MAKALAH KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL DAN BASIC
LIFE SUPORT
“ATONIA
UTERI”
Dosen Pengampu
Roslina, S. Psi., M.Kes
Disusun oleh
Kelompok 2
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLTEKKES KEMENKES TANJUNG KARANG
PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah mata kuliah yang berjudul atonia uteri ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah
untuk memenuhi tugas Dosen pada mata Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal
Neonatal & Basic Life Suport. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang atonia uteri. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada
semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan
saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Bandar
Lampung, 17 Januari 2023
PENULIS
DAFTAR
ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................. iii
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................. 1
A.
Latar belakang ..................................................................................... 1
B.
Rumusan masalah................................................................................. 1
C.
Tujuan................................................................................................... 1
BAB 2 PEMBAHASAN................................................................................ 2
A. Pengertian
dari Atonia Uteri................................................................ 2
B. Penyebab
dari Atonia Uteri.................................................................. 2
C. Diagnosis Atonia Uteri......................................................................... 4
D. Tanda
dan Gejala dari Atonia Uteri..................................................... 5
E. Pencegahan
dari Atonia Uteri.............................................................. 5
F. Penatalaksanaan Atonia Uteri.............................................................. 6
G. Peran
Bidan dalam Menangani Atonia Uteri....................................... 9
BAB 3 PENUTUP.......................................................................................... 11
A.
Kesimpulan........................................................................................... 11
B.
Saran..................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 12
BAB1
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Atonia uteri merupakan penyebab
terbanyak pendarahan postpartum dini (50% ), dan merupakan alasan paling sering
untuk melakukan histerektomi peripartum. Kontraksi uterus merupakan mekanisme
utama untuk mengontrol pendarahan setelah melahirkan. Atonia uteri terjadi
karena kegagalan mekanisme ini.
Pendarahan postpartum secara fisiologis
dikontrol oleh kontraksi serabut-serabut miometrium yang dikelilingi pembuluh
darah yang memvaskularisasi daerah implantasi plasenta. Atonia uteri terjadi
apabila serabut-serabut miometrium tersebut tidak berkontraksi. Batasan Antonia
uteri adalah uterus yang tidak berkontraksi setelah janin dan plasenta lahir
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan atonia uteri?
2. Apa
penyebab atonia uteri?
3. Bagaimana diagnosis atonia uteri?
4. Apa
saja tanda dan
gejala atonia uteri?
5. Bagaimana
pencegahan atonia uteri?
6. Bagaimana
penatalaksanaan atonia uteri?
7. Bagaimana
peran bidan dalam
menangani kasus atonia uteri?
C.
Tujuan
Agar mahasiswa dapat memahami tentang komplikasi
dari atonia uteri dan dapat mengetahui bagaimana tindakan yang dapat dilakukan
untuk menanggulangi masalah-masalah tersebut, serta dapat memprakekanya di
lapangan pada ranah kebidanan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Atonia Uteri
Atonia uteria (relaksasi otot utcrus)
adalah Uteri tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan pemijatan
fundus uteri (plasenta telah lahir). (JNPKR, Asuhan
Persalinan Normal, Depkes Jakarta; 2002)
Atonin Uteri didefinisikan scbagai suatu
kondisi kegagalan uterus dalam berkontraksi dengan baik sctelah persalinan,
sedangkan atonia uteri juga didefinisikan sebagai tidak adanya kontraksi uterus
segera setelah plasenta lahir.
Scbagian besar perdarahan pada masa
nifas (75-80%) adalah akibat adanya
atonia uteri. Sebagaimana kita ketahui bahwa aliran darah uteroplasenta selama
masa kehamilan adalah 500-800 ml/'menit, sehingga bisa kita bayangkan ketika uterus
itu tidak berkontraksi selama beberapa menit saja, maka akan menyebabkan kehilangan
darah yang sangat banyak. Sedangkan volume darah manusia hanya berkisar 5-6
liter saja.
B.
Etiologi
Atonia Uteri
Adapun
faktor penyebab dari atonia uteri adalah sebagai berikut :
1.
Pemisahan plasenta
inkomplet. Jika plasenta tetap melekat secara utuh pada dinding uterus, hal ini
cenderung tidak menyebabkan perdarahan. Namun demikian, jika pemisahan telah
terjadi, pembuluh darah maternal akan robek. Jika jaringan plasenta sebagian tetap
tertanam dalam desidua yang menyerupai spon, kontraksi dan retraksi yang
efisien akan terganggu.
2.
Retensi kotiledon,
pragmen plasenta atau membaran. Hal ini juga mengganggu kerja uterus yang
efisien.
3.
Percepatan persalinan.
Jika uterus telah berkontraksi dengan kuat dan menyebabkan durasi persalinan
kurang dari satu jam, kesempatan otot untuk beretraksi tidak cukup.
4.
Persalinan lama. Dalam
persalinan yang fase aktifnya berlangsung lebih dari 12 jam inersia uterus
dapat terjadi akibat kelelahan otot.
5.
Polihydramnion atau
kehamilan kembar : Miometrium menjadi sangat regang sehingga menjadi kurang
efisien.
6.
Plasenta previa :
Sebagian atau seluruh plasenta berada di bawah tempat lapisan ototyang lebih
tipis mengandung sedikit serat oblik : mengakibatkan control perdarahan yang
buruk.
7.
Abrupsio plasenta :
Darah dapat meresap diantara serat otot mengganggu kerja efektif.
8.
Anastesi umum : Agen anastesi dapat menyebabkan relaksi
uterus, terutama agen inhalasi yang mudah menguap seperti halotan.
9.
Kesalahan
penatalaksanaan kala III persalinan.
Faktor ini tetap menjadi penyebab perdarahan pasca partum yang paling
sering. Gesekan fundus atau manipulasi uterus dapat mencetuskan terjadinya
kontraksi aritmik sehingga plasenta hanya sebagian terpisah dan kehilangan
retraksi
10. Kandung
kemih penuh : kedekatannya dengan uterus di dalam abdomen setelah kala II
persalinan dapat mengganggu kerja uterus. Hal ini juga merupakan kesalahan
penatalaksanaan. Sejumlah faktor lain yang tidak secara langsung menyebabkan
perdarahan pascapartum, tetapi dapat meningkatkan kecenderungan terjadi
perdarahan hebat adalah hal berikut :
1) Riwayat
perdarahan pasca partum atau retensi plasenta Terdapat resiko kekembuhan pada
kehamilan berikutnya. riwayat obstetric yang detail yang diperoleh pada
pemeriksaan neonatal yang pertama akan memastikan dilakukannya pengaturan agar
ibu dapat melahirkan di unit konsultan.
2) Paritas
tinggi pada setiap kehamilan
Jaringan fibrosa
menggantikan serat otot di dalam uterus. Hal ini akan menurunkan
kontraktilitasnya dan pembuluh darah menjadi lebih sulit dikompresi. Ibu yang
pernah mengalami lima kelahiran atau lebih, mengalami peningkatan resiko.
3) Fibroid
(fibromiomata)
Fibroid
normalnya adalah tumor benigna yang terdiri atas otot dan jaringan fibrosa.
Yang dapat mnggangu efektifitas kerja uterus.
4) Anemia
Ibu yang
memasuki persalinan dengan konsentrasi hemoglobin yang rendah (dibawah 10
gr/dl) dapat mengalami penurunan yang lebih cepat lagi jika terjadi perdarahan,
bagaimanapun kecilnya anemia berkaitan
dengan debilitas yang merupakan penyebab lebih langsung terjadinya
atonia uterus.
5) Ketosis
Pengaruh ketosis
terhadap kerja uterus masih belum jelas. Fouleks & Dumoulin (1983)
mengemukakan bahwa dalam sejumlah orang yang terdiri atas 3500 wanita, 40%
mengalami ketonuria selama persalinan.
Mereka melaporkan bahwa jika persalinan mengalami kemajuan yang baik,
hal ini tampaknya tidak membahayakan kondisi janin atau ibu. Namun demikian,
terdapat hubungan yang segnifikan antara ketosis dan kebutuhan penambahan
oksitosin, pelahiran dengan bantuan alat dan perdarahan pasca partum jika
persalinan berlangsung lebih dari 12 jam. Oleh karena itu, koreksi ketosis
dianjurkan dan dapat difasilitasi dengan memastikan bahwa ibu mendapatkan
asupan cairan dan nutrisi yang agak padat sesuai toleransi selama
persalinan. Tidak ada yang menunjukan bahwa batasan makanan atau cairan perlu
dilakukan perjalanan normal persalinan.
C.
Diagnosis
Atonia Uteri
Diagnosis
ditegakkan bila setelah bayi dan plasenta lahir ternyata perdarahan masih aktif
dan banyak, bergumpal dan pada palpasi fundus uteri masih setinggi pusat atau
lebih dengan kontraksi yang lembek. Perlu diperhatikan bahwa pada saat atonia
uteri didiagnosis, maka pada saat itu juga masih ada darah sebanyak 500 – 1000
cc yang sudah keluar dari pembuluh darah, tetapi masih terperangkap dalam
uterus dan harus diperhitungkan dalam kalkulasi pemberian dalah pengganti.
D.
Tanda
& Gejala Atonia Uteri
Tanda
dan gejala atonia uteri adalah:
1. Perdarahan
pervaginam
Perdarahan yang terjadi
pada kasus atonia uteri sangat banyak dan darah tidak merembes. Yang sering
terjadi adalah darah keluar disertai gumpalan, hal ini terjadi karena
tromboplastin sudah tidak mampu lagi sebagai anti pembcku darah.
2. Konsistensi
rahim lunak
Gejala ini
merupakan gejala terpenting ? khas atonia dan yang membedakan atonia dengan
penyebab pendarahan yang lainnya.
3. Fundus
Uteri naik
Disebabkan
adanya darah yang terperangkap dalam cavum uteri dan penggumpalan.
4. Terdapat
Tanda – Tanda Syok
Tekanan darah
rendah, denyut nadi cepat dan kecil, ekstermitas dingin, gelisah, mual, dan
lain-lain.
E.
Pencegahan
Pada Atonia Uteri
Atonia
uteri bisa terjadi setelah bayi lahir, berikut ini terdapat beberapa cara untuk
mencegah atonia uteri, yaitu:
(1) Pemberian
Oksitosin rutin pada kala III dapat mengurangi resiko perdarahan postpartum
lebih dari 40% dan
jugs dapat mengursngi kebutuhan
obat tersebut sebagai terapi.
(2) Manajemen
aktif kala III dapat mengurangi jumlah perdarahan dalam persalinan, anemia, dan
kebutuhan tranfusi darah.
(3) Pemberian
oksitosin paling bermanfaat untuk mencegah atonia uteri. Pada manajemen aktif
kala III harus dilakukan pemberian oksitosin setelah bayi lahir. Kegunaan utama
oksitosin sebagai pencegah atonia uteri yaitu onsetnya cepat, dan tidak
menyebabkan kenaikan tekanan darah atau kontraksi tetani seperti ergometrin.
F.
Penatalaksanaan
Atonia Uteri
Atonia uteri terjadi jika uterus tidak
berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan rangsangan taktil (masase) fundus
uteri. Untuk itu, beberapa hal yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut:
Segera lakukan kompresi bimanual
internal :
1)
Pakai sarung tangan
disinfeks tingkat tinggi atau steril, dengan
lembut masukkan secara obstetric (menyatukan kelima ujung jari) melalui introitus
dan ke dalam vagina ibu.
2)
Periksa vagina dan
serviks. Jika ada selaput ketuban atau bekuan darah pada kavum uteri mungkin
hal ini menyehabkan uterus tidak dapat berkontraksi secara penuh
3)
Kepalkan tangan dalam
dan tempatkan pada forniks anterior, tekan dinding anterior uterus, ke arah
tangan luar yang menahan dan mendorong dinding posterior uterus ke arah depan
sehingga uterus ditekan dan arah depan dan belakang
4)
Tekan kuat uterus di
antara kedua tangan. Kompresi uterus ini memberikan tekanan langsung pada
pembuluh darah yang terbuka (bekas implantasi plasenta) di dinding uterus dan
juga merangsang miometrium untuk berkontraksi
5)
Evaluasi keberhasilan:
a)
Jika uterus
berkontraksi dan perdarahan berkurang, teruskan melakukan KBI selama dua menit
kemudian perlahan-lahan keluarkan tangan dan pantau ibu secara melekat selama
kala empat.
b)
Jika uterus
berkontraksi tapi perdarahan masih berlangsung, periksa ulang perineum, vagina
dan serviks apakah terjadi laserasi. Jika demikian, segera lakukan penjahitan
untuk menghentikan perdarahan
c)
Jika uterus tidak
berkontraksi dalam waktu 5 menit, ajarkan keluarga untuk melakukan kompresi
bimanual eksternal, kemudian lakukan langkah -langkah penatalaksanaan atonia
uteri selanjutnya. Minta keluarga untuk mulai menyiapkan rujukan.
Atonia uteri seringkali bisa diatasi dengan KBI,
namun jika KBI tidak berhasil dalam waktu 5 menit diperlukan tindakan-tindakan
lain sebagai berikut :
1)
Berikan 0,2 mg ergometrin IM atau
misoprostol 600-l000 mg
per rektal. Jangan berikan ergometrin kepada ibu dengan hipertensi karena
ergometrin dapat menaikkan tekanan darah.
2)
Gunakan jarum
berdiameter besar (ukuran 16 atau 18), pasang infus dan berikan 500 cc larutan
Ringer Laktat yang mengandung 20 unit oksitosin. Jarum berdiameter besar
memungkinkan pemberian cairan IV secara cepat dan dapat dipakai untuk transfusi
darah (bila perlu). Oksitosin secara IV cepat merangsang kontraksi uterus.
Ringer Laktat diberikan untuk restorasi volume cairan yang hilang selama
perdarahan Beberapa hal yang perlu diperhatikan:
a)
Pakai sarung tangan
steril atau disinfeksi tingkat tinggi dan ulangi KBI, karena KBI dengan ergometrin
dan oksitosin akan membantu uterus berkontraksi.
b)
Jika uterus tidak
berkontraksi dalam waktu 1 sampai 2 menit, segera rujuk ibu karena hal ini
bukan atonia uteri sederhana. Ibu membutuhkan tindakan gawat darurat di
fasilitas kesehatan rujukan yang mampu melakukan tindakan operasi dan transfusi
darah.
c)
Sambil membawa ibu ke
tempat rujukan, teruskan tindakan KBI dan infus cairan hingga ibu tiba di
tempat rujukan.
d)
Infus 500 ml pertama
dihabiskan dalam waktu 10 menit.
e)
Berikan tambahan 500
ml/jam hingga tiba di tempat rujukan atau hingga jumlah cairan yang diinfuskan
mencapai 1,5 L dan kemudian lanjutkan dalam jumlah 125 cc/jam.
f)
Jika cairan infus tidak
cukup, infuskan 500 ml (botol kedua) cairan infus dengan tetesan sedang dan
ditambah dengan pemberian cairan secara oral untuk rehidrasi (JNPK-KR, 2008).
Kompresi
Bimanual Eksternal :
a. Letakkan
satu tangan pada dinding abdomen dan dinding depan korpus uteri dan di atas
simfisis pubis
b. Letakkan
tangan lain pada dinding abdomen dan dinding belakang korpus uteri, sejajar
dengan dinding depan korpus uteri. Usahakan untuk mencakup/ memegang bagian
belakang uterus seluas mungkin.
Lakukan kompresi
uterus dengan cara saling mendekatkan tangan depan dan belakang agar pembuluh
darah di dalam anyaman miometrium dapat dijepit secara manual. Cara ini dapat
menjepit pembuluh darah uterus dan membantu uterus untuk berkontraksi
(JNPK-KR,2008)
Sumber
: JNPK-KR, 2008:112
G. Peran
Bidan
1. Masase
Fundus Uteri segera setelah lahirnya plasenta (maksimal 15 detik). Pemijatan
merangsang kontraksi uterus sambil dilakukan penilaian kontraksi uterus.
2. Bersihkan
bekuan darah atau selaput ketuban dari vagina dan lubang serviks. Bekuan darah
dan selaput ketuban dalam vagina dan saluran serviks akan dapat menghalang
kontraksi uterus secara baik.
3. Pastikan
bahwa kantung kemih kosong. Kandung kemih yang penuh akan dapat menghalangi
uterus berkontraksi secara baik.
4. Lakukan
kompresi bimanual internal selama 5 menit. Kompresi uterus ini akan memberikan
tekanan langsung pada pembuluh terbuka di dinding dalam uterus dan merangsang
myometrium untuk berkontraksi;
5. Anjurkan
keluarga untuk melakukan kompresi bimanual eksternal. Keluarga dapat meneruskan
proses kompresi bimanual secara eksternal selama anda melakukan langkah-langkah
selanjutnya.
6. Keluarkan
tangan perlahan-lahan.
7. Berikan
ergometrin 0,2 mg IM (jangan diberikan jika hipertensi). Ergometrin akan
bekerja selama 5-7 menit dan menyebabkan kontraksi uterus.
8. Pasang
infuse menggunakan jarum ukuran 16 atau 18 dan berikan 500 cc ringer laktat+20
umit oksitosin.
9. Ulangi
kompresi bimanual internal. KBI yang digunakan bersama dengan ergometrin dan
oksitosin akan membantu uterus berkontraksi.
10. Dampingi
ibu ke tempat rujukan. Teruskan melakukan KBI. Kompresi uterus ini memberikan
tekanan langsung pada pembuluh terbuka dinding uterus dan merangsang myometrium
untuk berkontraksi.
11. Lanjutkan
infuse ringer laktat +20 unit oksitosin dalam 500 ml larutan dengan laju 500
ml/jam hingga tiba di tempat rujukan. Ringer laktat akan membantu memulihkan
volume cairan yang hilang selama peredarahan. (APN 2007).
BAB III
PEENUTUP
A.
Kesimpulan
Atonia Uteri didefinisikan sebagai suatu kondisi
kegagalan uterus dalam berkontraksi dengan baik setelah persalinan, sedangkan
atonia uteri juga didefinisikan sebagai tidak adanya kontraksi uterus segera
setelah plasenta lahir.
Atonia uteri merupakan penyebab terbanyak perdarahan
pospartum dini (50%), dan merupakan alasan paling sering untuk melakukan
histerektomi peripartum. Kontraksi uterus merupakan mekanisme utama untuk
mengontrol perdarahan setelah melahirkan. Atonia uteri terjadi karena kegagalan
mekanisme ini.
Perdarahan pospartum secara fisiologis dikontrol
oleh kontraksi serabut-serabut miometrium yang mengelilingi pembuluh darah yang
memvaskularisasi daerah implantasi plasenta. Atonia uteri terjadi apabila
serabut-serabut miometrium tersebut tidak berkontraksi.
B.
Saran
Ibu bersalin sebaiknya harus memperhatikan
kesehatannya dan bidan juga harus
terus memantau perkembangan ibu bersalin, dan sbaiknya ibu dibemberian
oksitosin rutin pada kala III dapat mengurangi risiko perdarahan pospartum
lebih dari 40%, dan juga dapat mengurangi kebutuhan obat tersebut sebagai
terapi.
DAFTAR PUSTAKA
Bahan Ajar Cetak Kebidanan, Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal,
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.2006
Ningsih,Dewi Andariya. 2020. Panduan Praktikum Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan
Maternal Neonatal Basic Life. Banten : CV. AA RIZKY
Bahan Ajar Cetak
Kebidanan, Asuhan Kegawatdaruratan
Maternal Neonatal, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2016
Manuaba, Ida Bagus Gede. 1998. Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan
keluarga berencana. Jakarta : EGC
Obsetri
fisiologi, Bagian Obsetri dan Ginekologi,
Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran Bandung, 1993.
SOAL
1.
Seorang ibu, usia 23 tahun, melahirkan 2 jam yang lalu di klinik bidan,
mengeluh merasa ada pengeluaran darah dari kemaluan, lemah dan pandangan
berkunang-kunang. Hasil pemeriksaan menunjukkan wajah pucat TD 90/60 mmhg, HR
76x/l, TFU 1 jari di bawah pusat uterus teraba lembek dan volume perdarahan
lebih kurang 200cc
Apakah diagnosis pada
kasus tersebut?
a.
Atonia uteri
b.
Rupture uteri
c.
Inversion uteri
d.
Retensio plasenta
e.
Kelainan pembekuan darah
Jawaban
: a
Penjelasan : Atonia
uteria (relaksasi otot utcrus) adalah Uteri tidak berkontraksi dalam 15 detik
setelah dilakukan pemijatan fundus uteri (plasenta telah lahir). (JNPKR, Asuhan
Persalinan Normal, Depkes Jakarta; 2002)
Atonin Uteri
didefinisikan sebagai suatu kondisi kegagalan uterus dalam berkontraksi dengan
baik sctelah persalinan, sedangkan atonia uteri juga didefinisikan sebagai
tidak adanya kontraksi uterus segera setelah plasenta lahir.
2.
Kegunaan utama oksitosin sebagai pencegahan atonia uteri adalah....
a.
Slow Respon
b.
Medium Respon
c.
Onsetnya yang cepat d. Onsetnya lambat
d.
Well good respon
Jawaban : c
Penjelasan : Kegunaan
utama oksitosin sebagai pencegahan perdarahan yaitu cara kerjanya yang cepat ,
tidak menyebabkan kenaikan tekanan darah atau kontraksi tetani seperti pada
ergometrin ( APN,2008).
3.
Seorang ibu umur 36 tahun, P6 A1 Ah5 segera setelah plasenta lahir
lengkap terjadi perdarahan. Kontraksi uterus lembek. TFU sulit ditentukan.
Hasil pemeriksaan tidak ada robekan jalan lahir, kandung kemih kosong. Apakah
faktor predisposisi kasus di atas?
a.
Gemelli
b.
Usia ibu
c.
Primipara
d.
Multipara
e.
Grande multipara
Jawaban : e
Penjelasan :
Grademultipara adalah wanita yang telah melahirkan satu anak lebih dan biasanya
mengalami penyulit dalam kehamilan dan persalinan.
4.
Miometrium menjadi sangat regang sehingga menjadi kurang efisien
disebabkan oleh....
a.
Plasenta Previa
b.
Polihidramnion
c.
Retensi kotiledon
d.
Anastesi umum
e.
Percepatan persalinan
Jawaban: b
Penjelasan :
Polihydramnion atau kehamilan kembar :
Miometrium menjadi sangat regang sehingga menjadi kurang efisien.
5.
Dalam persalinan lama fase aktifnya berlangsung lebih dari?
a.
15 jam
b.
14 jam
c.
13 jam
d.
12 jam
e.
11 jam
Jawaban: D. 12 jam
Penjelasan: Dalam
persalinan yang fase aktifnya berlangsung lebih dari 12 jam inersia uterus
dapat terjadi akibat kelelahan otot
Sumber: Obsetri
fisiologi, Bagian Obsetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran Universitas
Padjajaran Bandung, 1993.
1)
Pendarahan pervaginam
2)
Konsistensi rahim lunak
3)
Anemia
4)
Fibroid (fibromiomata)
5)
Fundus uteri naik
6.
Dari pernyataan di atas yang termaksud tanda dan gejala atonia uteri
adalah?
a.
1,2, dan 3
b.
1,2 dan 5
c.
2,3 dan 4
d.
2,4 dan 5
e.
,4 dan 5
Jawaban: B. 1,2 dan 5
Penjelasan: Tanda dan
gejala atonia uteri adalah:
·
Perdarahan pervaginam
Perdarahan yang terjadi pada kasus atonia uteri sangat banyak dan darah
tidak merembes. Yang sering terjadi adalah darah keluar disertai gumpalan, hal
ini terjadi karena tromboplastin sudah tidak mampu lagi sebagai anti pembcku
darah.
·
Konsistensi rahim lunak
Gejala ini merupakan gejala terpenting ? khas atonia dan yang
membedakan atonia dengan penyebab pendarahan yang lainnya.
·
Fundus Uteri naik
Disebabkan adanya darah yang terperangkap dalam cavum uteri dan
penggumpalan.
·
Terdapat Tanda – Tanda Syok
Tekanan darah rendah, denyut nadi cepat dan kecil, ekstermitas dingin,
gelisah, mual, dan lain-lain.
Sumber: Obsetri fisiologi, Bagian Obsetri dan Ginekologi, Fakultas
Kedokteran Universitas Padjajaran Bandung, 1993.
7.
Sebagian atau seluruh plasenta berada di bawah tempat lapisan otot yang
lebih tipis mengandung sedikit serat oblik disebut?
a.
Abrupsio plasenta
b.
Polihydramnion
c.
Plasenta previa
d.
Retensi kotiledon
e.
Plasenta inkomplet
Jawaban: C. Plasenta
previa
Penjelasan: Plasenta
previa : Sebagian atau seluruh plasenta berada di bawah tempat lapisan ototyang
lebih tipis mengandung sedikit serat oblik : mengakibatkan control perdarahan
yang buruk.
Sumber: Obsetri
fisiologi, Bagian Obsetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran
Bandung, 1993.
8.
Ny. U, 36 tahun, G VII PV AI . Segera stlh plasenta lahir lgkp tjd
perdarahan, kontraksi uterus lembekserta TFU sulit ditentukan. Hasil
pemeriksaan tidak ada robekan jalan lahir,kandung kemih kosong ny M kemungkinan
mengalami
a.
Atonia uteri
b.
Ruptur uteri
c.
inversio uteri
d.
Laserasi portio
e.
Laserasi perinium
Jawaban:A
penjelasan:Atonia uteri
adalah kondisi dimana rahim tidak berkontraksi setelah melahirkan bayi sehingga
berpotensi perdarahan masif yang mengancam jiwa. Setelah mengeluarkan janin, rahim akan
berkontraksi untuk mengeluarkan plasenta dan menghambat perdarahan. Ketika kontraksi tidak adekuat, perdarahan
akan terus menerus terjadi sehingga terjadi
9.
Bagaimana cara Pencegahan Pada Atonia Uteri?
a.
Fundus Uteri naik
b.
Pemberian Oksitosin rutin pada kala III
c.
Manajemen aktif kala III tidakdapat mengurangi jumlah perdarahan dalam
persalinan, anemia, dan kebutuhan tranfusi darah.
d.
Pemberian oksitosin tidak bermanfaat untuk mencegah atonia uteri
Jawaban:B
Penjelasan:Pemberian
oksitosin dan teknik pemijatan rahim yang benar dapat merangsang kontraksi
rahim dan mengurangi risiko terjadinya atonia uteri. Selain itu, pemantauan
denyut nadi, tekanan darah, dan jumlah darah yang keluar secara ketat juga
dapat mendeteksi perdarahan lebih dini
10. Ny bi 36 tahun P006. Segera setelah plasenta lahir
lengkap terjadi perdarahan,kontraksi
uterus lembek serta TFU sulit ditentukan.hasil pemeriksaan tidak ada
robekan Jalan lahir,kandung kemih kosong. Apabila tidak segera
ditagani,kemungkinan yang terjadi
a.
syok septic
b.
syok anaflatic
c.
syok neurogenic
d.
syok kardiogenic
e.
syok hipovolemik
jawaban:E
Penjelasaa:Syok
hipovolemik adalah kondisi gawat darurat akibat hilangnya darah atau cairan
tubuh dalam jumlah besar, sehingga jantung tidak bisa memompa cukup darah ke
seluruh tubuh. Kondisi ini harus segera ditangani guna mencegah kerusakan organ
yang bisa berdampak kematian.
Syok hipovolemik umumnya
disebabkan oleh perdarahan hebat akibat kondisi tertentu. Syok hipovolemik juga
dapat terjadi pada beberapa kondisi yang menimbulkan dehidrasi berat, seperti
diare dan muntah yang banyak.
1)
Kehamilan ganda
2)
polihidramnion
3)
makrosomia janin
4)
induksi persalinan
5)
usia kandungan
6)
gemeli
11. Pernyataan diatas adalah mengenai faktor resiko
dari?
a.
Atonia uteri
b.
Retensio plasenta
c.
Solusio plasenta
d.
Ruptur uteri
e.
Laserasi
Jawaban : A. Atonia uteri
Penjelasan : Wetta LA dan
rekan penulis menyatakan beberapa penelitian menjelaskan faktor risiko atonia
uteri, termasuk overdistensi uterus (kehamilan ganda, polihidramnion,
makrosomia janin), induksi persalinan, usia kandungan, usia ibu, paritas,
preeklamsia, dan kehamilan yang berkepanjangan
Sumber : [Wetta LA et
al., 2013].
12. Tanda dan gejala atonia uteri salah satunya yaitu
terdapat tanda tanda syok. Bagaimana ciri-ciri tanda tanda syok tersebut....
a.
tekanan darah normal, esktermitas hangat
b.
denyut nadi normal, suhu kurang dari batas normal
c.
tekanan darah rendah, denyut nadi cepat dan kecil, ekstermitas dingin,
gelisah dan mual
d.
pusing, tidak nafsu makan, pernafasan normal
e.
sering bak dan bab, sembelit dan mual
Jawaban : C. tekanan
darah rendah, denyut nadi cepat dan kecil, ekstermitas dingin, gelisah dan mual
Penjelasan : Tanda dan
gejala atonia uteri adalah:
·
Perdarahan pervaginam
Perdarahan yang terjadi pada kasus atonia uteri sangat banyak dan darah
tidak merembes. Yang sering terjadi adalah darah keluar disertai gumpalan, hal
ini terjadi karena tromboplastin sudah tidak mampu lagi sebagai anti pembcku
darah.
·
Konsistensi rahim lunak
Gejala ini merupakan gejala terpenting ? khas atonia dan yang
membedakan atonia dengan penyebab pendarahan yang lainnya.
·
Fundus Uteri naik
Disebabkan adanya darah yang terperangkap dalam cavum uteri dan
penggumpalan.
·
Terdapat Tanda – Tanda Syok
Tekanan darah rendah, denyut nadi cepat dan kecil, ekstermitas dingin,
gelisah, mual, dan lain-lain.
Sumber : Obsetri fisiologi, Bagian Obsetri dan Ginekologi, Fakultas
Kedokteran Universitas Padjajaran Bandung, 1993.
13. Beberapa jumlah faktor lain yang tidak secara
langsung menyebabkan perdarahan pascapartum, tetapi dapat meningkatkan
kecenderungan terjadi perdarahan hebat adalah....
a.
Riwayat perdarahan, anemia, fibroid, ketosis
b.
Mual, muntah berlebihan, sering ingin bak
c.
Riwayat jantung dan hipertensi
d.
Riwayat persalinan dengan normal
e.
Riwayat sc
Jawaban : A. Riwayat
perdarahan, anemia, fibroid, ketosis
Penjelasan :
1)
Riwayat perdarahan pasca partum atau retensi plasenta Terdapat resiko
kekembuhan pada kehamilan berikutnya. riwayat obstetric yang detail yang
diperoleh pada pemeriksaan neonatal yang pertama akan memastikan dilakukannya
pengaturan agar ibu dapat melahirkan di unit konsultan.
2)
Paritas tinggi pada setiap kehamilan
Jaringan fibrosa menggantikan serat otot di dalam uterus. Hal ini akan
menurunkan kontraktilitasnya dan pembuluh darah menjadi lebih sulit dikompresi.
Ibu yang pernah mengalami lima kelahiran atau lebih, mengalami peningkatan
resiko.
3)
Fibroid (fibromiomata)
Fibroid normalnya adalah tumor benigna yang terdiri atas otot dan
jaringan fibrosa. Yang dapat mnggangu efektifitas kerja uterus.
4)
Anemia
Ibu yang memasuki persalinan dengan konsentrasi hemoglobin yang rendah
(dibawah 10 gr/dl) dapat mengalami penurunan yang lebih cepat lagi jika terjadi
perdarahan, bagaimanapun kecilnya anemia berkaitan dengan debilitas yang merupakan penyebab
lebih langsung terjadinya atonia uterus.
5)
Ketosis
Pengaruh ketosis terhadap kerja uterus masih belum jelas. Fouleks &
Dumoulin (1983) mengemukakan bahwa dalam sejumlah orang yang terdiri atas 3500
wanita, 40% mengalami ketonuria selama persalinan.
Sumber : Manuaba, Ida Bagus Gede. 1998. Ilmu kebidanan, penyakit
kandungan dan keluarga berencana. Jakarta : EGC
14. Apa yang dimaksud dengan atonia uteri?
a.
Uteri tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan pemijatan
fundus uteri (plasenta telah lahir).
b.
Sebagian besar pendarahan pada masa nifas
c.
Kenaikan tekanan darah
d.
Plasenta tertinggal
e.
Pendarahan berlebihan
Jawaban: A
Penjelasan: Atonia uteri
adalah kondisi ketika rahim tidak bisa berkontraksi kembali setelah melahirkan.
Kondisi ini dapat mengakibatkan perdarahan pascapersalinan yang dapat
membahayakan nyawa ibu. Faktor risiko yang menyebabkan ibu hamil mengalami
atonia uteri pun beragam.
Sumber: Asuhan
Kegawatdaruratan Maternal Neonatal
15. Kondisi atonia uteri diikuti dengan perdarahan
sebanyak?
a.
Kurang dari 500 ML
b.
lebih dari 500 mL
c.
Lebih dari 1000 ML
d.
400ML
e.
Lebih dari 450 Ml
Jawaban:B
Penjelasan: aliran darah
uteroplasenta selama masa kehamilan adalah 500-800 ml/'menit, sehingga bisa
kita bayangkan ketika uterus itu tidak berkontraksi selama beberapa menit saja,
maka akan menyebabkan kehilangan darah yang sangat banyak. Sedangkan volume
darah manusia hanya berkisar 5-6 liter saja.
Sumber:Asuhan
Kegawatdaruratan Maternal Neonatal,
16. Tanda & Gejala Atonia Uteri
Tanda dan gejala atonia uteri adalah:
a.
Perdarahan pervaginam, Konsistensi rahim lunak, Fundus Uteri naik,
Terdapat Tanda – Tanda Syok, Tekanan darah rendah, denyut nadi cepat dan kecil
b.
Tekanan darah tinggi
c.
Tekanan nadi lambat
d.
Tidak terjadi pendarahan pervaginam tetapi
e.
Terjadi semburan darah tiba tiba
Jawaban:A
Penjelasan:Tanda dan
gejala atonia uteri adalah:
·
Perdarahan pervaginam
Perdarahan yang terjadi pada kasus atonia uteri sangat banyak dan darah
tidak merembes. Yang sering terjadi adalah darah keluar disertai gumpalan, hal
ini terjadi karena tromboplastin sudah tidak mampu lagi sebagai anti pembcku
darah.
·
Konsistensi rahim lunak
Gejala ini merupakan gejala terpenting ? khas atonia dan yang
membedakan atonia dengan penyebab pendarahan yang lainnya.
·
Fundus Uteri naik
Disebabkan adanya darah yang terperangkap dalam cavum uteri dan
penggumpalan.
·
Terdapat Tanda – Tanda Syok
Tekanan darah rendah, denyut nadi cepat dan kecil, ekstermitas dingin,
gelisah, mual, dan lain-lain.
Sumber:Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal,
17. Ibu H umur 24 tahun 6 jam pasca persalinan di PMB
Wati mengatakan perutnya terasa lembek dan tidak mulas saat dilakukan
pemeriksaan oleh bidan ditemukan pengeluaran darah dari Jalan lahir ± 700 CC
tidak terdapat robekan jalan lahir plasenta sudah lahir lengkap.
Diagnosa yang dapat
ditegakkan oleh bidan adalah ..?
a.
Pendarahan Postpartum primer dengan atonia uteri
b.
Pendarahan Postpartum sekunder dengan atonia uteri
c.
pendarahan Postpartum primer dengan retensio plasenta
d.
Pendarahan postpartum sekunder dengan retensio plasenta
e.
Pendarahan Postpartum sekunder
dengan solusio plasenta
Jawaban : a
Penjelasan : pendarahan
Postpartum didefinisikan kehilangan darah pada saat persalinan biasanya
pendarahan Postpartum dibagi menjadi dua, yaitu pendarahan Postpartum primer
dan pendarahan Postpartum sekunder. Pendarahan Postpartum primer terjadi dalam
24 jam pertama Postpartum sedangkan Postpartum sekunder merupakan pendarahan
yang terjadi setelah periode 24 jam sampai 6 Minggu Postpartum. Dan gejala yang
dialami nyonya H merupakan gejala dari Antonia uteri dimana gejalanya adalah
terjadinya pendarahan yang lebih dari 500 cc, kontraksi rahim lunak, tidak
ditemukannya sisa plasenta (plasenta lahir lengkap) dan tidak ada robekan jalan
lahir jadi dapat disimpulkan diagnosis pada kasus diatas adalah nyonya H yang
mengalami pendarahan Postpartum primer dengan Antonia Uteri.
Sumber : Leo Simanjuntak,
'Perdarahan Postpartum (Perdarahan Paskasalin)', Jurnal Visi Eksakta (JVIEKS),
Vol.1.No.1 (2020).h.1-10
Ningsih, Dewi Anariya.
2020. Panduan praktikum asuhan kebidanan kegawatdaruratan maternal neonatal
basic life.
18. Penyebab terjadinya atonia uteri dikarenakan...?
a.
tertinggalnya sebagian plasenta
b.
lemahnya kontraksi otot rahim
c.
terjadinya robekan Jalan lahir
d.
plasenta previa
e.
lilitan pelipus
Jawaban : b
Penjelasan : penyebab
terjadinya Antonia uteri dikarenakan tidak berkontraksinya otot rahim dalam 15
detik setelah dilakukan pemijatan fundus uteri ( plasenta telah lahir).
Sumber : JNPKR, Asuhan
Persalinan Normal, Depkes Jakarta; 2002
19. Atonia uteri seringkali bisa diatasi dengan KBI
namun jika KBI tidak berhasil dalam waktu 5 menit diperlukan tindakan lain
seperti salah satunya adalah memberikan ergonletrin atau misoprostol. Berapakah
dosis ergonletrin atau misoprostol yang akan diberikan bidan pada Klien apabila
tindakan KBI yang dilakukan bidan tidak berhasil dalam 5 menit..?
a.
0,1 mg ergonletrin IM atau 300-500 mcg per rektal
b.
0,2 mg ergonletrin IM atau 300-500 mcg per rektal
c.
0,2 mg ergonletrin IM atau 600-1000 mcg per rektal
d.
0,5 mg ergonletrin IM atau 600-1000 mcg per rektal
e.
0,2 mg ergonletrin IM atau 400-900 mcg per rektal
Jawaban : C
Penjelasan : jika KBI
tidak berhasil dalam waktu 5 menit diperlukan tindakan-tindakan lain salah
satunya adalah memberikan 0,2 mg ergonletrin IM atau misoprostol 600-1000mcg
per rektal. jangan berikan ergonletrin kepada ibu hipertensi karena ergonletrin
dapat menaikkan tekanan darah.
Sumber : JNPK-KR DepKes
RI. 2008. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta
20. Upaya pertolongan pertama pada perdarahan pasca
persalinan yang disebabkan oleh atonia uteri adalah?....
a.
Manual plasenta
b.
KBI/KBE
c.
Penjahitan perenium
d.
Pemberian inful RL
e.
Massage
Jawaban : B. KBI/KBE
penjelasan: Kompresi
bimanual interna (KBI) dan kompresi bimanual eksterna (KBE) merupakan salah
satu upaya pertolongan pertama pada perdarahan pasca persalinan yang disebabkan
oleh atonia uteri. Penatalaksanaan KBI (Kompresi Bimanual Interna) dan KBE
adalah kompetensi yang harus dikuasai dengan mahir. Pelaksanaan KBI & KBE
sangat penting digunakan dalam menghadapi kasus perdarahan post partum primer
karena atonia uteri, dan atonia uteri merupakan penyebab perdarahan post partum
yang paling tinggi yaitu sekitar 50-60 %. Kompresi Bimanual Interna harus (KBI)
segera dilakukan apabila uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah
dilakukan rangsangan taktil (masase) pada fundus uteri.
Sumber : JNPK-KR. Asuhan
Persalinan Normal – Asuhan Esensial Persalinan. Edisi Revisi Cetakan ke-3.
Jakarta: JNPK-KR. 2007.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar