauma atau pembedahan. Osteomielitis direk adalah infeksi tulang sekunder akibat inokulasi bakteri yang menyebabkan oleh trauma, yang menyebar dari focus infeksi atau sepsis setelah prosedur pembedahan. Manifestasi klinis dari osteomielitis direk lebih terlokasasi dan melibatkan banyak jenis organisme.

 

 

2.                       Osteomielitis sub-akut

 

Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 1-2 bulan sejak infeksi pertama atau sejak penyakit pendahulu timbul.

 

3.                       Osteomielitis kronis

 

Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 bulan atau lebih sejak infeksi pertama atau sejak penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis sub-akut dan kronis biasanya terjadi pada orang dewasa dan biasanya terjadi karena ada luka atau trauma (osteomielitis kontangiosa), misalnya osteomielitis yang terjadi pada tulang yang fraktur.

 

 

b.osteoporosis

 

Bila disederhanakan, terdapat dua jenis osteoporosis, yaitu:

 

1.      Osteoporosis Primer

 

Osteoporosis primer adalah kehilangan massa tulang yang terjadi sesuai Dengan proses penuaan. Sampai saat ini osteoporosis primer masih menduduki Tempat utama karena lebih banyak ditemukan dibandingkan osteoporosis sekunder (Ode, 2012).Pada wanita biasanya disebabkan oleh pengaruh hormonal yang tidak Seefektif biasanya. Osteoporosis ini terjadi karena kekurangan kalsiumakibat

Penuaan usia (Syam dkk, 2014). Menurut Zaviera (2007) osteoporosis primer ini

Terdiri dari 2 bagian yaitu:

a.                   Tipe I (Post-menopausal)

Terjadi 15-20 tahun setelah menopause (53-75 tahun). Ditandai oleh fraktur Tulang belakang dan berkurangnya gigi geligi. Hal ini disebabkan luasnya Jaringan trabekular pada tempat tersebut, dimana jaringan trabekular lebih Responsif terhadap defisiensi esterogen.

b.                  Tipe II (Senile)

Terjadi pada pria dan wanita usia 70 tahun keatas. Ditandai oleh fraktur Panggul dan tulang belakang tipe wedge. Hilangnya masa tulang kortikal Terbesar terjadi pada usia tersebut.

 

2.                  Osteoporosis Sekunder

 

Osteoporosis sekunder disebabkan oleh penyakit tertentu, gangguan Hormonal, dan juga kesalahan pada gaya hidup seperti konsumsi alkohol secara Berlebihan, rokok, kafein, dan kurangnya aktifitas fisik. Berbeda dengan Osteoporosis primer yang terjadi karena faktor usia, osteoporosis sekunder bisa Saja terjadi pada orang yang masih berusia muda (Syam dkk, 2014).

 

 

2.3 Etiologi

 

a.osteomiyelitis

(Henderson, 1997) Bisa disebabkan oleh bakteri,antara lain :

 

1.           Staphylococcus aureus sebanyak 90%

2.            Haemophylus influenzae (50%) pada anak-anak dibawah umur 4 tahun.

3.           Streptococcus hemolitikus

4.           Pseudomonas aurenginosa

5.           Escherechia coli

6.           Clastridium perfringen

7.           Neisseria gonorhoeae

8.           Salmonella thyposa

 

 

Bagian tulang bisa mengalami infeksi melalui 3 cara,yaitu :

 

a.             Aliran darah

 

Aliran darah bisa membawa suatu infeksi dari bagian tubuh yang lain ke tulang. Infeksi biasanya terjadi di ujung tulang tungkai dan lengan (pada anak-anak) dan di tulang belakang (pada dewasa).

 

Orang yang menjalani dialisa ginjal dan penyalahgunaaan obat suntik ilegal, rentan terhadap infeksi tulang belakang (osteomielitis vertebral). Infeksi juga bisa terjadi jika sepotong logam telah ditempelkan pada tulang, seperti yang terjadi pada perbaikan panggul atau patah tulang lainnya.

 

b.           Penyebaran langsung

 

Organisme bisa memasuki tulang secara langsung melalui patah tulang terbuka, selama pembedahan tulang atau dari benda yang tercemar yang menembus tulang.Infeksi ada sendi buatan, biasanya didapat selama pembedahan dan bisa menyebar ke tulang di dekatnya.

 

c.             Infeksi dari jaringan lunak di dekatnya.

 

Infeksi pada jaringan lunak di sekitar tulang bisa menyebar ke tulang setelah beberapa hari atau minggu. Infeksi jaringan lunak bisa timbul di daerah yang mengalami kerusakan karena cedera, terapi penyinaran atau kanker, atau ulkus di kulit yang disebabkan oleh jeleknya pasokan darah atau diabetes (kencing manis). Suatu infeksi pada sinus, rahang atau gigi, bisa menyebar ke tulang tengkorak.

 

b.osteoporosis

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengurangan massa tulang pada usia lanjut:

 

1.           Determinan Massa Tulang

 

a.             Faktor genetic

 

Perbedaan genetik mempunyai pengaruh terhadap derajat kepadatan tulang. Beberapa orang mempunyai tulang yang cukup besar dan yang lain kecil. Sebagai contoh, orang kulit hitam pada umumnya mempunyai struktur tulang lebih kuat/berat dari pada bangsa Kaukasia. Jadi seseorang yang mempunyai tulang kuat (terutama kulit Hitam Amerika), relatif imun terhadap fraktur karena osteoporosis.

 

b.           Faktor mekanis

 

Beban mekanis berpengaruh terhadap massa tulang di samping faktor genetik. Bertambahnya beban akan menambah massa tulang dan berkurangnya beban akan mengakibatkan berkurangnya massa tulang. Kedua hal tersebut menunjukkan respons terhadap kerja mekanik beban mekanik yang berat akan mengakibatkan massa otot besar dan juga massa tulang yang besar. Sebagai contoh adalah pemain tenis atau pengayuh becak, akan dijumpai adanya hipertrofi baik pada otot maupun tulangnya terutama pada lengan atau tungkainya, sebaliknya atrofi baik pada otot maupun tulangnya akan dijumpai pada pasien yang harus istirahat di tempat tidur dalam waktu yang lama, poliomielitis atau pada penerbangan luar angkasa. Walaupun demikian belum diketahui dengan pasti berapa besar beban mekanis yang diperlukan dan berapa lama untuk meningkatkan massa tulang di samping faktor genetik.

 

c.             Faktor makanan dan hormone

 

Pada seseorang dengan pertumbuhan hormon dengan nutrisi yang cukup (protein dan mineral), pertumbuhan tulang akan mencapai maksimal sesuai dengan pengaruh genetik yang bersangkutan. Pemberian makanan yang berlebih (misalnya kalsium) di atas kebutuhan maksimal selama masa pertumbuhan, disangsikan dapat menghasilkan massa tulang yang melebihi kemampuan pertumbuhan tulang yang bersangkutan sesuai dengan kemampuan genetiknya.

 

2.           Determinan penurunan Massa Tulang

 

a.             Faktor genetic

 

Pada seseorang dengan tulang yang kecil akan lebih mudah mendapat risiko fraktur dari pada seseorang dengan tulang yang besar. Sampai saat ini tidak ada ukuran universal yang dapat dipakai sebagai ukuran tulang normal. Setiap individu mempunyai ketentuan normal sesuai dengan sitat genetiknya serta beban mekanis dan besar badannya. Apabila individu dengan tulang yang besar, kemudian terjadi proses penurunan massa tulang (osteoporosis) sehubungan dengan lanjutnya usia, maka individu tersebut relatif masih mempunyai tulang lebih banyak dari pada individu yang mempunyai tulang kecil pada usia yang sama.

 

 

b.           Faktor mekanis

 

Faktor mekanis mungkin merupakan yang terpenting dalarn proses penurunan massa tulang schubungan dengan lanjutnya usia. Walaupun demikian telah terbukti bahwa ada interaksi panting antara faktor mekanis dengan faktor nutrisi  hormonal. Pada umumnya aktivitas fisis akan menurun dengan bertambahnya usia; dan karena massa tulang merupakan fungsi beban mekanis, massa tulang tersebut pasti akan menurun dengan bertambahnya usia.

 

c.             Kalsium

 

Faktor makanan ternyata memegang peranan penting dalam proses penurunan massa tulang sehubungan dengan bertambahnya usia, terutama pada wanita post menopause. Kalsium, merupakan nutrisi yang sangat penting. Wanita-wanita pada masa peri menopause, dengan masukan kalsiumnya rendah dan absorbsinya tidak bak, akan mengakibatkan keseimbangan kalsiumnya menjadi negatif, sedang mereka yang masukan kalsiumnya baik dan absorbsinya juga baik, menunjukkan keseimbangan kalsium positif. Dari keadaan ini jelas, bahwa pada wanita masa menopause ada hubungan yang erat antara masukan kalsium dengan keseimbangan kalsium dalam tubuhnya. Pada wanita dalam masa menopause keseimbangan kalsiumnya akan terganggu akibat masukan serta absorbsinya kurang serta ekskresi melalui urin yang bertambah. Hasil akhir kekurangan/kehilangan estrogen pada masa menopause adalah pergeseran keseimbangan kalsium yang negatif, sejumiah 25 mg kalsium sehari.

 

              d.     Protein

 

Protein juga merupakan faktor yang penting dalam mempengaruhi penurunan massa tulang. Makanan yang kaya protein akan mengakibatkan ekskresi asam amino yang mengandung sulfat melalui urin, hal ini akan meningkatkan ekskresi kalsium. Pada umumnya protein tidak dimakan secara tersendiri, tetapi bersama makanan lain. Apabila makanan tersebut mengandung fosfor, maka fosfor tersebut akan mengurangi ekskresi kalsium melalui urin. Sayangnya fosfor tersebut akan mengubah pengeluaran kalsium melalui tinja. Hasil akhir dari makanan yang mengandung protein berlebihan akan mengakibatkan kecenderungan untuk terjadi keseimbangan kalsium yang negative.

 

e.      Estrogen

 

Berkurangnya/hilangnya estrogen dari dalam tubuh akan mengakibatkan terjadinya gangguan keseimbangan kalsium. Hal ini disebabkan oleh karena menurunnya efisiensi absorbsi kalsium dari makanan dan juga menurunnya konservasi kalsium di ginjal.

 

f.      Rokok dan kopi

 

Merokok dan minum kopi dalam jumlah banyak cenderung akan mengakibatkan penurunan massa tulang, lebih-lebih bila disertai masukan kalsium yang rendah. Mekanisme pengaruh merokok terhadap penurunan massa tulang tidak diketahui, akan tetapi kafein dapat memperbanyak ekskresi kalsium melalui urin maupun tinja.

 

g.     Alkohol

 

Alkoholisme akhir-akhir ini merupakan masalah yang sering ditemukan. Individu  dengan alkoholisme mempunyai kecenderungan masukan kalsium rendah, disertai dengan ekskresi lewat urin yang meningkat. Mekanisme yang jelas belum diketahui dengan pasti.

 

Beberapa penyebab osteoporosis dalam (Junaidi, 2007), yaitu:

 

1.           Osteoporosis pascamenopause terjadi karena kurngnya hormon estrogen (hormon utama pada wanita), yang membantu mengatur pengangkutan kalsium kedalam tulang. Biasanya gejala timbul pada perempuan yang berusia antara 51-75 tahun, tetapi dapat muncul lebih cepat atau lebih lambat. Hormon estrogen produksinya menurun 2-3 tahun sebelum menopause dan terus  berlangsung 3-4 tahun setelah menopause. Hal ini berakibat menurunnya massa tulang sebanyak 1-3% dalam waktu 5-7 tahun pertama setelah menopause.

 

2.           Osteoporosis senilis kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan kalsium yang berhubungan dengan usia dan ketidak seimbangan antara kecepatan hancurnya tulang (osteoklas) dan pembentukan tulang baru (osteoblast). Senilis berati bahwa keadaan ini hanya terjadi pada usia lanjut. Penyakit ini biasanya terjadi pada orang-orang berusia diatas 70 tahun dan 2 kali lebih sering wanita. Wanita sering kali menderita osteoporosis senilis dan pasca menopause.

 

 

3.           Kurang dari 5% penderita osteoporosis juga mengalami osteoporosis sekunder yang disebakan oleh keadaan medis lain atau obat-obatan. Penyakit ini bisa disebabkan oleh gagal ginjal kronis dan kelainan hormonal (terutama tiroid, paratiroid, dan adrenal) serta obat-obatan (mislnya kortikosteroid, barbiturat, anti kejang, dan hormon tiroid yang berlebihan). Pemakaian alkohol yang berlebihan dapat memperburuk keadaan ini.

 

4.           Osteoporosis juvenil idiopatik merupakan jenis osteoporosis yang penyebabnya tidak diketahui. Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi hormon yang normal, kadar vitamin yang normal, dan tidak memiliki penyebab yang jelas dari rapuhnya tulang.

 

 

 

 

 

 

2.4 Manifestasi Klinis

a.osteomiyelitis (Henderson, 1997)

 

1.           Demam

 

2.           Nafsu makan menurun

 

3.           Nyeri tekan saat pemeriksaan fisik

 

4.           Gangguan sendi karena adanya pembengkakan

 

 

Pada anak-anak, infeksi tulang yang didapat melalui aliran darah, menyebabkan demam, menyebabkan nyeri pada tulang yang terinfeksi. Daerah diatas tulang bisa mengalami luka dan membengkak, dan pergerakan akan menimbulkan nyeri.Infeksi tulang belakang biasanya timbul secara bertahap, menyebabkan nyeri punggung dan nyeri tumpul jika disentuh. Nyeri akan memburuk bila penderita bergerak dan tidak berkurang dengan istirahat.

 

Infeksi tulang yang disebabkan oleh infeksi jaringan lunak di dekatnya atau yang berasal dari penyebaran langsung, menyebabkan nyeri dan pembengkakan di daerah diatas tulang, dan abses bisa terbentuk di jaringan sekitarnya. Infeksi ini tidak menyebabkan demam, dan pemeriksaan darah menunjukkan hasil yang normal.Penderita yang mengalami infeksi pada sendi buatan atau anggota gerak, biasanya memiliki nyeri yang menetap di daerah tersebut.Jika suatu infeksi tulang tidak berhasil diobati, bisa terjadi osteomielitis menahun (osteomielitis kronis).Kadang-kadang infeksi ini tidak terdeteksi selama bertahun-tahun dan tidak menimbulkan gejala selama beberapa bulan atau beberapa tahun.

 

Osteomielitis menahun sering menyebabkan nyeri tulang, infeksi jaringan lunak diatas tulang yang berulang dan pengeluaran nanah yang menetap atau hilang timbul dari kulit. Pengeluaran nanah terjadi jika nanah dari tulang yang terinfeksi menembus permukaan kulit dan suatu saluran (saluran sinus) terbentuk dari tulang menuju kulit.

 

b.osteoporosis

Osteoporosis merupakan silent disease. Penderita osteoporosis umumnya tidak mempunyai keluhan sama sekali sampai orang tersebut mengalami fraktur. Osteoporosis mengenai tulang seluruh tubuh, tetapi paling sering menimbulkan gejala pada daerah-daerah yang menyanggah berat badan atau pada daerah yang mendapat tekanan (tulang vertebra dan kolumna femoris). Korpus vertebra menunjukan adanya perubahan bentuk, pemendekan dan fraktur kompresi. Hal ini mengakibatkan berat badan pasien menurun dan terdapat lengkung vertebra abnormal (kiposis). Osteoporosis pada kolumna femoris sering merupakan predisposisi terjadinya fraktur patologik (yaitu fraktur akibat trauma ringan), yang sering terjadi pada pasien usia lanjut.

 

Masa total tulang yang terkena mengalami penurunaan dan menunjukan penipisan korteks serta trabekula. Pada kasus ringan, diagnosis sulit ditegakkan karena adanya variasi ketebalan trabekular pada individu ”normal” yang berbeda.

 

Diagnosis mungkin dapat ditegakkan dengan radiologis maupun histologist jika osteoporosis dalam keadaan berat. Struktur tulang, seperti yang ditentukan secara analisis kimia dari abu tulang tidak menunjukan adanya kelainan. Pasien osteoporosis mempunyai kalsium,fosfat, dan alkali fosfatase yang normal dalam serum.

 

Manifestasi osteoporosis :

 

1.                       Nyeri dengan atau tanpa fraktur yang nyata

 

2.                       Rasa sakit oleh karena adanya fraktur pada anggota gerak

 

3.                       Nyeri timbul mendadak

 

4.                       Sakit hebat dan terlokalisasi pada vertebra yg terserang. Bagian-bagian tubuh yang sering fraktur adalah pergelangan tangan, panggul dan vertebra

 

5.                       Nyeri berkurang pada saat istirahat di tempat tidur

 

6.                       Nyeri ringan pada saat bangun tidur dan akan bertambah jika melakukan aktivitas atau karena suatu pergerakan yang salah

 

7.                       Deformitas vertebra thorakalis menyebabkan penurunan tinggi badan, Hal ini terjadi oleh karena adanya kompresi fraktur yang asimtomatis pada vertebra.

 

Tulang lainnya bisa patah, yang sering kali disebabkan oleh tekanan yang ringan atau karena jatuh. Salah satu patah tulang yang paling serius adalah patah tulang panggul. Selain itu, yang juga sering terjadi karena adalah patah tulang lengan di daerah persambungannya dengan pergelangan tangan, yang disebut fraktur Colles, Pada penderita osteoporosis, patah tulang cenderung mengalami secara perlahan.

 

 

2.5 Komplikasi

a.osteomiyelitis

(Brunner, suddarth. (2001)

Komplikasi osteomyelitis dapat terjadi akibat perkembangan infeksi yang tidak terkendali dan pemberian antibiotik yang tidak dapat mengeradikasi bakteri penyebab. Komplikasi osteomyelitis dapat mencakup infeksi yang semakin memberat pada daerah tulang yang terkena infeksi atau meluasnya infeksi dari fokus infeksi ke jaringan sekitar bahkan ke aliran darah sistemik.

 

Secara umum komplikasi osteomyelitis adalah sebagai berikut:

 

1.           Abses Tulang

 

2.           Bakteremia

 

3.           Fraktur Patologis

 

4.           Meregangnya implan prosthetik (jika terdapat implan prosthetic)

 

5.           Sellulitis pada jaringan lunak sekitar.

 

6.           Abses otak pada osteomyelitis di daerah kranium.

 

 

 

b.osteoporosis

Osteoporosis mengakibatkan tulang secara progresif menjadi panas, rapuh dan mudah patah. Osteoporosis sering mengakibatkan fraktur. Bisa terjadi fraktur kompresi vertebra torakalis dan lumbalis, fraktur daerah kolum femoris dan daerah trokhanter, dan fraktur colles pada pergelangan tangan.

 

 

2.6 Patofisiologi

a.osteomiyelitus

(Brunner, suddarth. (2001)

Staphylococcus aureus merupakan penyebab 70% sampai 80% infeksi tulang. Organisme patogenik lainnya yang sering dijumpai pada Osteomielitis meliputi : Proteus, Pseudomonas, dan Escerichia Coli. Terdapat peningkatan insiden infeksi resistensi penisilin, nosokomial, gram negative dan anaerobik. Awitan Osteomielitis stelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3 bulan pertama (akut fulminan – stadium 1) dan sering berhubngan dengan  penumpukan hematoma atau infeksi superficial. Infeksi awitan lambat  (stadium 2) terjadi antara 4 sampai 24 bulan setelah pembedahan. Osteomielitis awitan lama (stadium 3) biasanya akibat penyebaran hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih setelah pembedahan. Respon inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi, peningkatan vaskularisasi, dan edema. Setelah 2 atau 3 hari,

 trombisis pada pembuluh darah terjadi pada tempat tersebut, mengakibatkan iskemia dan nefrosis tulang sehubungan dengan penigkatan tekanan jaringan dan medula. Infeksi kemudian berkembang ke kavitas medularis dan ke bawah periosteum dan dapat menyebar ke jaringan lunak atau sendi di sekitarnya. Kecuali bila proses infeksi dapat dikontrol awal, kemudian akan membentuk abses tulang. Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan namun yang lebih sering harus dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam dindingnya terbentuk daerah jaringan mati (sequestrum) tidak mudah mencari dan mengalir keluar. Rongga tidak dapat mengempis dan menyembuh, seperti yang terjadi pada jaringan lunak lainnya. Terjadi pertumbuhan tulang baru(involukrum) dan mengelilingi sequestrum. Jadi meskipun tampak terjadi proses penyembuhan, namun sequestrum infeksius kronis yang ada tetap rentan mengeluarkan abses kambuhan sepanjang hidup penderita. Dinamakan osteomielitis tipe kronik.

 

b.osteoporosis

 

Osteoporosis terjadi karena adanya interaksi yang menahun antara faktor genetic dan faktor lingkungan. Faktor genetic meliputi, usia, jenis kelamin, ras keluarga, bentuk tubuh, tidak pernah melahirkan. Faktor mekanis meliputi, merokok, alkohol, kopi, defisiensi vitamin dan gizi, gaya hidup, mobilitas, anoreksia nervosa dan pemakaian obat-obatan. Kedua faktor diatas akan menyebabkan melemahnya daya serap sel terhadap kalsium dari darah ke tulang, peningkatan pengeluaran kalsium bersama urin, tidak tercapainya masa tulang yang maksimal dengan resobsi tulang menjadi lebih cepat yang selanjutnya menimbulkan penyerapan tulang lebih banyak dari pada pembentukan tulang baru sehingga terjadi penurunan massa tulang total yang disebut osteoporosis.

 

Dalam keadaan normal, pada tulang kerangka tulang kerangka akan terjadi suatu proses yang berjalan secara terus menerus dan terjadi secara seimbang, yaitu proses resorbsi dan proses pembentukan tulang (remodeling).  Setiap perubahan dalam keseimbangan ini, misalnya apabila proses resorbsi lebih besar dari pada proses pembentukan tulang, maka akan terjadi pengurangan massa tulang dan keadaan inilah yang kita jumpai pada osteoporosis.

 

Dalam massa pertumbuhan tulang, sesudah terjadi penutupan epifisis, pertumbuhan tulang akan sampai pada periode yang disebut dengan peride konsolidasi. Pada periode ini terjadi proses penambahan kepadatan tulang atau penurunan porositas tulang pada bagian korteks. Proses konsolidasi secara maksimal akan dicapai pada usia kuarang lebih antara 30-45 tahun untuk tulang bagian korteks dan mungkin keadaan serupa akan terjadi lebih dini pada tulang bagian trabekula.

 

Sesudah manusia mencapai umur antara 45-50 tahun, baik wanita maupun pria akan mengalami proses penipisan tulang bagian korteks sebesar 0,3-0,5% setiap tahun, sedangkan tulang bagian trabekula akan mengalami proses serupa pada usia lebih muda. Pada wanita, proses berkurangnya massa tulang tersebut pada awalnya sama dengan pria, akan tetapi pada wanita sesudah menopause, proses ini akan berlangsung lebiuh cepat. Pada pria seusia wanita menopause massa tulang akan menurun berkisar antara 20-30%, sedang pada wanita penurunan massa tulang berkisar antara 40-50%. Pengurangan massa tulang ini berbagai bagian tubuh ternyata tidak sama.

 

Dengan teknik pemeriksaan tertentu dapat dibuktikan bahwa penurunan massa tulang tersebut lebih cepat terjadi pada bagian-bagian tubuh seperti berikut: metacarpal, kolum femoris serta korpus vertebra, sedang pada bagian tubuh yang lain, misalnya : tulang paha bagian tengah, tibia dan panggul, mengalami proses tersebut secara lambat.

 

Pada osteoporosis, terjadi proses pengurangan massa tulang dengan mengikuti pola yang sama dan berakhir dengan terjadinya penipisan bagian korteks serta pelebaran lumen, sehingga secara anatomis tulang tersebut tampak normal. Titik kritis proses ini akan tercapai apabila massa tulang yang hilang tersebut sudah sedemikian berat sehingga tulang yang bersangkutan sangat peka terhadap trauma mekanis dan akan mengakibatkan terjadinya fraktur. Bagian-bagian tubuh yang sering mengalami fraktur pada kasus osteoporosis adalah vertebra, paha bagian prosimal dan radius bagian distal. Osteoporosis dapat terjadi oleh karena berbagai sebab, akan tetapi yang paling sering dan paling banyak dijumpai adalah osteoporosis oleh karena bertambahnya usia.

 

 

 

 

2.7 Contoh Askep

 

 

 

 

 

                                         


BAB III

PENUTUP

 

3.1  Kesimpulan

        Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan bertanggung jawab terhadap pergerakan. Komponen utama sistem utama sistem muskuloskeletal adalah jaringan ikat. Sistem ini terdiri dari tulang, sendi, otot rangka, tendon, ligamen, bursa, dan jaringan-jaringan khusus yang menghubungkan struktur-struktur ini.Gangguan muskuloskeletal adalah suatu kondisi yang mengganggu fungsi sendi, ligamen, otot, saraf dan tendon, serta tulang belakang.Sistem muskuloskeletal atau sistem gerak Anda melibatkan struktur yang mendukung anggota tubuh, termasuk leher dan punggung.Gangguan muskuloskeletal seringnya merupakan penyakit degeneratif, penyakit yang menyebabkan jaringan tubuh yang lama-kelamaan mengalami kerusakan.Hal ini dapat mengakibatkan rasa sakit dan mengurangi kemampuan seseorang untuk bergerak, yang dapat mencegah seseorang dalam melakukan kegiatan sehari-hari seperti biasa.Gangguan muskuloskeletal dapat mempengaruhi setiap area dalam tubuh. Bagian utama termasuk leher, bahu, pergelangan tangan, punggung, pinggul, lutut, dan kaki.

 


DAFTAR PUSTAKA

 

Anjarwati, Wangi,(2010), Tulang dan Tubuh Kita, Getar Hati:Yogyakarta.

Brunner, Suddarth,(2001) Buku Ajar Keperawatan-Medikal Bedah, Edisi 8 Volume 3,EGC : Jakarta.

Brunner,suddarth.2001.Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah.Penerbit, EGC : Jakarta

Carpenito, 1990. Diagnosis Keperawatan Pada Praktek Klinik.

Depkes RI, 1995. Pusat Data Kesehatan.

Dorland, W. A. Newman, 2002. Kamus Kedokteran Dorland.Terbitan EGC : Jakarta. 

Dorland, 2002.Kamuskedokteran dorland.Terbitat EGC :Jakarta.

Henderson, 1997. Effects of Air Quality Regulation on in Polluting Industries.

KAMUS KEDOKTERAN Edisi 29. Alih bahasa : Andy Setiawan, et al. Jakarta : EGC, pp : 1565, 1.

Tandra, H, 2009. Segala Sesuatu Yang Harus Anda Ketahui Tentang Osteoporosis Mengenal,

Mengatasi dan Mencegah Tulang Keropos. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama

Sudoyo, Aru dkk. 2009. Buku Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 3 Edisi 5. Jakarta : Internal

Publishing

Junaidi, I, 2007. Osteoporosis – Seri Kesehatan Populer. Cetakan Kedua : Penerbit PT

Bhuana Ilmu Populer

Suryati, A, Nuraini, S. 2006. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan. Vol.2. Jakarta

Anonim, 2013/05.  www.debyrahmad.blogspot.com 

 

Tidak ada komentar: